Anda di halaman 1dari 16

ASAL USUL MANUSIA

(Tafsir Surat Al-‘Alaq dan Al-Mu’minun ayat 12-17)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah “Tafsir Hadist dan
Ayat-Ayat Pendidikan” yang diampu Oleh :

Bapak. H. Syafiuddin Al Ayubi Lc., M.A.Hum

Disusun Oleh :

Indri Nurul Fadillah 202103006

Siti Awaliyah 202103012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MANGGALA

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang telah
memberikan kekuatan kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah yang membahas
tentang Asal-Usul Manusia (Tafsir surat Al-‘Alaq dan Al-Mu’minun Ayat 12-17).

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-


dalamnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Tafsir Hadist dan Ayat-Ayat Pendidikan.

Dalam makalah ini juga, penyusun menyadari sepenuhnya akan kekurangan


makalah ini,meskipun sebaik-baiknya namun penyusun yakin akan segala kekuranganya
yang ada didalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat penyusun harapkan, sehingga penyusun bisa lebih baik dalam
penyusunan makalah. Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan kita.

Bandung, 28 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

C. Tujuan penulisan .................................................................................................. 2

BAB II .............................................................................................................................. 3

ASAL-USUL KEJADIAN MANUSIA ........................................................................... 3

(Tafsir Surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun Ayat 12-17) ..................................................... 3

A. Sejarah Turunya Surat Al-Alaq ............................................................................ 3

B. Kandungan Surat Al-Alaq .................................................................................... 4

C. Kandungan Surat Al-Mu’minun ........................................................................... 9

BAB III ........................................................................................................................... 11

PENUTUP ...................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk paling utama di muka bumi. Manusia dibekali
dengan akal dan indera agar mereka mengetahui dan mengenalnya, dengan
berfikir mengenai makhluk ciptaan-Nya. Mengetahui dan mengenal Allah adalah
dengan memahami jejak-jejak penciptaanya, menghayati keindahan ciptaan-Nya
dan merasakan keagungan ayat-ayatnya.1
Sebagai makhluk yang berakal manusia juga diberi sebutan yang
bergengsi yaitu Ulu Al-Albab. “Sebagai penyandang Ulu Al-Albab manusia tidak
hanya memiliki sikap ontologis tetapi juga sikap aksiologis2. Selain itu manusia
juga merupakan makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Allah
yang lainya.
Demikian juga manusia sebagai makhluk terhormat memikul beban
“khalifah Allah dan hamba Allah”3. untuk bisa memperjuangkan hak-hak
kemanusiaan dengan menikmati kehidupan dan memperoleh kesejahteraan di
dunia ini dengan cara terhormat,4 tidak melampaui batas atau melanggar norma-
norma hukum, karena salah satu kelemahan manusia adalah melampaui batas
(QS.Al Alaq (96):6).Al-Qur’an juga menegaskan tentang pentingnya tanggung
jawab intelektual dalam melakukan berbagai kegiatan. Dalam kaitan ini, Al-
Qur’an selain menganjurkan manusia untuk belajar dalam arti seluas-luasnya
hingga akhir hayat,mengharuskan seseorang agar bekerja dengan dukungan ilmu
pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki.

1
Yusuf Ahnad, Ensiklopedia Keajaiban Ilmiah Al-qur’an ( Jakarta : Taushia,2009), h.12
2
Lihat Dawam Raharjo, Paradigma Al Quran, Metodologi Tafsir & Kritik Sosial (Jakarta: PSAP
Muhammadiyah, 2005), h.9. Lihat misalnya QS. Ali Imran (3): 190, QS. Sad (38):29
3
Lihat misalnya QS. Al Baqarah (2): 30, QS. Al An’am (6):165,

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah turunya surat al-alaq?
2. Apa saja kandungan dari surat al-alaq?
3. Apa saja kandungan dari surat al-mu'minun?

