Anda di halaman 1dari 14

STUDI AL-QUR’AN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas


mata kuliah Makalah Metodologi studi islam

Dosen pengampu : Dr. Hamsir, S.Pd, M.Pd.I.

Disusun oleh :

Fatur rohman 2211010288


Hani avisha 2211010292
Lia gian purwanto 2211010308

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
TAHUN 2023 M/1444 H

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, Dengan mengucapkan syukur kepada Allah Swt. Atas berkat,

rahmat serta karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul sejarah

“Studi AL-Quran”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

junjungan kita nabi besar, nabi agung, nabi Muhammad SAW, yang kita harapkan

syafa’at beliau di akhirat kelak. Amiin.

kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Hamsir, S.Pd, M.Pd.I. selaku
dosen pengampu mata kuliah Metode Studi al-quran yang telah bersedia membantu
kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari, pasti dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan
kekurangan yang kami harapkan penilaian serta tuntunan dari bapak agar kedepannya
menjadi lebih baik lagi.

Sekian yang dapat kami sampaikan kurang dan lebihnya kami mohon maaf
dan kepada allah kami mohon ampun.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, 24 Februari 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
Cover Luar ..................................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
A. Latar belakang ...................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan masalah .................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5

A. Pengertian al-quran ............................................................................. 5


B. Metode penafsiran al-quran ................................................................ 7
C. Perkembangan studi al-quran .............................................................. 11

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah dan sekaligus sebagai pedoman atau panduan

hidup bagi umat manusia. banyak ilmu yang lahir dari Al-Qur’an, baik itu
yang berhubungan langsung dengannya seperti ulumul Qur’an, Ilmu Tafsir dan yang
lainnya,atau tidak berhubungan langsung namun terinspirasi dari Al-Qur’an seperti ilmu
alam, ilmu ekonomi, dan yang lainnya. Al-Qur’an menekankan pada kebutuhan manusia
untuk mendengar, menyadari, merefleksikan, menghayati dan memahami, maka, mau tidak
mau Al-Qur’an harus mampu menjawab berbagai problematika yang terjadi di
masyarakat (Nata, 2003) Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai sumber
dari segala halyang berhubungan dengan Agama Islam, yang berkaitan dengan masalah
tersebut yaitumeliputi al Qur’an sebagai sumber Islam, ilmu-ilmu al Qur’an, metode dan
corak penafsiran, pendekatan, serta model penelitianal Qur’an.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dan sejarah turunya al-quran ?


2. Apa saja Studi klasik al-quran ?
3. Apa perkembangan studi al-quran pasca klasik hingga modern ?

TUJUAN PENELITIAN MAKALAH

1. Agar mengarti dan memahami sejarah turunya al-quran


2. Agar dapat memahami studi klasik al-quran
3. Agar dapat mengerti dan memahami perkembanan al-quran klasik hingga modrn

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Studi Al Qur’an

Al-Qur'an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, Al-Qur'an
adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril selama berangsur angsur dan membacanya merupakan ibadah.

Malam Nuzulul Quran merupakan malam di mana pertama kali kitab suci Alquran
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sejarah Nuzulul Quran ini jatuh pada malam 17
Ramadan. Di mana, malaikat jibril mengirimkan wahyu kitab suci Alquran kepada Nabi
Muhammad di Gua Hira, ayitu sekitar 5 km dari kota Makkah. Dikatakan bahwa Nabi
Muhammad menerima wahyu pertama tersebut saat berusia 40 tahun. Ketika itu, tiba-tiba
malaikat Jibril datang, memeluk dan melepaskan Rasulullah SAW, sambil membawa wahyu
yang dititipkan oleh Allah. Pelukan tersebut dilakukan malaikat Jibril sebanyak tiga kali,
sambil berkata “Iqra!” yang artinya “Bacalah!”.

Kemudian Rasulullah menjawab, “Aku tidak mengenal bacaan.” Lalu malaikat Jibril
melanjutkan dengan membaca surat Al Alaq ayat 1-5 yang berbunyi, “Iqra’ bismi rabbikal
ladzi khalaq, khalaqal insana min alaq. Iqra wa rabbukal akram. Alldzi allama bil qalam.
Allamal bil qalam. Allamal insana ma lam ya’lam,” itu pengertian sama sejarah singkat
alquran. Setelah ayat ini, Al-Qur’an turun secara bertahap. Total, Al Qur’an turun secara
bertahap. Total Al Qur’an turun selama kurang lebih 23 tahun. Setiap ayat diturunkan
menyesuaikan dengan problematika sosial, krisis moral, keagamaan, kisah-kisah para Nabi
terdahulu hingga hikmah yang terjadi di masa nabi.

