Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KAJIAN SUMBER AJARAN ISLAM

Dosen Pengampu : Firdiansyah Alhabsyi, S.Pd., M.Pd

Di Susun Oleh Kelompok IV :

Mastang (201160017)

Elda Julia (201160015)

Siti Zahra (201160010)

Anri Ahmad Pramana Putra (201160005)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS

2021
KATA PENGANTAR

. Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kajian Sumber Ajaran Islam" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Studi Islam. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Firdiansyah Alhabsyi, S.Pd., M.Pd selaku Dosen
Mata Kuliah Metode Studi Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palu,23 September 2021

Penulis

(kelompok IV)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................................


B. Rumusan Masalah .................................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. A-Qur’an ...............................................................................................................................
B. Hadist ....................................................................................................................................
C. Sumber Pengetahuan Dalam Islam ........................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan Hadist yang memuat Sunnah
Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan
akhlak) dikembangkan dengan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya.

Al-Qur’an dan Hadist adalah pedoman manusia khususnya Muslim yang telah ditinggalkan oleh
Rasullullah SAW kepada seluruh umatnya. Al-Qur’an mengandung berbagai kisah dari sejarah zaman
lampau hingga masa yang akan datang, termuat juga hukum-hukum islam, rahasia alam semesta, serta
masih banyak lagi. Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang menyangkut hal-hal keislaman.
Konsep-konsep yang dibawa Al-Qur’an dan Hadist selalu sesuai dengan masalah yang dihadapi manusia
sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem tersebut, kapan dan dimanapun mereka berada.

Dalam makalah ini, akan diuraikan terkait Al-Qur’an dan Hadits dalam ajaran Islam, disertai bukti
keontentikan Al-Qur’an serta prilaku yang meyakini kebenaran Al-Qur’an dan Hadist.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Al-Qur’an ?


2. Apa Pengertian Hadist ?
3. Apa Sumber Pengetahuan Dalam Islam ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Al-Qur’an!


2. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Hadist!
3. Untuk Mengetahui Apa Sumber Pengetahuan Dalam Islam!
BAB II

PEMBAHASAN

A. AL-QUR’AN
1. Pengertian Al-Qur’an

Secara bahasa (etimologi), kata Al-Quran berasal dari kata qara’a yang berarti membaca.Qara’a juga
berarti mengumpulkan menjadi satu[1]. Sedangkan secara istilah, Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang
merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.

Menurut para ahli Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar, mengistilahkan Al-Quran sebagai
wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad SAW dengan perantara malaikat
Jibril untuk disampaikan kepada manusia sekaligus merupakan mukjizat bagi kerasulannya[2]. Menurut
para ahli yang lain, dinamakan Al-Quran karena didalamnya terhimpun hasil-hasil dari semua kitab-kitab
Allah.

Diantara beberapa nama Al-Qur’an seperti al-Kitab yang berarti tulisan yang lengkap tentang sesuatu
berarti pula peraturan dan penetapan. Al-Furqon berarti pemisah antara yang benar dan yang salah. Al-
Dzikra artinya peringatan atau sumber keutamaan dan keagungan bagi manusia.

Al-Quran diturunkan Allah SWT dengan bahasa Arab sebagaimana firman Allah SWT:

َ ُ‫نز ْلنَاهُ قُرْ آنًا َع َربِيًّا لَّ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِل‬


‫ون‬ َ َ‫إِنَّا أ‬

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (QS.Yusuf12:2).

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa:

a. Al Quran adalah firman Allah, bukan sabda Nabi, bukan perkataan manusia dan juga bukan
perkataan malaikat.
b. Al Quran mengandung mukjizat seluruh kandungannya, sekalipun sekecil huruf, dan titiknya pun
yang dapat mengalahkan lawan lawannya.
c. Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril secara mutawatir
(diriwayatkan banyak orang).
d. Membaca Al Quran dinilai ibadah (membaca satu huruf dari Al quran dibalas 10 kebaikan
sebagaimana keterangan dalam hadis Nabi saw).

