Anda di halaman 1dari 16

SUMBER SUMBER AJARAN

ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metode Studi


Islam
Dosen Pengampu :
Asmaroni M.Pd

Disusun Oleh :
1. Evi Yulia Ningsih (2011070260)
2. Sela Yurika Lestari (2011070206)
3. Rahmayana (2011070088)

Jurusan: Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Semester/kelas: 2/C

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, nikmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah mata
kuliah Metode Studi Islam yang berjudul”Sumber Sumber Ajaran Islam” dengan
lancar. Shalawat serta salam kami haturkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad
S.A.W beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju
jaman Islamiyah.
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Metode Studi Islam , Bapak H.Asmaroni M.Pd yang
atas arahannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman-teman dan semua pihak yang memberi dukungannya selama dalam pengerjaan
makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna untuk itu penulis menerima segala saran dan kritik bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Jika ada kesalahan dalam
penulisan maupun kata-kata yang tidak berkenaan bagi pembaca, penulis mohon
maaf. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, .......2021


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................4


B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian AL-Quran ...............................................................................5


B. Pengertian Sunnah....................................................................................9
C. Pengertian Ijtihad....................................................................................12

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber ajaran islam ialah segalah sesuatu yang dapat dijadikan acuan, pedoman, dasar
dalam menjalankan syariat islam. Ada tiga macam sumber ajaran islam yaitu Al-Qur’an,
Sunnah, dan Ijtihad. Al Qur’an merupakan sumber ajaran islam yang berisi tentang
firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril. As-
Sunnah adalah sumber ajaran islam yang merupakan segalah sesuatu yang menjadi
kebiasaan Rasulullah Saw baik dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun ketetapan.
Sedangkan ijtihad merupakan sumber ajaran islam yang mengarahkan segalah
kemampuan secara maksimal. Dalam pembuatan makalh ini akan dijelaskan lebih lanjut
mengenani ketiga sumber ajaran Islam diatas.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Al-qur’an sebagai sumber ajaran Islam
b. Bagaimana anjaran islam menurut sunnah
c. Bagaimana ajaran islam menurut ijtihad

C. TUJUAN PENULISAN

Mengetahui sumber ajaran islam menurut al Qur’an, Sunnah dan Ijtihad

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-Quran
1. Pengertian Al-qur’an
Al-qur’an Merupakan sumber ajaran islam yang pertama dan pedoman hidup bagi
umat muslim.Al Qur’an merupakan kitap suci bagi umat islam yang diturunkan oleh
Allah SWT kepda Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril. Al -Qur’an
bukan hanya mengajrkan tentang hubungan manusia dengan tuhan, tetapi juga
mengajrkan tentang hubungan manusia terhadap sesama manusia dan juga alam
Kata Al-qur’an secara lughawi, merupakan bentuk kata muradif dengan katak Al-
qira'ah, yaitu bentuk masdhar dari fi'il madhi' qara'a, yang berarti bacaan. Arti
qara'a lainnya ialah mengumpulkan atau menghimpun, menghimpun huruf dan kata-
kata dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Kata Al-qur’an secara harfiah berarti
bacaan sempurna. Menurut Quraish Shihab (1996:3), merupakan suatu nama pilihan
Allah SWT yang sungguh tepat, karena tidak satu bacaan pun sejak manusia
mengenal tulisan baca lima ribu tahun yang dapat menandingi Al-qur’an,bacaan
sempurna lagi mulia itu. Menurut Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah dalam
bukunya Al- Madkhal li dirasah Al-qur’an al – karim mengatkan bahwa “al-qur’an
adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, yang
memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara
mutawatir,yang tertulis dalam mushaf,dimulai dengan surah Al-fatihah dan di akhiri
dengan surah an-nas”.

