Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN DAN PERKEMBANGANNYA

Disusun Dan Diajukan Untuk Tugas Terstruktur Dengan Mata Kuliah Ulumul
Qur’an

KELOMPOK 1 :

Lailatul Janah

Nurul Patin Azila

Al-Ikhsan Pratama

Dosen Pembimbing:

Drs.Martunus Rahim,M. A,g

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TAHUN 2021 M/1443


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,


shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring
bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa
kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran pada
Program Studi Ekonomi Syari’ah dengan ini penulis mengangkat
judul “Ulumul Quran dan Perkembangannya”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan penulisan...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertia ulumul quran.................................................................... 2
B. Ruang lingkup dan objek ulumul quran............................................. 5
C. Sejarah perkembangan ulumul quran................................................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................ 14

DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Betapa pun awamnya seorang muslim/muslimat, niscaya is tahu
dan memang memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama
ajaran agama yang dianutnya (Islam) ialah al-Qur’an al-Karim. Baru
kemudian didikuti dengan al-Hadsits/al-Sunnah sebagai sumber penting
kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang wafatnya, Nabi Muhammad
SAW berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua
sumber ajaran Islam tersebut (al-Qur’an dan al-Sunnah).
Mempelajari buku-buku keagamaan yang lain semisal kalam,
fiqih, dan khususnya hadits juga penting, tetapi betapa pun banyaknya
buku-buku keagamaan dan keislaman yang tumbuh dan berkembang
dewasa ini, semangat untuk mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an janganlah
diabaikan. Inilah beberapa pokok pikiran yang menjadi dasar utama bagi
penulis.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian Ulumul quran
2. Menjelaskan ruang lingkup dan objek ulumul quran
3. Mmenjelaskan sejarah perkembangan ulumul quran
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah
disamping untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami
khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami
Ulumul quran dan perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Quran


Kata ulum Qur’an tersusun dari dua kata secara idhofi, yaitu terdiri
dari mudhof dan mudhof ilaih, kata ulum diidhofahkan pada al-Qur’an.
Dari dua unsur kata tersebut maka didapat makna ulum dan al-Qur’an dan
menjadi kalimat ulumul-Qur’an.
Kata ulum secara etimologi adalah merupakan jamak
dari ilmu, kata ilmu itu sendiri adalah mashdar yang mempunyai arti
pengetahuan atau pemahaman. Secara etimologi kata al-Qur’an merupakan
mashdar dari kata qaraa yang maknanya sama dengan kata qiraah yang
berarti bacaan, kemudian diberi makna sebagai isim
maful yaitu maqru yang artinya ‘yang dibaca’. Pemaknaan ini
sebagaimana diisyaratkan dari QS. al-‘Alaq yang merupakan perintah
kepada umat manusia untuk membaca (iqra), penamaannya termasuk
katagori ‘tasmiyah al-maful bil mashdar’ (penamaan isim maful dengan
mashdar). Penamaan ini merujuk pada QS al-Qiyamah (75) ayat 17-18 :
Artinya :
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18. Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu.