C. Tujuan penulisan
Dalam setiap penulisan tentu meliliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah turunya surat al-alaq
2. Untuk menjelaskan kandungan yang terdapat pada surat al-alaq
3. Untuk menjelaskan bagaimana kandungan yang terdapat pada surat al-
mu’minun
BAB II
ASAL-USUL KEJADIAN MANUSIA
(Tafsir Surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun Ayat 12-17)

A. Sejarah Turunya Surat Al-Alaq


Karena diturunkan secara berangsur-angsur inilah, wahyu diterima oleh
Nabi Muhammad saw secara berkala tergantung dengan sebab musababnya.
Kebanyakan dari kita pasti sudah tahu bahwa wahyu yang pertama kali diterima
Nabi Muhammad saw adalah Surah Al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa bersejarah itu
terjadi ketika bulan Ramadan tahun 610 Masehi saat Nabi Muhammad saw
mengasingkan diri di Gua Hira.5
Nama ‘alaq berasal dari kandungan arti didalam setiap ayatnya yaitu
segumpal darah. Selain dinamai surat Al-‘Alaq surat ini juga dimai dengan surat
Iqra’ dan Al-Qolam6. Surat al-alaq yang terdiri dari 19 ayat ini tergolong surat
yang diturunkan di Makkah (Makkiyah). Hubunganya dengan surat sebelumnya
(yaitu surat Al-Tin) adalah bahwa pada surat sebelunya itu dibicarakan tentang
penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, sedangkan dalam surat
Al-‘Alaq ini dibicarakan tentang penciptaan manusia dari al-‘Alaq ( segumpal
darah) hingga nasibnya diakhirat nanti. Dengan demikian surat al-‘Alaq ini tak
ubahnya seperti Al-Syarb Wa Al-Bayan (penjelasan dan keterangan) terhadap
keterangan terdahulu.7
Para ahli tafsir menyatakan bahwa ayat pertama sampai kelima termasuk
ayat-ayat yang diturunkan pertama kali oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad
SAW. Yaitu pada waktu ia menyendiri (berkhalwat) digua hira. Pada saat itu

5
Kisah Turunya Surat Al-alaq Ayat 1-5, diakses dari https://akurat.co/kisah-turunnya-surah-al-alaq-yang-
jadi-wahyu-pertama-diterima-nabi-muhammad tanggal 28 September 2022 pukul 23.05.
6
Sejarah Turunya surat al-alaq, diakses dari https://maribelajarvika4.blogspot.com/2017/08/makalah-
tafsir.html tanggal 28 September 2022 pukul 23.29.
7
Ahmad Mushafa al-Maraghi,Tafsir al-Maraghi,jilid X,(Beirut: Dar al-Fikr,tp.th.), hal. 197 (dalam Tafsir
ayat-ayat Pendidikan,Dr.H.Abuddin Nata,MA.)

3
4

malaikat Jibril datang kepadanya menyuruhnya untuk membaca kelima ayat


tersebut, dan barulah setelah tiga kali malaikat (Jibril) menyuruhnya membaca
yang akhirnya dapat dibacalah kelima ayat tersebut. Pada saat itu nabi Muhammad
SAW merasa sangat berat hingga badanya bercucuran keringat dan gemetar
sampai-sampai nabi meminta istrinya Siti Khadijah untuk menyelimutinya. Pada
saat itu nabi bercerita tentang kejadian yang dialaminya kepada Siti Khadijah,
kemudian diapun menenangkan beliau dan mengajaknya menemui Waraqah yang
merupakan putra pamanya Khadijah, seorang ahli kitab. Waraqah mengatakan
bahwa apa yang dialami nabi merupakan suatu wahyu yang pernah diturunkan
kepada Nabi Ibrahim AS, iapun mengatakn bahwa Nabi Muhammad SAW pada
akhirnya akan diusir kaumnya.
Adapun untuk ayat yang lain seperti ayat 17-19 diturunkan berkenaan
dengan kasus Abu Jahal. Ketika Rasulullah Saw sedang melaksanakan shalat
datanglah Abu Jahal dan berkata: “Demi Allah engkau niscaya akan tahu bahwa
dengan shalat tersebut engkau termasuk orang yang paling memohon daripada
saya”.
Berdasarka uraian tersebut diatas, tampak bahwa dikalangan para ulama
tidak terdapat perbedaan mengenai kedudukan surat Al-‘Alaq sebagai surat
pertama dalam Al-Qur’an. Namun demikian apakah makna yang berada dibalik
adanya surat Al-‘Alaq sebagai surat yang diturunkan pertama kali? Untuk
menjawab masalah ini hanya Allah-lah yang maha mengetahui.

