Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM PERTAMA

DOSEN PENGAMPU : TOYYIB M.PD

Disusun Oleh : Kelompok 3

MUHAMMAD ERMULAN

AZMIYATI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ULUM

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan
Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah mengarahkan kita kejalan yang lurus, yakni addinul Islam.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
mengikuti proses belajar mengajar, Selama penyusunan dan pembuatan makalah
ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai sumber dengan penuh
pemahaman. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap agar
makalah ini dapat diterima, dan bermanfaat bagi kami serta bagi para pembaca
pada umumnya. Aamiin…

Jambi, 0KTOBER 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an........................................................................3-10
B. Nama dan Sifat Al-Qur’an...............................................................11-13
C. Kehujahan Al-Qur’an……………………………………………..14-15
D. Kedudukan Al-Qur’an.....................................................................16-17
E. Fungsi Al-Qur’an............................................................................18-26
F. Penjelasan al-qur’an terhadap hukum dan al-qur’an sebagai
Sumber hukum…………………………………………………....27-28

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................29
B. Daftar Pustaka....................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah Swt kepada
nabi dan rasul-Nya. Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw ini
merupakan lanjutan dari kitab-kitab suci sebelumnya, seperti Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur yang diberikan kepada Nabi Daud, dan
Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa. Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur’an
memiliki fungsi yang lebih luas daripada kitab-kitab sebelumnya. Makalah ini
tentang fungsi al-Qur’an bagi manusia. Dengan mengambil perspektif al-
Qur’an dan agama Islam, menunjukkan bahwa Allah Swt telah memberikan
kepada al-Qur’an sejumlah nama yang menggambarkan fungsinya. Di
antaranya Al-Huda (petunjuk), Al-Furqan (pembeda antara yang hak dan yang
batil), Al-Burhan (bukti kebenaran), Al-Dzikr atau Al-Tadzkirah (peringatan),
Al-Syifa (obat penyembuh), Al-Mau’idhah (nasihat, pelajaran), dan Al-
Rahmah (rahmat). Selain itu, sebagai kitab suci terakhir, al-Qur’an juga
membawa fungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman,
penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya, dan sumber pokok ajaran agama
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah Swt kepada
nabi dan rasul-Nya. Kitab ini diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, sang
penutup para nabi dan rasul. Sebelumnya, Allah Swt telah mewahyukan kitab
suci-Nya kepada beberapa nabi atau rasul, seperti Taurat kepada Nabi Musa,
Zabur kepada Nabi Daud, dan Injil kepada Nabi Isa. Selain berbentuk kitab,
Allah Swt juga menurunkan wahyu-Nya dalam bentuk lembaran-lembaran
(suhuf) seperti yang diberikan kepada Nabi Ibrahim dan juga Nabi Musa.
Al-Qur‘an memiliki kedudukan yang istimewa dibanding kitab-kitab suci
sebelumnya. Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur‘an memiliki peran yang lebih
besar dan luas. Salah satu fungsi yang dibawa al-Qur‘an adalah
menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya sekaligus meluruskan hal-hal
yang telah diselewengkan dari ajaran kitab-kitab tersebut. Selain itu, al-Qur‘an
juga berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia sampai akhir zaman.

1
Inilah tugas pokok al-Qur‘an sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai kitab
suci terakhir.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Nama dan Sifat Al-Qur’an
3. Kedudukan Al-Qur’an
4. Fungsi Al-Qur’an
5. Perbedaan Al-Quran dengan Hadits Qudsi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
Secara etimologi alqur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qara’atan,
atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun
(al-dlammu). Sedangkan secara terminologi ( syari’at ), Alqur’an adalah
kalam allah ta’ala yang diturunkan kepada rasul dan penutup para nabi-
nya, muhammad shallallahu’alaihi wasallam, diawali dengan surat
alfatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas . dan para ulama klasik, al
qur’an sumber agama (juga ajaran) islam pertama dan utama yang
memuat firman – firman (wahyu) allah, sama benar dengan yang
disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad sebagai rasul
allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di
mekkah kemudian di madinah 1.

Secara khusus, Al-qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan
kepada Muhammad Saw. Maka jadilah ia sebagai identitas diri. Dan sebutan Al-
qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tetapi juga
bagian dari pada ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadannya. Maka jika anda
mendengar satu ayat Al-qur’an dibaca misalnya, anda dibenarkan mengatakan
bahwa si pembaca itu membaca al-qur’an.

“ dan apabila al-qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaanya dan diamlah,
supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-a’rof:204).

Menurut sebagian ulama, penamaan kitab ini dengan nama Al-Qur’an diantara
kitab-kitab Allah itu, karena kitab ini juga mencakup esensi dari kitab-kitabnya,
bahkan mencakup esensi dari semua ilmu.

Sebagian ulama berpendapat, kata Al-Qur’an itu pada asalnya tidak ber Hamzah,
sebagian kata jadian. Mungkin karena ia dijadikan sbagai satu nama bagi suatu
firman yang diturunkan kepada Nabi Saw, bukan kata jadian yang di ambil dari
qoro’ah atau mungkin juga karena ia berasal dari kata Qurina Asy Sya’ubisy Syaii
1
H. Abdul Djalal, Ulumul Quran, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, cet., 2. hlm., 6

3
yang berarti mengandengkan sesuatu dengan lainnya, atau juga berasal dari kata
Qoroin, Karena ayat-ayatnya saling menyerupai. Maka berarti huruf Nun Yang
ada di akhir kalimat itu asli. Namun pendapat ini masih di anggap kurang valid
dan yang sahih adalah pendapat yang pertama.

Al-Qur’an memang sukar dibatasi degan definisi-definisi rasional yang memiliki


jenis-jenis, bagian-bagian dan ketentuan-ketentuannya yang khas, yang mana
dengan adanya pendefinisiannya dapat dibatasi secara cepat. Tapi batasan yang
tepat itu dapat dihadirkan dalam pikiran atau realita yang dapat di rasa, misalkan
anda memberikan isyarat tentangnya, dengan sesuatu yang tertulis atau yang
terbaca dengan lisan. Lalu anda katakan al-qur’an adalah apa yang ada di antara
dua kitab.

Para ulama menyebutkan definisi yang khusus, berbeda dengan lainnya bahwa Al-
Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad Saw, yang
pembacaanya menjadi suatu ibadah. Maka kata kalam termasuk dalam definisi
tersebut merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam,dan
penyandarannya kepada Allah yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan
secara khusus sebagai firmannya, bukan kalam manusia,jin, maupun malaikat.2

Al-qur’an merupakan sumber ajaran islam pertama dan utama menurut


keyakinan umat islam dan diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah . al-qur’an
adalah kitab suci yang di dalamnya terdapat firman-firman (wahyu) Allah, yang
disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi muhammad sebagai rasul allah
secara berangsur-angsur yang bertujuan menjadi petunjuk umat islam dalam
hidup dan kehidupannya guna mendapatkan kesejahteraan didunia dan akhirat.

