X-1
“KAJIAN BERBAGAI ILMU PENGETAHUAN YANG TERDAPAT DALAM AL-QUR’AN SEBAGAI KITAB
TERAKHIR UMAT YANG BERIMAN DAN BERTAQWA”
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya
sehingga penulis bisa membuat makalah pengganti nilai uas qur’an hadist dari awal hingga
akhirnya bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa penulis
curahkan kepada junjungan seluruh umat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan besar kepada penulis dan pembaca ke zaman yang indah ini.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada ustadz dan ustadzah yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengganti nilai uas qur’an hadist
dengan membuat makalah ini dan teman-teman angkatan Revastco yang terus memberi
semangat kepada penulis dalam membuat makalah yang berjudul Kajian Berbagai Ilmu
Pengetahuan Yang Terdapat Dalam Al-Qur’an Sebagai Kitab Terakhir Umat yang Beriman
dan Bertaqwa.
Penulis/penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR:………………………………………………………………….... II
BAB 1: PENDAHULUAN:………………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang:……………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah:………………………………………………………………… 1
D. Manfaat:……………………………………………………………………………. 2
BAB 2: ISI:…………………………………………………………………………………. 3
A. Landasan Pembahasan:…………………………………………………………… 3
BAB 3: PENUTUP:……………………………………………………………………….. 49
A. Kesimpulan:……………………………………………………………………….. 49
B. Saran:………………………………………………………………………………. 49
DAFTAR PUSTAKA:…………………………………………………………………….. 50
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kitab merupakan petunjuk umat manusia yang telah ada sejak zaman nabi-nabi
Nya. Menjadi pedoman hidup seluruh umat merupakan tujuan utama dari kitab-kitab
yang diturunkan oleh Allah swt. kepada para nabi yang menerimanya. Nabi
Muhammad SAW. sebagai nabi terakhir sekaligus sebagai penerima mukjizat berupa
kitab terakhir yang menjadi kitab penyempurna kitab-kitab sebelumnya yakni Al-
Qur’an.
Al-Qur’an menjadi kitab terakhir yang diturunkan setelah tiga kitab (Taurat, Zabur,
dan Injil) yang pernah diturunkan kepada para nabi sebelum nabi Muhammad
diangkat. Kitab AL-Qur’an merupakan kitabnya umat islam yang menjadi salah satu
bantuan dari Allah swt. kepada nabi Muhammad SAW dalam berdakwah dan
memimpin para umatnya ke jalan yang lurus. Ilmu pengetahuan sendiri terus
berkembang pesat beriringan dengan zaman yang terus berubah. Bahkan Al-Qur’an
selain sebagai pedoman hidup umat islam juga sebagai sumber ilmu pengetahuan,
baik dari segi tata bacanya yang memiliki keterkaitan dengan ilmu pengetahuan di
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja kajian yang membahas ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tata
baca Al-Qur’an?
2. Mengapa kajian tersebut mengkaji bahasan mengenai ilmu pengetahuan yang
1) Untuk mengetahui kajian yang membahas ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
2) Untuk mengetahui alasan dari kajian yang membahas ilmu pengetahuan yang
D. MANFAAT
Penulis sangat berharap melalui makalah yang telah dibuat ini dapat memberi
pengetahuan yang berkaitan dengan tata baca Al-Qur’an. Adapun manfaat yang
diharapkan penulis yang mungkin dapat dirasakan para pembaca ketika membaca
1) Menjadi salah satu sumber tambahan bagi pembaca dalam memahami ilmu
2) Menambah pengetahuan pembaca terkait ilmu pengetahuan dalam tata baca Al-
Qur’an.
3) Memuat materi yang sudah pernah dikaji sehingga makalah ini bermaksud untuk
memaparkannya secara sudut pandang penulis agar dapat tersampaikan secara singkat
4) Membuat ilmu pengetahuan yang terkait dengan tata baca Al-Qur’an dipahami lebih
A. LANDASAN TEORI
Al-Qur’an turun pada tahun ke-41 kelahiran Rasulullah SAW. Dimana Al-qur’an
diturunkan melalui perantara malaikat Jibril yang membuat rasulullah sangat gembira
namun juga merasa berat karena tidak bisa melaksanakan perintah malaikat Jibril.
menerimanya.
Turun dengan proses yang bertahap, dan membuat kitab Al-Qur’an memiliki nama
yang beragam dari berbagai surah yang ada di dalamnya. Al-Qur’an diturunkan
kepada Rasulullah dengan cara dan sarana yang dikehendaki oleh Allah swt. Setiap
perkembangan kehidupan umat manusia kala itu, sehingga saat beliau menerima ayat-
yang ada di Lauh Mahfuz bahwa Rasulullah memiliki hati yang tulus dan suci untuk
Berbagai kajianpun dilakukan untuk memahami lebih lanjut mengenai turunnya Al-
Qur’an sebagai petunjuk arah hidup umat islam yang mencakup berbagai bidang
AL-QUR’AN
Ulumul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata Bahasa Arab yakni “ulum” yang
dalam artian lebih jamak dari kata “alima” yang berarti mengetahui dan “Al-Qur’an”
yang secara fiqih berarti kalam Allah. Sehingga Ketika kedua kata tersebut
digabungkan dapat diperoleh sebuah makna “Kalam Allah yang Mengetahui” atau
Ulumul Qur’an juga memiliki beberapa pengertian secara istilah yang didefinisikan
1) Ulumul Qur’an adalah ilmu yang pembahasannya mencakup sisi informasi tentang
yang diturunkan di Madinah), dan hal-hal lain yang memiliki keterkaitan dengan Al-
2) Ulumul Qur’an adalah beberapa pembahasan yang berkaitan dengan sisi turun, urutan-
mansukh, penolakan hal-hal yang dapat menimbulkan keraguan, serta hal-hal lain yang
3) Ulumul Qur’an adalah ilmu yang objek pembahasannya banyak berhubungan dengan
Dalam buku Ulumul Qur’an milik Abdul Djalal disebutkan bahwa Ulumul Qur’an
mengenai al-Qur’an yang masih berdiri sendiri sepertiIlmu Tafsir, Ilmu Rasmil
Qur’an, Ilmu Mazajil Qur’an, IlmuIrabil Qur’an, Ilmu Qiraatil Qur’an, Ilmu Gharibil
Qur’an,Ilmu Asbabun Nuzul dan lain-lain ilmu yang membahas sesuatusegi dari al-
Qur’an yang belum terintegrasi menjadi satu namayang disebut ‘Ulumul Qur’an”
2) Ilmu yang terdiri dari beberapa pembahasan mengenai al-Qur’an dari segi turunnya,
Mudawwam adalah yang sudah merupakan gabungan dari beberapa Ulumul Quran
Idhafi, sehingga sudah terintegrasi menjadi satu dari seluruh ilmu yang membahas
tempat, sebab-sebab turun ayat, dan pembahasan segi dirayah (kandungan Al-Qur’an)
seperti mengenai sifat-sifat lafazh Al-Qur’an merupakan dua bidang sasaran dari
al-Qur’an.
2) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara membaca al-Qur’an, tempat
3) Ilmu Mawathin an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat, musim awal dan
4) Ilmu Tawarikh an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan danmenjelaskan masa dan
urutan turunnya ayat, satu demi satu dariawal hingga yang terakhir turun.
5) Ilmu Asbab an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat.
6) Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang menerangkan ragam qira’at (pembacaan al-Qur’an)
yang telah diterima Rasulullah Saw. Qiraat terdiri dari qiraat tujuh (qiraat sab’ah),
qira'at 10 (asyara) dan qira'at empat belas. Ada qira'at yang shahih dan ada qira'at
7) Ilmu Gharib al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata ganjil yang
tidak terdapat dalam kitab-kitab konvensional, atau tidak terdapat dalam percakapan
sehari-hari.
8) Ilmu I’rab al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan harakat al-Qur’an dan kedudukan
12) Ilmu Badai’u al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkankeindahan bahasa al-Qur’an.
13) Ilmu I’jaz al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan segi-segikekuatan al-Qur’an
14) Ilmu Tanasub Ayat al-Qur'an, yaitu ilmu yang menerangkan persesuaian antara satu
15) Ilmu Aqsam al-Qur’an, yaitu ilmu yang menerangkan arti danmaksud sumpah Allah
17) Ilmu Jadal al-Qur'an, yaitu ilmu yang menerangkan berbagai pendebatan yang telah
18) Ilmu Tafsir, yatu ilmu yang berusaha menjelaskan atau menerangkan makna-makna
dari Al-Qur’an.
Asbabun nuzul atau yang bisa disebut dengan Sababun Nuzul merupakan salah
satu cabang dari Ulumul Qur’an yang berkaitan khusus dengan turunnya ayat-ayat Al-
Qur’an dalam hal-hal tertentu. Dalam pengertian bahasa Asbabun Nuzul diartikan
1.) “Sesuatu yang dengan sebabnya turun satu ayat atau beberapa ayat yang mengandung
sebab itu, atau sebagai jawaban atas sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada
dalam suasana itu Al-Quran diturunkan serta membicarakan sebab yang tersebut itu,
baik ditrunkan langsung sesudah terjadi sebab itu atau pun ataupun kemudian lantaran
3) “Sababun Nuzul ialah sesuatu hal yang karenanya Al-Quran diturunkan untuk
menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa pristiwa
ayat tersebut berdasarkan dua kelompok yaitu: ayat yang ada sebab-sebab turunnya
dan ayat yang tidak memiliki sebab turunnya, juga berarti ayat yang turun dengan
tidak termasuk kedalam dua kelompok tersebut dapat dikatakan sebagai bukan
Asbabun Nuzul.
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad SAW. dengan
waktu, tempat, dan kejadian yang berngsur-angsur selama 23 tahun. Ayat-ayat Aal-
Qur’an diturunkan sebelum atau setelah sebuah kejadian atau peristiwa terjadi pada
Kemudian mereka sibuk dan tekun dalam menghafal setiap ayat-ayat Al-Qur’an
tersebut mempunyai sababun nuzul tapi mereka tidak menyaksikannya. Karena pasti
ada ayat yang turun tanpa ada sebab-sebab turunnya ayat tersebut. Sebab ayat-ayat
Al-Qur’an tidak semuanya turun ketika Nabi berada di dalam mesjid dan di waktu
tengah hari saja, kadang ayat-ayat Al-Qur’an ada yang turun ketika Nabi Muhammad
perang, di luar, di dalam rumah, di siang dan malam hari. Oleh sebab itu, selain ada
para sahabat yang sibuk dengan pekerjaan lain dan ada yang berdakwah, ada para
sahabat yang tidak mengetahui sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an karena mereka
yang menjelaskan tentang turunnya sebuah ayat Al-Qur’an, karena merka tidak mau
menyebarkaan atau meneruskan ayat-ayat yang kepastisn dari riwayat ayat tersebut
dengan dasar riwayat dan mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan
ayat itu diturunkan dan mengetahui sebab sebab turunnya serta berusaha keras dalam
Terkadang suatu ayat mengandung beberapa versi riwayat tentang sebab turunnya,
yang lazimnya dikenal dengan beberapa riwayat mengenai turunnya satu ayat
(ta’addu al-Sabab wa an-Nazil). Susunan kalimat yang jelas dan terang pada teks
yang berkaitan merupakan kebutuhan untuk kejelasan dan penyelesaian sebuah ayat
Al-Qur’an.
Riwayat yang memiliki pandangan lebih kuat atau penyesuaian terhadap riwayat
yang satu dengan riwayat riwayat yang lain telah ditentukan oleh para mufassir
dengan membuat ukuran yang cermat, sehingga dengan cara sedemikian rupa agar
riwayat-riwayat tersebut menjadi serasi dan dapat diterima, dan dapat disimpulkan
1) Apabila terhadap sebuah ayat terdapat keduanya sama-sama shahih (dua versi riwayat
yang sama benarnya) dan tidak dapat menentukan mana yang lebih kuat antara
dikompromikan bila mungkin, dan ditetapkan sebagai dua macam sebab turunnya
ayat bersangkutan, karena jarak waktu antara dua sebab itu berdekatan.