2. Hakikat Al Qur’an
Al -Qur’an merupakan kitab yang sangat agung. Dia merupakan penyempurna dari
beberapa kitab. Namun pada hakikatnya Al-qur’an bukanlah tulisan ataupun bacaan
yang termuat dalam 30 juz Al-Qur’an 114 surat 6666 ayat, melainkan pada makna
yang tersirat atau terkandung didalamnya. Adapun tulisan atau bacaan yang termuat
didalam kitab itu tidak ada bedanya dengan bacaan buku-buku biasa. Jadi jika
manusia beriman kepada tulisan atau bacaannya sama halnya beriman kepada hal
yang fana

5
3. Sejarah Turunnya Al-qur’an
Wahyu pertama turun pada saat Nabi Muhammad Saw berusia 40 tahun disaat
beliau sedang bermeditasi di Gua Hira (17 Ramdhan).Wahyu berikutnya turun 3
tahun kemudian. Urutan-urutan surat yang terdapat dalam Al-Qur’an bukan
berdasarkan urutan turunnya ayat-ayat tersebut.surat pertama yang diwahyukan
adalah Al-alaq (Qs:96) dan yang turun terakhir adalh An-Nas (QS: 110). Al -Qur’an
diturunkan tidak secara sekaligus tapi secara berangsur-angsur.bdi mekah selama 13
tahun dan di madina selam 10 tahun. Terbagi menjadi ayat-ayat makkiyah (19/30=86
surat) dan madaniyah (11/30= 28 surat). Malaikat jibril menyampaikan wahyu
kepada nabi Muhammad Saw dengan beberapa cara yaitj sebagai berikut:
a. Malaikat Jibril memasukan wahyu itu kedalam hati Nabi Muhammad Saw.
Tampa memperlihatkan wujud aslinya. Rasullullah tiba-tiba saja merasakan
wahyu itu telah berada dalam hatinya.
b. Suatu ketika, malaikat jibril juga perna menampakan dirjnya sebagai seorang
laki-laki dan mengucapkan kata-kata dihadpan nabi Muhammad Saw. Itulah
salah satu metode lain yang digunakan malaikat jibril untuk menyampaikan
Al-qur’an kepada nabi Muhammad
c. Wahyu juga diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw seperti bunyi
gemerincing lonceng.menurut Rasulullah cara ini yang paling berat.

4. Nama-nama Al-qur’an
Al-qur’an merupakan kalam Allah yang mengandung ayat-ayat Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril.untuk disampaikan
kepada umat manusia. Terdapat beberapa nama-nama Al-qur’an yang telah
disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya. Nama-nama itu mempunyai ciri-ciri dan
kriteria Al-qur’an itu sendiri Nama-Nama lain Al- Qur'an sangat banyak, antara lain
yaitu:
1) Al- kitab (Kitabullah) , artinya sebagai kitap suci sebagai petunjuk bagi orang-
orang yang bertaqwa. Nama ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 2.
2) Az-Zikr (Peringatan), Allah SWT menyebut Al-qur’an sebagai Az-zikr (
peringatan) karena sebetulnya Al-qur’an senantiasa memberikan peringatan
kepada manusia karena sifat lupa yang tidak pernah lepas dari manusia. Oleh
karena itu golongan beriman selalu dituntut agar senantiasa mendampingi Al-

