Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AL-QUR’AN DAN AL-HADIST

SUMBER AJARAN ISLAM PERTAMA

DOSEN PENGAJAR :H. M. TAUFIK SAIMAN, S.Ag.,ME

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. NESTI YUVELA (2274201056)


2. TIARA MARLITA PUTRI (2274201034)
3. JELITA JULIANTI (2274201055)

KELAS 1B

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM

UNIVERSITAS SERASAN

MUARA ENIM

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang
benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Al-Qur’an Dan Al-Hadist Sumber Ajaran Islam Pertama” ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan agama islam, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar
mata kuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini. Juga kepada pihak-pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam
kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Muara Enim, 14 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Al-Qur‟an Sebagai Sumber Agama Islam ................................................. 3


1. Pengertian Al-Qur‟an .......................................................................... 3
2. Fungsi Al-Qur‟an ................................................................................ 5
3. Beberapa Pendekatan Memahami Al-Qur‟an ...................................... 6
4. Ruang Lingkup Pembahasa Ulumul Al-Qur‟an .................................. 9
B. Hadis Sebagai Sumber Agama islam ........................................................ 12
1. Pengertian Hadist .................................................................................. 12
2. Bentuk-Bentuk Hadist .......................................................................... 14
3. Unsur-Unsur Hadist .............................................................................. 16
4. Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur‟an ...................................................... 16
5. Beberapa Petunjuk Dan Ketentuan Umum Dalam Memahi
Hadist .................................................................................................... 17

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................... 18
B. SARAN................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur‟an dan Al-Hadist adalah pedoman manusia khususnya Ummat Muslim yang
telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh ummatnya. Al-Qur‟an merupakan
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman bagi ummat
manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik
didunia maupun diakhirat kela. Al-Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang
menyangkut hal ihwalnya. konsep-konsep yang dibawa Al-Qur‟an dan Al-Hadist selalu
relevan dengan problem yang dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok dengan setiap
ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem tersebut, kapan
dan dimanapun mereka berada. dari sinilah studi tetang Al-Qur‟an sangat penting dilakukan.

B. RUMUSAN MASALAH

karena luasnya pembahasan tentang Al-Qur‟an dan al-hadist ini. Maka didalam makalah ini
kami hanya akan membahas tentang:

1. Pengertian Al-Qur‟an
2. Fungsi Al-Qur‟an
3. Pendekatan Memahami Al-Qur‟an
4. Ulumul Qur‟an
5. Pengertian Hadist Dan
6. Fungsi Hadist , Unsur-unsur Hadist, Macam-macam Hadist.

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Al-Qur‟an

2. Untuk Mengetahui Fungsi Al-Qur‟an

3. Untuk Mengetahui

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. AL-QUR‟AN SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM

1. PENGERTIAN AL-QUR‟AN

Al-Qur‟an menurut bahasa (etimologi), mempunyai arti yang bermacam-macam, salah


satunya menurut pendapat yang lebih kuat, Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca.
Pendapat itu beralasan karena Al-qur‟an adalah masdar dari kata dasar Qara‟a Yaqra‟u yang
artinya membaca. Al-Qur‟an dalam Arti membaca ini dipergunakan oleh Al-Qur‟an sendiri.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Al-Qiyaamah : 16-19

Artinya:“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an karena hendak


cepat-cepat (menguasai)Nya” “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.”“Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”

Ayat-ayat lain yang senada dengan firman Allah tersebut diatas dapat kita temukan
pada:Surat Al-a‟raf: 204, surat An-nahl: 98, surat Al-isra: 17dan 106, surat Al-muzammil: 20,
surat Insyiqaq: 21.

Menurut makna yang terkandung dari ayat diatas Qur‟an itu diartikan sebagai bacaan,
yakni kalam Allah yang dibaca dengan berulang-ulang. Ayat-ayat tadi juga menjadi dalil
bahwa kata Al-Qur‟an itu sendiri adalah kalam Allah.

Adapun definisi Al-Qur‟an secara istilah (terminologi), Muhammad Ali Ash-shabuni


menulisnya bahwa “Al-qur‟an adalah kalam Allah yang tiada tandingan diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat jibril as, dan
ditulis pada mushab-mushab yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah yang dimulai dengan surat Al-fatihah
dan ditutup dengan surat An-Nas.