2) Apabila terdapat dua buah riwayat hadist yang sama shahihnya, namun tidak dapat
menentukan mana yang lebih kuat, atau tidak dapat menyatukan kedua-duanya karena
bahwa ayat yang berkaitan dengan dua buah riwayat itu mempunyai beberapa sebab.
3) Apabila ada dua riwayat yang sama-sama shahinya, namun terdapat segi yang
memperkuat salah satunnya, karena dipandang lebih daripada yang lain; atau karena
diriwayatkan perawi yang lain. Tidak ada keraguan lagi, sebab turunnya ayat
bersangkutan mesti dilihat dari riwayat hadits yang lebih kuat dan lebih shahih.
d. Banyaknya Nuzul dengan Satu Sebab
Ta’addud an-Nazil wa al-Sabab Wahid (beberapa ayat turun karena satu sebab)
merupakan istilah yang lazim dari sebuah peristiwa yang menjadi sebab bagi turunnya
dua ayat Al-Qu’'an atau lebih. Dalam hal ini banyak ayat yang turun di dalam
berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa karena memang terkadang tidak
jawaban (latar belakang historis turunnya ayat) sangat membantu untuk memahami
ayat Al-Qur’an secara utuh, terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut
masalah hukum. Namun banyak yang tidak mengetahui Asbabun Nuzul sehingga
ayat Al-Qur’an tidak sesuai dan tidak memahami dengan tepat hikmah ilahi dengan
yang dimaksud oleh ayat-ayat itu sendiri. Oleh karena itu, mengetahui serta mengenal
sesuatu yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat merupakan bantuan yang tepat dan
berdayaguna dalam memahami kandungan ayat tersebut dengan cermat, bahkan dapat
menjadi sumber penta’wilan dan penafsiran yang penting dalam mencapai kebenaran.
padanya.
hukum.
5) Mengetahui sebab turun tanpa keluar dari pengertian ayat apabila lafadz ayat itu
bersifat umum.
6) Mengkhususkan pengertian ayat itu kepada sebab khusus atau aspek turunnya.
sebab ia mengerti betul latar belakang turunnya, kondisi yang mengitari dan
sebagainya.
Apabila satu atau beberapa ayat dengan sebab khusus memakai lafadz umum
(‘am), maka berarti jawaban lebih umum daripada sebab, dan sebab lebih khusus dari
yang turun sebagai jawaban terhadap pertanyaan atau peristiwa yang dihadapi Nabi
pada masa turunnya Al=Qur’an. Sedangkan sebab berarti pertanyaan atau peristiwa
Apabila terjadi persesuaian antara ayat yang turun dan sebab turunnya dalam
keumuman keduanya, atau terjadi persesuaian antara keduanya dalam hal kekhususan
keduanya, maka diterapkanlah yang umum menurut keumumannya dan yang khusus
menurut kekhususannya.
Istilah Makkiyah dan Madaniyah merupakan dua kata sifat nisbiyah yang berasal
dari kata-kata Makkah dan Madinah. Istilah tersebut dapat dipakaikan kepada Al-
Quran itu sendiri, atau kepada surat-suratnya, ataupun kepada ayat ayatnya. Misalnya
yang diturunkan di Mekkah, yakni sebelum Nabi berhijrah ke Madinah. Begitu pula
pemakaian perkataan al-Madaniyah atau al-Madaniyu, berarti bahagian-bahagian Al-
Penyebutan kata Makkiyah dan Madaniyah baru muncul kemudian, yakni setelah
Rasululah wafat. Beliau sendiripun tidak pernah menetapkan surat-surat mana yang
termasuk ke dalam golongan Makkiyah dan mana pula yang termasuk Madaniyah.
Sebagai buktinya tidak ada kesepakatan pendapat di kalangan para ulama mengenai
persoalan yang terkait dengan kedua istilah tersebut, terutama mengenai arti
sebenarnya pemakaian istilah Makkiyah dan Madaniyah, surat-surat mana dan berapa
jumlahnya yang termasuk dalam kelompok Makkiyah dan yang termasuk kelompok
Madaniyah pula.
Menurut masa turunnya surat-surat Al-Quran yang berjumlah 114 surat dan 6236
1). Surat-surat Makkiyah, yaitu surat-surat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke
Madinah, yang diperkirakan dalam masa 12 tahun 5 bulan,13 hari, yakni sejak
permulaan bi’tsah (diangkat menjadi Nabi dan Rasul) di Mekkah sampai dengan
waktu hijrah.
2). Surat-surat Madaniyah, yaitu surat-surat yang diturunkan sesudah hijrah ke Madinah
sampai dengan turunnya ayat yang terakhir, yakni ketika Nabi menunaikan Hijjatul
hari.
3. KAJIAN ILMU TILAWAH AL-QUR’AN
Membaca ayat suci Al-Qur’an dengan baik dan benar (tartil, menampakkan huruf-
sampai dengan surat An-Naas merupakan pengertian dari tilawah Al-Qur’an (Menurut
Membaca Al-Qut’an adalah suatu kemulian umat manusia khususnya umat islam
yang diberikan Allah SWT. Oleh sebab itu, seseorang yang muslim harus mempunyai
kewajiban khusus untuk menjaga keutuhan Al-Qur’an. Salah satu caranya adalah
Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT merupakan mu’jizat yang diturunkan atau
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang dimulai dari surah Al-Fatihah
sampai akhir surah An-Naas dan membacanya adalah ibadah (Menurut Nata, 1998:5-
55).