Peristiwa Nuzulul Qur’an adalah peristiwa bersejarah dalam agama Islam. Pada
tahun 1442 Hijriah, Nuzulul Qur’an diperingati setiap hari Kamis, 29 April 2021. Nuzulul
Qur’an adalah proses turunnya ayat Al Qur’an dalam menyempurnakan ajaran Islam sebagai
petunjuk umat manusia. Selain itu, sejarah turunnya Al Qur’an dibagi menjadi dua periode
yaitu periode Mekkah (sebelum hijrahnya Nabi) dan Madinah (setelah hijrah). Al Qur’an
pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah Utara Mekkah pada 17 Ramadhan 610 M.
Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah (paham
terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini terdapat 86 surat
yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan.

5
Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalah
(hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam) dan
hukum Islam. Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ini, terdapat 28 surat
yang diturunkan dalam kurun waktu 9 tahun 9 bulan. Ayat Al Qur’an yang terakhir yang
diturunkan adalah surat Al Maidah ayat 5. Ayat terakhir yang diturunkan melalui Malaikat
Jibril kepada Rasulullah adalah surat Al-Maidah ayat 5. Ayat ini turun sesudah waktu Ashar
pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir.

1. Al Qur’an : Fungsi dan Asensi Al Qur’an adalah kitab suci yang menjadi bacaan
bagi manusia untuk memperoleh petunjuk-petunjuk Seusai sesuai nama-nama al-
quran , al Qur’an berfungsi sebagai a-huda, al-furqon, al- syifa’, al -mauiza., dan
mauidhoh bagiorang-orang beriman. Adapun esensi al Qur ’an adalah sebagai
petunjuk dan pedoman hidup sekaligus penjelas bagi manusia yang disampaikan
oleh Rasulullah saw dengan bahasa yang biasa dipahami oleh manusia. Manusia
yangdimaksud adalah semua umat di bawah kerasulan Nabi Muhammad saw.
Kapan dan di manapun mereka berada, al Qur’an bersifat universal, tidak
berfungsi untuk kelompok, atau generasi tertentu. Ia adalah kebenaran yang
hakiki.

Keberadaan dan fungsi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Allah swt akan
menjamin dan menjaganya sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an Surat Al- Hijr. ayat 19
yang artinya “Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan al Qur’an, dan sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya”.Al Qur’an menggunakan statemen Amar, Nahi, Wa’di, Ajr,
Dzanbun. Studi Qur’an juga dikenal dengan istilah Ulumul Qur’an. Kata u`lum jamak dari
kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan menguasai).

Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang
disusun secara ilmiah. Jadi, yang dimaksud dengan u`luumul qu`ran atau studi qur’an ialah
ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu
nuzuul (sebab-sebab turunnya al-qur`an), pengumpulan dan penertiban Qur`an, pengetahuan
tentang surah-surah Mekah dan Madinah, An-Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal
Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur`an. Terkadang ilmu ini
dinamakan juga ushuulu tafsir (dasardasar tafsir) karena yang dibahas berkaitan dengan

6
beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang Mufassir sebagai sandaran dalam
menafsirkan Qur`an.1

B. METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN

Sebelum berbicara tentang metode penafsiran al-Qur’an, terlebih dahulu kita harus
mengetahui tentang pengertian metode itu sendiri. Metode adalah : Cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Dalam hal ini berarti berbicara menganai
hubungan tafsir al-Qur’an dengan media atau alat yang digunakan dalam menafsirkan al-
Qur’an. Media untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman teks-teks atas nash al-Qur’an
dapat berupa; nash (al-Qur’an dan al-Hadits), akal, ataupun intuisi.2

1. Bentuk Penafsiran

Yang dimaksud dengan bentuk penafsiran disini ialah naw’ (macam atau jenis)
penafsiran. Sepanjang sejarah penafsiran Al-Qur’an, paling tidak ada dua bentuk penafsiran
yang dipakai (diterapkan) oleh ulama’ yaitu Al-Ma’tsur (riwayat) dan Al-Ra’y (pemikiran).

A. Bentuk Riwayat (Al-Ma’tsur)

Penafsiran yang berbentuk riwayat atau apa yang sering disebut dengan “Tafsir bi Al-
Ma’tsur” adalah bentuk penafsiran yang paling tua dalam sejarah kehadiran tafsir dalam
khazanah intelektual Islam. Tafsir ini sampai sekarang masih terpakai dan dapat di jumpai
dalam kitab-kitab tafsir seumpama tafsir Al-Thabari, Tafsir Ibn Katsir, dan lain-lain. 3

Dalam tradisi studi Al-Qur’an klasik, riwayat merupakan sumber penting di dalam
pemahaman teks Al-Qur’an. Sebab, Nabi Muhammad SAW. diyakini sebagai penafsir
pertama terhadap Al-Qur’an. Dalam konteks ini, muncul istilah “metode tafsir riwayat”.
Pengertian metode riwayat, dalam sejarah hermeneutik Al-Qur’an klasik, merupakan suatu
proses penafsiran Al-Qur’an yang menggunakan data riwayat dari Nabi SAW. dan atau
sahabat, sebagai variabel penting dalam proses penafsiran Al-Qur’an. Model metode tafsir ini
adalah menjelaskan suatu ayat sebagaimana dijelaskan oleh Nabi dan atau para sahabat.