3
Bagian yang lain menyebutkan bahwa Al-Qur‟an ialah lafal berbahasa Arab yang
diturunkan kepada Muhammad saw yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang
diperintahkan membacanya yang menentang setiap orang (untuk menyusun walaupun dengan
membuat) surat yang terpendek daripada surat-surat yang ada didalam nya.1

Dari dua buah definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa apa yang disebut Al-Qur‟an
itu mempunyai kriteria-kriteria seperti:

1) Al-Qur‟an adalah Firman Allah swt


2) Al-Qur‟an yang merupakan firman Allah itu berbahasa Arab, oleh karena itu Al-Qur‟an
yang ditulis atau dilafalkan tidak dalam bahasa arab tidakdisebut Al-Qur‟an.
3) Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril,
dengan demikian hadist bukanlah Al-Qur‟an karena Hadist tidak melalui perantaraan
Jibril lagi pula hadist bukanlah Firman Allah yang diucapkan dengan bahasa Nabi sendiri.
4) Al-Qur‟an sampai kepada kita dengan jalan mutawatir artinya Al-Qur‟an yang diterima
oleh nabi muhammad dari Allah melalui Jibril itu. Beliau ajarkan kepada orang banyak
pula begitu seterusnya, sehingga akhirnya sampai kepada kita dari orang banyak kepada
orang banyak ini merupakan jaminan bagi kebenaran/ keautentikan Al-qur‟an, sebab
tidak mungkin orang banyak sepakat untuk berdusta. Bukan Al-Qur‟an kalau hanya
diriwayatkan oleh seseorang atau beberapa orang saja.
5) Al-qur‟an adalah Mukjizat Nabi Muhammad Saw yang bersifat memberikan tantangan
kepada siapapun yang tidak percaya terhadap kebenaran kewahyuannya. Mereka
ditantang untuk menandingi atau mengalahkan Al-Qur‟an, sekalipun hanya dengan
membuat satu surat yang paling pendek, namun tidak mungkin Al-Qur‟an dapat
ditandingi sebab kalau dapat ditandingi bukanlah mukjizat namanya.
6) Al-Qur‟an ditulis didalam Mush-haf. Selain Al-Qur‟an itu kitab suci yang paling banyak
dibaca (artinya memang bacaan). Ia juga ditulis dalam Mush-hab dan penulisan telah
dikerjakan sejak masa Nabi Muhammad kerena selalu ditulis ini lah Al-Qur‟an juga
disebut Al-kitab. Dewasa ini mush-haf Al-Qur‟an juga disebut Mush-haf Usmani kerena
penulisannya mengikuti metode Usman Bin Affan.
7) Al-Qur‟an diperintahkan untuk dibaca (selain itu tentunya untuk dipelajari atau
diamalkan), kerena perintah, berarti membaca Al-Qur‟an adalah ibadah pahala. Dalam

1 Mudasir, H. 1999, Ilmu Hadist, Bandung, CV. Pustaka Setia. Hal. 2

4
Hadist Riwayat Tarmidzi diterangkan bahwa, satu huruf Al-Qur‟an dibaca, pahalanya
berlipapt sampai sepuluh kali. Hanya Al-Qur‟an yang mendapat perlauan istimewa
seperti ini.
8) Al-Qur‟an diawali dengan surat Al-fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas. Lampiran-
lampiran diluar itu seperti ilmu tauhid, keterangan-keterangan yang menjelaskan tentang
keutamaan membaca Al-Qur‟an, bukanlah Al-Qur‟an.2

2. FUNGSI AL-QUR‟AN

Sumber ajaran taiap agama adalah kitab suci, begiitu pula agama islam, Al-Qur‟an
adalah sember ajaran agama islam, sumber norma, dan hukum Islam yang pertama dan
utama.inilah fungsi utama Al-Qur‟an. Itulah sebabnya Nabi Muhammad Saw. Bersabda
didalam Hadist Riwayat Malik, „‟sesungguhnya telah kutinggalkan untukmu dua perkara,
yang kamu tidak akan sesat selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Al-Qur‟an
dan Sunnah Rasul. (HR. Malik).

Al-Qur‟an sebaga sumber pertama norma dan hukum islam dapat dijabarkan kedalam
fungsi-fungsi yang lebih rinci;

a. Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi umat manusia, secara keseluruhan. Yakni petunjuk
jalan yang lurus, petunjuk kebenaran yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya yang terang.
b. Al-Qur‟an adalah pembeda antar yang haq dan yang bathil, antara yang benar dan yang
salah atau yang baik dan yang buruk. Fungsi ini sesuai dengan name lain dari Al-Qur‟an
Al-furqon (pembeda).

„‟Maha besar allah yang menurunkan Al-furqon kepada kepada hamba-Nya, agar menjadi
juru pengingat bagi seluruh alam” (Qs. Al-furqon: 1). Dan juga seperti surat Ali imran: 3-
4, dan Al-baqarah: 185).

c. Al-Qur‟an berfungsi sebagai peringatan bagi seluruhummat manusia. Fngsi ini juga
sesuai dengan nama lain yang dipakai oleh Al-Qur‟an yaitu Adz-Dzikr.

