Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Pengantar Studi Islam Hafiz Mubarak, S.Th.I. M.Pd.I

MAKALAH

“Sumber Ajaran Islam dan Karakteristiknya”

Disusun Oleh Kelompok II

Anggota : Putri Aulia Alfida Husna : 190101040778


Annah Aryanti : 190101040893

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

BANJARMASIN

2019/2020;
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena berkat rahmat dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus yakni ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami bersyukur dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah
Pengantar Studi Islam dengan judul “Sumber Ajaran Islam dan Karakteristiknya”.
Disamping itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
mohon ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
diperbaiki.
 
                                                          Banjarmasin, 13 Februari 2020
 

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................
2.1 Sumber Ajaran Islam :
1. Al-Qur‟an :
a. Pengertian Al-qur‟an
b. Cara al-qur‟an diwahyukan
c. Pembagian ayat ayat Al-qur‟an
d. Isi Kandungan Al-qur‟an
e. Fungsi Al-qur‟an
f. Karakteristik Al-qur‟an
2. As-Sunnah
a. Pengertian Sunnah
b. Macam-Macam Sunnah
c. Fungsi Sunnah
d. Karakteristik As-Sunnah
3. Ijtihad
a. Pengertian Ijtihad
b. Dasar Hukum Ijtihad
c. Persyaratan Melakukan Ijtihad
d. Macam-Macam Ijtihad
e. Karakteristik Ijtihad
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 8

BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang
Seluruh ajaran islam pada intinya bersumber kepada wahyu Allah SWT.
Yang dituangkan dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Secara berangsur-angsur selama 22 rahun 2 bulan 22 hari.
Sebagian ayat disampaikan melalui malaikat Jibril dan sebagian lagi
disampaikan oleh Allah SWT. tanpa melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an
diturunkan dengan menggunakan bahasa arab, namum bukan berarti Al-
Qur’an hanya diperuntukan untuk bangsa arab saja.melainkan ia siturunkan
bagi seluruh umat manusia tanpa memandang ras, suku, keturunan, warna
kulit, dan bahasa.
Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an yang bersifat global (mujmal) yang
artinya perlu penjelasan dan penafsiran secara kontekstual. Nabi Muhammad
SAW. di samping ia bertugas untuk menyampaikan wahyu (Al-Qur’an)
kepada seeluruh umat manusia, juga sekaligus untuk memberi penjelasan
tentang ayat-ayat yang belum jelas atau masih bersifat mujmal. Penjelasan
Nabi Muhammad SAW. terhadap ayat-ayat Al-Qur’an inilah yang kemudian
disebut hadits yang menjadi sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-
Qur’an.
Untuk menyebarkan ayat-ayat Al-Qur’an diseluruh waktu (zaman) dan
tempat, diperlukan penafsiran yang lebih konteltual, maka para ulama yang
hidup di setiap zaman dan tempat dituntut untuk mampu menafsirkan atau
membumikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pedoman kepada hadits atau para
penafsir sebelumnya. Hasil penafsiran para ulama ini disebut ijtihad dan
dijadikan sumber ajaran Islam yang ketiga setelah hadits.
Dengan demikian, sumber nilai atau ajaran dalam Islam meliputi, Al-Qur’an,
hadits atau sunnah Rosul, dan ijtihad para ulama.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Ajaran Islam
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam
yang utama ialah Alquran dan As-Sunnah. Sumber ajaran Islam lainnya
adalah ijtihad yang merupakan sebuah proses penalaran atau akal pikiran
yang digunakan untuk memahami Alquran dan As-Sunnah. Dalil tentang
sumber ajaran Islam tersebut tersurat dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Mu‟adz bin Jabal. Hadits tersebut diterjemahkan sebagai
berikut:
Dari Muadz : Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus Muadz ke Yaman,
beliau bersabda “Bagaimana anda nanti memberikan keputusan?”. “Aku
memberi keputusan dengan kitabullah”. “Bagaimana kalau tidak ada dalam
kitabullah?”. “Maka dengan sunah Rasulullah saw.” “Bagaimana kalau
tidak ada dalam sunah Rasulullah?.” “Aku berusaha dengan ra‟yu ku dan
aku tidak akan menyerah”. Lalu Rasulullah menepuk dadanya dan bersabda,
“segala puji bagi Allah yang telah membimbing utusan Rasulullah”

