Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KITAB SUCI

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas kelompok

Mata kuliah aqidah dan ushuluddin

Disusun oleh :

Em dewy shafura’ virdaws

Ahmad Yahya

Fakultas Teknik Informatika Universitas Qomaruddin

Gresik

2019
Kata Pengantar

Assalamuálaikum Warahmatullahiwabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu


wata’ala, karena dengan limpahan rahmat dan hidayahNya, kami
dapat menyusun makalah yang membahas tentang penjelasan-
penjelasan tentang al qurán yang kami beri judul “KITAB SUCI”

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud


tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami


khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Gresik, Oktober 2019

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 2

Daftar Isi .................................................................................................................................................. 3

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 5

II. PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6

A. AL QURAN KALAMULLAH ............................................................................................................. 6

1. Pengertian Al Qur’an sebagai kalamullah ................................................................................ 6

2. Perbedaan Al Quran dengan kitab lain .................................................................................... 8

B. KEISTIMEWAAN AL QURAN: MUTAWATIR,BERTAHAP DAN DIJAGA KEOTENTIKANNYA OLEH


ALLAH ..................................................................................................................................................... 9

C. KESELARASAN AL QURAN DENGAN IPTEK .................................................................................. 13

III. PENUTUP ................................................................................................................................... 14

1. Kesimpulan...........................................................................................................................14

2. Saran...................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. 15

(3)
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan kitab yang telah memberikan pengaruh yang begitu luas dan
mendalam terhadap jiwa manusia. Dalam pandangan hidup Islam, mengenal hakikat Al
Qur’an sebagai Kalamullah sangatlah penting dimengerti oleh seluruh umat muslim. Al-
Quran merupakan dasar keyakinan keagamaan, keibadatan, sumber dari segala sumber
hukum dan pembimbing tingkah laku bermasyarakat dan individu. Dalam rangka
mengenal pemahaman mengenai Al Qur’an, sangat perlu untuk mengetahui apa itu Al
Qur’an secara keseluruhan dan bagimana hakikatnya.
Pengertian Al Qur’an secara singkat dapat dirumuskan sebagai wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk akhir zaman. Kandungan isi
Al Qur’an mencakup dua dimensi utama yaitu dimensi keagamaan dan dimensi keilmuan.
Otensitas Al Qur’an atau keterjagaan keaslian Al Qur’an dapat dibuktikan dengan
berbagai dalil naqli maupun aqli serta bukti-bukti kesejarahan. Hal ini karena Allah sudah
berjanji bahwa keaslian Al Qur’an akan selalu terjaga sampai akhir zaman. Sebagai
Kalamullah (perkataan Allah), tentu saja Al Qur’an dapat dibuktikan dengan bukti yang
tak terbantahkan. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan
pemikiran manusia, otensitas dan hakikat Al Qur’an sebagai kalamullah sering
mengalami penghujatan. Hujatan-hujatan itu tidak hanya datang dari kaum orientalis
barat yang sekuler, tapi juga muncul dari kalangan para pemikir Islam. Padahal bagi
seorang muslim tentu kita tidak boleh ragu sedikit pun tentang asal Al-Qur'an bahwa
kitab ini jelas adalah Firman Allah SWT (kalamullah) bukan karangan manusia. Karena
Allah telah berfirman

َُ ‫ِإنَّا ن َْح‬
ُ ‫ن ن ََّز ْلنَا ال ِذِّ ْك ََر َو ِإنَّا لَ َهُ لَ َحا ِف‬
ََ‫ظون‬

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanyam (QS. Al Hijr ayat 9)

(4)
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Al Qur’an sebagai kalamullah?
b. Apa saja keistimewaan Al Quran?
c. Bagaimanakah bentuk keselarasan Al Quran dengan IPTEK?