2 Faridl Miftah, – Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung :
Pustaka. Hal. 4
5
“Dan sesungguhnya Al-Qur‟an itubenar-benar menjadi peringatan bagi orang yang
bertaqwa” (Qs.Haqqah: 48) dan juga seperti surah Al-Hijr: 9, surah Shad: 1-29, surah
Yaasin: 69, dan surah Al-An‟am: 90.

d. Al-Qur‟an sebagai obat (penyembuh) bagi penyakit kejiwaan. “Hai manusia,


sesungguhnya telah datang kepadamu pengajaran dari tuhanmu dan obat bagi apa yang
ada didalam hatimu dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs.
Yunus: 57).

Dan juga seperti surat Al-isra: 82, Qs. Fush-shilat: 44, dan sabda Nabi yang berbunyi
“hendaklah kamu mengambil dua macam obat, yaitu madu dan Al-Qur‟an (HR. Ibnu
Majjah Dan Al-Hakim, dari Ibnu Mas‟ud, ra.)

e. Al-Qur‟an merupakan pengajaran atau nasihat (mau‟idhah) bagi manusia. “(Al-Qur‟an )


ini adalah keterangan yang jelas bagi manusia dan petunjuk serta pengajaran (mau‟idhah)
bagi orang-orng yang bertaqwa” (Qs.Ali-imran: 183). Dan juga seperti surah yunus :57

f. Al-Qur‟an adalah korektor bagi kitab-kitab suci yang sebelumnya atau korektor bagi
pengakuan yang dilakukan oleh manusia dalam agama mereka.

g. Al-Qur‟an merupakan bahan renungan atau pemikiran bagi orang-orang yang mau
berpikir untuk mendapatkan pelajaran yang berharga. (ini adalah) ketik yang kami
turunkan kepada engkau yang penuh berkah agar mereka suka merenungkan ayat-
ayatnya, dan agar orang-orang yang berakal mendapat pelajaran (Qs. Shad: 29) dan juga
seperti surat An-nisa: 82, dan Al-mu‟minun: 68)

h. Al-Qur‟an adalah sumber ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk dikaji dan
dipelajari sepanjang masa.

Al-Qur‟an diturunkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw, yaitu mukjizat yang paling
besar dari sekalian mukjizat lain yang pernah ada.Al-Qur‟an diturunkan supaya menjadi
mukjizat mengembangkan risalah dan menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari tuhan.
Untuk itu, Allah menurunkan Al-Qur‟an yang susunan arti hukum-hukum dan pengetahuan
yang dibawakannya mengandung unsur-unsur mukjizat.

3. BEBERAPA PENDEKATAN MEMAHAMI AL-QUR‟AN

a. Al-Qur‟an

6
Untuk memahami kandungan Al-Qur‟an yang luas dan tinggi para ulama tafsir
menggunakan berbagai metode dan corak yang beagam. Para ulam terdahulu cenderung
menggunakan metode talili sebagai mana yang sering ditemui dalam karya-karya tafsir.
metode tahlili merupakan suastu metode yang digunakan untuk memahami ayat-ayat Al-
Qur‟an dari segala segi dan maknanya, ayat-demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan
urutan yang terdapat dalam mush-haf usmani.

para ahli tafsir mutakhir melahirkan gagasan untuk mengungkap petunjuk Al-Qur‟an
terhadap suatu masalah tertentu dengan cara menghimpun seluruh atau sebagian ayat dari
beberapa surat yang berbicara tentang topik yang sama untuk kemudian dikaitkan antara
satu ayat denngan ayat lainnya sehingga akhirnya dapat diambil kesimpulan menyeluruh
tentang suatu masalah sesuai petunjuk Al-Qur‟an. cara menafsirkan Al-Qur‟an bentuk ini
disebut dengan metode maudhu’i.3

metode maudhu‟i belakangan ini banyak diminatiahli tafsir, karena metode ini
memudahkan untuk menjawab problematika masyarakat yang komleks dan berkembang
cepat.

1) Menggabungkan antara Riwayat dengan Dirayah

Prinsip pertama manhaj ini adalah menggabungkan antara Riwayat dengan Dirayah. jika
ada tafsir yang berfokus pada riwayat dan atsar, dan ada pla yang berfokus pada dirayah dan
perenungan pemikiran. maka tafsir yang paling tepat adalah mensintesiskan antara riwayat
dan dirayah, menyatukan antara dalil manqul (dalil naqli) yang shahih dan hasil pemikiran
yang jelas. dan meracik antara warisan salaf pengetahuan kaum khalaf.

Diantara ulama mutakhir adalah Imam Muhammad Bin Ali Asy-Syaukani (1250 H)
dalam kitabnya Fathul Qadir Al-Jami‟ Baina Fannai Ar-riwayah Wad-dirayah Fit-tafsir.