1. Al-Qur'an
a. Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa (etimologi), Al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab Qara’a
yang artinya “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
Secara istilah (terminology), Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan perantara malaikat
Zibril secara lisan, yang makna serta gaya bahasanya tertulis secara
mutawattir (berturut-turut) dalam kitab.
b. Cara al-qur‟an diwahyukan
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Oleh
para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode,
yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah
berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW.
Periode Madaniah berlangsng Periode Madinah yang dimulai
sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun
c. Pembagian ayat ayat Al-qur‟an
Surat-surat yang turun pada waktu periode Mekkah tergolong surat
Makkiyyah. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang turun pada periode Mekkah
sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat. Sedangkan surah-
surah yang turun pada waktu periode madinah disebut surat
Madaniyah. Ayat-ayat yang turun sebanyak 1.456 ayat yang tercakup
dalam 28 surat. Jadi, Al-Qur‟an terdiri dari 30 Juz, 114 surat dan 6666
ayat.

 Ciri-ciri ayat Makkiyah :


i.Ayatnya pendek-pendek
ii.Kebanyakan di awali dengan “ya ayyuhan nas”.
iii.Berisi ajaran Tauhid, hari kiamat, akhlak dan kisah-
kisah
 Ciri-ciri Ayat Madaniyyah :
i.Ayatnya panjang
ii.Kebanyakan di awali dengan “ya ayuuhal ladzina
iii.Berisi ayat-ayat hukum, keadilan, masyarakat.

d. Isi Kandungan Al-qur‟an


Isi kandungan al-Qur‟an adalah penyempurna dari kitab-kitab Allah
SWT yang terdahulu (Taurot, Injil, dan Zabur). Sebagian ulama
menyatakan, bahwa Al-Qur‟an mengandung tiga pokok ajaran, yaitu:
1. Keimanan;
2. Akhlak dan budi pekerti;
3. Aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama
manusia.

Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa Al-Qur‟an berisi dua


peraturan pokok, yaitu:
1. Peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah
SWT;
2. Peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan
sesamanya, dan dengan alam sekitarnya.

e. Fungsi Al-qur’an
Fungsi al-qur’an yang paling esensial adalah sebagai pedoman hidup
dan memberi petunjuk kepada manusia ke jalan yang baik dan benar.

f. Karakteristik Al-qur’an

2. As-Sunnah
a. Pengertian Sunnah
Secara bahasa (etimologi), Sunnah diartikan sebagai “jalan”.
Sedangkan secara istilah (terminology) merupakan segala yang
dinukilkan/diriwayatkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau [ CITATION Drs00 \l
1033 ]. Sunnah adalah sumber ajaran Islam kedua, setelah
Alquran.
b. Macam-Macam Sunnah
1. Ucapan (Al Hadist Qauliyah)
Yakni semua perkataan Nabi Muhammad SAW dalam
berbagai bidang.
Contohnya: “Bahwasanya amal-amal perbuatan itu dengan niat,
dan hanya bagi setiap orang itu memperoleh apa yang ia niatkan
dan seterusnya” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Perbuatan (Al Hadist Fi’liyah)
Yakni perbuatan Nabi Muhammad SAW sebagai
penjelasan dari peraturan syari’ah yang belum jelas
pelaksanaannya.
Contohnya: Cara bersembahyang dan cara menghadap kiblat dalam
sembahyang sunat.
3. Penetapan dan Pembiaran (Taqriri)
Yakni menetapkan, mendiamkan, tidak mengadakan
sanggahan/menyetujui apa yang telah dilakukan atau dikatakan
oleh para sahabat dihadapan Nabi Muhammad.
Contohnya: Taqrir Nabi Muhammad SAW tentang perbuatan
sahabat yang dilakukan dihadapannya dalam salah satu jamuan
makan dirumah Khalid Bin Walid yang menyajikan daging
biawak. Nabi Muhammad menyaksikan dan tidak menyanggahnya
tetapi beliau enggan memakannya karena jijik.
4. Sifat, keadaan, dan Himmah Rasulullah.
“Rasulullah SAW itu adalah sebaik-baik manusia
mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan
orang tinggi dan bukan pula orang pendek” (HR. Bukhari dan
Muslim) Silsilah, Nama dan tahun Kelahiran Nabi Muhammad
SAW telah ditetapkan oleh para sahabat dan ahli tarikh. Himmah
(hasrat/cita-cita) beliau yang belum sempat direalisasikan.
Misalnya hasrat beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura.

c. Fungsi Sunnah
1. Untuk memperkuat Al-qur’an
2. Menjelaskan isi Al-qur’an (bayan tafsir)
3. Perinci petunjuk dan isyarat Al-qur’an yang bersifat global,
4. Sebagai pengecuali terhadap isyarat Al-qur’an yang bersifat
umum
5. Sebagai pembatas terhadap ayat Alquran yang bersifat mutlak
6. Sebagai pemberi informasi terhadap suatu kasus yang tidak di
jumpai dalam Al-qur’an.
d. Karakteristik As-Sunnah