6
qur’an. Selain sebagi ibadah, Al-qur’an itu senantiasa memperingatkan kita
kepada tanggung jawab kita. Nama ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-
Hijr ayat 9.
3) Al-furqan (pembeda), Allah SWT memberi nama lain bagi Al-qur’an dengan
al-furqan berarti Al-qur’an sebagai pembeda antara yang haq dan batil. Nama
ini di terangkan dalam surat Al-Furqan ayat 1.
4) Al-Mauidhah (Nasihat), Al-qur’an diturunkan oleh Allah adalah untuk
kegunaan dan untuk keperluan manusia, karena manusia senantiasa
memerlukan peringatan dan pelajaran yang membawa mereka kembali kepada
tujuan penciptaan yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan surat Al-Qamar ayat
22.
5) Asy-Syifa (Penawar), Allah SWT telah mensifatkan bahwa Al-qur’an yang
diturunkan kepada umat manusia melalui prantara Nabi Muhammad Saw
sebagai penawar dan penyembuh. Dalam hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an
surat Yunus ayat 57.
6) Al- Haq (Benar), Al-qur’an dinamakan dengan Al-haq karena dari awal hingga
akhirnya, kandungan Al-Qur’an adalah semua ya benar.hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 147.
7) Ar-Ruh (Roh), Allah SWT telah menanamkan wahyu yang diturunkan kepada
Rasulullah sebagai roh. Sifat roh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad
manusia tanpa roh akan mati, busuk dan tidak berguna. Sesuai dal firman
Allah dalam surat Asy-syur'ara ayat 52.
8) Al- Busyraa ( Berita Gembira), Al-qur’an sering menceritakan Kabar gembira
bagi mereka yang beriman kepada Allah SWT dan menjalankan hidup
menurut kehendak dan jalan yang telah diataur oleh Al-qur’an. Hal ini
dikemukan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 89.
9) Al-Bayaan (keterangan), Al-qur’an adalah kitab yang menyatakan keterangan
dan penjelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan buruk untuk
mereka. Menjelaskan antara haw dan batil yang benar dan palsu, jalan yang
lurus dan sesat. Hal ini dijelakan dala. Al-qur’an surat Ali-imran ayat 138.
10) Ar-Rahmah ( Rahmat), Allah menamakan Al-qur’an dengan rahmat karena
dengan Al-qur’an ini akan melahirkan iman dan hikmah. Bagi manusia yang
beriman dan berpegang kepada Al-qur’an ini mereka akan mencari kebaikan

7
dan cendrung kepad kebaikan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an surat Al-isra ayat 82.

5. Kandungan dan pokok-pokok isi Al-Qur’an


Al-qur’an sebagai sumber pertama dalam ajaran islam tentunya memiliki banyak
sekali ajaran dan tuntunan maupun kisah-kisah yqng menjadi contoh dan pelajaran
maupun peringatan bagi kaum-kaum setelahnya. Kandungan isi Al-Qur’an terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Aqidah
Aqidah dalam bahasa arab berarti iman, sehingga secara umum semua sistem
kepercayaan dapat di katakan sebagai aqidah. Aqidah jika dilihat dari sudut
pandang sebagai ilmu sesuai konsep Ahlus Sunnah wal jama'ah meliputi topik-
topik : Tauhid, iman, islam, maslah ghaibiyyaat (hal-hal ghaib), kenabian, takdir,
berita-berita tentang hal-hal yang telah lalu dan yang akan datang, dasar-dasar
hukum yang qath'i, seluruh dasar dasar agama dan keyakinan termasuk pula
sanggahan terhadap ahlul ahwa' wal bida'( pengikut hawa nafsu dan ahli
bid'ah).Masalah Aqidah ini yang disebut juga dengan tauhid dibagi menjadi tiga
yaitu:1) twuhid Al- Uluhiyyah,2) tauhid Ar rububiyyah, dan 3) tauhid Al
asama'was-sifat.
b. Syari'ah/Syariat
Syari'ah secara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk menuju sumber air.
Secara bahasa kata syari'ah juga digunakan untuk menyebut mahzab atau ajaran
agama. Atau dengan kata lebih ringkas, Syariat berarti aturan dan undang-
undang. Syariat Islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk para
hamba-Nya baik masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab maupun akhlak. Baik
terkait hubungan makhluk dengan Allah swt. Maupun hubungan hubungan antara
sesama makhluk.
c. Akhlaq
Akhlaq secara terminologi berartj tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuj melakukan suatu perbuatan baik atau jahat.
Akhlaq merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa arab yang
berarti perangai,tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar akhlak yaitu ibnu
miskawih, Al-Ghazali,dan Ahmad Amiin. Menyatakan bahwa akhlak adalah