Sementara itu para ulama memberikan pendapat yang berbeda – beda


mengenai asal kata alqur’an yaitu :

mam asy’syafi’I (150-204H/767-820M) berpendapat bahwa kata


al-qur’an dibaca tanpa hamzah (al-qur’an ),tidak diambil dari kata lain ,

2
Al- Qattan, Manna. 2006. Mabahisfi ‘Uulum Al-Qur’an (teri). Studi Ilmu-
Ilmu Al-Qur’an. Pustaka Al- kautsar : Jakarta Timur, hal 16-19.

H. Abdul Djalal, Ulumul Quran, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, cet., 2. hlm., 4-5
3 Muhaimin,MA, dkk, Dimensi- Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama,
1994, hlm., 87

4
tetapi ia nama khusus yang dipakai untuk kitab suci yang diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana kitab injil dan kitab taurat
dipakai sebagai kitab tuhan yang diberikan pada nabi isa dan musa .

Al-farra (w.207H/823M) dalam Ma’anil Qur’an menyatakan


bahwa lafal al-qur’an tidak pakai hamzah , asalnya dari kata qara’in jamak
dari qarinah , yang ,artinya indikator (putunjuk). Hal ini disebabkan
karena sebagian ayat al-qur’an serupa satu sama lain, maka seolah - olah
sebagian ayatnya merupakan indikator dari apa yang dimaksud oleh ayat
lain yang serupa .

Al -asy’ari (360-324H/873-935) berpendapat lafal al-qur’an ditulis dan dibaca


tidak dipakai hamzah, diambil dari kata qarana , yang berarti menggabungkan.
Hal ini disebabkan karena surat-surat dan ayat al-qur’an dihimpun dan di gabung
dalam satu mushaf.

Az-Zajjaj (w.311 H/928M) lafal al-Qur’an pakai hamzah (alQur’an) diambil dari
kata al-qar’u, dari wazan fu’lan yang berarti

menghimpun. Hal ini karena al-Qur’an menghimpun intisari ajaran-ajaran dari


kitab suci sebelumnya. Sementara Al-Lihyani berpendapat bahwa lafal al-Qur’an
berhamzah, bentuk masdarnya diambil dari kata qara-a, yang berarti membaca,
hanya saja lafal al-Qur’an ini menurutnya berbentuk masdar dengan makna isim
maf’ul. Jadi al-Qur’an artinya maqru’ (yang dibaca).2

Subhi al-Shalih juga berpendapat bahwa kata al-Qur’an sama dengan al-qiraah3
sebagaimana dalam surat al-Qiyāmah [75]: 17-18

‫ فإذاقرأنه تبع قرءانه‬. ‫ وقر ءانه‬,‫إن علينا جمعه‬.

Artinya : “ sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab


mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu).
Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan
perantara Jibril), maka bacalah menurut bacaanya itu.” (Al-Qiyamah: 17-
18).

Adapun pengertian al-qur’an secara terminologis (istilah)ditemukan adanya


beberapa rumusan definisi yang disampaikan oleh ulama’. Dan diantara rumusan
definisi al-qur’an dimaksud adalah sebagaimana nukilan berikut ini:

5
Artinya: “al-qur’an adalah kalam allah yang mu’jiz yang diturunkan kepada nabi
muhammad yangb tertulis dalam mushahif merupakan ibadah dalam membacanya
, yang diriwayatkan secara mutawatir diawali dengan surat alfatihah dan diakhiri
dengan an-nas”.

2. shubhi as-shalih, dalam keterangannya memmberikan definsi al-qur’an , yang


dalam batas tertentu dapat di pandang sebagai pengertian yang lebih dapat
diterima oleh banyak pihak , terutama ulama’ dari kalamgan ahli bahasa , fiqih
dan ahli ushul. As-3shalih merumuskan pengertian al-qur’an dengan rumusan
definisi berikut ini :

Artinya: al-qur’an adalah kalam allah yang mu’jiz yang diturunkan kepada nabi
muhammad saw,yang tertulis dalam mushahif yang diriwayatkan secara
mutawatir dan merupakan ibadah dalam membacanya”.

3.kemudian as-shabuni,dalam sebuah keterangannya mendefinisikan al-qur’an


sebagaimana penjelasan dibawah ini .4

Al-qur’an adalah kalam allah yang mu’jiz yang diturunkan kepada nabi terakhir
melalui al-amin jibril yang tertulis dalam mushahif yang diriwayatkan kepada
kitasecara mutawatir, merrupakan ibadah dalam membacanya diawali dengan
surah al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-nas .

Selain terjadi perbedaan dalam penelusuran kata al-Qur’an,

diantara para ulamapun terjadi perbedaan dalam pemberian definisi

al-Qur’an secara terminologi (istilah) sebagaimana berikut ini.

1. Muhammad Salim Muhsin, dalam Tarikh al- Qur’an al-Karim

menyatakan al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad Saw yang tertulis dalam mushafmushaf dan


dinukilkan /diriwayatkan kepada kita dengan jalan

mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai

penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun dengan surat

terpendek.
3
As-Shabuni, ‘Ulum al-Qur’an, terjmh. Saiful Islam Jamaludin (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), 17.
4
Lihat Ahmad Izami, Ulumul Qur’an : Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Alqur’an, Bandung;
Tafakkur, 2005, cet. I, hlm. 28.

6
2. Abdul Wahab Khalaf mengatakan bahwa al-Qur’an sebagai

firman Allah yang diturunkan melalui ruhul amin (Jibril)

kepada Nabi Muhammad SAW, dengan bahasa Arab, isinya

dijamin kebenarannya, dan sebagai hujjah kerasulannya. AlQuran merupakan


undang-undang bagi seluruh umat manusia dan petunjuk dalam beribadah serta
dipandang ibadah

membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai dari

surat al-Fatihah dan diakhiri dengan an-Nās, yang diriwayatkan

pada kita dengan jalan mutawatir.

3. Syaikh Muhammad Abduh menyatakan al-Qur’an sebagai

kalam mulia yang diturunkan oleh Allah pada nabi yang paling

sempurna (Muhammad Saw), ajarannya mencakup keseluruhan

ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber yang mulia yang

esensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa

suci dan berakal cerdas.

Sesungguhnya sejumlah rumusan definisi al-Qur’an di atas patut dikritisi, dan


tentu dari masing-masing definisi itu akan terlihat adanya sisi-sisi kelemahan.
Rumusan definisi yang disebutkan pertama, misalnya, ternyata tidak menyertakan
padanya unsur biwasithah jibril (dengan perantaraan malaikat Jibril), dan
sesungguhnya sisi inilah yang menjadi titik kelemahan rumusan definisi pertama.
Mengingat, al-Qur’an mestilah diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad
saw dengan perantaraan Jibril, meskipun ternyata tidak semua yang diwahyukan
Tuhan melalui Jibril mesti berwujud al-Qur’an. Sedangkan sisi kelemahan pada
rumusan definisi yang kedua, adalah selain dikarenakan dalam definisi itu tidak
disertakan unsur bi wasithah Jibril (melalui malaikat Jibril) seperti halnya definisi
pertama, juga disebabkan oleh tidak disertakannya bahasa Arab sebagai salah satu
unsur pokok ke dalam rumusan definisi itu. Padahal yang dinamakan al-Qur’an itu
pastilah tulisannya berbentuk berbahasa Arab (Qs. Fushshilat: 3), sehingga segala
kitab tafsir dan terjemahan al-Qur’an dalam berbagai bentuk bahasa apapun tidak
layak dinamakan sebagai al-Qur’an. Dan begitu pula rumusan definisi yang
ketiga, di dalamnya tidak disertakan bahasa Arab sebagai salah satu unsur
substansialnya, dan sudah barang tentu hal ini merupakan satu dimensi
kekurangan yang inheren padanya.