Al-Qur’an berasal dari kata: Qara’a yang mempunyai arti mengumpulkan atau
menghimpun, dan Qira’ah yang menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan
yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Qara’a, qira’atan, qur’anan yang
berarti bacaan merupakan dasar masdar dari Al-Qur’an dan qira’ah. bacaannya atau
Al-Qur’an merupakan nama khusus yang diberikan kepada kitab yang diturunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga Al-Qur’an menjadi nama khas
dari kitab tersebut. Menurut para ulama Al-Qur’an diberi nama tersebut karena
mencakup dari kitab-kitab yang terdahulu atau bahkan mencakup inti dari berbagai
umat islam yang diberikan oleh Allah SWT. karena sesungguhnya para malaikat tidak
kemuliaan itu untuk mereka dengarkan (Menurut ulama besar Ibnu Shalah yang
Pendapat dari ulama besar Ibnu Shalah tersebut menunjukkan keutamaan dan nilai
lebih membaca Kitab Suci Al-Qur’an, paham artinya atau tidak paham, di dalam
sholat atau di luar sholat, sendirian atau bersama-sama, di rumah atau di mesjid dan
sebagainya. Al-Qur’an bagi kaum umat islam adalah bacaan utama yang terus
menolong dikala susah maupun senang. Membaca Al-Qur’an dan sholat merupakan
Al-Qur’an sebagai kitab yang memiliki kandungan berbagai ilmu yang menjadi
landasan atau pedoman dalam kehidupan manusia berisi dengan kumpulan wahyu
allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk dijadikan sumber
membaca kitab Al-Qur’an karena hal tersebut merupakan keuntungan dari keutamaan
membaca Al-Qur’an. Nilai keuntungan yang akan didapat ketika membaca Al-Qur’an
2) Terapi (obat) jiwa yang gundah, dimana setiap membuka dan membaca Al-Qur’an
selain sebagai bentuk ibadah juga akan merasakan efek berupa obat yang mampu
3) Memberi syafa’at, dimana saat manusia diliputi oleh perasaan gelisah ketika hari
kiamat, Al-Qur’an akan datang memberikan pertolongan bagi orang-orang yang tidak
4) Menjadi nur di dunia dan simpanan di akhirat, dimana saat membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar, wajah seseorang akan menjadi ceria dan berseri-seri serta
akan tampak anggun karena akrab bergaul dengan kalam Allah SWT.
5) Malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan kepada para pembaca Al-Qur’an,
dimana malaikat-malaikat akan turun ketika melihat seseorang sedang membaca Al-
penguasaan di bidang Al-Waqfu wal Ibtida’ atau ketelitian akan harakat dan
luas.
Ilmu tajwid berguna dalam menyempurnakan tata cara membaca Al-Qur’an yang
mempelajari tentang tanda-tanda baca setiap huruf, panjang pendek setiap kata, dan
Hukum mempelajari ilmu tajwid ialah fardhu kifayah, sedangkan secara hukumnya
membaca Al-Qur’an dengan tajwid adalah fardhu ‘ain. Tujuannya adalah untuk
menghindari kesalahan dalam membaca Al-Qur’an (Menurut Abdur Rauf, 2011:11-
14).
Karena itu, agar dapat menampakkan yang jelas dan terang (fasih) ketika membaca
Al-Qur’an harus memperhatikan beberapa istilah dalam ilmu tajwid yang ada sebagai
berikut:
mengetahuinya akan memperlancar cara mengucapkan huruf dengan baik dan benar
2) Shifaful huruf yakni cara melafalkan dan mengucapkan furuf agar huruf yang
diucapkan lebih jelas dan terasa asli dengan huruf yang ada di dalam Al-Qur’an.
3) Ahkamul huruf, yakni hubungan antara hurufnya diantaranya: Hukum lam jalalah,
hukum lam ta’rif, hukum bacaan ro’, hukum nun sukun dan tanwin, hukum nun dan
mim bertasydid, hukum mim sukun, hukum lam kerja, hukum lam untuk huruf,
4) Ahkamul mad wal qasr, yakni pendek dan panjangnya huruf yang ada di dalam Al-
Qur’an.
5) Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan
6) Istilah-istilah dalam Al-Qur’an, yakni istilah atau ayat-ayat yang hanya ada di surat
a. Pengertian Bullying
Bullying merupakan kosa kata baru dalam Bahasa Indonesia, namun demikian kata
bullying sudah lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum bullying
juga dipahami sebagai suatu tindakan perundungan, perpeloncoan, penindasan dan
berasal dari kata bull yang maknanya adalah penggertak atau orang yamng
Istilah bullying berasal dari bahasa inggris, yakni bull yang artinya adalah banteng
yang suka menanduk. sedangkan dalam terminologi Bahasa Indonesia bully dimaknai
dengan penggertak, atau orang yang mengganggu orang lain. Menurut Olweus
keadaan tidak nyaman atau terluka dan biasanya kejadian ini terjadi secara berulang-
ulang.
Dalam buku mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, tim
kekuasaan atau kekuatan oleh seseorang, atau sebuah kelompok yang kuat. Istilah
kuat disini bukanlah kuat dalam artian fisik, melainkan kuat secara mental3. Dalam
hal ini korban perilaku bullying tidak bisa menyelamatkan atau membela dirinya
Menurut Andi Priyatna bullying bukanlah tindakan yang tidak disengaja, bullying
merupakan tindakan yang sengaja dilakukan oleh pelaku pada korbannya dan
bukanlah suatu kelalaian. Selain itu ia juga mngetakan bahwa bullying tidak
dilakukan sekali saja, akan tetapi tindakan ini dilkukan berulang-ulang dan terus-
memiliki power atau kekuatan yang lebih dari si korban, atau bisa dikatakan bahwa si
dilakukan secara sengaja, yang bertujuan uuntuk menindas pihak yang lemah daan hal
Edwards mengatakan bahwa bullying kerap kali terjadi pada masa-masa sekolah
menengah atas (SMA). Sebab, pada masa-masa ini seorang remaja memiliki
korban bullying adalah mereka yang merupakan pendatang baru, atau bisa jadi
Bullying sendiri terjadi bukan disebabkan oleh adanya konflik yang belum
terselesikan. Namun, hal ini terjadi dikarenakan adanya superioritas pelaku bullying
atau perasaan bahwa dirinya merupakan orang yang lebih kuat dan memiliki
merendahkan atau menindas orang lain yang dianggap lemah. Selain itu, bullying bisa
jadi sebuah tindakan yang dilakukan oleh pelaku sekedar mengulangi apa yang ia lihat
atau alami. Seperti misalnya ia menganiaya orang lain karena ia sendiri pernah
Ada beberapa jenis dan wujud bullying yang secara umum sering kali dilakukan.