Dalam mukkadimah tafsirnya, ia menjelaskan tentang manhaj yang ia pilih, dan


menjelaskan kerakteristiknya. ia berkata bahwa mayoritas mufasir terbagi menjadi dua
kelompok, dan mengikuti dua jalan: kelompok pertama, dalm tafsir mereka hanya
memfokuskan dari pada riwayat, dan merasa cukup dengan mengangkat riwayat
ini. kelompok kedua, memusatkan perhatiannya dalam menafsirkan Al-Qur‟an pada
pengertian yang diberikan oleh bahasa Arab, dan ilmu-ilmu teknis lainnya dan tidak

3 Faridl Miftah, – Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung :
Pustaka hal. 1-2.
7
memberikan tempat bagi riwayat dengan baik, meskipun mereka mengutipnya namun mereka
tidak mngunggulkannya sama sekali.

2) Tafsir Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an

Prinsif kedua manhaj ini adalah menafsirkan Al-Qur‟an, dengan Al-Qur‟an kerena Al-
Qur‟an satu bagian arinya saling membenarkan bagian lainnya. dan satu bagian menafsirkan
bagian lainnya.

3) Tafsir Al-Qur‟an dengan sunnah yang shahih Shaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata
dalam Mukaddimah fi ushul tafsir.

“Cara penafsiran yang shahih adalah Al-Qur‟an menafsirkan Al-Qur‟an. apa yang disebut
secara Ijmal (global) pada suatu tempat diperinci pada tempat lain, dan apa yang disebut
secara simpel pada suatu tempat dijelaskan pada tempat lain.”

Jika engkau tidak menentukan itu, maka engkau mengambil sunnah, kerena ia adalah
penjelas Al-Qur‟an. bahkan, imam syafi‟i berkat bahwa seluruh apa yang dihukumkan oleh
Rasullullah saw, adalah dari apa yang beliau dapat dari Al-Qur‟an. Allah swt berfiman Surah
An-Nisa :105.

“Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan pembawa kebenaran,


supaya kamu mengadli antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu
dan janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah). karena membela
orang-orang yang khianat.” (QS.An-nisa :105)

4) Mempergunakan tafsir sahabat dan tabi‟in


5) Mengambil kemutlakan bahasa Al-Qur‟an diturunkan dengan bahasa arab;

Artinya : Denngan bahasa Arab yang jelas (Asy-syu‟ara: 195)

maka penafsiran wajib disamping melakukan prinsip-prinsip sebelumnya, menafsirkan


lafal sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh bahasa arab dan penggunaannya, yang
sesuai dengan kaidahnya dan balagah Al-Qur‟an menjadi mukjizat.

6) Memperhatikan konteks kalimat

Diantara prinsip yang penting dalam memahami Al-Qur‟an dengan baik dan
menafsirkannaya dengan benar adalah memperhatikan konteks ayat ditempatnya dalam surah

8
Al-Qur‟an dan kontek kalimat ditempat dalam ayat. ayat itu harus dikaitkan dengan
konteksnya yang ada. ia tidak boleh diputus hubungannya dengan yang esebelumny dan yang
setelahnya, untuk kemudian diseret untuk memberikan makna tertentu atau memperkuat
hukum tertentu yang dilakukan dengan sengajaoleh orang yang mempunyai tujuan tertentu.

7) Memperhatikan Asbaabunnuzul (sebab turunnya ayat)

Diantara prinsip dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an adalah memperhatikan


asbaabunnuzul. seperti diakui oleh ulama, Al-Qur‟an diturunkan pada dua
bagian, bagian pertma, bagan yang diturunkan secara spontan (tanpa dua bagian tertentu), ia
adalah mayoritas isi Al-Qur‟an. bagian kedua, diturunkan setelah adanya kejadian tertentu
atau adanya pertanyaan. pada sepanjang masa turunnya wahyu, yaitu 23 tahun.

8) Menjadikan Al-qur‟an sebagai rujukan utama dalam mencari pemahaman.

Orang yang ingin memahami Al-Qur‟an dan menafsirkannya harus mengosongkan diri
dari keyakinan dan pemikiran-pemikiran yang sebelumnya. tidak memaksakan kehendak
dirinya terhadap Al-Qur‟an dan menafsirkannya dengan memaksakannya agar sesuai dengan
pendapat dan kehendaknya dan megarahkannya untuk memperkuat keyakinan yang ia anut,
pemikiran yang ia Adopsi atau mazhab yang ia ikuti.

4. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ULUMUL QUR‟AN

Dari definisi-defisnisi diatas dapat dapat dipahami bahwa Ulumul Qur‟an adalah suatu
ilmu yang mempelajari ruang lingkup pembahasan yang luas. Ulumul Qur‟an meliputi semua
ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur‟an, baik berupa ilmu agama, seperti ilmu tafsir,
maupun ilmu-ilmu bahasa arab, seperti balagah dan ilmu i‟rab Al-Qur‟an, ilmu-ilmu yang
tersebut definisi ini berupa ilmu tentang sebab turun ayat-ayat Al-Qur‟an, urutan-urutannya,
pengumulannya, penulisananya, qira‟atnya, tafsirnya, kemukjizatannya, nasikh, dan
mansukhnya ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, ayat muhkamah dan mutasyabidiyah,
hanyalah sebagai pembahasan pokok Ulumul Qur‟an.