2. Fungsi Al-Qur’an

a. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar untuk membuktikan bahwa beliau adalah
utusan Allah dan Al-Quran benar-benar firman Allah SWT bukan ucapan Nabi SAW.
b. Sebagai penguat atas kebenaran kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya.
c. Sebagai sumber hukum dan ajaran islam, baik dalam masalah sosial, politik, ekonomi,
pendidikan, kebudayaan, etika, dan lain sebagainya.
d. Sebagai hakim untuk menentukan baik dan buruknya suatu masalah yang dipermasalahkan.
e. Sebagai obat dari penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan penyakit yang
sifatnya maknawi (yang menimpa hati).
f. Sebagai petunjuk dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukkan kebesaran Allah SWT.

3. Isi Kandungan Al-Qur’an

Al Quran pada dasarnya mengandung ajaran sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia agar
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pokok-pokok ajaran tersebut adalah:

a. Ajaran mengenai Tauhid, yaitu keimanan terhadap Allah SWT


b. Ibadah
c. Akhlak
d. Hukum
e. Tata cara kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara
f. Janji dan ancaman
g. Kisah-kisah para Nabi dan umat terdahulu.

4. Bukti Keotentikan Al-Qur’an

a. Segi Keunikan Redaksi

Abdurrazaq Naufal dalam bukunya Al-Ijaz Al-’Adad Al-qur’an Al-Karim (kemukjizatan dari segi
bilangan dalam Al-Quran) dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.Misalnya:


1. Al-hayah/kehidupandan al-maut/kematian masing-masing sebanyak 145 kali.
2. An-naf/manfaat dan al-fasat/kerusakan atau mudarat masing masing sbanyak 50 kali.
3. Al-harr/panas dan al-bard/dingin masing masing 4 kali.
b) Keseimbangan antara jumlah bilangan dengan sinonim atau makna yang dikandungnya.Misalnya
al-harts/membajak dan az-zira’ah/bertani masing masing 14 kali.
c) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk pada akibatnya.
Misalnya al-infaq/menafkahkan dan ar-ridha/kerelaan masing masing 73 kali.
d) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya. Misalnya al-
israf/pemborosan masing masing 23 kali.
e) Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut ditemukan pula keseimbangan khusus,
misalnya:
1. kata yaum/hari dalam bentuk tunggal, sejumlah 365 kali, sebanyak hari hari dalam setahun.
2. Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada tujuh, dan penjelasan ini diulanginya pula sebanyak
tujuh kali pula yaitu terdapat dalam surah Al-baqarah dan beberapa surat lain.
b. Segi Kemukjizatan

Al-Quran sebagai mukjizat menjadi bukti kebenaran Muhammad SAW selaku utusan Allah yang
membawa misi universal, risalah akhir, dan syariah yang sempurna bagi manusia.
Kemukjizatan Al-Quran pada dasarnya berpusat pada dua segi, yaitu segi isi atau kandungan al-Quran,
dan segi bahasa al-Quran.

a) Segi atau Isi Kandungan Al-Qur’an


1. Al-Quran mengungkap sekian banyak ragam hal ghaib seperti halnya mengungkap kejadian
masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masanya yang telah demikian
lama, seperti peristiwa tenggelamnya fir’aun dan diselamatkannya badannya.
2. Dalam al-Quran banyak terdapat ramalan-ramalan tentang peristiwa-peristiwa yang belum
terjadi tetapi kemudian betul-betul terjadidalam sejarah sebagaimana diramalkan, misalnya,
ramalan al-Quran tentang kemenangan akhir kerajaan romawi dalam peperangan melawan
kerajaan persi, dan menjadi kenyataan sejarah pada tahun 624 M, yaitu 7 tahun setelah
ramalan al-Quran.
b) Segi bahasa al-Quran
1. Dari segi bahasa, al-Quran merupakan bahasa bangsa arab Quraisy yang mengandung sastra
Arab yang sangat tinggi mutunya. Ketinggian mutunya meliputi segala segi. Kaya akan
perbendaharaan kata kata, padat akan makna yang terkandung, sangat indah dan sangat
bijaksana dalam menyuguhkan isinya.
2. Dalam gaya bahasanya yang menakjubkan, al-Quran mempunyai beberapa keistimewaan,
diantaranya:
3. Kelembutan al-Quran secara lafzhiah yang terdapat pada susunan suara dan keindahan
bahasanya.
4. Keserasian al-Quran baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti bahwa semua
orang dapat merasakan keagungan dan keindahan al-Quran.
c. Segi Sejarah

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2
bulan dan 22 hari. Nabi Muhammad SAW setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu
tersebut kepada para sahabat agar mereka menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi, tidak kurang dan
tidak lebih.

Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, Nabi SAW memanggil para sahabat yang pandai
menulis, untuk menulis ayat-ayat yang baru saja diterimanya disertai informasi tempat dan urutan setiap
ayat dalam suratnya. Ayat-ayat tersebut ditulis dalam pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-kulit atau
tulang-tulang binatang.

Al Quran terdiri dari 114 surat dan 6.666 ayat. Dalam masa Al-Quran diturunkan, terbagi menjadi dua
periode, yaitu periode Makkah dan Madinah.

a) Makiyyah

Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Terdiri dari 86
surat. Ciri-ciri surat Makkiyah yaitu:

1. Ayat yang pendek-pendek


2. Terdapat perkataan “yaa ayyuhannaas” (wahai manusia) kecuali surat Al-Hajj, ayat 77
3. Mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman, dan pahala
4. Mengandung kisah-kisah umat terdahulu, kecuali surat Al Baqarah
5. Mengajarkan budi pekerti dan akjhlak yang mulia.
b) Madaniyah

Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Terdiri dari 28
surat. Ciri-ciri surat Madaniyyah yaitu:

1. Pada umumnya ayat-ayat dan suratnya panjang-panjang


2. Terdapat perkataan “yaa ayyuhalladzuuna aamanu”(wahai orang-orang yang beriman)
3. Ayat ayatnya mengandung jihad, perang, masalah sosial, hukum
4. Menunjukkan secara rinci bukti bukti yang menunjukkan hakikat hakikat keagamaan.

Setelah rasulullah wafat pemeliharaan al-Qur’an dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan
Utsman bin Affan. Abu Bakar mengemban tugas pemeliharaan al-Qur’an dengan melakukan
penghimpunan naskah-naskah al-Qur’an yang berserakan menjadi satu mushaf. Hal ini dikarenakan
banyak para sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan perang Yamamah. Dalam pertempuran
tersebut 70 orang penghafal al-Qur’an gugur. Kemudian baru pada masa Utsman bin Affan tersusun
pembukuan al-Qur’an standar dalam rangka menjaga otentitas al-Qur’an sekaligus mengantisipasi konflik
internal sekitar qira’at pada masa itu. Sejak itu umat islam dalam membaca al-Qur’an berpegang pada
bentuk bacaan yang sesuai dengan mushaf Utsmani.

B. HADIST
1. Pengertian Hadist

Menurut bahasa, Hadist mempunyai beberapa arti yaitu yang baru, yang dekat, berita dan berlaku,
sedangkan menurut istilah, Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik
perkataan, perbuatan, persetujuan ataupun yang sepadannya[6].

Secara umum, para ahli Hadist berpendapat bahwa “Hadist” adalah sinonim kata “Sunnah”. Jadi kedua
kata tersebut pengertiannya sama. Namun terdapat beberapa perbedaan yaitu hadist adalah perkataan,
perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang sudah tertulis dan telah diriwayatkan oleh para
sahabat dan generasi selanjutnya secara bersambung dan turun temurun. Sedangkan Sunnah adalah wahyu
Allah yang diterima dan dipraktikkan Nabi Muhammad SAW untuk kemudian diriwayatkan oleh sahabat
ke generasi selanjutnya.

Jadi dapat disimpulkan hal yang terkandung dalam pengertian Hadist atau Sunnah, yaitu:

a) Perkataan Nabi SAW, yang berhubungan dengan suruhan, larangan, dan keputusan
b) Perbuatan Nabi SAW dan kebiasaannya
c) Pengakuan Nabi SAW yang tidak diucapkan.