Dari segi terminologinya al-Qur’an di definisikan para pakar


ushul fiqih, fiqih dan bahasa Arab adalah sebagai : ‘Kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang lapazh-lafazhnya
mengandung mukjijat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang
diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari
surat al-Fatihah (1) sampai akhir surat an-Nas (114).
Untuk mendapatkan penjelasan Arti Quran secara istilah
(etimologi), maka dikemukakan pengertian-pengertian sebagai berikut :
a.
jin dan malaikat Definisi `kalam` (ucapan) merupakan
kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan dengan
menghubungkannya dengan Allah ( kalamullah ) berarti tidak
semua masuk dalam kalam manusia.
b.
Batasan dengan kata-kata (almunazzal) `yang diturunkan` maka
tidak termasuk kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-
Nya.
c.
Batasan dengan definisi hanya `kepada Muhammad saw` tidak
termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti
taurat, injil dan yang lain.
d.
Sedangkan batasan (al-muta'abbad bi tilawatihi) `yang
pembacanya merupakan suatu ibadah` mengecualikan hadis
ahad dan hadis-hadis qudsi .
Al-Qur’an sebagai Kalamullah meliputi pengertian
kalam Nafsi dan kalam Lafzhi. Kalam Nafsi adalah kalam dalam
pengertian abstrak, ada pada Zat (Diri) Allah
bersifat qadim dan azali tidak berubah oleh adanya perubahan ruang,
waktu dan tempat, dengan demikian Kalamullah bukanlah makhluk.
Sedangkan kalam Lafzhi dalam pengertian yang sebenarnya (hakikat),
dapat ditilis, dibaca dan disuarakan oleh makhluqNya, yakni berupa al-
Qur’an yang biasa dibaca sehari-hari oleh kaum muslimin, dengan
demikian kalam Lafzhi bersifat hadits (baru) dan termasuk makhluk.
Al-Qur’an merupakan formulasi kalam Nafsi Allah ke dalam
kalam Lafzhi dan menempatkannya di Lauh Mahfuzh, sebagaimana
firman Allah yang tertuang dalam QS al-Buruj (85) ayat 21-22.
Artinya : 21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran
yang mulia, 22. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Setelah itu Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril untuk
diturunkan ke Langit Dunia (Baitul Izzah) dengan penurunan yang
sekaligus, setelah itu Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad
SAW. secara berangsur-angsur. Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat
dengan karena kejadiannya luar biasa, redaksinya indah dan akurat,
banyak memberitakan hal ghaib dan memiliki isyarat keilmuan (ilmiah).
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal
idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi
permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-
Qur’an, ilmu dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang
berkaitan dengan al-Quran, adapun definisi al-Qur’an secara terminologi
menurut Abu Syahbah, adalah : ‘Sebuah ilmu yang memiliki banyak
objek pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an, mulai proses
penurunan, urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca,
penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkam-mutayabih, sampai
pembahasan-pembahasan lain’. Jadi, yang dimaksud dengan u`lumul-
Qu`ran ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan
dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul."sebab-sebab turunnya al-
Qur`an", pengumpulan dan penertiban Qur`an, pengetahuan tentang
surah-surah Mekah dan Madinah, An-Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam
wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
Qur`an.
B. Ruang Lingkup dan Objek Ulumul Quran
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang
lingkup pembahasan yang sangat luas. Ulumul Qur’an meliputi semua
ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama,
seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah
dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu
yang tercakup di dalamnya. Dalam kitab Al- Itqan, Assyuyuthi
menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat
beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar
Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari 77450
ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-
qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an
mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas.
Perhitungan inimasih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat
dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak
terhitung. Firman Allah :’ Katakanlah: Sekiranyalautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu
sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(Q.S. Al-Kahfi :109).
Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup metode-
metode tafsir yang dikemukakan oleh ulama mutaqaddim dengan ketiga
coraknya : al-ra’yu, al-ma’tsur, al-isyariy, disertai penjelasan tentang
syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta metode
pengembangannya, dan juga mencakup juga metode mutaakhir dengan
keempat macamnya : tahliliy, ijmaliy, muqarran, maudhu’iy
Dari uraian diatas menggambarkan bahwa “ulumul al-Qur”an
mencakup bahasan yang sangat luas, antara lain ilmu nuzul al-Qur’an,
asbab al-nuzul, qiraat, ilmu an-nasikh wa al-mansukh dan ilmu fawatih
as-suwar serta masih banyak yang lainnya. Karena begitu luasnya
cakupan kajian ‘Ulumul Qur’an, maka para ulama harus mengakhiri
definisi yang mereka buat dengan ungkapan “dan lain-lain”. Ungkapan ini
menunjukkan, kajian ulumul quran tidak hanya hal-hal yang disebutkan
dalam definisi itu saja, tetapi banyak hal yang secara keseluruhan tidak
mungkin disebutkan dalam definisi. Ibnu Arabi (w 544 H), seperti yang
dikutip oleh Az-Zarkasyi, menyebutkan, Ulumul Qur’an mencakup
77.450 ilmu sesuai dengan bilangan kata-katanya. Hal itu sesuai dengan
pendapat sebagian kaum salaf, yang melihat bahwa setiap kata dalam Al-
Quran mempunyai makna lahir dan bathin, selain itu terdapat pula
hubungan-hubungan dan susunan-susunannya. Maka dengan demikian,
ilmu ini tidak terkira banyaknya dan Allah sajalah yang mengetahuinya
secara pasti
Sedang pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan
berbagai corak atau aliran tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak
: Fiqhi, sufi; ‘ilmi, bayan, falsafi, adabi, ijtima’iy, dan lain-lain.” Objek
ulumul-Qur’an adalah al-Qur’an itu sendiri dari seluruh segi-segi
kitab tersebut yang meliputi persoalan turunnya, sanad, qiraat
penafsirannya dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut Hatta
Syamsudin (2008 : 6) mengamukakan bahwa Objek Pembahasan Ulumul
Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar :
1. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an
Meliputi : sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah
SAW, Sahabat, Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya
lengkap dengan nama-nama ulama dan karangannya di
bidang ulumul quran di setiap zaman dan tempat.
2. Pengetahuan tentang Al-Quran
Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama
al-Quran, Wahyu, Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan
Madinah, Asbabun Nuzul, dst.
3. Metodologi Penafsiran Al-Quran
Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir
dan Adab-adabnya, Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir,
Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Quran, Muhkam &
Mutasyabih, Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.
C. Sejarah Perkembangan Ulumul Quran
Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa
fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase
selanjutnya, hingga ulumul-Qquran menjadi sebuah ilmu khusus yang
dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan
perkembangan ulumul-Quran.
1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.
Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-
Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu
pula dengan antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna
suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat
Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar
Rasulullah SAW berkata diatas mimbar, "dan siapkan untuk
menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal :60 ),
ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan :
" mereka yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman
bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan,
bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak
melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada
didalamnya, mereka berkata 'kami mempelajari qur'an berikut
ilmu dan amalnya sekaligus.'"
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai
upaya menjaga kemurnian AlQuran.
Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW
berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan
aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang
dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa
sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di
api neraka."(HR Muslim)
2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio)
ulumul-Quran mulai berkembang pesat, di antaranya dengan
kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut:
1. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan
Al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob
dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit
2. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum
muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf
itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga
dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut
dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman,
dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
3. Kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu
'aswad Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara
pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan
harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu
I'rabil Qur'an
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal
idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi
permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah. Ulumul
Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu
dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-
Quran
Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi
dalam bukunya ‘al-Itqan fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak
80 cabang, dan setiap cabang masih dapat diperinci lagi menjadi
beragam cabang lagi. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi
cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi dalam 4 (empat) komponen:
1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an\
2. Kaidah-kaidah tafsir
3. Metode-metode tafsir
4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.
Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa
fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju
fase selanjutnya, hingga ulumul-Qquran menjadi sebuah ilmu khusus
yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase /
tahapan perkembangan ulumul-Quran.
1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.
2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah
3. Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in
4. Masa Pembukuan (tadwin)
5. Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)

Anda mungkin juga menyukai