Demikian luas ruang lingkup kajian Ulumul Qur‟an sehingga sebagian ulama
menjadikan seperti luas yang tak terbatas. Al-Suyuthi memperluasnya sehingga memasukan
astronomi, ilmu ukur, kedokteran, dan sebagainya kedalam pembahasan Ulumul Qur‟an.
Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu Al-Arabi yang mengatakan bawa Ulumul Qur‟an
terdiri dari 77.450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat didalam Al-
9
Qur‟an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata didalam al-Quran mengandung makna
zahir, batin, terbatas dan tak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufradatnya
(kata-katanya). Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya
menjadi tidak terhitung. Namu demikian, Ash-Shiddiq yang mengandung segala macam
pembahasan Ulumul Qur‟an itu kembali kepada beberapa pokok persoalan saja sebagai
berikut :

Pertama, persoalan Nuzul. Persoalan ini menyangkut dengan ayat-ayat yang


diturunkan dimekkah, yang disebut dengan makkiyah. Ayat-ayat yang diturunkan dimadinah
disebut madaniyyah. Ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi berada dikampung disebut
Hadhariah. Ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi berada dalam perjalanan disebut safariyah,
ayat- ayat yang diturunkan disiang hari disebut Nahariyah, ayat-ayat yang diturunkan di
malam hari disebut lailiyah, dan yang diturunkan ketika nabi ditempat tidur disebut firasyiah,
yang diturunkan dimusim dingin disebut syitaih, yang diturunkan dimusim panas disebut
syaifiyah.

Persoalan ini juga meliputi hal yang menyangkut sebab turunnya ayat. Yang mula-
mula turun, yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah-pisah, yang
turun sekaligus, yang pernah diturunkan kepada seorang Nabi, dan yang belum pernah turun
sama sekali.

Kedua, persoalan sanad, persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang
mutawattir, yang ahad, bentuk-bentuk qira‟at nabi, para penulis ayat dan penghafal Al-Qur‟an
dan cara tahammul (penerimaan riwayat).

Ketiga, persoalan ada Al-Qira‟ah (cara membaca Al-Qur‟an ), hal ini mengangkat
waqt (cara berhenti), ibtida‟ (cara memulai), imalah madd (bacaan yang panjang), takhfif
hamzanh (meringankan bacaan hamzah), idgam (memasukan bunyi huruf yang sakin kepada
huruf sesudahnya).

Keempat, pembaasan yang menyangkut lafal Al-Qur‟an yaitu tetang yang gharib
(pelih), mu‟rab (menerima perubahan akhir kata), majas (mutafara), musytarah (lafal yang
mengan dung lebih dari satu makna), muradif (sinonim), isti‟arah (metapora), dan tasybih
(penyerupaan).

10
Kelima, persoalaan Al-Qur‟an yang bersangkutan dengan hukum yaitu yat yang
bermakna, amm (umum), dan tetap dalam keumumannya, amm (umum) yang dimaksudkan
khusus. Amm (umum) yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zahir, yang mujmal
(bersifat global), yang mufashashal (dirinci), yang manthuq (makna yang berdasarkan
pengutaraan), yang mafthum (makna yang berdasarkan pemahaman mutlaq terbatas).

Keenam, persoalan makna Al-Qur‟an yang berhubungan dengan lafal, yaitu fashl
(pisah), washl (hubungan), Ijas (singkat), Ithnab (panjang), Musawah (sama) dan Qashr
(pendek).

Menurut T. Hasbi Ash-Shiddieqy, ada tujuh belas ilmu-ilmu Al-Qur‟an yang terpokok.

1. Ilmu Mawathin An-Nuzul: ilmu ini menerangkan tempat-tempat turunnya ayat, masanya,
awalnya, dan akhirnya.
2. Ilmu Tawarikh An-Nuzul; ilmu ini menjelaskan masa turunnya ayat dan urutan turunnya
satu persatu, dari permulaan turunya sampai akhirnya serta urutan turunanya surah
dengan sempurna.
3. Ilmu Ashad Al-Nuzul; ilmu ini menjelaskan sebab-sebab urunnya ayat.
4. Ilmu Qira‟at; ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan.
5. Ilmu Tajwid; ilmu ini menerangkan cara membaca al-Quran dengan baik.
6. Ilmu Gharib Al-Qur‟an; ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak
terdapat dalam kamus-kamus bahasa arab yang biasa atau tidak trdapat dalam percakapan
sehari-hari.
7. Ilmu I‟rab Al-Qur‟an; ilmu ini menerangkan baris kata-kata al-Quran dan kedudukannya
dalam susunan kalimat
8. Ilmu Wujuh Wa Al-Nasa‟ir; ilmu ini menerangkan kata-kata al-Quran yang mengandung
banyak arti dan menerangkan makna yang dimaksud pada tempat tertentu.
9. Ilmu Ma‟rifat Al-Muhkam Wa Al-Mutasyabih; ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang
dipandang muhkam (jelas maknanya) dan mutasyabih (samar maknanya, perlu
ditakwilkan).
10. Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh; ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansyukh
(yang dihapuskan) oleh sebagian mufassir.
11. Imu Bada‟i Al-Qur‟an ; ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-keindahan Al-Qur‟an
dari sudut kesusastraannya, keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya.