7
Bertolak dari hasil analisis kritis sebagai diuraikan di atas, selanjutnya dapatlah
diberikan penegasan akhir sebagai kesimpulan bahwa al-Qur’an adalah
“kalamullah yang mu’jiz, yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan
perantaraan Jibril, dengan lafadz Arab, yang ditulis dalam mashahif, yang
membacanya dinilai sebagai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir”. Dengan
merujuk kepada rumusan definisi ini, maka selanjutnya dapatlah ditegaskan
bahwa yang merupakan unsur-unsur pokok yang mutlak harus terkandung dalam
pengertian al-Qur’an adalah meliputi hal-hal penting sebagai berikut ini :

1. Al-Qur’an merupakan kalamullah (kalam Allah) yang memiliki sifat mu’jiz


(melemahkan dan atau mengalahkan lawan-lawannya). Sebagai salah satu
karakteristik al-Qur’an dan sekaligus sebagai keistimewaannya, unsur ini
menempati posisi penting sebagai distingsi (pembeda) kitab suci al-Qur’an
dengan hadis, di mana sumber ajaran Islam yang disebutkan lebih belakangan ini
sama sekali tidak berkekuatan mu’jiz seperti halnya al-Qur’an.

2. Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci yang khusus hanya diwahyukan


kepada nabi Muhammad saw. Tentu saja unsur pokok ini mejadi penting juga
sebagai salah satu karakteristik atau ciri khusus yang menjadi distingsi (pembeda)
al-Qur’an dengan sejumlah kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah kepada
para rasul sebelum nabi Muhammad saw.

3. Metode pewahyuan al-Qur’an mestilah melalui atau dengan perantaraan Jibril.


Karakteristik metodologis pewahyuan al-Qur’an ini penting ditonjolkan
mengingat tidak ada satu ayat pun dari al-Qur’an yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad saw dengan tanpa melalui Jibril, meskipun harus secepatnya
diberikan catatan bahwa tidak semua yang diwahyukan oleh Allah melalui
malaikat Jibril mesti berwujud al-Qur’an

4. Al-Qur’an adalah berhasa Arab, yang lafadz—dan tentu juga maknanya—


berasal langsung dari Allah. Tentu saja nilai penting unsur ini adalah sebagai
distingsi bersifat fundamental yang membedakan al-Qur’an dengan asSunnah,
yang meskipun as-Sunnah itu juga merupakan wahyu Allah, tetapi hanyalah segi
maknanya saja yang berasal dari Allah SWT.

5. Al-Qur’an merupakan kalamullah (kalam Allah) yang eksistensinya sudah


tertuliskan dalam mushaf. Unsur ini menjadi penting dikemukakan untuk
membedakan keberadaan al-Qur’an sebagai kalam lafdhi dengan kalam Allah
yang masih menyatu atau inheren pada diri Allah yang biasanya diistilahkan
sebagai kalam nafsi.

6. Al-Qur’an merupakan kalamullah (kalam Allah) yang membacanya saja sudah


dinilai sebagai ibadah (artinya, diberikan pahala bagi pembacanya), meskipun
yang bersangkutan tak sampai memahami makna kandungnya. Keistimewaan al-

8
Qur’an pada sisi ini penting dikemukakan untuk membedakannya dengan as-
Sunnah yang membacanya saja, tanpa pemahaman maknanya, tidak bernilai
ibadah. Terkecuali sebagai ibadah menuntut ilmu, misalnya, tentu saja ketika
diniati oleh pelakunya untuk kepentingan keilmuan agar lebih bisa memahami
ajaran Islam.

7. Al-Qur’an adalah merupakan kalamullah (kalam Allah) yang kualitas


periwayatannya mesti sampai pada derajat mutawatir. Karakteristik kitab suci al-
Qur’an semacam ini tentu menjadi sangat urgen untuk disampaikan,

khususnya dalam konteks untuk kepentingan membedakan keberadaan alQur’an


dengan as-Sunnah yang bila ditinjau dari segi periwayatannya ternyata tidak
seluruh as-Sunnah mesti bersifat mutawatir, terkecuali hanya sebagian saja
darinya.

1.penurunan al-qur’an

Al-qur’an tidak turun sekaligus . al-qur’an diturunkan secara berangsur angsur


selama 22 tahun 2 bulan 22 hari . Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi
menjadi 2 priode , yaitu priode mekkah dan priode madinah . priode mekkah
berlangsung selama 12 tahun masa kenabian nabi muhammad saw. Dan surat-
surat yang turun pada waktu ini tergolong surat makkiyyah . sedangkan priode
madinah yang dimulai sejak pristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan
surat-surat yang turun pada kurun waktu disebut surat madaniyyah.

2.penulisan al-qur’an dan pengembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks ) al-qur’an sudah dimulai sejak


zaman nabi muhammad saw , kemudian transformasinya menjadi teks yang di
jumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman Bin Affan .

3.Pengumpulan Al-Qur’an di masa Rasulullah Saw

Pada masa ketika nabi muhammad saw masih hidup, terdapat beberapa orang
yang ditunjuk untuk menuliskan al-qur’an ,yakni Zaid bin Tsabit , Ali Bin Abi
Thalib, Muawiyah Bin Abu Sufyan dan Ubay Bin Ka’ab . sahabat yang lain juga
kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak di perintahkan. Media penulisan
yang digunakan pada masa itu pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit
atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu
banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat al-qur’an setelah
wahyu diturunkan.

4. pengumpulan Al-Qur’an di masa Khulafaur Rasyidin

a. Pada masa pemerintahan abu bakar dan umar bin khattab

9
pada masa kekhalifahan Abu Bakar,terjadi beberapa pertempuran (dalam
perang yang dikenal dengan nama perang Riddah ) yang mengakibatkan tewasnya
beberapa penghafal al-qur’an dalam jumlah signifikan. Umar bin Khattab yang
saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada
kepada abu bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan al-qur’an yang saat itu
tersebar di antara para sahabat, Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid Bin tsabit
sebagai koordinator pelaksanaaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut
selesai dan al-qur’an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan
kepada Abu Bakar. Abu bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya
kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai Khalifah penerusnya,
selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni hafsah yang juga istri Nabi
Muhammad Saw.

b. Pada masa pemerintahan Utsman Bin Affan

pada masa pemerintahan khalifah ke 3 yaitu Utsman Bin Affan, terdapat


keragaman dalam cara membaca al-qur’an (qira’at) yang disebabkan oleh adanya
perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda- beda.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman Bin Affan sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang
dipegang hafsah ) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar
tersebut , yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani
yang digunakan hingga saat ini. . bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh
mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk di
musnahkan (dibakar). Dengan proses ini utsman berhasil mencegah bahaya laten
terjadinya perselisihan di antara umat islam di masa depan dalam penulisan dan
pembacaan al-qur’an.