B. Kandungan Surat Al-Alaq


Kandungan surat al-alaq selengkapnya berbunyi:

َ ‫﴾ الَّذِي‬٣﴿ ‫﴾ ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم‬٢﴿ ‫ق‬


‫علَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬ ٍ َ‫عل‬
َ ‫سانَ مِ ْن‬ ِ ْ َ‫﴾ َخلَق‬١﴿ َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبِّكَ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫اْلن‬

‫الر ْج َع ٰى‬ ْ َ‫سانَ لَي‬


ُّ َ‫﴾ ِإ َّن ِإلَ ٰى َربِِّك‬٧﴿ ‫﴾ أَن َّرآهُ ا ْستَ ْغن َٰى‬٦﴿ ‫طغ َٰى‬ ِ ْ ‫﴾ ك َََّّل ِإ َّن‬٥﴿ ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
َ ‫اْلن‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬
َ ‫اْلن‬ َ ﴾٤ ﴿

﴾١٢﴿ ‫﴾ أَ ْو أ َ َم َر بِالت َّ ْق َو ٰى‬١١﴿ ‫علَى ْال ُهدَ ٰى‬


َ َ‫﴾ أ َ َرأَيْتَ إِن َكان‬١٠﴿ ‫صلَّ ٰى‬ َ ﴾٩﴿ ‫﴾ أَ َرأَيْتَ الَّذِي يَ ْن َه ٰى‬٨﴿
َ ‫ع ْبدًا إِذَا‬
5

ِ َّ‫﴾ ك َََّّل لَئِن لَّ ْم يَنت َ ِه لَنَ ْسفَعًا بِالن‬١٤﴿ ‫﴾ أَلَ ْم يَ ْعلَم بِأ َ َّن اللَّـهَ يَ َر ٰى‬١٣﴿ ‫ب َوت ََولَّ ٰى‬
﴾١٥﴿ ‫اصيَ ِة‬ َ َّ‫أ َ َرأَيْتَ إِن َكذ‬

١٩﴾﴿ ۩ ‫﴾ ك َََّّل ََل تُطِ ْعهُ َوا ْس ُجدْ َوا ْقت َِرب‬١٨﴿ َ‫الز َبانِ َية‬ َ ﴾١٧﴿ ُ‫﴾ فَ ْل َيدْعُ نَا ِد َيه‬١٦﴿ ‫َاص َي ٍة كَا ِذ َب ٍة خَاطِ ئَ ٍة‬
َّ ُ‫سنَدْع‬ ِ ‫ن‬

Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.
Karena dia melihat dirinya serba cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu). Bagaimana
pendapatmu tentang orang yang melarang?
Seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat.
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas
kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendusta kan dan
berpaling?
Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya?
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya.
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah
dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), Kelak Kami akan
memanggil malaikat Zabaniyah,
Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya, dan sujud lab dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
6

Ayat-ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut.

❖ Pertama yang berbunyi:


Secara harfiah kata qara' yang terdapat pada ayat tersebut berarti
menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya
dan membentuk suatu bacaan.8 Sedangkan menurut al-Maraghi secara
harfiah ayat tersebut dapat diartikan jadilah engkau seorang yang dapat
membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah
menciptakanmu, Walaupun sebelumnya engkau tidak dapat
melakukannya. Selain itu ayat tersebut juga mengandung perintah agar
manusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya
kekuasaan dan kehendak Allah, juga mengandung pesan ontologis tentang
sumber ilmu pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah SWT menyuruh Nabi
Muhammad SAW agar membaca. Sedangkan yang dibaca itu obyeknya
bermacam-macam. Yaitu ada yang berupa ayat-ayat Allah yang tertulis
sebagaimana surat al-‘Alaq itu sendiri, dan dapat pula ayat-ayat Allah
yang tidak tertulis seperti yang terdapat pada alam jagat raya dengan
segala hukum kausalitas yang ada di dalamnya, dan pada diri manusia.
Berbagai ayat tersebut jika dibaca dalam arti ditelaah, diobservasi,
diidentifikasi, dikategorisasi, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan
dapat menghasilkan Ilmu pengetahuan.9
❖ Kedua ayat yang berbunyi
Secara harfiah kata al-‘alaq yang terdapat pada ayat tersebut
menurut Al-Raghib Al;Asfahani berarti al-Damm al- Jamid yang berarti
darah yang beku. Sedangkan menurut menurut al-Maraghi ayat tersebut
menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari
segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia, dan selanjutnya
Allah memberikan potensi (al-qudrab) untuk berasimilasi dengan segala

8
Al-Raghib al-Asfahani,Mu’jan Mufradat Al-Fadz al-qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tp.th.), hal. 414
9
A. Baituni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Bandung: Mizan, 1988), cct. I, hal. 34
7

sesuatu yang ada di alam jagat raya, yang selanjutnya bergerak dengan
kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk yang sempurna, dan dapat
menguasai bumi dengan segala isinya. Kekuasaan Allah itu telah
diperlihatkan ketika dia memberikan kemampuan membaca kepada Nabi
Muhammad SAW, sekalipun sebelum itu ia belum pernah belajar
membaca10
❖ Ketiga ayat yang berbunyi
Menurut al-Maraghi bahwa pengulangan kata iqra' pada ayat ter
sebut didasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas
dalam jiwa kecuali dengan diulang-ulang dan membiasakannya
sebagaimana berlaku dalam tradisi. Perintah Tuhan untuk mengulang
membaca berarti pula mengulangi apa yang dibaca.
Kata iqra' sebagaimana telah diungkapkan di atas mengandung arti
yang amat luas seperti mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi,
membandingkan, menganalisa, menyimpulkan dan membuktikan. Semua
pengertian ini secara keseluruhan terkait dengan proses mendapatkan dan
memindahkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya
dengan metode pendidikan, sebagaimana halnya dijumpai pada metode
Iqra dalam proses mempelajari membaca al-Qur'an. Sedangkan
dihubungkannya kata iqra dengan sifat Tuhan yang maha mulia
sebagaimana terlihat pada ayat tersebut di atas, mengandung arti bahwa
Allah memuliakan kepada siapa saja yang mengharapkan pemberian
anugerah dari-Nya. Sehingga dengan lautan kemulyaan-Nya itu
mengalirkan nikmat berupa kemampuan baca pada orang tersebut.
❖ Keempat ayat yang berbunyi:
Kata al-Qalam pada ayat ini sebagaimana dikemukakan al-Raghib
al-Asfahani berarti potongan dari sesuatu yang agak keras seperti kuku
dan kayu, dan secara khusus digunakan untuk menulis. Sedangkan dalam

10
A-Maraghi, Loc. Cit., hal. 199. (dalam Tafsir ayat-ayat Pendidikan,Dr.H.Abuddin Nata,MA.)
8

Tafsir al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa dialah Allah yang


menjadikan qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk
memahami sesuatu, sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan.
Lebih lanjut al-Maraghi mengatakan bahwa al-qalam itu adalah alat yang
keras dan tidak mengandung unsur kehidupan, dan tidak pula mengandung
unsur pemahaman. Namun digunakannya al-Qalam untuk memahami
sesuatu bagi Allah bukanlah masalah yang sulit. Dan dengan bantuan al-
qalam ini pula manusia dapat memahami masalah yang sulit. Allah
memiliki kekuasaan untuk menjadikan seseorang sebagai pembaca yang
baik, penghubung yang memiliki pengetahuan sehingga ia menjadi
manusia yang sempurna.
❖ Keenam, ayat yang berbunyi:

‫ عبدا اداصلی ارايـت ان‬.‫ أرأيت الذي ينهي‬.‫ آن راه استغنى ان الى ربك الرجعي‬.‫كَّلن اَللسن ليطغى‬

‫ ارايت ان كـذب‬.‫ أوامر بالتقوى‬.‫كان على لهذى‬

Mulai ayat keenam hingga ayat ketiga belas surat ini menjelaskan
sifat-sifat negatif yang dimiliki manusia, yaitu sifat melampaui batas
(vatgha/tagha), merasa dirinya sudah cukup (istaghna), merasa tidak
membutuhkan lagi bantuan orang lain, menghalangi orang lain berbuat
baik (yanha), seperti halnya yang dilakukan oleh Abu Jahal, ketika ia
menghalangi Nabi Muhammad SAW mengerjakan shalat, dan orang yang
berdusta dan berpaling dari kebenaran. Dengan demikian ayat ini
merupakan penjelasan dari ayat sebelumnya, yaitu ayat 1 sampai dengan
5 yang berkaitan dengan asal asul kejadian manusia. Dengan kata lain jika
ayat 1 sampai 5 tersebut berbicara tentang asal usul kejadian manusia,
maka pada ayat 6 sampai 13 ini menjelaskan sifat-sifat manusia,
khususnya sifat-sifat yang negatif.

❖ Ketujuh, ayat yang berbunyi:

‫ كَّلً َلنطعـه واسـجد واقترب‬.‫ سندع الزبانية‬.‫فليدع ناديه‬.


9

Mulai ayat ketujuh belas sampai dengan kesembilan belas ini


berbicara tentang kekuasaan Allah dan balasan-Nya yang akan ditim
pakan Allah SWT kepada orang-orang yang berbuat jahat. Allah SWT
mengetahui segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Mereka yang
melakukan perbuatan yang buruk akan mendapatkan azab dari Allah yang
ditugaskan kepada Malaikat Jabaniyah. Dan atas dasar ini lalu Allah
mengingatkan manusia agar patuh dan tunduk kepada Nya. Selain itu ayat
tersebut juga menjelaskan tentang, berbagai prilaku orang yang berbuat
jahat yang terkadang secara lahiriah menampakkan sikap seperti orang
yang benar.

C. Kandungan Surat Al-Mu’minun


Surat Al-Mu’minun ayat 12-14 memberikan informasi tentang pentingnya
memahami asal usul dan proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang
ada dalam dirinya. Penjelasan tentang asal-usul manusia ini dijelaskan pada ayat
yang berbunyi:

‫ ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا‬.‫ولقد خلقنا اْلنسن من سلة من طيــــن ثـم جعلنـه لطفة في قرار مكين‬

‫العلقة مضغة فخلقنا المضغة عظمافكسونا العظم لحمائم أنشأنه خلقاء اخر فتبارك هللا أحسن الخلقين‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan gading. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling baik (QS. al-Mu'minun,
23:12-14).
10

Proses kejadian manusia sebagaimana dikemukakan dalam ayat-ayat


tersebut telah terbukti sejalan dengan apa yang dijelaskan berdasarkan analisis
ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting dari itu bukanlah terletak pada
ditemukannya kesesuaian antara ajaran al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, tetapi
yang terpenting adalah agar timbul kesadaran pada manusia, bahwa dirinya adalah
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dan selanjutnya ia harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini
selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia
lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggung jawab, beribadah dan beramal salih.