11
12. Ilmu I‟jaz Al-Qur‟an; ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat
al-Quran sehingga dapat membungkamkan para sastrawan Arab
13. Ilmu Tanasub Ayat Al-Qur‟an ; ilmu ini menerangkan persesuaian dan keserasian antara
satu ayat dan ayat didepan dan yang dibelakangnya.
14. Ilmu aqsam Al-Qur‟an; ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah tuhan
yang terdapat dalam Al-Qur‟an.
15. Ilmu Amtsal Al-Qur‟an; ilmu ini menerangkan maksud perumpamaan-perumpamaan
yang dikemukakan oleh Al-Qur‟an.
16. Ilmu Jidal Al-Qur‟an; ilmu ini membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan
bantahan Al-Qur‟an yang dihadapkan kepada kaum musyrik yang tidak bersedia
menerima kebenaran dari tuhan.
17. Ilmu Adab Al-Qur‟an; ilmu ini memaparkan tata cara dan kesopanan yang harus diikuti
ketika membaca Al-Qur‟an.4

B. HADIST SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM

1. PENGERTIAN HADIST

Hadist atau Al-Hadist menurut bahasa Al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru lawan
dari Al-Qadim (lama) artinya yang berarti menunjukan kepada waktu yang dekat atau waktu
singkat. Hadist juga sering disebut dengan Al-Khabar, yang berarti berita, yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan
hadist.

Hadist dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat dilihat pada
beberapa ayat Al-qur‟an seperti Qs.At-thur (52):34, Qs.Al-kahfi (18):6, dan Qs.Ad-dhuha
(93):11.

Sedangkan menurut istlah (terminologi), para ahli memberikan definisi (ta’rif) yang
berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya. Seperti pengertian hadist
menurut ahli ushul akan bebeda dengan pengertian yang diberikan oleh ahli hadist. menurut
ahli hadist, pengertian hadist ialah :

“segala perkataan nabi, perbuatan dan ihwalnya.”

1) 4 Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal . 18

12
Yang dimaksud dengan hal ihwal ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang
berkaitan dengan himmah, karakteristik sejarah kelahiran dan kebiasaan-kebiasaannya.

Ada juga yang memberikan pengertian lain:” sesuatu yang disandarkan kepada nabi
saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau‟‟. Segabian muhaddisin
berpendapat bahwa peengertian hadist diatas merupakan pengertian yang sempit dan menurut
mereka hadist mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang
disandarkan kepada nabi saw (hadist marfu) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan
kepada para sahabat (hadist mauquf) dan tabi‟in (hadist maqtu‟).

Para pakar islam membagi dua kehidupan Nabi Muhammad saw, atas dua bagian
yaitu: pertama, kehidupan beliau sebelum menerima wahyu, mulai dari bayi, kanak-kanak,
kemudian dewasa (baligh) sampai batas usia 40 tahun. Kedua, kehidupan Nabi Muhammad
saw mulai dari menerima wahyupertam digoa hiro dalam usia kematangan sampai beliau
wafat pada usia 63 tahun. Namun demikian, perkataan, perbuatan dan sikap beliau sepanjang
hari sejak kecil hingga dewasa terpuji, sehingga kalangan sahabat dan kerabat beliau diberi
gelar sebagai Al-amin (dapat dipercaya) kehadirannya kedunia ini bagaikan rahmatan lil
alamin.

Nabi Muhammad sendiri semasa hidupnya memang melarang para sahabat beliau
mencatat perilaku beliau kecuali hal-hal yang beliau katakan sebagai wahyu, hal ini untuk
mencegah kerancuan antara hadist dengan Al-qur‟an, namun kemudian para ahhli sejarah
kembali menghimpunnya, baik dikalangan sunni maupun syiah.

Menurut Ahli Hadist, pengertan Hadist adalah segala perkataan nabi muhammad saw,
perbuatan dan ihwalnya,. Adapun yang dimaksud dengan ihwal adalah segala yang
diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw yang berkaitan dengan himmah, kerakteristik,
sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.