8
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan
baik tanpa mempetimbangkan pikiran dulu.
6. Fungsi Al-qur’an
Aturan Allah yang terdapat didalam Al-Qur’an memiliki tiga fungsi
a. Sebagai huda ( petunjuk), artinya Al-qur’an merupakan yang harus diikuti tanpa
tawar menawar sebagaimana papan petunjuk arah jalan yang dipasang di jalan-
jalan. Kalau seseorang tidak tahu arah jalan namaun mengabaikan petunjuk yang
ada maka sudah pasti ia akan tersesat.
b. Sebagai Bayyinat, berfingsi memberikan penjelasan tentang apa apa yang di
pertanyakan oleh manusia.dalam fungsinya sebagai Bayyinat, Al-qur’an harus
dijadikan rujukan semua peraturan yang dibuat oleh manusia, jadi manusia tidak
boleh mambuat aturan sendiri sebab sistem aturan produk akal manusia hanya
bersifat trial and error.
c. Sebagai Furqa, Al-qur’an sebagai pembeda antara yang haq dan bathil, antara
muslim dan luar muslim bantara nilai yang dijakini benar oleh mukmin dan nilai
yang dipegang oleh orang-orang kufur.

B. SUNNAH
1. Pengertian Hadis atau Sunnah

Pengertian Hadis atau Sunnah Secara bahasa, hadis berarti perkataan atau ucapan.
Menurut istilah, hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir)
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Namun
demikian, ulama hadis membedakan hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau
perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala apa yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum Islam.

Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas beberapa bagian
yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain sebagai
berikut.

 Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis


dari Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang ini.
 Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
 Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadis.

9
2. Kedudukan Hadis atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam

Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah alQur’ān. Artinya,
jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam alQur’ān, yang harus
dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana firman
Allah Swt:

Artinya : “... dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan
apa-apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-Ḥasyr/59:7)

Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:

Artinya : “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah


menaati Allah Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) Kami
tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.” (Q.S. an-
Nisā’/4:80)

3. Fungsi Hadis terhadap al-Qur’ān Rasulullah saw.

Sebagai pembawa risalah Allah Swt. bertugas menjelaskan ajaran yang diturunkan
Allah Swt. melalui al-Qur’an kepada umat manusia. Oleh karena itu, hadis berfungsi
untuk menjelaskan (bayan) serta menguatkan hukum-hukum yang terdapat dalam al-
Qur’an. Fungsi hadis terhadap al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu
sebagai berikut.

Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum Contohnya adalah ayat
al-Qur’an yang memerintahkan śalat. Perintah śalat dalam al-Qur’an masih bersifat
umum sehingga diperjelas dengan hadis-hadis Rasulullah saw. tentang śalat, baik
tentang tata caranya maupun jumlah bilangan raka’at-nya. Untuk menjelaskan
perintah shalat tersebut, misalnya keluarlah sebuah hadis yang berbunyi, “Śalatlah
kalian sebagaimana kalian melihat aku śalat”. (H.R. Bukhari)

Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’ān Seperti dalam al-Qur’ān terdapat
ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di antara kalian melihat bulan, maka
berpuasalah!” Kemudian ayat tersebut diperkuat oleh sebuah hadis yang berbunyi,

10
“... berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya ...” (H.R.
Bukhari dan Muslim)

Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-Qur’ān Misal, dalam Q.S.
at-Taubah/9:34 dikatakan, “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak,
kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah Swt., gembirakanlah mereka
dengan azab yang pedih!” Ayat ini dijelaskan oleh hadis yang berbunyi, “Allah Swt.
tidak mewajibkan zakat kecuali supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah
dizakati.” (H.R. Baihaqi)

Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān Maksudnya adalah
bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya dalam al-Qur’ān, diambil dari
hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya seorang laki-laki yang menikahi
saudara perempuan istrinya. Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah
saw.:

4. Macam-Macam Hadis

Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu seperti
berikut.

a. Hadis Mutawattir

Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dari
kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastikan di antara
mereka tidak bersepakat dusta. Contohnya adalah hadis yang berbunyi:

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa
berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya adalah neraka.” (H.R.
Bukhari, Muslim)

b. Hadis Masyhur

Hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih
yang tidak mencapai derajat mutawattir, namun setelah itu tersebar dan
diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’³n sehingga tidak mungkin bersepakat
dusta. Contoh hadis jenis ini adalah hadis yang artinya, “Orang Islam adalah
orang-orang yang tidak mengganggu orang lain dengan lidah dan tangannya.”
(H.R. Bukhari, Muslim dan Tirmizi)

c. Hadis Ahad

Hadis aḥad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang
perawi, sehingga tidak mencapai derajat mutawattir. Dilihat dari segi kualitas
orang yang meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu
sebagai berikut.

11
1. Hadis Saḥiḥ adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat
hafalannya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung kepada Rasulullah
saw., tidak tercela, dan tidak bertentangan dengan riwayat orang yang lebih
terpercaya. Hadis ini dijadikan sebagai sumber hukum dalam beribadah
(hujjah).
2. Hadis Ḥasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi
kurang kuat hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak
bertentangan. Sama seperti hadis śaḥiḥ, hadis ini dijadikan sebagai landasan
mengerjakan amal ibadah.
3. Hadis da’īf, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis śaḥīiḥ dan hadis
Ḥasan. Para ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak dapat dijadikan sebagai
hujjah, tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam beribadah.
4. Hadis Maudu’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw. atau
hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis. Hadis ini jelas
tidak dapat dijadikan landasan hukum, hadis ini tertolak.

C. Ijtihad

1. Pengertian Ijtihad

Kata Ijtihad sendiri berasal dari kata ijtahada yajtahidu ijtihadan yang memiliki arti
mengerahkan segala kemmpuan yang ada pada diri dalam menanggung beban.
Menurut bahasa, ijtihad dapat di artikan dengan bersungguh-sungguh dalam
mencurahkan semua isi pikiran.

Sedangkan untuk pengertian ijtihad dilihat dari isitilah adalah mencurahkan semua
tenaga serta pikiran dan bersungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Maka
dari itu tidak disebut ijtihad jika tidak adanya unsur kesulitan pada suatu pekerjaan.

Secara terminologis, berijtihad merupakan mencurahkan semua kemampuan dalam


mencari syariat dengan menggunakan metode tertentu. Ijtihad sendiri dipandang
sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadits. Ijtihad juga
menjadi pemegang fungsi penting dalam penetapan hukum Islam. Orang yang
melaksanakan Ijtihad disebut dengan Mujtahid, dimana orang tersebut adalah orang
yang ahli tentang Al-quran dan hadits.

2. Fungsi ijtihad

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum
Islam dipandang sebagai sumber hukum ketiga setelah Al Quran dan hadits. dungsi
ijtihad sebagai sumber hukum Islam adalah untuk mendapatkan sebuah solusi hukum
jika ada suatu masalah yang harus di tetapkan hukumnya, akan tetapi tidak di temukan
baik di Al-Quran atau hadits.

Oleh karena itu, dari segi fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, ijtihad memiliki
kedudukan dan legalitas dalam Islam. Walaupun dengan demikian, ijtihad tidak dapat
di lakukan oleh sembarang orang artinya hanya orang-orang tertentu saja, yang
memenuhi syarat khusus yang boleh berijtihad. Beberapa Syarat tersebut di antaranya
adalah :

12
 Mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam
 Mempunyai pemahaman yang baik, baik itu bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh,
dan tarikh (sejarah)
 Mengetahui cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,
 Mempunyai akhlaqul qarimah.