Mengutip hadits riwayat ibnu abi dawud dalam Al-Mashahif , dengan sanad
yang shahih : Suwaid Bin Ghaflah berkata, “ Ali mengatakan : katakan lah segala
yang baik tentang utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai
mushaf-mushaf al-qur’an sudah atas persetujuan kami.utsman berkata,
‘bagaimana pendapatmu tentang isu qira’atnya lebih baik dari qira’at orang lain.
Ini hampir menjadi suatu kekufuran’. Kami berkata, ‘Bagaimana pendapatmu?’ ia
menjawab, ‘ Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga
tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.’ Kami berkata, ‘pendapatmu
sangat baik.’

Menurut syaikh Manna’ Al-Qaththan dalam Mahabits fi ‘ulum Al-qur’an ,


keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan utsman telah disepakati
oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada
hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu utsman

10
memanggil Zaid Bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin
Zubair, Said Bin Al-Ash dan Abdurahman bin Al -Harits bin Hisyam . ia
memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada
perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulias
dalam bahasa Quraish karena Al-Qur’an turun dalam dialek bahasa
mereka.setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada hafsah, ia
mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke mekkah, syam,
yaman,bahrain,Bashrah, Kufah, dan 1 buah ditahan di Madinah (mushaf al -
imam).

5.Upaya penerjemahan dan penafsiran Al-qur’an

Upaya -upaya untuk mengetahui isi dan maksud al-qur’an telah menghasilkan
proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna )
dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas
usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks
yang asli dalam bahasa arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan
tidak sama dengan al-qur’an itu sendiri.

B. “NAMA dan SIFAT AL-QUR’AN

Allah menamakan Al-Qur’an dengan banya nama diantaranya;

1. Al-Qur’an
2. Al-Qitab
3. Al-Furqon
4. Adz-Dzikr
5. At-Tanzi

Al-qur’an dan Al-qitab lebih pepuler dari nama-nama lainnya. Dalam


hal ini, muhammad Abdullah Daraz berkata,” dinamakan Al-Qur’an
karena ia dibaca dengan lisan, dan dinamakan dengan Al-qitab karena ia di
tulis dengan pena. Keduan nama ini menunjukkan makna yang relevan
sekali dengan kenyataannya.”

11
Penamaan Al-Qur’an dengan kedua nama ini memberikan isyarat,
bahwa memang sepatutnya al-qur’an dipelihara dalam bentuk hafalan dan
tulisan dengan baik. Dengan demikian, apabila di antara salah satunya ada
yang keliru, maka yang lain akan meluruskannya. Tetapi kita tidak bisa
hanya menyandarkan kepada hafalan seseorang sebelum hafalannya sesuai
dengan tulisan yang telah disepakati oleh para sahabat. Sebaliknya, kita
juga tidak bisa menyandarkan hanya kepada tulisan penulis sebelum
tulisan itu sesuai dengan hafalan tersebut berdasarkan isnad yang sahih
dan mutawatir.

Dengan begitu, Al-Qur’an tidak mengalami perubahan dan


keterputusan sanad seperti terjadi pada kitab-kitab sebelumnya.

Diantara hikmahnya adalah untuk menegaskan bahwa kitab-kitab


samawi lainnya diturunkan hanya bersifat temporer atau berlaku
sementara. Adapun al-qur’an diturunkan untuk membetulkan dan
mengontrol kitab-kitab yang sebelumnya. Dalam kitab-kitab itu
mengandung kebenaran yang pasti, tetapi Allah menambahnya sesuai
dengan yang dikehendakinya. Al-qur’an menjalankan fungsi kitab-kitab
sebelumnya, tetapi kitab-kitab itu tidak dapat menempati posisinya. Allah
telah menakdirkan untuk menjadikannya sebagai bukti sampai hari kiamat.
Dan apabila Allah menghendaki suatu perkara, maka dia akan
mempermudah jalannya ke arah itu, karena ia maha bijaksana dan maha
tahu. Inilah alasan yang relevan.

Allah SWT, melukiskan Al-Qur’an dengan banyak sifat diantaranya

1. Nur (Cahaya)

“ Wahai sekalian umat manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu


bukti kebenaran dari tuhan kamu, dan kamipun telah menurunkan kepada kamu
(al-qur’an sebagai) Nur (cahaya yang menerangi).” (an-nissa:174)

2. Mau’Izhah ( Nasihat), Sifa (obat), Huda (petunjuk), dan Rahmah (Rahmat)

12
“Wahai umat manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu al-qur’an yang
menjadi penasehat dari tuhan kamu, penawar bagi penyakit-penyakit batin yang
ada di dalam dada kamu, petunjuk

hidup, dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman,” (Yunus:57)

1.Mubin (yang menjelaskan)

“Wahai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul kami
(Muhammad) dengan menerangkan kepada kamu banyak dari keterangan-
keterangan dan hukum-hukum yang telah kamu sembunyikan dari kitab suci, dan
ia menmaafkan kamu(dengan tidak mengunggkapkan) banyak perkara yang kamu
sembunyikan. Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya kebenaran ( Nabi
Muhammad Saw) dari Allah, dan sebuah kitab Al-Qur’an yang memberi
penjelasan. “ (Al-Maidah: 15)

2..Al-Mubarak ( yang diberkati)

“ Dan inilah kitab yang kami turunkan, yang diberkati, lagi mengesahkan
kebenarakn kutab-kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya, supaya engkau
memberi peringatan kepada penduduk Umul-qura (Mekah) serta orang-orang
yang tinggal di sekelilingnya: orang-orang yang beriman kepada hari akhirat,
mereka beriman kepada Al-Qur’an, beriman kepada hari akhirat dan mereka telah
mengerjakan dan memelihara sholatnya.”(QS. Al-Anan:92)

Busyra (berita gembira)

“ katakanlah (hai Muhammad) : barang siapa memusuhi jibril maka sesungguhnya


dialah yang menurunkan Al-Qur’an ke dalam hatimu dengan izin Allah, yaitu
kitab yang mengesahkan kebenaran kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, serta
menjadi petunjuk dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Baqarah:97)

3.Aziz (yang Mulia)

13
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap Al-Qur’an ketika sampai kepada
mereka, (akan ditimpa azab yang terperihkan) : Al-Qur’an itu sesungguhnya
sebuh kitab suci yang mulia.”(Fushshilat:41)

3.Majid (yang dihormati)

“Bahkan apa yang mereka dustakan itu adalah Al-Qur’an yang dihormati. (QS.
Al-Buruj:21)

3 Basyir (Pembawa kabar berita) dan Nadzir (pemberi peringatan)

“ sebuah kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya yaitu: Al-Qur’an yang diturunkan


dalam bahasa arab untuk kaum yang mengetahui: ia membawa berita yang
mengembirakan(bagi orang-orang yang beriman) dan membawa
peringatan( kepada orang-orang yang ingkar).” (Fushshilat;3dan4)5

C. Kehujjahan Al-qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam

Para ulama’ sepakat menjadikan Al-qur’an sebagai sumber pertama dan utama
bagi syari’at islam karena dilator belakangi oleh beberapa alasan,diantaranya:

1. Kebenaran Al-qur’an

Abdul wahab khallaf mengatakan bahwa ”kehujjahan Al-qur’an itu terletak pada
kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan atasny”. Hal
ini sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS.Al-Baqarah : 2, yang artinya:

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa”.