(5)
II. PEMBAHASAN

1. Al-qur’an Kalamullah

A. Pengertian Al-Qur’an Sebagai Kalamullah


Kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an sebagai kitab Allah
menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi
sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.1
Al-Qur’an menurut bahasa berarti “Bacaan”. Di dalam al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata
“quran” dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17-18 surat 75 Al-Qiyamah.

Artinya: (17) “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. (18) Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka
ikutilah bacaannya itu.”2

Para ahli mengemukakan beberpa definisi Al Qu’an sebagai berikut:

Iman Jalaludin As-Sayuthy, di dalam bukunya yang bernama “Itmam al-Dirayah”,


disebutkan:

Artinya: “AI-Qur’an ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk melemahkan pihak-pihak yan g menentangnya, walaupun hanya dengan
satu surat saja dari padanya.

Unsur-unsur penting yang disebutkannya dalam definisi sifat Al-Qur’an itu sebagai:
a. Firman Allah
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad
c. Berfungsi sebagaai mukjizat3

Pena indigo
1
Al-Qathan Manna’, Mahabis fi Ulum al-Quran, Al-Syarikah al-Muttatridah li al Tauzi, 1973.
Al-Shalih, Shubhi, Mabahis Fi ulum Al-Quran, Beirut Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1977
Al- Ghazali, Abu Hamid, Ihya ‘ulum al-Din, Al-Tsaqafah al-islamiyah, Kairo, 1356 H
2
jawahir Al-Quran, cetakan I Mesir, Percetakan Kurdistan t.th.
Arkoun, Mohammad dalam “Shireen” T-Hunter (ed-), Blooming, Indiana University
3 Press, 1988
Shabuni, Muhammad, Ali Al-Ttbyan Fi Ulum al-Quran”. Makkah Al Mukarromah: Dina
Mekah Barkah Utama 1985/1405 H.
(6)
Syeh Muhammad Al-Khuddhary Bik, dalam bukunya yang bernama “Usul fiqih”
disebutkan:

Artinya: “Al-Kitab itu ialah Al-Quran yaitu frman Allah dalam bahasa Arab, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk tadzabur, dzikir, telah
disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir, telah tertulis di dalam mushaf,
dimulai dengan surah al Fatihah, dan diakhiri dengaan surat An-Nas.”

Dapat kita lihat, bahwa unsur-unsur yang disebutkan dalam definisi itu ialah
sifat-sifat Al-Qur’an sebagai:
a. Firman Allah dalam bahasa Arab
b. Diturunkan kepada Nabi Muhaammad SAW
c. Sanadnyaa adalah mutawatir
d. Sudah di dalam mushaf
e. Terdiri dari beberapa surat yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan di akhiri
dengan surat an-Nas, menurut tertib urut-urut dalam mushaf.4

Ustadz Syeh Muhammad Abduh Di dalam bukunya “Risalat al-Tauhid,”


disebutkan:

“Al-kitab ialah Al-Quran yang dituliskan dalam mushaf-mushaf dan telah dihafal
oleh umat Islam sejak masa hidupnya Rasulullah sampai pada masa kita sekarang
ini”.

Unsur penting dalam definisi ini ialah:


a. Sifat Al-Qur’an sebagai kitab suci.
b. Telah dituliskan dan telah dihafal oleh para penganutnya sejak masa hidupnya
rasulullah sampai sekarang.5

Pena Indigo
4
Shihab, Quraish M., Membumikan Al-Quran, Bandung : Mizan, 1994
W. Montgomery Watt. “Pengantar Study Al-Quran” Jakarta: Grafindo Persada 1995
Masyur, H. Kahar, Pokok-pokok Ilmu al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta,1992
5
Abidin,S, Zainal, Seluk beluk al-Quran,Jakarta, Rineka Cipta, 1991
Albayadi Ibrahim, Halimudin, Sejarah al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta 1994
H.A. Mustofa, Sejarah al-Quran, Surabaya: al-Ikhlas, 1994
(7)
B. Perbedaan Al-qur’an dengan kitab lain
Al-Quran mempunyai perbedaan dengan kitab lainnya. Sifat-sifat tersebut adalah
sebagai berikut:

 Isi al-Quran
Dari segi isi, al-Quran adalah kalamullah atau firman Allah. Denga sifat ini
ucapan rasulullah, malaikat, jin, dan sebagainya tidak dapat disebut al-Quran.
Kalamullah mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang tak mungkin dapat
ditandingi oleh perkataan lainnya.6
 Cara Turunnya
Dari segi turunnya, al-Quran disampaikan melalui Malaikat Jibril yang
terpercaya (al-Ruh al Amin).
 Pembawaanya
Dari segi pembawanya, al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bin
Abdullah. Seorang rasul yang terkenal bergelar al-Amin (terpercaya). Ini berarti
bahwa wahyu Tuhan yang disampaikan kepada nabi lainnya tidak dapat disebut al-
Quran.7
 Fungsinya
Al-Quran berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan Muhammad.
 Susunannya
Al-Quran disusun sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW. Karena itu,
susunan ayat ini bersifat tauqifi (diwahyukan). Sedangkan urutan surat yang dimulai
dengan al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas disusun atas ijtihad, usaha dan
kerja keras para sahabat di zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Utsman bin
Affan para sahabat yang meyusun urutan surat-surat tersebut terkenal jujur, cerdas,
pandai, sangat mencintai Allah dan Rasul, dan hidup menyaksikan hal-hal yang
berkaitan pada waktu ayat al-Qur’an turun.
 Penyampaiannya
Al-Qur’an disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti
disampaikan oleh sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa ia benar-benar
wahyu Allah SWT dan terpelihara dari perubahan atau pergantian.8

Pena Indigo
6
Abuddin Nata, al-Quran dan Hadits,
7
Zuhaili Wahbah, al-Quran Paradigma Hukum dan peradaban,
8
H.M.D. Dahlan, Syibahuddin, kuncu-kunci Menyingkap isi al-Quran, Bandung: Pustaka
Firtri,2001

(8)
2. Keistimewaan Al-qur’an : mutawatir, bertahap dan di jaga keotentikannya
oleh Allah.

Mutawatir adalah bentuk ism al-fa’il dari tawatara-yatawataru-tawatur


yang menurut bahasa berarti sebagian mendatangi jejak sebagian lainnya
secara sendiri-sendiri tanpa terputus. Dalam alMu’jam al-Wajiz, mutawatir
yang digunakan untuk khabar atau hadis berarti sesuatu yang diceritakan oleh
banyak orang yang tidak ditakutkan bersepakat untuk bohong. Mutawatir
adalah berita/hadits sahih yang diriwayatkan oleh jamaah yang secara akal dan
kebiasaan tidak mungkin bersepakat untuk bohong dari jamaah yang serupa
sejak awal sanadnya, pertengahan hingga penghabisannya. Terdapat
perbedaan pendapat dalam hal jumlah jamaah tersebut, seperti dengan 4, 5, 10,
12, 20, 40, 70 orang, atau 313 laki-laki ditambah 2 perempuan (ahli perang
Badr), tetapi pendapat yang lebih kuat hanya mempersyaratkan kemustahilan
berbohong.9

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengertian dalam ‘ulum


al-Qur’an dan ‘ulum al-hadis karena pada dasarnya ke-mutawatiran dalam al-
Qur’an adalah kualitas periwayatan “sesuatu” dari Nabi. Secara umum,
mutawatir menggambarkan kualitas proses transmisi al-Qur’an dari zaman ke
zaman. Namun, istilah mutawatir dalam kajian al-Qur’an sering digunakan
sebagai kualitas kesahihan qiraat. Banyak periwayatan qira’at yang “berbeda”
satu sama lain tetap dinyatakan mutawatir dan diyakini kehujjahannya.10

Tidak seorang pun menyatakan bahwa persyaratan mutawatir yang


menghasilkan predikat ilmu al-yaqin dalam suatu pemberitaan adalah tidak
ada seorang pun yang menyalahinya. Predikat mutawatir bukan berarti tidak
boleh ada yang menyalahinya , karena jika demikian, maka predikat tersebut
tidak pernah ada.