Perilaku ini kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori, Pertama, Bullying fisik
yakni jenis bullying yang kasat mata, atau terlihat oleh mata karena dilakukan dengan
adanya sentuhan fisik antara pelaku dan korban bullying. Seperti misalnya pelaku
memukul korba, menampar, meludahi, melempar dengan barang, menginjak dan lain
sebaginya. Kedua, bullying jenis non-verbal merupakan jenis bullying yang masih
bisa terdeteksi, meskipun tidak terlihat oleh mata bullying jenis ini masih bisa
korban di depan umum, memfitnah, mencibir dan lain sebaginya. Ketiga, Bullying
mental berbeda dengan dua jenis bullying sebelumnya. Sebab, bullying jenis ini tidak
bisa dilihat maupun didengar. Praktik bullying ini terjadi diam-diam diluar pantauan,
dan sulit untuk dideteksi jika tidak awas dalam melihatnya. Seperti misalnya
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka
perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik
dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa
menghina yang miskin, lebih kuat sehingga menghina yang lemah, orang memiliki
fisik sempurna sehingga menghina orang yang cacat, atau orang yang profesional
menghina orang yang lugu. Padahal, itu semua merupakan hal-hal duniawi yang tidak
dapat dijadikan ukuraan. Ukuran yang ada disisi allah bukan lah hal-hal yang bersifat
duniawi seperti hal-hal diatas, akan tetapi diukur pada keimaan seseorang.
Termasuk perbuatan yang dianggap mengolok-olok dan mencela adalah memanggil
“(Orang munafik) yaitu mereka yang mencela orang-orang beriman yang memberikan
sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh
menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan
Sama halnya seperti ayat-ayat yang telah dibahas sebelumnya, QS. At-Taubah ayat 79
ini juga menjelaskan terkait larangan untuk mengejek atau mengolok-olok. Seperti
yang dikisahkan dalam sebab turunnya ayat ini, kita dilarang untuk mengejek atau
mengolok-olok baik dengan perbuatan, perkataan atau tingkah laku karena apa yang
dilihat belum tentu yang terjadi sebenarnya. Selain itu, dalam ayat ini dijelaskan
bahwa yang dimaksudkan dengan سخر هللا منهمadalah bahwa Allah menjanjikan ejekan-
ejekan yang dilontarkan. Bahkan dalam ayat ini selain akan dibalas dengan ejekan
juga akan mendapatkan siksa. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa selain menunjukkan
larangan untuk mengejek atau mengolok-olok, ayat ini juga bertujuan agar mereka
yang diejek dapat meredam amarahnya, dan tidak menghiraukan ejekan tersebut.
Sebab, jika Allah yang membalas ejekan tersebut pasti akan lebih besar daripada jika
“Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan
melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, Jika kamu mengejek kami,
maka kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka kelak
kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa)
Ayat ini menceritakan tentang nabi Nuh yang diejek oleh kaumnya karena membuat
kapal (bahtera) yang begitu besar. Mereka mengatakan bahwa Nuh adalah seorang
Nabi yang kini menjadi tukang kayu dan sedang membuat sebuah bahtera. Dari kisah
nabi Nuh diatas kemudian dapat diambil hikmah, bahwa kita sebagai manusia
dilarang mengejek manusia lain. Apalagi ketika tidak mengetahui apa yang
“Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir,
dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa
itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang
Selain itu, QS. Al-Baqarah ayat 212 juga merupakan salah satu ayat yang merangkan
terkait Bullying atau ejekan. Menurut Abdullah bin Abbas, ayat ini diturunkan
berhubungan dengan Abu Jahal dan teman-temannya. Sedang menurut Muqatil, ayat
Bani Nadir dan Bani Qainuqa, yang kesemuanya selalu menghina kaum Muslimin.
Imam Fakhrur Razi berkata, “Tidak ada salahnya bila dikatakan bahwa ayat ini
diturunkan untuk ketiga golongan tersebut.” sudah menjadi tabiat yang melekat,
terutama dalam hati orang kafir, yaitu mencintai dunia lebih dari segala-galanya.
Ejekan dan hinaan kaum kafir terhadap kaum Muslimin dijawab bahwa orang yang
bertaqwa kepada Allah, nanti pada hari kemudian jauh lebih tinggi martabat dan
kedudukannya daripada mereka. Orang kafir membanggakan kesenangan dunia yang
orang yang beriman yang umumnya miskin, tidak banyak yang kaya dibanding
mereka. Untuk menjawab penghinaan ini, Allah menutup ayat ini dengan satu
Bullying merupakan suatu perilaku yang didasari oleh beberapa faktor. Memahami
faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying bisa jadi salah satu solusi untuk
merasa haus akan perhatian, penghargaan dan pengakuan atas dirinya. Dengan
memberi perhatian dan menghargai apa yang mereka lakukan bisa menjadi salah satu
2) Kedua, Bullying juga seringkali menjadi alat untuk meraih popularitas dan menjadi
dalam perilaku kepemimpinan yang positif bisa menjadi salah satu solusi agar mereka
Selain dua solusi bullying yang sudah dipaparkan sebulumnya, al-Qur’an sebagai
bullying adalah QS. Al-A’raf ayat 201dan al-Ahzab ayat 71, dalam kedua ayat ini
dijelaskan bahwa salah satu sikap yang perlu ditaati agar tidak terjerumus kedalam
perilaku bullying adalah dengan meningkatkan ketqwaan kepada Allah SWT. Selain
itu sikap yang yang bisa dilakukan untuk mencegah perilaku bullying adalah dengan
berkata yang baik sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 236 dan Al-
Isra ayat 53. Memanggil dengan panggilan yang baik, sebagaimana yang terdapat
dalam QS. Yusuf ayat 5, Hud ayat 42 dan Luqman ayat 13.