Pada intinya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam sangat penting untuk
kehidupan umat Islam di kehidupan yang semakin berkembang. Sebagai sumber
hukuk ketiga setelah Alquran dan Hadits tentunya seorang mujathid yang akan
berijtihad tidak bisa sembarangan orang. Karena fungsi ijtihad sebagai sumber hukum
Islam akan mempengaruhi semua orang Islam di dunia.

3. Macam-Macam Ijtihad

Dengan fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang sangat penting, pengetahuan
tentang ijtihad tentunya juga harus dimiliki oleh setiap muslim. Berikut jenis atau
macam-macam ijtihad:

1) Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum agama Islam
berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari kesepakatan para
ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.
2) Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang belum pernah
ada sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab, bahaya) dengan
masalah lain sehingga ditetapkan hukum yang sama.
3) Maslahah Mursalah adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan pada
pertimbangan manfaat dan kegunaannya.
4) Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah makruh atau
haram demi kepentingan umat.
5) Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada alasan tepat
untuk mengubah ketetapan tersebut.
6) Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat
selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.
7) Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya
karena adanya dalil syara’ yang mengharuskannya.

4. Contoh ijtihad

Salah satu contoh ijtihad adalah suatu peristiwa yang pernah terjadi di zaman Khalifah
Umar bin Khattab, yang mana pada saat itu para pedagang muslim mengajukan suatu
pertanyaan kepada Khalifah yakni berapa besar cukai yang wajib dikenakan kepada
para pedagang asing yang melakukan perdagangan di wilayah Khalifah.

Jawaban dari pertanyaan tersebut belum termuat secara terperinci di dalam Al-Quran
atau hadis, maka Khalifah Umar bin Khattab selanjutnya melakukan berijtihad dengan
menetapkan bahwasanya cukai yang dibayarkan oleh pedagang adalah dengan
disamakan dengan taraf yang umumnya dikenakan kepada para pedagang muslim dari
negara asing, di mana mereka berdagang.

Sedangkan contoh yang lebih dekat lagi dengan kehidupan sehari-hari, yaitu penetapan
1 Ramadan dan 1 Syawal. Proses penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, di mana para

13
ulama berdiskusi berdasarkan hukum Islam untuk menentukan dan menetapkannya
merupakan salah satu contoh ijtihad yang nantinya diikuti oleh seluruh umat Islam.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Alquran merupakan sumber pendidikan yang utama mengandung materi, metode dan
lain-lain yang tidak akan ada habis-habisnya untuk digali terus hingga akhir zaman. Di
sisi lain, nikmat yang telah Allah anugerahkan tidak dapat dihitung jumlahnya, maka
harus selau ingat agar tetap mampu bersyukur kepada Allah SWT. Contoh-contoh
pendidikan yang berdasarkan Alquran dan Hadis nabi harus menjadi referensi yang
utama untuk pengembangan pendidikan saat ini. Alquran dan sunnah terus mendorong
umat Islam untuk bekerja keras mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendidikan Islam mencakup akidah, ibadah, muamalah, sejarah,
akhlak, iptek, dan sebagainya

15
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sodikin, R. A. (2003). Memahami Sumber Ajaran Islam. Al Qalam, 20(98-99), 1-20.

[2] Ali, M. M. (1980). Islamologi: Panduan Lengkap Memahami Sumber Ajaran Islam,
Rukun Iman, Hukum & Syariat Islam. Darul Kutubil Islamiyah.

[3] Has, A. W. (2013). Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam. IAIN
Tulungagung Research Collections, 8(1), 89-112.

[4] Has, A. W. (2013). Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam. IAIN
Tulungagung Research Collections, 8(1), 89-112.

[5] Akmansyah, M. (2015). Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebagai Dasar Ideal Pendidikan
Islam. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 8(2), 127-142.

[6] Wahid, A. (2012). Al-Qur’an Sumber Peradaban. Jurnal Ushuluddin, 18(2), 111-123.

16

Anda mungkin juga menyukai