1
Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, Cet. IV, 2004.
2
Baharuddin dan Buyung Ali Sihombing, Metode Studi Islam, Bandung:Citapustaka Media, 2005.
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1977.

7
B. Bentuk Pemikiran (Al-Ra’y)

Setelah berakhir masa salaf sekitar abad ke-3 H, dan peradaban Islam semakin maju
dan berkembang, maka lahirlah berbagai mazhab dan aliran di kalangan umat. Masing-masing
golongan berusaha menyakinkan pengikutnya dalam mengembangkan paham mereka. Untuk
mencapai maksud itu, mereka mencari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi, lalu
mereka tafsirkan sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.

Ketika itulah berkembangnya bentuk penafsiran Al-Ra’y (tafsir melalui pemikiran


atau ijtihad). Dengan demikian jelas bahwa secara garis besar perkembangan tafsir sejak dulu
sampai sekarang adalah melalui dua bentuk tersebut di atas, yaitu Bi Al-Ma’tsur (melalui
riwayat) dan Bi Al-Ra’y (melalui pemikiran atau ijtihad).

2. Metode Penafsiran

Yang dimaksud dengan metodologi penafsiran ialah ilmu yang membahas tentang
cara yang teratur dan terpikir baik untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari ayat-ayat
Al-Qur’an sesuai kemampuan manusia. Metode tafsir yang dimaksud di sini adalah suatu
perangkat dan tata kerja yang digunakan dalam proses penafsiran Al-Qur’an. Perangkat kerja
ini, secara teoritik menyangkut dua aspek penting yaitu : Pertama, aspek teks dengan problem
semiotik dan semantiknya. Kedua, aspek konteks di dalam teks yang mempresentasikan
ruang-ruang sosial dan budaya yang beragam di mana teks itu muncul. Jika ditelusuri
perkembangan tafsir Al-Qur’an sejak dulu sampai sekarang, maka akan ditemukan bahwa
dalam garis besarnya penafsiran Al-Qur’an ini dilakukan dalam empat cara (metode),
sebagaimana pandangan Al-Farmawi, yaitu : Ijmaliy (global), Tahliliy (analistis), Muqaran
(perbandingan), dan Mawdhu’iy (tematik). Untuk lebih jelasnya di bawah ini diuraikan
keempat metode tafsir tersebut secara rinci, yaitu :

A. Metode Ijmali (Global)

Yang dimaksud dengan metode Tafsir Ijmali (global) ialah suatu metode tafsir yang
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian
tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang
populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika penulisannya menurut susunan ayat-
ayat di dalam mushhaf. Di samping itu penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa AL-
Qur’an sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar Al-Qur’an
padahal yang didengarnya itu tafsirnya.

8
Ciri-ciri Metode Ijmali adalah seorang mufasir langsung menafsirkan Al-Qur’an dari
awal sampai akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul. Pola serupa ini tak jauh berbeda
dengan metode alalitis, namun uraian di dalam metode analitis lebih rinci daripada di dalam
metode global sehingga mufasir lebih banyak dapat mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
Sebaliknya di dalam metode global, tidak ada ruang bagi mufasir untuk mengemukakan
pendapat serupa itu. Itulah sebabnya kitab-kitab Tafsir Ijmali seperti disebutkan di atas tidak
memberikan penafsiran secara rinci, tapi ringkas dan umum sehingga seakan-akan kita masih
membaca Al-Qur’an padahal yang dibaca tersebut adalah tafsirnya; namun pada ayat-ayat
tertentu diberikan juga penafsiran yang agak luas, tapi tidak sampai pada wilayah tafsir
analitis.

B. Metode Tahliliy (Analisis)

Yang dimaksud dengan Metode Tahliliy (Analisis) ialah menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.

Ciri-ciri Metode Tahlili adalah Pola atau metode penafsiran yang diterapkan para
penafsir terlihat jelas bahwa mereka berusaha menjelaskan makna yang terkandung di dalam
ayat-ayat Al-Qur’an secara komprehenshif dan menyeluruh, baik yang berbentuk Al-
Ma’tsur, maupun Al-Ra’y, misalnya : Al-Qur’an ditafsirkan ayat demi ayat dan surat demi
surat secara berurutan, serta tak ketinggalan menerangkan asbab al-nuzul dari ayat-ayat yang
ditafsirkan.