Metode penafsiran Al-Qur’an secara tematik juga dapat disebut sebagai metode
maudu’y yang memiliki titik acuan dan teknik penerapannya sendiri. Metode
maudu’y tidak bersifat parsial namun merupakan pelengkap dari seluruh bentuk
metode penafsiran terdahulu yang memiliki bentuk pisau analisis yang memiliki guna
untuk mendapatkan jawaban dari berbagai aspek persoalan kehidupan manusia yang
Defenisi Metode Tafsir Maudu’y. Kalimat “Metode Tafsir Maudu’y” terdiri dari
tiga rangkaian kata yaitu “Metode”, “Tafsir” dan “Maudu’y”, ketiga kata ini akan
didefinisikan secara terpisah dari dua sudut pendefenisian yaitu etimologi dan
terminology. Kata “Metode” secara etimologi berasal dari kata Yunani methodos,
merupakan sambungan kata meta yang berarti menuju, melalui, atau mengikuti dan
kata hodos yang berarti jalan, cara, atau arah. Dengan demikian maka kata methodos
berarti: pengkajian, metode ilmiah, uraian ilmiah, yaitu cara bertindak menurut sistem
Berdasarkan defenisi ini dapat diturunkan beberapa hal; 1) Tafsir adalah suatu ilmu
yang menjadikan al-Qur‟an sebagai obyek dan sumber kajian; 2) Kajian yang menjadi
obyek utama dalam tafsir adalah menguak tabir dalalah (petunjuk) yang terkandung
menguak tabir dari maksud, tujuan, dan petunjuk dari perkataan Allah swt yang
maksud dari “Metode Tafsir Maudu’y”. Para pakar memiliki defenisinya masing-
masing sekalipun tidak secara mandiri- tentang maksud dari metode penafsiran ini,
bentuk istilah; pertama, menelusuri stiap perkara yang terkandung didalam al-
secara teliti ayat-ayat dalam satu surat untuk menemukan tema sentral yang
antar ayat dalam surat tersebut dimana bagian awa sebagai pendahuluan dan
“Tafsir maudu’y menurut pengertian istilah para ulama adalah: Menghimpun seluruh
ayat al-Qur’an yang memiliki tujuan dan tema yang sama, kemudian dilakukan
ukuran keakuratan hasil ditimbang berdasarkan teori-teori yang akurat pula sehingga
tema dapat disajikan secara utuh dan sempurna dengan mengemukakan tujuan-tujuan
dengan ungkapan yang mudah dipahami untuk dapat menyelami bagian-bagian
tema dari tema yang ada di dalam al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan doctrinal
“Tafsir maudu’y adalah suatu usaha dalam mengumpulkan ayat-ayat yang memiki
kesamaan topik dan tujuan, dengan cara menyusunnya berdasarkan masa turunnya,
jika hal itu mungkin dilakukan, kemudian menjelaskannya dan merincikannya serta
undang-Nya dengan menyelami seluruh sisi topik yang terdapat di dalam al-Qur‟an,
dan berusaha menguak berbagai sisi yang berhubungan dengan syubhat-syubhat para
“Mengkaji salah satu aspek diantara aspek-aspek yang terkandung didalam al-Qur‟an
atau mengkaji salah satu diantara tema-tema al-Qur’an yang berhubungan dengan
6). Sementara itu Mustafa Muslim dan Khalid Abd al-Rahman al-Ikk:
diajukan oleh kedua pakar tersebut adalah: 1) menjelaskan segala yang berhubungan
dengan satu topic baik secara lafadh maupun hukum dari berbagai surah dalam Al-
Qur’an, kemudian menafsirkan sesuai dengan maksud- maksud Al-Qur’an, 3)
Menjelaskan topic apapun dari satu surah atau surah-surah yang berbeda yang
terdapat di dalam Al-Qur’an, 4) Ilmu yang membahas tentang berbagai perkara yang
terdapat di dalam Al- Qur‟an yang memiliki kesatuan makna dan tujuan dengan cara
yang terkandung termonologis tersebut, mereka berdua memilih satu defenisi yaitu:
“Suatu ilmu yang mengakaji tentang berbagai aspek topikal ayat-ayat al-Qur’an dari
satu surah atau berbagai surah yang sesuai dengan tujuan-tujuan al- Qur’an”.
7). Quraish Shihab sebagai salah seorang pakar al-Qur’an di Indonesia mengajukan tiga
Pertama: Metode Tafsir Maudu’y adalah penafsiran menyangkut satu surat dalam al-
surat tersebut antara satu dengan lainnya dan juga dengan tema tersebut, sehingga satu
surat dengan berbagai persoalan persoalannya menjadi satu kesatuan yang utuh.
Kedua: Metode Tafsir Maudu’y adalah penafsiran yang bermula dari menghimpun
ayat-ayat al-Qur’an yang membahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat atau
surat dalam al-Qur’an yang dapat diurut sesuai dengan urutannya, kemudian
berbagai surah dan yang berkaitan dengan persoalan atau topik tertentu yang telah
upaya menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang memiliki kesamaan makna dan tujuan,
b) metode ini berupaya untuk menggali solusi-solusi Qur’any dalam berbagai aspek
problematika kehidupan baik yang berupa kepercayaan, politik, ekonomi, social, dan
budaya; c) metode ini adalah metode yang berupaya menerapkan metode pengkajian
ilmiyah dengan menjadikan surah dan atau ayat-ayat Al-Qur’an sebagai obyek
Dari analisis di atas setidaknya dapat disimpulkan bahwa metode tafsir maudu’y
adalah: “Upaya manusia dalam meneliti dan menelusuri seluruh aspek makna,ayat
dalam satu surah atau dari berbagai surah dalam satu topic, 2) keutuhan pembahasan
dalam satu kesatuan tujuan dan petunjuk Qur’any. Adapun pendefenisian yang lain
lebih kepada penjelasan tentang prosedur dan teknik penerapan dari metode tafsir
(bayyinat), pembeda antara yang haq dan batil (al-Furqan), dan penawar bagi hati
3) Al-Qur’an tersusun secara sistematis dari surah al-Fatihah} hingga surah al-Naas yang
didalam setiap surah terdapat ayat-ayat yang tersusun dari kalimat-kalimat, dimana
antara ayat dengan ayat yang lain memiliki korelasi (Munas Abah) makna, tujuan, dan
4) Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam satu surah Al-Qur’an mengandung kekayaan
mengungkap dan menemukan seluruh aspek hidayah ilahiyah (petunjuk Allah Swt)
2) Menghimpun teks-teks (baca: ayat) Qur‟any yang berkaitan dengan masalah yang
3) Menysun ayat seara berururan sesuai dengan urutan masa turunnya disertai dengan
suratnya masing-masing.