Pena Indigo
9
Muhammad ibn Abu Bakar ibnu Abdul Qadir ar-Razil, Mukhtar as-Sahah,cet,
ke-1 (Beirut: Dar al kutub, 1994), hlm. 362
10
Manna’ Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Quran,(Riyad: Mansyurat al-‘Asr

al-Hadis), hlm. 178

(9)
Sebagaimana diketahui bahwa al-Qur’an diriwayatkan secara tawātur,
dengan bilangan orang banyak dan tidak mungkin berbohong. Dan diketahui
pula bahwa tidak semua generasi (misalnya sahabat) menghafal al-Qur’an
secara keseluruhan. Sehingga timbul pertanyaan apakah periwayatan secara
tawātur tersebut menyaratkan hafalan keseluruhan atau cukup sebagian al-
Qur’an. As-Suyūtiy mengatakan bahwa setiap orang menghafal keseluruhan
tidak disyaratkan dalam tawātur, tetapi telah mencukupi apabila semua (di
antaranya) menghafal keseluruhan al-Qur’an, meskipun terbagi-bagi. Dari
kasus pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar dapat disimpulkan bahwa
ukuran ke-mutawatir-an adalah tawatur hifzi dan tawatur kitabi. Al-Qur’an
harus diriwayatkan sesuai hafalan orang.11

banyak (sahabat) dan tulisan al-Qur’an yang ditulis oleh penulis wahyu atas perintah dan
dihadapan Nabi. Kedua syarat ini digunakan karena adanya tradisi penghafalan al-Qur’an
yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat, serta perintah beliau untuk menulis al-Qur’an
kepada penulis-penulis wahyu al-Qur’an.

Al-Qur’an dalam satu riwayat diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu
dari malam 17 Ramadhan tahun 41 Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari
kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Firman Allah dalam surat Al Isra’:

Artinya :Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian.12

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril, tidak
secara langsung melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Sering pula wahyu turun
untukmenjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau membenarkan
tindakan Nabi SAW. Banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar
belakang pertanyaanatau kejadian tertentu.
Turunnya Al-Qur’an secara bertahap, tidak hanya disebabkan karena Al-Qur’an itu lebih
besar dari kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah sebelumnya, melainkan ada beberapa
hikmah lainnya.13

Pena Indigo
11
3 Ibid., hlm. 146
12
Labib Sa’id, al-Jam’u as-sauty al-Awwal, (Kairo: Dar al-kutub al-arabi,t.t.)
hlm. 168
13
Prof. Dr. Said Agil Husein al-Munawwar, al-Quran membangun
tradisi Kesalehan Hakiki, cet. Ke-1 (Jakarta:Ciputat Press, 2002), hlm. 26

( 10 )
Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu mengandung hikmah yang nyata serta
rahasia mendalam yang hanya diketahui oleh orang-orang yang alim atau pandai.[3]Dari
penjelasan sebelumnya,kita dapat menyimpulkan hikmah turunnya Al-
Qur’an secara berangsur-angsur,diantaranya:
 Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW.
 Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an.
 Meringankan Nabi dalam menerima wahyu.
 Mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi
kaum muslimin.
 Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi.14