Sebagai muhaddisin berpendapat bahwa pengertian haist diatas merupakan pengertian


yang sempit, menurut mereka, hadist hadist mempunyai cakupan pengertian yang sangat luas,
tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada Nabi saw (hadist marfu‟) saja, melainkan
termasuk juga yang disandarkan kepada para sahabat (hadist maukuf), dan tabi‟in (hadist
maqti‟), sebagai mana yang disebut oleh Al-tarmizi;

13
„‟bahwasanya hadist itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu,yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi saw, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang maukuf yang
disandarkan kepada sahabat, dan yang maqtu‟ yang disandarkan kepada tabi‟in”

Menurut para ulama ushul fiqh, pengertian hadist menurut istilah ialah segala
perbuatan, perkataan, taqrir Nabi muhammad saw yang berkaitan dengan hukum syara‟ dan
ketetapannya.Yang dimaksud dengan taqrir disini ialah membenarkannya Nabi muhammad
saw terhadap perbuata seorang sahabat yang dilakukan dihadapan beliau, atau yang
diberitahukan kepada beliau tetapi beliau sendiri tidak menegur atau menyalahkannya.

Hadist juga disebut Sunnah, bahkan menurut jumhur ulama, sunnah merupakan
Muradif (sinonim) dari hadist. Sunnah menurut bahasa mempunyai beberapa arti,
seperti jalan yang terpuji, jalan atau cara yang dibiasakan, kebalikan dari bid‟ah serta apa
yang diperbuat oleh sahabat, baik ada dasar dari dalam al-Quran, hadist, atau tidak.

Sunnah menurut istilah, sebagaimana yang dirumuskan oleh ulama ahli hadist ialah
segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perbuatan, perkataan,
maupun taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, dan baik yang demikian itu
terjadi sebelum masa kenabian atau sesudahnya. Sunnah dalam pengertian inilah, menurut
jumhur ulama hadist yang merupakan muradif dari hadist.Menurut rumusan ulama ushul fiqh,
sunnah menurut istilah ialah segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, atau taqrir, yang mempunyai kaitan hukum.

2. BENTUK-BENTUK HADIST

a. Hadist Qudsiy

Hadist qudsiy ialah hadist yang disampaikan oleh rasullullah saw kepada para sahabat
dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat Al-Qur‟an.

Ciri-ciri hadist qudsiy:

1) Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu

2) Ada redaksi fi ma rawa/ yarwihi „anillahi fabaraku wata‟ala

3) Redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai menyebut rawi yang
menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat. Contoh hadist qudsiy.

14
“Dari Abi Dzar, dari Nabi saw, Allah swt berfirman :”wahai hamba-hamba-Ku, sungguh
Aku mengharamkan kedzaliman pada diri-Ku, (lebih kerena itu) Aku menjadikannya diantara
kamu sekalian hal-hal yang diharamkan, maka dari itu janganlah kalian berbuat dzalim”
(HR. Muslim).

b. Hadist Qauli

Hadist qauli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw,
baik berupa perkataan atau pun ucapan yang memuat berbagai maksud syara‟, peristiwa, dan
keadaan yang berkaitan dengan aqidah, syariah, akhlak, atau lainnya.

c. Hadist Fi‟li

Yang dimaksud dengan fi‟li ialah segala yang disandarkan kepada Nabi saw berupa
perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist tentang shalat atau haji.

d. Hadist Taqriri

Hadist taqriri adalah segala yang berupa ketetapan Nabi saw terhadap apa yang
datang dari sahabatnya. Nabi saw membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para
sahabat, setelah memenuhi beberapa syarat baik megenai pelakunya maupun perbuatannya.

e. Hadist Hammi

Hadist hammi adalah hadist yang berupa keinginan Nabi saw yang belum
terealisasikan, seperti halnya keinginan untuk berpuasa 9 Asyura, didalam riwayat Ibnu
Abbas, disebutkan;

“Ketika Nabi Saw berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan para sahabat untuk
berpuasa, mereka berkata ,: Ya Rasullullah hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-
orang Yahudi dan Nasrani, Nabi Bersabda, “tahun yang akan datang insya‟allah aku akan
berpuasa pada hari yang kesembilan”. (HR. Muslim dan Abu Daud).

Nabi Muhammad Saw belum sempat merealisasikan keinginannya, kerena beliau


wafat sebelum bulan Asyura. menurut imam Syafi‟i dan para pengikutnya, menjalankan hadst
ini disunnahkan sebagaimana sunah-sunah lainnya.

f. Hadist Ahwali

15
Yang dimaksud hadist ahwali adalah hadist yang berupa hal ihwal Nabi Saw yang
menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya. tentang keadaan fisik Nabi
Muhammad Saw dalam beberapa hadist disebutkan bahwa tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. sebagaimana yang dikatakan oleh Al-bara dalam sebuah hadist riwayat bukhari
sebagai berikut : “Rasullullah saw adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh, keadaan
fisiknya tidak terlalu tinggi dan pendek.” (HR. Bukhari).