2. Kemukjizatan Al-qur’an

Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia
membuatnya karena hal itu adalah diluar kesanggupan manusia. Mukjizat
merupakan suatu kelebihan yang Allah SWT berikan kepada para nabi dan rosul
untuk menguatkan kenabian dan kerosulan mereka, dan untuk menunjukan bahwa

5
Al- Qattan, Manna. 2006. Mabahisfi ‘Uulum Al-Qur’an (teri). Studi Ilmu-
Ilmu Al-Qur’an. Pustaka Al- kautsar : Jakarta Timur, hal 19-23.

14
agama yang mereka bawa bukanlah buatan mereka sendiri melainkan benar-benar
datang dari Allah SWT. Seluruh nabi dan rosul memiliki mukjizat, termasuk
diantara mereka adalah rosulullah Muhammad SAW yang salah satu mukjizatnya
adalah kitab suci Al-qur’an.

Beberapa bukti dari kemukjizatan Al-qur’an, antara lain:

1. Dari segi keindahan sastranya. Keindahan sastra Al-qur’an melebihi seluruh


sastra yang disusunoleh sastrawan Arab, baik dalam bentuk puisi, atau prosa.
Keindahan sastra Al-qur’an tidak hanya diakui oleh umat islam, tetapi juga oleh
lawan islam (non muslim).

2. Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa depan, yang

benar-benar terbukti, misalnya yang termaktub dalam surat al-rum ayat 1-4, yang
artinya: “Alif laam miim, telah dikalahkan bangsa romawi. Di negeri yang
terdekat dan mereka setelah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun
lagi”.

3. Pemberitaannya terhadap peristiwa yang terjadi pada umat terdahulu yang tidak
pernah diungkap oleh sejarah sebelumnya. Dalam kaitan ini Allah menyatakan
yang artinya: “Itu adalah diantara berita-berita penting tentang yang ghaib yang
akan kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu kamu
mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini”.

4. Isyaratnya terhadap fenomena alam yang terbukti kebenarannya berdasarkan


ilmu pengetahuan. Misalnya firman Allah dalam surat al-anbiya’ ayat 30, yang
artinya:

Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman?”.

D.KEDUDUKAN AL-QUR’AN

1. Al-Qur’an sebagai kalamullah, atau wahyu Allah, tidak ada satupun kata
dalam al-quran dari perkataan Nabi atau manusia.

15
2. Kedudukan Al-qur’an yang pertama adalah sebagai sumber ilmu dan
refensi utama dari penentuan hukum-hukum dalam agama islam.
3. Al-Qur’an sebagai acuan dalam pedoman hidup seluruh manusia, sehingga
seluruh masalah yang dihadapi oleh manusia di selesaikan sesuai tuntunan
Al-Qur’an
4. Al-Qur’an sebagai acuan kebenaran yang abadi dan terjaga keasliannya
5. Al-Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya serta tidak
tergantikan hingga akhir dunia dan tidak ada kontradiksi di dalamnya.
6. Al-Qur’an sebagai kitab berita dan kabar, yaitu kabar yang dibawa oleh
Rasulullah untuk di sebarkan kepada manusia.6

E.FUNGSI AL-QUR’AN
Fungsi Al-Qur‘an Dilihat dari Kedudukannya Selain dilihat dari nama-
namanya, fungsi al-Qur‘an juga bisa dilihat dari kedudukannya dalam konteks
kesejarahan kitab suci. Sebagaimana diketahui, al-Qur‘an adalah kitab suci
terakhir yang diturunkan Allah Swt kepada nabi dan rasul-Nya. Ia diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw yang merupakan penutup para nabi dan rasul.
Tidak ada kitab suci lain sesudahnya.
Sebagai konsekwensi dari kitab suci terakhir, al-Qur‘an mengemban misi
yang lebih besar dibanding kitab-kitab suci sebelumnya. Jangkauan misinya
pun lebih luas. Kalau kitab suci sebelumnya ditujukan untuk kaum tertentu
dan masa yang terbatas, al-Qur‘an diturunkan bagi seluruh manusia hingga
akhir zaman. Hal itu karena Nabi Muhammad yang membawanya adalah rasul
untuk segenap umat manusia hingga akhir masa.
Selain itu, al-Qur‘an juga berperan sebagai sarana ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui membacanya dan menangkap
pesan-pesan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, fungsi al-Qur‘an bagi
manusia dapat dirinci sebagai berikut:

1. Petunjuk bagi manusia

6
Syukron, salim agus 2019. “ kedudukan al-quran bagi manusia”. Di dalam Al-
I’jaz : volume 1, nomor 2 (hlm. 98-106).

16
Fungsi pertama al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi manusia.
Seperti diketahui, fungsi utama sebuah kitab suci dalam agama dan
keyakinan apapun adalah menjadi pedoman bagi penganutnya. Begitu pula
al-Quran, menjadi pedoman bagi umat Islam. Meskipun begitu, al-Qur‘an
menyatakan bahwa ia bukan hanya menjadi petunjuk bagi kaum Muslimin,
tapi juga bagi umat manusia seluruhnya. Kemenyeluruhan misi al-Qur‘an
ini tidak lepas dari kemenyeluruhan misi Nabi Muhammad Saw yang
diutus untuk seluruh manusia. Hal ini ditegaskan Allah Swt dalam
beberapa firman-Nya yang di antaranya adalah sbb.:
Dan Kami (Allah) tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan
kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui. (Q.S. Saba: 28).
Di dalam al-Qur‘an memang ada dua versi penyebutan al-Qur‘an
sebagai petunjuk. Pertama, ia petunjuk bagi seluruh manusia. Kedua, ia
petunjuk bagi orang-orang yang beriman atau bertakwa. Ayat yang
menyatakan hal pertama di antaranya adalah:
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). (Q.S. al-Baqarah: 185)
Sedangkan ayat yang menyatakan hal kedua di antaranya adalah:
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (Q.S. al-Baqarah: 2) Dan Kami turunkan kepadamu Al
Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
(Q.S. al-Nahl: 89).
Dua versi pernyataan yang berbeda tersebut tidak berarti ada
pertentangan di dalam al-Quran. Perbedaan antara keduanya sesungguhnya
hanya pada batas pengertian petunjuk yang dimaksud oleh masing-masing
pernyataan. Para ulama tafsir mengatakan bahwa kata huda/hidayah
(petunjuk) memiliki dua pengertian, umum dan khusus. Dalam pengertian