2. Fungsi Hadist
a) Sebagai penjelas terhadap masalah masalah dalam Al Quran
b) Menguatkan kebenaran Al Quran
c) Sebagai pegangan dan sumber hukum kedua setelah Al Quran.
3. Macam-macam Hadist

Atas dasar jumlah periwayat, hadist dibagi menjadi mutawatir dan ahad. Hadist mutawatir didasarkan
pada panca indera (dilihat dan didengar sendiri oleh yang meriwayatkan) yang diberitakan segolongan
manusia yang berjumlah banyak.

a) Hadist Mashyur, yaitu Hadist yang diriwayatkan melalui lebih dari dua orang
b) Hadist Aziz, yaitu Hadist yang diriwayatkan melalui kurang dari dua orang
c) Hadist Gharib, yaitu Hadist yang diriwayatkan satu orang saja.

Dan dari segi penerimaan hadist, terbagi atas dua macam yaitu maqbul yang artinya dapat diterima dan
mardul yang artinya tertolak[7].Usaha seleksi penerimaan tersebut diarahkan kepada tiga unsur
Hadist,yaitu:

a) Matan (isi Hadist)


Suatu isi Hadist dinilai baik apabila materi hadits itu tidak bertentangan dengan al-Qur'an atau
Hadits lain yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan realita, tidak bertentangan dengan fakta
sejarah, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam.
b) Sanad (persambungan antara pembawa dan penerima hadits).
Suatu persambungan Hadits dapat dinilai segala baik, apabila antara pembawa dan penerima
Hadits benar-benar bertemu bahkan dalam batas-batas tertentu berguru. Tidak boleh ada orang
lain yang berperanan dalam membawakan hadits tapi tidak nampak dalam susunan pembawa
Hadits itu. Apabila ada satu kaitan yang diragukan antara pembawa dan penerima Hadits, maka
Hadits itu tidak dapat dimasukkan dalam kriteria Hadits yang maqbul.
c) Rawi (orang-orang yang membawakan hadits):
Seseorang yang dapat diterima haditsnya ialah yang memenuhi syarat-syarat: Adil, yaitu orang
Islam yang baligh dan jujur, tidak pernah berdusta membiasakan dosa. Hafizh, yaitu kuat
hafalannya atau mempunyai catatan pribadi yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Sejarah Singkat Perkembangan Hadist

Para ulamamembagi perkembangan Hadits itu kepada 7 periode yaitu:

a) Masa wahyu dan pembentukan hukum (pada Zaman Rasul: 13SH-11SH).


b) Masa pembatasan riwayat (masa khulafaur-rasyidin: 12-40 H).
c) Masa pencarian Hadits (pada masa generasi tabi’in dan sahabat-sahabat muda:41H-akhir abad 1
H).
d) Masa pembukuan Hadits (permulaan abad II H).
e) Masa penyaringan dan seleksi ketat (awal abad III H) sampai selesai.
f) Masa penyusunan kitab-kitab koleksi (awal abad IV H sampai jatuhnya Baghdad pada tahun 656
H).
g) Masa pembuatan kitab syarah Hadits, kitab-kitab tahrij dan penyusunan kitab-kitab koleksi yang
lebih umum (656 H dan seterusnya).
C. SUMBER PENGETAHUAN DALAM ISLAM

Ilmu pengetahuan dalam Islam memiliki kedudukan sangatlah penting. Terlihat dari beberapa dalil A –
Quran dan hadits yang memandang orang berilmu dalam posisi tertinggi dan mulia. Keimanan yang
dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu. Di dalam pedoman Al – Quran, ilmu
pengetahuan dalam islam memiliki arti tersendiri yang belum banyak di ketahui umat islam lainnya.
Selain itu, ilmu pengetahuan amat penting bagi individu untuk meningkatkan martabat manusia. Dengan
ilmu, manusia juga dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah di muka bumi ini.

Islam adalah agama yang menghargai dan meninggikan derajat orang yang berilmu. Dalam islam
sendiri terkandung ilmu pengetahuan yang tidak terbatas dan terpisah-pisah seperti halnya masyarakat
barat membagi dan memisahkan ilmu menjadi beberapa cabang. Ilmu pengetahuan dalam islam tersusun
dalam kesatuan dan bahkan dalam Al Quran sendiri terkandung ilmu pengetahuan di dalamnya.