3. Unsur-unsur Hadist

a. Sanad

Sanad menurut bahasa adalah sesuatu yang dijadikan sandaran. sedangkan menurut
istilah terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al-badru Bin Jama‟ah dan Al-thiby
menyatakan bahwa sanad adalah berita tentang jalan matan. dan ada juga yang menyatakan
silsilah para perawi yang memikulkan hadist dari sumbernya yang pertama.

b. Matan

Matan menurut bahasa mairtafa’amin al-ardhi (tanah yang ditinggalkan), sedangkan


menurut istilah adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad. Ada juga yang menyebutkan
bahwa matan adalah lafadz-lafadz yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu. Dari
semua pengertian tersebut menunjukan bahwa yang dimaksud dengan matan adalah materi
atau lafadz hadist itu sediri.5

c. Rawi

Rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadist.

4. Fungsi Hadist Terhadap Al-Quran

Dalam kitab suci al-Quran terdapat ayat-ayat yang tidak jelas maksudnya. ayat-ayat
yang sepert ini memerlukan penjelasan. Penjelasan diberikan oleh Rasullullah saw, melalui
hadist /sunnah-sunnahnya. Oleh kerena itu fungsi hadist terhadap al-Quran ialah lil bayan atau
untuk memeberikan penjelasan.

5 Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 10- 13 dan hal
24-26

16
meurut pendapat sy-syafi‟i, ada lima macam bayan atau penjelasan yang diberikan
oleh hadist kepada al-Quran, yaitu:

a. Bayan tafshil : penjelasan untuk menjelaskan ayat-ayat mujmal atau ayat-ayat


yang sangat ringkas petunjuknya.
b. Bayan takhshish : penjelasan untuk menentukan suatu dari ayat yang sangat umu
sifatnya.
c. Bayan ta‟yin : penjelasan untuk menentukan mana yang sesungguhnya dimaksud
dari dua atau tiga erkara yang mungkin dimaksudkan.
d. Bayan tasyri‟ : penjelasan yang bersifat menetapkan suatu hukum yang tidak
terdapat dalam al-Quran.
e. Bayan nasakh : penjelasan untuk menentukan mana yang mengganti dan yang
mana yang diganti dari ayat-ayat yang terlihat seperti berlawanan.

5. Beberapa petunjuk dan ketentuan umum dalam memahami hadist

1. Memahami hadist sesuai petunjuk Al-Qur‟an


2. Menghimpun hadist-hadist yang terjalin dalam tema yang sama
3. Menggabungkan antara hadist-hadist yang tampaknya bertentangan
4. Memahami hadist dengan mempertimbangkan latar belakangnya, situasi dan
kondisinya serta tujuannya ketika di ucapkan
5. Membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan sasaran yang tetap.
6. Membedakan antara ucapan yang bermakna sebenarnya dan yang bersifat majas
(kiasan) dalam memahami hadist.
f. Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadis

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al-Quran dan al-hadist adalah sebagai sumber ajaran agama islam yang telah
ditinggalkan oleh rasullullah saw, yang merupakan segala macam cara untuk memecahkan
semua permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.

Pengertian alqur‟an adalah kallam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Untuk disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir zaman nanti. Selain
sebagai sumber ilmu pengetahuan, al-Quran juga sebagai peringatan bagi ummat manusia,
juga sebagai pembeda atas Nabi Muhammad terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.

Sedangkan Al-hadist adalah segala sesuatuyg mengenai perbuatan maupun perkataan


Rasullullah saw dan yang menyangkut hal ihwalnya. Hadis terdiri dari beberapa unsur
diantaranya; sanad, matan dan rawi. Adapun kegunaan dari hadist itu sendiri adalah: untuk
menjelaskan ayat-ayat al-Quran yang penjelasannya bersifat umum.

B. SARAN

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mohon maaf. Dan kami sangat berharap atas kritikan
dan saran yang bersifat membangun. mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk kita
semua dan khususnya bagi kami sebagai penulis

18
DAFTAR PUSTAKA

1) Mudasir, H. 1999, Ilmu Hadist, Bandung, CV. Pustaka Setia. Hal. 2


2) Mudasir, H. 1999, Ilmu Hadist, Bandung, CV. Pustaka Setia. Hal. 14
3) Faridl Miftah, – Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang
Pertama, Bandung : Pustaka. Hal. 4
4) Faridl Miftah, – Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang
Pertama, Bandung : Pustaka hal. 1-2.
5) Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hal . 18
6) Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Qur’an, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Hal. 10- 13 dan hal 24-26

19

Anda mungkin juga menyukai