17
umum, petunjuk berarti pedoman atau bimbingan bagi siapa saja menuju
jalan yang benar.7
2. Penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya
Al-Qur‘an juga berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab suci
sebelumnya. Fungsi ini hadir karena al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir
yang diturunkan oleh Allah Swt kepada rasul dan nabi-Nya. Sebagai kitab
suci terakhir, al-Qur‘an membawa tugas menyempurnakan kitab-kitab suci
terdahulu. Rasionalitas di balik fungsi ini setidaknya bisa diterangkan
melalui dua alasan. Pertama, kitab-kitab suci terdahulu memang
diturunkan untuk kaum tertentu dan zaman yang terbatas. Kedua, dalam
perkembangan sejarah, kitab-kitab suci terdahulu tidak bebas dari
perubahan dan penyimpangan.
Terkait fungsi al-Qur‘an sebagai penyempurna kitab-kitab suci
sebelumnya, ada tiga rincian tugas. Pertama, membenarkan adanya kitab-
kitab suci terdahulu;
Kedua, meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari kitab-
kitab suci tersebut; Ketiga, menjadi kitab alternatif untuk kitab-kitab suci
yang pernah ada.
Pertama, al-Qur‘an membenarkan kitab-kitab suci yang diturunkan
sebelumnya. Al-Qur‘an hadir bukan untuk menyangkal adanya kitab-kitab
suci tersebut. Bahkan, dalam doktrin Islam, seorang Muslim diwajibkan
percaya adanya kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi
sebelum Muhammad, seperti yang terdapat pada ayat berikut:
Dan (di antara ciri orang yang bertakwa adalah) mereka yang beriman
kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab
yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. (Q.S. al-Baqarah: 4).
Kehadiran al-Qur‘an adalah melanjutkan ajaran kitab-kitab suci
sebelumnya. Misi pokok semua kitab suci adalah mengajak manusia untuk
menyembah satu tuhan, yaitu Allah Swt. Kalau pun ada perbedaan, hal itu
tidak lebih dari hal-hal yang menyangkut masalah cabang (furuiyah),

7
14 Miftah Faridh, dkk, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, hlm. 19-20

18
misalnya terkait ritus peribadatan dan beberapa aspek hukum. Itu pun
disebabkan karena faktor perbedaan zaman, tempat dan masyarakat di
mana kitab-kitab itu diturunkan. Akan tetapi, dalam masalah aqidah,
semua kitab suci mengajarkan hal yang sama, yaitu penyembahan kepada
satu Tuhan (tauhid). Agama ini di dalam Al-Qur‘an disebut Islam,
sebagaimana para nabi terdahulu juga sebagai kaum Muslimin.
Kesamaan aqidah yang dibawa oleh semua rasul sejak Nabi Adam
sampai Nabi Muhammad ditegaskan oleh beberapa ayat al-Quran:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Q.S. Al-
Anbiya: 25)
Dia (Allah) telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa
yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. (Q.S. Asy-Syura: 13)
Kedua, al-Qur‘an meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan
dari ajaran kitab-kitab terdahulu. Hal ini karena kitab-kitab sebelum al-
Quran, dalam perjalanan sejarah, tidak bebas dari penyimpangan,
perubahan, pergantian,
penambahan atau pengurangan, sehingga diperlukan upaya
pemurnian. Kitab suci terdahulu seperti Taurat, Zabur dan Injil yang ada
sekarang tidak bisa disebut asli atau sama dengan kitab yang diturunkan
kepada nabi-nabinya dahulu. Fenomena penyimpangan semacam ini telah
disinggung oleh al-Quran:
Di antara orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan
(dalam kitab suci) dari tempat-tempatnya. (Q.S. An-Nisa: 46)
Sesungguhnya diantara mereka (ahli kitab) ada segolongan yang
memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka
yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al
Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi

19
Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap
Allah sedang mereka mengetahui. (Q.S. Ali Imrah: 78)
Karena itu, al-Qur‘an datang sebagai batu ujian (verifikator,
korektor) terhadap kitab-kitab terdahulu. Al-Qur‘an bertugas mengoreksi
hal-hal yang diselewengkan dari ajaran kitab-kitab tersebut. Koreksi itu
bisa menyangkut masalah aqidah, hukum, berita masa lalu, dan
sebagainya. Di antara contoh koreksi al-Qur‘an terhadap apa yang
diselewengkan dari ajaran kitab terdahulu adalah koreksi al-Qur‘an
terhadap iman kaum Nasrani yang menuhankan Nabi Isa dan meyakini
Trinitas.8Dalam hal ini, Al-Qur‘an telah menyatakan kekafiran mereka,
seperti yang difirmankan Allah Swt pada ayat berikut:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun. (Q.S. al-Maidah: 72).
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
"Bahwasanya Allah salah satu dari (tuhan) yang tiga", padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari
apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara
mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Q.S. al-Maidah: 73)
Fungsi al-Qur‘an sebagai batu ujian (korektor) terhadap kitab-kitab
terdahulu ditegaskan dalam ayat al-Qur‘an berikut:
Dan Kami telah turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Qur’an
dengan membawa kebenaran, (yang berfungsi) sebagai pembenar

8
Lihat Ahmad Izami, Ulumul Qur’an : Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas
Alqur’an, Bandung; Tafakkur, 2005, cet. I, hlm. 28.
3

20
terhadap apa yang sebelumnya dari kitab-kitab, dan batu ujian (korektor)
terhadap kitab-kitab itu; (Q.S. Al-Maidah: 48)
Ketiga, al-Qur‘an berfungsi sebagai alternatif pengganti kitab-kitab
suci terdahulu. Seperti diterangkan di atas, kitab-kitab terdahulu telah
mengalami perubahan, penyimpangan dan penyelewengan, sehingga sulit
untuk disebut asli seperti saat mereka diturunkan kepada nabi atau rasul
yang membawanya. Karena itu, al-Qur‘an hadir sebagai solusi dan
alternatif pengganti bagi mereka. Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur‘an
adalah petunjuk sempurna yang tidak perlu diragukan kebenarannya.
Dilihat dari berbagai sisi, al-Qur‘an memiliki keunggulan yang tidak bisa
ditandingi oleh kitab-kitab sebelumnya, baik dari sisi orisinilitas,
kesempurnaan, maupun kekuatannya sebagai mukjizat. Karena itu, tidak
ada alasan bagi orang yang beriman untuk tidak menjadikan al-Qur‘an
sebagai pedoman, sebagaimana al-Qur‘an juga mengajak mereka yang
mencari kebenaran untuk berlabuh kepada al-Quran, seperti seruan Al-
Qur‘an kepada Ahli Kitab berikut:
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (Q.S. al-
Maidah: 15)
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
(Q.S. An-Nahl: 64)
Dalam ayat lain ditegaskan bahwa Allah Swt mengutus Rasulullah
Muhammad Saw dengan al-Qur‘an dan agama Islam adalah dalam rangka
memenangkan Islam atas agama-agama lain. Hal itu karena Islam adalah
agama yang benar, sementara yang lainnya tidak luput dari kesalahan,
kekurangan dan penyimpangan. Karena itu, Allah berkepentingan untuk
meluruskan kesalahan yang telah dibuat umat terdahulu dengan
menghadirkan agama yang benar dari sisi-Nya. Ada tiga ayat al-Qur‘an