Selanjutnya kalimat Khalaqan akbar (makhluk yang berbentuk lain) yang


terdapat pada ayat tersebut diatas menunjukan bahwa disamping manusia
memiliki unsur fisik sebagaimana dimiliki makhluk lainya, namun ia juga
memiliki potensi lain. Menurut H.M. Quraish Shihab, bahwa potensi lain itu
adalah adanya unsur ilahiyah (ruh ilahiyah) yang dihembuskan Tuhan pada saat
bayi berusia 4bulan dalam kandungan. Perpaduan unsur fisik-jasmaniah dengan
unsur psikis-rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari sini pula
selanjutnya manusia dianugerahi potensi jasmaniah pancaindera berupa
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan; dan po tensi rohaniah
berupa, dorongan, naluri dan kecenderungan seperti kecenderungan beragama,
bermasyarakat, memiliki harta, penghar gaan, kedudukan, pengetahuan, dan
teman hidup lawan jenis
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, surat al-'Alaq berisi penjelasan tentang asal-usul kejadian
manusia beserta sebagian sifat-sifatnya yang negatif.
Kedua, surat Al-Alaq berisi penjelasan tentang kekuasaan Allah SWT,
yaitu bahwasanya Ia berkuasa untuk menciptakan manusia,serta memberikan
nikmat dan karunia berupa memberikan kemampuan membaca kepada Nabi
Muhammad SAW.
Ketiga, surat al-'Alaq berisi penjelasan tentang perintah membaca kepada
Nabi Muhammad SAW, dalam arti yang seluas-luasnya. Yaitu membaca ayat-
ayat yang tersurat dalam al-Qur'an dan ayat-ayat yang tersirat di jagat raya.
Keempat, surat al-Alaq berisi penjelasan tentang perlunya alat dalam
melakukan kegiatan, seperti halnya kalam yang diperlukan bagi upaya
pengembangan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan.
Adapun surat Al-Mu’minum yang menjelaskan mengenai proses kejadian
manusia dengan segenap potensi yang ada pada dirinya.

B. Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas


masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan dengan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun dari dosen mata Kuliah Tafsir Hadist dan Ayat-Ayat
Pendidikan maupun dari pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kisah Turunya Surat Al-alaq Ayat 1-5, diakses dari https://akurat.co/kisah-turunnya-


surah-al-alaq-yang-jadi-wahyu-pertama-diterima-nabi-muhammad tanggal 28
September 2022 pukul 23.05.

Nata Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Tafsir Al-Ayat Al-


Tarbawy,(Jakarta:Rajawali Pers, 2017). Hal.38-53.

Sejarah Turunya surat al-alaq, diakses dari


https://maribelajarvika4.blogspot.com/2017/08/makalah-tafsir.html tanggal 28
September 2022 pukul 23.29.

[1] Yusuf Ahnad, Ensiklopedia Keajaiban Ilmiah Al-qur’an (Jakarta:


Taushia,2009), h.12

[2] Lihat Dawam Raharjo, Paradigma Al Quran, Metodologi Tafsir & Kritik
Sosial (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005), h.9.

[3] Lihat misalnya QS. Ali Imran (3): 190, QS. Sad (38):29

[4] Lihat misalnya QS. Al Baqarah (2): 30, QS. Al An’am (6):165,

[5] Kisah Turunya Surat Al-alaq Ayat 1-5, diakses dari https://akurat.co/kisah-
turunnya-surah-al-alaq-yang-jadi-wahyu-pertama-diterima-nabi-muhammad
tanggal 28 September 2022 pukul 23.05.

[6] Sejarah Turunya syrat al-alaq, diakses dari


https://maribelajarvika4.blogspot.com/2017/08/makalah-tafsir.html tanggal 28
September 2022 pukul 23.29.

12
13

[7] Ahmad Mushafa al-Maraghi,Tafsir al-Maraghi,jilid X,(Beirut: Dar al-


Fikr,tp.th.), hal. 197 (dalam Tafsir ayat-ayat Pendidikan,Dr.H.Abuddin
Nata,MA.)

[8] Al-Raghib al-Asfahani,Mu’jan Mufradat Al-Fadz al-qur’an, (Beirut: Dar al-


Fikr, tp.th.), hal. 414

[9] A. Baituni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Bandung: Mizan, 1988),
cct. I, hal. 34

[10] A-Maraghi, Loc. Cit., hal. 199. (dalam Tafsir ayat-ayat


Pendidikan,Dr.H.Abuddin Nata,MA.)

Anda mungkin juga menyukai