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak
ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar
lagi Maha Mengetahui.
(Qur’an Surat Al-An’am ayat 115)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya.
(Qur’an Surat Al-Hijr ayat 9)
Dalam ayat diatas merupakan janji ALLAH untuk menjaga keaslian Al-Quran, dan
terbukti diseluruh belahan dunia AL-Quran telah tersebar dalam berbagai media cetak dan
elektronik dan terbukti tak ada satu huruf pun yang berbeda antara musyaf Al -Quran yang
ada di Indonesia dengan musyaf yang ada di amerika, eropa dan negara lainnya. 15
Adakah buku selain kitab suci AL-Quran yang isinya tetap sama (huruf, titik,
koma) dan bertahan selama 1400 tahun tetap keasliannya???
 Bukti-bukti Keaslian Al-Qur'an :
Secara ilmiah, berbagai tudingan para orientalis dan misionaris yang menyerang
otentisitas Al-Qur’an itu sudah terjawab buku monumental Prof Dr Muhammad Musthafa
Al-A’zami The History of The Qur’anic Text, From Revelation to Compilation (edisi
Indonesia: Sejarah Teks Al-Qur’an, Dari Wahyu Sampai Kompilasinya).
 Secara teknis, faktor keaslian Al-Qur'an terjaga bukan oleh tulisan dan
manuskrip, tapi oleh banyaknya intelektual penghafal Al-Qur'an sejak
zaman Nabi hingga saat ini. Sudah tak terhitung berapa juta manusia yang
hafal Al-Qur'an di luar kepala tanpa salah satu titik koma pun. Dengan
banyaknya para penghafal Al-Qur’an di seluruh dunia, maka Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berani berkomentar: “Umat kita tidaklah sama dengan Ahli
Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang tidak mau menghafal kitab suci mereka.
Bahkan seandainya seluruh mushaf itu ditiadakan, maka Al-Qur’an tetap
tersimpan di hati kaum muslimin.” 16
Pena Indigo
14
as-Suyutiy, al-itqan fi ‘ulum al-Quran ( Beirut: Dar al-Fikr,t.t.),jilid 1, hlm.71
15
Prof.Dr. Sa’id Agil Husein Munawwar,al-Quran membangun, hlm. 27. Pendapat ini dikutip dari Muhammad
Abu Syuhbah, Al-Madkhal li Dirasat al-Quran al-karim, cet.ke-2, (Kairo: Dar al-Kutub, 1973), hlm.289
16
Drs. H. Ahmad Syadali, M. A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I hal. 59

( 11 )
Bila dibandingkan secara objektif, maka ada tiga perbedaan mendasar antara
sejarah Al-Qur'an dan Bibel:
 Pertama. Al-Qur’an ditulis oleh puluhan juru tulis wahyu langsung di bawah
pengawasan Rasulullah SAW. Beliau mendokumentasikan Al-Qur’an dalam
bentuk tertulis sejak masa turunnya wahyu. Karenanya, beliau menugaskan
puluhan shahabat sebagai penulis wahyu, antara lain: Abban bin Sa’id, Abu
Ayyub Al-Ansari, Abu Umamah, Abu Bakar As-Siddiq, Abu Hudzaifah,
Abu Sufyan, Abu Salamah, Abu Abbas, Ubayy bin Ka’ab, Al-Arqam, Usaid
bin Al-Hudair, Khalid bin Sa’id, Khalid bin Al-Walid, Az-Zubair bin Al-
‘Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Tsabit, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin
Abi Thalib, ‘Umar bin Khatthab, ‘Amr ibn Al-’Ash, Mu’adz bin Jabal,
Mu’awiyah, Yazid bin Abi Sufyan, dll.
Saat wahyu turun, secara rutin Rasulullah memanggil para penulis
yang ditugaskan agar mencatat ayat tersebut. Dalam hal penulisan ayat yang
baru turun, Nabi memiliki kebiasaan untuk meminta penulis wahyu untuk
membaca ulang ayat tersebut setelah menuliskannya. Menurut Zaid bin
Tsabit, jika ada kesalahan dari penulisan maka beliau yang membetul-
kannya, setelah selesai barulah Rasulullah membolehkan menyebarkan ayat
tersebut.
Sementara Bibel ditulis dalam waktu puluhan hingga ratusan tahun
sepeninggal para nabi yang menerima wahyu dari Tuhan. Sementara kitab
Perjanjian Lama disusun antara tahun 1.400 sampai 400 Sebelum Masehi,
sedangkan Perjanjian Baru disusun antara tahun 50-100 Masehi.
Ketidakhadiran para nabi dalam proses penulisan Bibel, menjadi peluang
tersendiri terhadap pemalsuan (tahrif) terhadap kitab suci.
 Kedua. Al-Qur’an dihafal oleh para shahabat yang langsung belajar kepada
Nabi Muhammad SAW, sedangkan Bibel sama sekali tidak dihafal oleh
orang-orang yang mengimaninya. Ketiadaan orang yang hafal Bibel, tentu-
nya memperbesar peluang distorsi dan pemalsuan ayat.
 Ketiga. Proses pembukuan Al-Qur’an adalah penyalinan ayat-ayat yang
mengacu pada tulisan dan hafalan yang ditulis dan dihafal langsung di
hadapan Rasulullah SAW semasa hidupnya. Sedangkan pembukuan Alkitab
mengacu pada tulisan manuscript evidence dalam bentuk papyrus, scroll,
dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip ini pun penuh dengan masalah,
sebagian tidak diketahui penulisnya, sebagian lagi rusak dan tak terbaca. 17