21
yang menyatakan hal seperti ini, yaitu al-Taubah: 33; al-Fath: 28; dan al-
Shaff: 9.
Dia (Allah) yang telah mengutus rasul-Nya (Muhammad) dengan petunjuk
(al-Quran) dan agama benar (Islam) untuk menjadikannya (Islam) unggul
atas agama seluruhnya. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Q.S. Fath:
28)
3. Sumber pokok agama Islam
Sebagaimana diketahui, sumber agama Islam itu ada tiga, yakni:
al-Quran, Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur‘an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad. Sunnah adalah sabda, tindakan dan
ketetapan Rasulullah Muhammad. Sedangkan ijtihad adalah usaha
sungguh-sungguh yang dilakukan oleh ulama mujtahid untuk
menyimpulkan hukum agama dengan tetap mengacu kepada Al-Qur‘an
dan Sunnah. Ada dua bentuk ijtihad yang disepakati oleh ulama, yaitu
Ijma‘ (kesepakatan umat pasca wafatnya Rasulullah) dan Qiyas (analogi).
Al-Qur‘an merupakan sumber pokok seluruh ajaran Islam. Yusuf
al-Qardlawi mengatakan bahwa al-Qur‘an adalah pokok Islam dan
jiwanya. Dari al-Quranlah diperoleh ajaran tentang keimanan (aqidah),
ibadah, akhlak, dan prinsip-prinsip hukum serta syariat.9 Secara garis
besar, Al-Qur‘an sebagai sumber ajaran Islam dapat dirinci sebagai
berikut:
Pertama, sumber pokok aqidah. Dalam banyak ayat, al-Qur‘an
berbicara kepada banyak kalangan, termasuk mereka yang tidak percaya
kepada Tuhan, Hari Akhir, atau kenabian Muhammad. Al-Qur‘an
berusaha meyakinkan mereka tentang adanya Allah yang menciptakan
alam semesta dengan argumen-argumen yang bisa diterima oleh akal. Al-
Qur‘an juga menjelaskan prinsip-prinsip ketuhanan, menegaskan kenabian
Muhammad Saw yang diutus sebagai penerus para nabi dan rasul
sebelumnya. Al-Qur‘an juga mengabarkan berita tentang umat-umat
9
Dr. Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar
al Syuruq, 2000), hal 49.

22
terdahulu untuk dijadikan pelajaran bagi yang hidup sesudahnya. Al-
Qur‘an juga menginformasikan tentang adanya Hari Akhir dan kehidupan
Akhirat kelak dimana setiap manusia harus mempertanggungjawabkan
semua perbuatan yang pernah dilakukannya di dunia.
Kedua, sumber pokok syariah. Selain sumber pokok aqidah, al-
Qur‘an juga menjadi sumber pokok syariah Islam. Syariah adalah sistem
hukum yang mengatur amal perbuatan manusia dalam hidupnya, baik yang
terkait hubungannya dengan Allah Swt maupun hubungannya dengan
sesama manusia dan mahluk lain. Di dalam al-Qur‘an ada sekitar 500 ayat
atau lebih yang membicarakan masalah syariat ini.10
Di antaranya, al-Qur‘an mengajarkan tata cara menjalankan ibadah
kepada Allah Swt melalui perintah salat, zakat, puasa, haji, umrah, dan
sebagainya. Al-Qur‘an juga menerangkan beberapa unsur teknis terkait
pelaksanaan ibadah itu, seperti tata cara bersuci (thaharah) dan keharusan
menghadap qiblat sebagai syarat menjalankan salat, bagaimana
melaksanakan salat di saat perang atau dalam perjalanan, bagaimana tata
cara menjalankan haji, dan sebagainya.
Al-Qur‘an juga menerangkan hukum-hukum yang mengatur
masalah pribadi dan keluarga, seperti pernikahan, talak, pembagian waris,
dan sebagainya. Juga menerangkan hukum-hukum kemasyarakat baik
yang menyangkut ekonomi, perdagangan, transaksi, pidana, pemerintahan,
kehakiman, hubungan sosial, baik dengan sesama Muslim atau dengan
umat lain, dan sebagainya. Islam, melalui al-Qur‘an dan Sunnah, mengatur
semua aspek kehidupan manusia.
Ketetapan hukum yang ada dalam Al-Qur‘an hakikatnya bertujuan
unuk menciptakan kemaslahan dan kebaikan bagi manusia, mewujudkan
keadilan, serta menghindarkan kehidupan dari kerusakan dan kehancuran.
Sebagaimana disimpulkan oleh ulama, tujuan ketetapan hukum dalam

10
Dr. Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar
al Syuruq, 2000), hal 55.

23
Islam utamanya adalah untuk menjaga unsur-unsur penting hidup, yakni
agama, nyawa, akal, keturunan, harta, dan kehormatan manusia.
Ketiga, sumber pokok akhlak. Al-Qur‘an juga merupakan sumber ajaran
agama Islam yang terkait dengan akhlak, baik akhlak ketuhanan (rabbaniyah)
maupun akhlak kemanusiaan (insaniyah). Di antara akhlak ketuhanan yang
diajarkan al-Qur‘an adalah seperti ikhlas dalam beribadah hanya untuk Allah Swt,
bertawakkal kepada-Nya, mengharap rahmat dan ridlo-Nya, takut akan siksa-Nya,
merasa malu kepada-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya, sabar atas cobaan-Nya,
menerima dengan rela segala keputusan-Nya, mengutamakan kehidupan akhirat
daripada dunia, dan sebagainya. Akhlak rabbaniyah bertujuan untuk menjalin
hubungan intim dengan Allah dan memperkuat ketakwaan kepada-Nya.11
Adapun fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.       Sebagai huda (petunjuk bagi kehidupan umat). Fungsi
huda ini banyak sekali terdapat dalam al-Qur’an, lebih dari
79 ayat, salah satunya:

Kitab (al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi


mereka yang bertakwa. (al- Baqarah: 2)

2.       Sebagai rahmat (keberuntungan yang diberikan Allah


dalam bentukasih sayangnya. Al-Qur’an sebagai rahmat untuk
umat ini, tidak kurang dari 15 kali disebutkan dalam Al-Qur’an,
salah satunya:

Inilah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung rahmat bagi orang-orang berbuat


kebaikan. (Luqman: 2)          

11
Dr. Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar
al Syuruq, 2000), hal 58.

24
3.       Sebagai furqon (pembeda antara yang baik dengan yang
buruk; yang  halal dengan yang haram; yang salah dengan
benar; yang indah dengan jelek; yang dapat dilakukan dengan
yang terlarang untuk dilakukan). Fungsi alqur’an sebagai alat
pemisah terdapat dalam tujuh ayat al-Qur’an, salah satunya:

al- Bulan ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan)


al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). (Baqarah: 185)

4.       Sebagai mau’izhah (pengajaran yang akan mengajarkan dan


membimbing umat dalam kehidupannya untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat). Fungsi mau’izhah ini terdapat
setidaknya dalam lima ayat al-Qur’an, salah satunya:

Dan telah kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (taurat)


segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi
segala sesuatu. (al-A’raf: 145)

5.       Sebagai busyra (berita gembira bagi orang yang telah


berbuat baik kepada Allah dan sesama manusia). Fungsi busyra
itu terdapat sekitar delapan ayat al-Qur’an, seperti pada surat
al-Naml:1-2

25
Tha-Syin. (Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, dan ayat-
ayat Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan
berita gembira untuk orang-orang yang beriman     
6.       Sebagai tibyan atau mubin (penjelasan atau
yangmenjelaskan terhadap segala sesuatu yang
disampaikan Allah). Contoh fungsinya sebagai tibyan dalam
surat an-Nahl: 89

Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan


segala sesuatu
Sedangkan contohnya sebagai mubin terdapat dalm surat al-Naml: 1-2
7.       Sebagai mushaddiq (pembenar terhadap kitab yang datang
sebelumnya). Seperti dalam surat ali Imran: 3

Dia menurunkan al-kitab (al-Qur’an) kepadamu dengan


sebenarnya: membenarkan kitab yang telah di turunkan
sebelumnya…
8.       Sebagai nur (cahaya yang akan menerangi kehidupan
manusia dalam menempuh jalan menuju keselamatan). Seperti
pada surat al-Maidah: 46

Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),


dan membenarkan kitab sebelumnya…
9.       Sebagai tafsil (memberikan penjelasan secara rinci sehingga
dapat dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki Allah).
Seperti dalam surat Yusuf: 111:

26
Al-Qur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-
kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu…
10.   Sebagai syifa’u al-shudur (obat bagi rohani yang sakit).
Seperti dituliskan dalam surat al-Isra: 82

Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar


dan rahmat bagi orang- orang yang beriman.
11.   Sebagai hakim (sumber kebijaksanaan). Sebagaimana dalam surat luqman: 2

Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah

F.Penjelasan Al-qur’an terhadap hukum dan Al-qur’an sebagai sumber


hukum

Secara garis besar, hukum-hukum yang dikandung Al-qur’an dalam tiga bidang

yaitu aqidah, akhlak dan hukum-hukum amaliyah. Aqidah mengkaji


masalahmasalah yang berkaitan dengan keimanan. Seperti iman kepada Allah,
hari akhir dan

lain. Masalah ini dibahas secara khusus dalam ilmu tauhid atau aqo’id, atau ilmu

kalam atau teologi. Akhlak membahas tentang cara-cara membersihkan dari


kotorankotoran dosa dan menghiasinya dengan kemuliaan, secara khusus masalah
ini

dibahas dalam ilmu akhlak dan tasawuf. Amaliyah membahas tentang perbuatan

orang mukalaf, dan dibahas dalam ilmu fiqh.

Secara garis besar, hukum-hukum amaliyah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah

dan muamalah. Hukum-hukum ibadah didalam Al-qur’an dijelaskan lebih rinci

daripada hukum muamalah. Ayat-ayat Al-qur’an yang menjelaskan masalah ibada

27
berjumlah 140 ayat.

Adapun hukum-hukum muamalah dibagi kedalam beberapa bidang sebagai

berikut:

1. Masalah-masalah yang berkaitan dengan keluarga atau ahwal syakhsyiyyah,

seperti pernikahan, perceraian, nasab, perwalian dan lain-lain. Jumlah ayat yang

mengatur ayat ini berjumlah 70 ayat.

2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan muamalah maliyah, seperti jual beli,

sewa menyewa, gadai dan akad-akad lain. Jumlah ayat yang mengatur masalah ini

berjumlah 70 ayat.

3. Masalah-masalah yang berkaitan dengan peradilan, persaksian dan sumpah atau

yang biasa disebut dengan hukum cara (murafa’at). Jumlah ayat yang mengatur

masalah ini berjumlah 13 ayat.

4. Masalah-masalah yang berkaitan dengan tindak pidana dan sanksi tindak pidana

(al-jaro’im wa al-‘uqubat), atau yang biasa dikenal dengan hukum pidana. Ayat

yang mengatur masalah ini berjumlah 30 ayat.

5. Masalah-masalah yang berkaitan dengan tata pemerintahan, seperti hubungan

pemerintah dengan rakyatnya, hak dan kewajiban pemerintah dan rakyat dan
lainlain. Ayat yang mengatur masalah ini berjumlah 10 ayat.

6. Masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antara negara islam dan non

islam, perang dan damai dan lain-lain. Ayat yang mengatur masalah ini berjumlah

25 ayat.

7. Masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi, seperti sunber devisa


negara,

penggunaan APBN dan lain-lain. Ayat yang mengatur masalah ini berjumlah 10

ayat.

28
BAB III

A. KESIMPULAN
“Qara’a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti
merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu
ungkapan kata yang teratur. Al-qur’an asalnya sama dengan Qira’ah, yaitu
akar kata (masdarr-infinitif) dari qara’a, qira’atan wa qur’anan.
Allah menamakan Al-Qur’an dengan banya nama diantaranya;
1. Al-Qur’an
2. Al-Qitab
3. Al-Furqon
4. Adz-Dzikr
5. At-Tanzil
kedudukan Al-Qur’an ada 6, sedangkan fungsi Al-Qur’an ada 3
yaitu:
1. Petunjuk bagi manusia

2. Penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya


3. Sumber pokok agama Islam
Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadis Qudsi di
antaranya :
1. Al-Qur’an Al-Qarim adalah kalam Allah yang di wahyukan
kepada Rasulullah dengan lafaznya.
2. Al-Qur’an Al-Qarim hanya di nisbahkan kepada Allah SWT
semata.

29
3. Seluruh isi Al-Qur’an di nukil secara mutawatir, sehingga
kepastiannya sudah mutlak
4. Al-Qur’an Al-Qarim dari Allah, baik lafaz maupun maknanya.
5. Membaca Al-Quran Al-Qarim merupakan ibadah karena ia dibaca
dalam sholat.

DAFTAR PUSTAKA
Al- Qattan, Manna. 2006. Mabahisfi ‘Uulum Al-Qur’an (teri). Studi Ilmu-
Ilmu Al-Qur’an. Pustaka Al- kautsar : Jakarta Timur.
Syukron, salim agus 2019. “fungsi al-quran bagi manusia”. Di dalam Al- I’jaz
: volume 1, nomor 2 (hlm. 98-106). Lamongan : sendangagung, paciran
lamongan.
Dr. Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar al
Syuruq, 2000), hal 49.
Ibid, hal.55
Ibid, hal 58
Lihat Ahmad Izami, Ulumul Qur’an : Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas
Alqur’an, Bandung; Tafakkur, 2005, cet. I, hlm. 28.

30
Dr. Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar al
Syuruq, 2000), hal 58.

H. Abdul Djalal, Ulumul Quran, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, cet., 2. hlm., 6

H. Abdul Djalal, Ulumul Quran, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, cet., 2. hlm., 4-5
3 Muhaimin,MA, dkk, Dimensi- Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama,
1994, hlm., 87

As-Shabuni, ‘Ulum al-Qur’an, terjmh. Saiful Islam Jamaludin (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), 17.
Lihat Ahmad Izami, Ulumul Qur’an : Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Alqur’an, Bandung;
Tafakkur, 2005, cet. I, hlm. 28.

14 Miftah Faridh, dkk, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, hlm. 19-20

Al- Qattan, Manna. 2006. Mabahisfi ‘Uulum Al-Qur’an (teri). Studi Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an. Pustaka Al- kautsar : Jakarta Timur, hal 19-23.

Syukron, salim agus 2019. “ kedudukan al-quran bagi manusia”. Di dalam Al-
I’jaz : volume 1, nomor 2 (hlm. 98-106).

Dr. Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar al
Syuruq, 2000), hal 49.

Dr. Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar al
Syuruq, 2000), hal 55.

31

Anda mungkin juga menyukai