C. Metode Muqarin (Komparatif)

Pengertian metode muqarin (komparatif) dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan
redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus
yang sama. Mufasir membandingkan ayat Al-Qur’an dengan ayat lain, yaitu ayat-ayat yang
memiliki persamaan redaksi dalam dua atau lebih masalah atau kasus yang berbeda; atau ayat-
ayat yang memiliki redaksi berbeda dalam masalah atau kasus yang (diduga) sama.

9
b. Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, yang pada lahirnya terlihat
bertentangan. Mufasir membandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan hadits Nabi saw yang
terkesan bertentangan. Dan mufasir berusaha untuk menemukan kompromi antara keduanya.

c. Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan Al-Qur’an. Mufasir


membandingkan penafsiran ulama tafsir, baik ulama salaf maupun ulama khalaf, dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, baik yang bersifat manqul (Al-Tafsir Al-Ma’tsur) maupun
yang bersifat Ra’yu (Al-Tafsir Bi Al-Ra’yi).

Ciri-ciri Metode Muqarin disini letak salah satu perbedaan yang prinsipil antara
metode ini dengan metode-metode lain. Hal ini disebabkan karena yang dijadikan bahan
dalam memperbandingkan ayat dengan ayat atau ayat dengan hadits, adalah pendapat para
ulama tersebut dan bahkan dalam aspek yang ketiga. Oleh sebab itu jika suatu penafsiran
dilakukan tanpa membandingkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tafsir,
maka pola semacam itu tidak dapat disebut “metode muqarrin”.4

D. Metode Mawdhu’iy (Tematik)

Yang dimaksud dengan metode mawdhu’iy ialah membahas ayat-ayat Al-Quran


sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun.
Kemudian dikahi secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya
seperti asbab al-nuzul, kosa kata dan sebagainya. Semuanya dijelaskan secara rinci dan tuntas,
serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
baik argumen itu berasal dari Al-Qur’an dan Hadits, maupun pemikiran rasional.

Ciri-ciri metode mawdhu’iy ialah menonjolkan tema, judul atau topik pembahasan;
sehingga tidak salah bila di katakan bahwa metode ini juga disebut metode “topikal”. Jadi
mufasir mencari tema-tema atau topik-topik yang ada si tengah masyarakat atau berasal dari
Al-Qur’an itu sendiri, ataupun dari yang lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu
dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspek, sesuai dengan kapasitas atau
petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Artinya penafsiran yang

4
Yafrianti, “PENGERTIAN STUDY AL-QUR’AN, RUANG LINGKUP DAN SEJARAHPERKEMBANGANNYA | sakura-
ilmi.

10
diberikan tak boleh jauh dari pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, agar tidak terkesan penafsiran
tersebut berangkat dari pemikiran atau terkaan belaka (al-Ra’y al-Mahdh).5

C. Perkembangan studi al-quran

Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap
fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul quran menjadi
sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase /
tahapan perkembangan ulumul quran.

1. ULUMUL QURAN pada MASA RASULULLAH SAW

Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat AlQuran langsung
dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat dalam
bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.

a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.

Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata
diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal
:60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)

b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.

Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka yang


membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin A-an dan Abdullah bin Mas'ud serta
yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak
melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata
'kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.'"

c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga
kemurnian AlQuran.

Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku;
barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku,

5
Wahyuddin dan Saifulloh, “Ulum Al-Quran, Sejarah dan Perkembangannya,” 5

11
dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan
menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim).6

6
Atho' Mudzhar, Pendekatan Studi Islom dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Al-Qur'an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, Al-
Qur'an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril selama berangsur angsur dan membacanya merupakan ibadah

malam Nuzulul Quran merupakan malam di mana pertama kali kitab suci Alquran
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sejarah Nuzulul Quran ini jatuh pada malam 17
Ramadan. Di mana, malaikat jibril mengirimkan wahyu kitab suci Alquran kepada Nabi
Muhammad di Gua Hira.

13
DAFTAR PUSTAKA

min Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,


Cet. IV, 2004. –Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006.

Baharuddin dan Buyung Ali Sihombing, Metode Studi Islam, Bandung:Citapustaka Media,
2005.
Fazlurrahman, Islam: Sejarah, Pemikiran dan Peradaban, Terj. M. IrsyadRafsadie,
Bandung: Mizan, 2017.

Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj. Imam Khoiri, Yogyakarta:
LkiS Yogyakarta. Cet. II, 2009.
. Fazlurrahman, Membuka Pintu Ijtihad, Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka,1984

14

Anda mungkin juga menyukai