Pena Indigo
17
Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Study Al-Quran, hal 68

( 12 )
3. Keselarasan Al Quran dengan IPTEK
Salah satu hal penting sebagai bukti bahwa Islam merupakan satusatunya agama
yang benar dan cocok dijadikan sebagai pedoman hidup manusia adalah adanya
keselarasan antara agama Islam dengan ilmu pengetahuan, sehingga bisa dicapai
titik temu antara keduanya. Bahkan, selain sebagai pedoman hidup, AlQuran dan
Hadits juga merupakan sumber ilmu pengetahuan. Al-Qur’an yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW merupakan mukjizat paling besar pengaruhnya, isinya
selalu relevan dengan kehidupan, serta ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya
merupakan anugerah bagi manusia. Salah satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-
Qur’an yang paling utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu
pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an
sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5. Ada banyak
ciri kemukjizatan Al-Qur’an salah satunya adalah dipeliharanya isi Al-Qur’an hingga
keotentikannya dijamin oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hijr Ayat 9. Demikianlah Allah
menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan
dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-
makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim
percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda
sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar
serta dibaca oleh para sahabat Nabi SAW.1

Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun
yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai
asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah);
sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu
alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih
lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan
manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”. Islam merupakan satu-satunya agama di
dunia yang sangat berempatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu,
bahkan AlQur’an itu sendiri merupakan sumber ilmu dan sumber inspirasi berbagai
disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Al-Qur’an mengandung banyak
konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap orang-
orang yang berilmu. Dalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk menuntut ilmu, baik
ilmu agama maupun ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Hal ini sebagaimana
telah disabdakan oleh Rasulullah SAW : “ Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang
Islam” (HR. Ibnu Majah).2
Pena indigo
1
Eva iryani, jurnal ilmiah universitas ( Batanghari jambi,2017 ) Vol.17 No.3Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017
2
Efendi ishak, Alquran dan ilmu pengetahuan modern ( senayan,2018 )
( 13 )
III. PENUTUP

1. KESIMPULAN
Al Quran adalah salah satu kalam Allah S.W.T yang diturunkan kepada
Nabi muhammad S.W.T. dan arti “quran” berarti “bacaan” yaitu pedoman
seluruh umat manusia diseluruh penjuru dunia yang dipakai sebagai
Petunjuk, pegangan dan lain sebagainya, didalam baik melakukan ibadah,
budi pekerti dan lain-lain.
Al Quran merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah,
dan kitab yang selalu dipelihara.

Kandungan dalam Al Quran yaitu Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum,


Sejarah dan dorongan untuk berfikir.