3. Ijtihad
a. Pengertian Ijtihad
Secara bahasa (etimologi), ijtihad terbentuk dari kata jahada yang
memiliki arti “mengerahkan segala kemampuan”. Sedangkan menurut
istilah (terminologi) ijtihad berarti mengerahkan segala kemampuan
dengan semaksimal mungkin dalam mengungkapkan kejelasan atau
maksud hukum Islam untuk menjawab dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang muncul. Ijtihad merupakan sumber
ajaran Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadits. Namun,
kedudukan ijtihad tidak dapat disejajarkan atau disamakan dengan Al-
Qur’an dan hadits, karena ijtihad lebih tepat dikatakan sebagai sumber
kekuatan, alat,atau cara untuk meneropong dua sumber sebelumnya
untuk mengaitkannya dengan fenomena-fenomena dalam kehidupan.
b. Dasar Hukum Ijtihad
Dasar hukum ijtihad ialah Al-Qur’an dan As-sunnah. Dia antara ayat
Al-Qur’an yang menjadi dasar itihad yang artinya adalah sebagai
berukut.
Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepada mu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan padamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat. (Q.S. al-nisa [4]:105)
Adapun as-sunnnah yang menjadi dasar ijtihad diantara yaitu hadits
‘amr bin al-‘ash yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari , Muslim, dan
Ahmad yang menyebutkan Nabi Muhammad bersabda,yang artinya:
Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad,
kemudian dia benar maka dia mendapatkandua pahala. Akan
tetapi, jika dia menetapkan hukum dalam ijtihaf itu salah maka dia
mendapatkan satu pahala. (Muslim,II, t.th:62)
c. Persyaratan Melakukan Ijtihad
Orang yang melakukan ijtihad dinamakkan mujtahid. Para ulama
berbeda pendapat dalam menentukan syara-syarat yang harus dimiliki
seorang mujtahid. Ijtihad bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu istinbath
(mengeluarkan hukum dari sumber hukum syariat) dan tathbiq
(penerapan hukum). Sebelum mengetahui tentang syarat-syarat
mujtahid, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai
rukun ijtihad, yaitu sebagai berikut.
 Al-waqi’, yyaitu adanya kasus yang terjadi atau akan terjadi
yang tidak di terangkan oleh nas.
 Mujtahid, ialah orang yang melakukan ijtihad yang memiliki
kemampuan untuk berujtihad dengan syarat-syarat tertentu.
 Mujtahid fih, ialah hukum-hukum syariah yang bersifat amali
(taklifi).
 Dalil syara untuk menentukan hukum bagi mujtahid fih (Nadia
Syafari al-Umari, t.th: 199-2000).
Melihat dari rukun ijtihad dapat disimpulkan bahwa tidak semua
orang bisa melakukan ijtihad, yang boleh melakukan ijtihad hanya
orang-orang tertentu aatau orang-orang yang dapat memenuhi syarat-
syaratnya. Syarat-syarat melakukan ijtihad yang dikemukakan oleh
Fakkhr al-Din Muhammad bin Umar bin al-Husain al-razi adalah
sebagi berikut:
1. Mukalaf, karrna hanya mukalaflah yang mungkin dapat
melakukan penetapan hukum.
2. Mengetahui makna-makna lafadz dan rahasianya
3. Menetahui keadaan mukhathab yang merupakan sebeb
pertama terjadinya perintah atau larangan.
4. Mengetahui keadaan lafadz; apakah mrmiliki qarinah atau
tidak.
d. Macam-Macam Ijtihad
Macam-macam ijtihad dapat dibedakan kepada tiga macam / bentuk
berikut ini:
1. Qiyyas (reasoning by analogy), aryinya mengukur atau
membandingkan, atau mempertimbangkan sesuatu denngan
mempertimbangkannya.
2. Istihsan (preferensi), yaitu menetapkan suatu hukum terhadap
suatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip atau
dalil-dalil Al-Qur’an dan sunnah yang berkaitan dengan
kebaikan, keadilan, kasih sayang dan lain sebagainya.
3. Maslahat al-Mursalah (utility), yaitu penetapan hukum
terhadap suatu persoalan ijtihadiah atas dasar pertimbangan
kegunaan dan pemanfaatan.
e. Karakteristik Ijtihad

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

http://prodi1.stpn.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/modul%20teori
%20semester%201%202019%20agama%20islam.pdf

Anda mungkin juga menyukai