Ilmu pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber. Kita bisa mencari ilmu di mana saja dan kapanpun.
Sebuah hadits telah diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena
sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan
sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut.”

Oleh demikian, sumber ilmu telah di klasifikasikan kepada beberapa jenis agar manusia paham akan
sumber dan konsep ilmu pengetahuan. Wahyu diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada
pesuruhNya. Ia merupakan teras kepada segala ilmu, di mana ia telah diturunkan dan dikumpulkan di
dalam Al Quran. Wahyu yang diturunkan mengandungi segala ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh
manusia untuk kemaslahatan hidup serta perkara gaib yang tidak terjangkau oleh akal manusia.

merangkum, dengan akal manusia dapat menimbang dan membedakan antara yang baik dan buruk
walaupun mungkin tidak bersifat kebenaran mutlak namun memadai untuk mengatasi masalah kehidupan
seharian. Semua makhluk ciptaan Allah dikaruniakan otak, namun hanya manusia yang dikaruniakan akal
supaya dapat berpikir dan menerpakan sifat perikemanusiaan di dalam diri.

Pada dasarnya, Islam menegaskan bahwa semua ilmu datang dari Allah SWT. Klasifikasi ilmu
pengetahuan yang telah diberikan oleh para ahli filsafat, pakar, dan orang bijaksana, khususnya para ahli
sufi dapat diterima seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Hazm, Imam al-Ghazali, dan al-Suyuti. Al-Attas
juga mengakui kebenaran klasifikasi ilmu yang mereka berikan.

Pada hakikatnya terdapat kesatuan di se balik hirearki semua ilmu pengetahuan dalam kaitannya
dengan pendidikan seorang Muslim. Ilmu dapat di kategorikan berdasarkan keragaman ilmu manusia dan
cara-cara yang ditempuh mereka untuk memperolehnya dan pengkategorian tertentu itu melambangkan
usaha manusia untuk melakukan keadilan terhadap setiap bidang ilmu pengetahuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Quran dan Hadist adalah sebagai sumber ajaran agama Islam yang telah ditinggalkan oleh
Rasullullah SAW, yang merupakan segala macam cara untuk memecahkan semua permasalahan yang ada
sepanjang hidup manusia.

Pengertian Al-Qur’an adalah kallam(wahyu) Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Untuk disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir zaman nanti. Selain sebagai sumber ilmu
pengetahuan, al-Quran juga sebagai peringatan bagi ummat manusia, juga sebagai pembeda atas Nabi
Muhammad terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.

Sedangkan Hadist adalah segala sesuatu yang mengenai perbuatan maupun perkataan Rasullullah
SAW. Adapun kegunaan dari hadist itu sendiri adalah untuk menjelaskan ayat-ayat al-Quran yang
penjelasannya bersifat umum.

Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya yaitu, keseimbangan antara jumlah
bilangan kata dengan antonimnya, dengan sinonimnya, dengan jumlah kata yang menunjuk pada
akibatnya, dengan kata penyebabnya.Dari segi kemukjizatannya yaitu segi isi atau kandungan al-Qur’an
dan segi bahasa al-Qur’an.

Dari segi sejarahnya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Secara berangsur-angsur
lebih dari 20 tahun, kemudian baru pada masa Utsman bin Affan tersusun pembukuan al-Qur’an standar
dalam rangka menjaga otentitas al-Qur’an sekaligus mengantisipasi konflik internal sekitar qira’at pada
masa itu. Sejak itu umat islam dalam membaca al-Qur’an berpegang pada bentuk bacaan yang sesuai
dengan mushaf Utsmani.

B. Saran

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu kami mohon maaf. Dan kami sangat berharap atas kritikan dan saran yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mahmudkumpulanmakalah.com/2019/10/sumber-ajaran-islam-al-quran-dan-al.html

https://umroh.com/blog/ilmu-pengeahuan-dalam-islam/

Hawi Akmal.2014.Dasar-dasar Studi Islam.Jakarta.PT Raja Grafindo Persoda

Anda mungkin juga menyukai