Al Quran merupakan mukjizat bagi Rasulullah Muhammad S.A.W.


Pedoman hidup bagi setiap muslim, Korektor dan penyempurna terhadap
kitab-kitab Allah yang sebelumnya dan bernilai abadi.

2. SARAN
Kita sebagai umat islam harus selalu menjaga dan melestarikan kemurnian
Al Quran. Disamping dengan berkembangnya modernisasi dan globalisasi
Yang mendunia, agar kita tidak melenceng dari ajaran yang dibenarkan
oleh Rasulullah S.A.W. dan tidak masuk kedalam lubang kemusyrikan.

( 14 )
Daftar pustaka
Materi 1

https://muhsinpamungkas.wordpress.com/2013/07/25/al-quran-sebagai-kalamullah/

Al-Qathan Manna’, Mabahis fi UIum al-Qur’an, Al-Syarikah al-Muttatridah li al Tauzi, 1973.


Al-Shalih, Shubhi, Mabahis Fi UIum AI-Qur’an, Beirut Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1977.
Al-Ghazali, Abu Hamid, Ihya ‘Ulum al-Din, Al-Tsaqafah al-Islamiyah, Kairo, 1356 H.
Jawahir Al-Qur’an, cetakan I, Mesir, Percetakan Kurdistan t.th.
Arkoun , Mohammad dalam “Shireen” T -Hunter (ed-), Bloomington, Indiana University
Press, 1988
Shabuni, Muhammad, Ali Al-, Al-Ttbyan Fi ulum al-Qur’an”. Makkah Al Mukarromah: Dina
Mekah Barkah Utama 1985/1405H.
Shihab, Quraish M., Membumikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1994.
W. Montgomery Watt. “Pengantar Studi Al-Qur’an” Jakarta : Grafindo Persada 1995
Masyhur, H. Kahar, Pokok-pokok Ilmu al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta, I992.
Abidin, S, Zainal, Seluk beluk al-Qur’an, Jakarta, Rineka Cipta, l99l.
Albayadi Ibrahim, Halimudin , Sejarah al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta,l99?.
H. A. Mustofa, Sejarah al-Qur an, Surabaya: al-Ikhlas, 1994.
Abuddin Nata, al-Ouran dan Hadits,
Zuhaili Wahbah, al-Quran Paradigma Hukum dan Peradaban,
H. M. D. Dahlan, Syihabu ddin, Kunci-kunci Menyingkap isi al-Qur a n, Bandung: Pustaka
Fitri, 2001.

Materi 2

1 Muhammad ibn Abu Bakar ibn Abdul Qadir ar-Razii , Mukhtar as-Sahah, cet, ke-1 (Beirut: Dar
al Kutub, 1994), hlm. 362.
2 Manna’ Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, (Riyad: Mansyu rat al-‘Asr al-Hadis), hlm. 178.
3 3 Ibid., hlm. 146
4 Labib Sa’id, al-Jam’u as-Sauty al-Awwal, (Kairo: Dar al-Kutub al-Arabi , t.t.), hlm. 168.
5 Prof. Dr. Said Agil Husein al-Munawwar, al-Qur’an membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
cet. ke-1 (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 26.
6 as-Suyūtiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.),jilid 1, hlm. 71.
7 Prof. Dr. Said Agil Husein al-Munawwar, al-Qur’an membangun, hlm. 27. Pendapat ini
dikutip dari Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal li Dirasat al-Qur’an al-Karim, cet. ke-2,
(Kairo: Dar al-Kutub, 1973), hlm. 289.
8 Drs. H. Ahmad Syadali, M. A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I,hal. 59
9 Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal 68

Materi 3

1. Eva iryani, jurnal ilmiah universitas ( Batanghari jambi,2017 ) vol.17 No.3


2. Efendi ishak, Alquran dan ilmu pengetahuan modern ( senayan,2018 )

( 15 )

Anda mungkin juga menyukai