bahasan.
mengkompromikan antara yang „a>m (umum) dan yang kha>s} (khusus), antara yang
mut}laq (mutlak) dan yang muqayyad (terikat), atau yang secara z}a>hir (tampaknya)
bertentangan, sehingga semuanya bertemu dalam satu kesatuan atau dalam satu
1.) Menghimpun seluruh teks-teks Al-Qur’an yang berhubungan dengan topic masalah
yang akan dibahas dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan kitab-kitab himpunan
(w. 502 H), kitab Mujam Alfaz al-Qur’an yang disusun oleh Majma’ Al-Lughah Al-
Arabiyyah Tafsil Ayat al-Qur’an karya Joul Labome, Kitab al-Mustadrak karya
2). Kemudian mesyusun ayat-ayat yang telah terhimpun tersebut sesuai dengan masa
3). Mengompromikan ayat-ayat yang tampak bertentangan dengan keyakinan bahwa tidak
kandungannya, maksud dari syaria‟at ilahiyah, tujuan dibalik perintah dan larangan,
dengan menjadikan Sunnah Nabawiyyah (hadi>th) dan perkataan para ulama salaf
kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu jika diantara ayat-ayat tersebut
Pada bagian lain Mustafa Muslim mengajukan dua bentuk rumusan prosedur
Pertama: Prosedur pengkajian tafsir maudu’y dalam satu topik masalah, adapun
2) Menghimpun ayat-ayat yang berhubungan dengan topic tersebut atau ayat-ayat yang
landasan umum.
4) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara mendalam dengan merujuk kepada kitab- kitab
tafsir klasik (kitab-kitab tafsir yang disusun secara analitik), menyebutkan Asbab al-
Nuzul jika ada meneliti kandungan lafaz-lafaznya serta hubungan antara setiap lafaz.
5) Pengkaji berusaha menarik sebuah istimbat yang merupakan landasan utama topik
pembahasan.
bentuk pemikiran sehingga tidak terjebak pada pengkajian kandungan lafadz semata.
dan israiliyyat.
Kedua: prosedur pengkajian tafsir maudu’y dalam satu surat dengan langkah-
1) Sebelum melakukan kajian lebih lanjut terhadap ayat-ayat dalam satu surah, pengkaji
terlebih dahulu menyebutkan Asbab al-Nuzul surat tersebut demikian pula dengan
tujuan dan petunjuk-petunjuk ayat yang terkandung didalam surat tersebut. Kemudian
menyebutkan ide-ide pokok yang terkandung seputar surat yang dikaji seperti nama
dari surat dan ide-ide pokok dari ayat-ayat yang terkandung didalamnya secara umum.
dalam surat yang dikaji atau mencari ide-ide pokok berdasarkan Asbab al-Nuzul baik
dari surat itu sendiri atau dari ayat-ayat yang terdapat didalamnya.
3) Membagi ayat-ayat dalam surat tersebut ke dalam tema-tema pokok utamanya surat
korelasi (Muna>sabah) antara surat yang dikaji dengan surat sebelum dan setelahnya
keterangan petunjuk-petunjuk yang terkandung didalamnya dalam satu ide utama dan
2) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, poin ini hanya dibutuhkan
dengan persoalan yang sedang dikaji. Sementara bagi mereka yang hendak mengurai
satu kisah, atau kejadian, maka runtutan susunan yang dibutuhkan dalam mengkajinya
Asbab al-Nuzul, karena Asbab al-Nuzul memiliki peranan yang sangat besar dalam
antara satu surat dengan surat lainnya dan antara ayat dengan ayat lainnya).
dan kerangka teori yang akan dijadikan sebagai acuan pembahasan yang akan dikaji.
kebenarannya
4) Menghimpun data yang relevan dengan masalah yang akan dikaji, baik berupa ayat-
ayat Al-Qur’an ataupun hadis-hadis Nabi saw, serta data lain yang memiliki
7) Membahas seluruh konsep yang telah diperoleh dan mengaitkannya dengan kerangka
8) Menyusun hasil penelitian menurut kerangka yang telah dipersiapkan dalam bentuk
Dari seluruh prosedur penerapan metode tafsir maudu’y yang telah dirumuskan oleh
para pakar sebagaimana yang telah diuraikan di atas, dapat dinyatakan bahwa telah
metode ini, dimana antara satu rumusan dengan rumusan lainnya saling
metode maudu’y dalam menafsirkan Al-Qur’an harus memiliki ciri khas metode
dengan menjadikan metode penelitian ilmiah sebagai acuan, sehingga dari seluruh
metode tafsir maudu’y yang sejalan dengan rumusan metode penelitian ilmiah, dan
dapat dijadikan sebagai acuan utamanya oleh para akademisi dalam melakukan
telah disempurnakan oleh Abd Muin Salim dengan dasar bahwa metode tafsir
maudu’y adalah “Upaya manusia dalam meneliti dan menelusuri seluruh aspek
makna, tujuan dan petunjuk al-Qur’an dalam satu tema guna menjawab berbagai
metode maudu’y pertama, ialah Penafsiran satu surat dalam al-Quran dengan
menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus atau tema sentral yang
ragam tersebut antara satu dengan lainnya dengan tema sentral tersebut, sehingga
diaplikasikan oleh Mahmud Syaltut dalam karya tafsirnya, demikian pula dengan
yang diaplikasikan oleh Wahbah al-Zuhaily dalam karyanya al-Tafsir al Munir fi al-
membahas masalah tertentu dari berbagai surat al-Qur’an (sedapat mungkin diurut
sesuai dengan masa turunnya, apalagi jika yang dibahas adalah masalah hukum)
menjelaskan pengertian ayat-ayat tersebut yang mempunyai kaitan dengan tema atau
Sementara itu Khalid al-Ikk menambahkan satu bentuk lain dari bentuk penfsiran
Secara umum, penelitian tafsir dengan metode maudu’y lebih banyak mengambil dua
bentuk pertama, adapun bentuk ketiga labih banyak digunakan oleh para akademisi
yang terjun dibidang Bahasa (baik adab maupun sastranya), meski demikian tidak
dapat dipungkiri bahwa sejumlah karya para ulama tafsir terdahulu telah banyak
karya tersebut; al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an karya Al-Raghib al-Asfahany (w. 502
(w. 150 H), Nuzhah al-Ain fiIlm al-Wujuh wal-Nazair karya Ibn al-Jauzy (w. 597),
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga bentuk tafsir dengan
seluruh ayat dari berbagai surat; kedua, menafsirkan salah satu surat Al-Qur’an
dengan cara mengungkapkan tema sentral dari surat tersebut dan menghubungkannya
dengan ayat- ayat yang terdapat didalamnya sehingga bagian awal sebagai
pendahuluan, bagian tengah sebagai penjelas dan bagian akhir dari surat tersebut
makna yang digunakan oleh Al-Qur’an itu sendiri. Keistimewaan dan Kelemahan
secara luas lapangan penelitian ilmiah secara modern tidak dapat terbendung,
sehingga untuk dapat melihat fenomena tersebut secara benar dan sesuai dengan kaca
mata Qur’any hanya dapat dilakukan dengan metode maudu’y dalam menafsirkan Al-
Quran. Mengkhususkan satu tema tertentu dan menguhimpun seluruh sisinya untuk
diteliti dan dikaji, menelusuri asbab al-nuzul dari setiap ayat yang berhubungan
dengan tema tersebut, menuysun ayat-ayat tersebut berdasarkan masa turunya, serta
memberikan nuanasa kajian ilmiah terhadap tema yang dikaji secara mendalam dan
menyeluruh yang kaya dengan informasi baru yang berhubungan dengannya. Kajian
mendalam dan luas dalam menyuguhkan berbagai informasi keilmuan semacaam ini
tidak dapat dilakukan secara baik dengan menggunakan metode-metode tafsir lainnya
baik itu tahlily, ijmali, muqaran atau yang lainnya, tetapi maudu’y merupakan metode
yang tepat-guna dalam menjalankan kajian semacam ini. Dengan metode maudu’y
seorang pengkaji dapat mengemukakan sisi lain dari kemu’jizatan al-Qur’an yang
keajaibannya tidak terputus hingga hancurnya dunia dan seluruh apa yang ada
dilamnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa keistimewaan dari metode tafsir
maudu’y diantaranya:
1) Metode maudu’y merupakan terobosan yang efektif dan inovatif untuk menggali
2) Metode ini membuka peluang bagi para spesialis dari seluruh bidang ilmu untuk
kefasihan Al-Qur’an.
4) Metode ini dapat menghilangkan kesan kontradiktif atar ayat dalam Al-Qur’an. Ayat-
5) Metode ini disusun secara praktis dan sistematis dalam memecahkan berbagai
persoalan yang timbul. Kondisi semacam ini sangat sesuai dengan kehidupan umat
6) Metode ini menjadikan Al-Qur’an senantiasa dinamis sesuai dengan tuntutan zaman,
membimbing kehidupan di muka bumi ini pada semua lapisan dan strata sosial.
7) Metode ini dapat memenuhi apa yang tidak dapat dipenuhi oleh metode-metode tafsir
10) Metode ini menjadikan prinsip-prinsip metode penelitian ilmiah modern sebagai
metode ini tidak memiliki kelemahan, diantara kelemahan yang mungkin terjadi
pembahasan yang diuraikannya hanya sesuai dengan judul yang telah ditetapkan oleh
penafsir.
2) Mudah terjerumus dalam kesalahan penafsiran utamanya dalam bidang hukum, dan
memperhatikan urutan-urutan ayat dari segi masa turunnya atau perincian khususnya.
tentang sebuah problematika secara terbatas. Hal ini dapat terjadi jika sang penafsir
tidak memperhatikan secara menyeluruh seluruh ayat yang berkaitan dengan pokok
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
(Rasulullah SAW) yang menjadi panduan serta pedoman hidup umat manusia
dunia melalui perantara malaikat Jibril adalah sebuah kemuliaan bagi umat manusia
B. SARAN
Makalah ini disusun secara singkat, jelas dan padat namun dengan bahasa yang
Dalam Al-Qur’an. Semua kajian yang telah dilakukan berbagai pihak terkait dengan
ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an diperlukan saat ini dimana kita dihadapkan pada
informasi yang semakin variative, sehingga sangat diperlukan sekali informasi yang
Penyampaian makalah ini masih perlu perbaikan agar dapat bermanfaat dengan
maksimal, untuk itu kritik dan saran sangat penulis butuhkan demi memberi informasi
yang lebih jelas kepada pembaca jika seandainya dalam penulisan makalah ini masih
ada kekurangan atau kesalahan dalam pemaparan informasi. Atas perhatian dan
terimakasih.
DAFTAR PUSAKA
Dalam pengerjaan makalah ini penulis mengambil referensi dari berbagai jurnal
yang membahas tentang ilmu yang terdapat di dalam Al-Qur’an, namun penulis sebisa
memahami isi makalah. Berikut adalah jurnal-jurnal yang digunakan penulis dalam
pengerjaan makalah:
Press)
al-‘Araby, 1990.
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, Kuwayt: Dar al-Qalam, 1978.
Abu Syahbah, Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur'an, 1996 : I/312
Al Safee, Al Mahdee, The True Furqan, (United State: Wine Press Publishing, 1999).
Kalijaga, 2005).
Azra, Azumardi, 2002, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, cetakan ke-4, Penerbit PT Logos Wacana Ilmu, h.4-5. merujuk pada
Seyyed
“Materi Pendidikan Islam dalam Hadis Nabi dan Relevansinya dengan Konsep
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhamad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari, ed. Ahsan Askan
‘Abbas, ‘Abbas ‘Aud al-Allah, Muhadarat fi al-Tafsir al-Maudu’y. Damaskus, Dar al-
Fikr, 2007.