ULUMUL QUR’AN
DOSEN PENGAMPUH
NUR HAKIMAH, M.Pd
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-
hambanya.Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ulumul Qur’an ini. Adapun maksud dan tujuan kami disini yaitu menyajikan
beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini membahas mengenai
“Ulumul Qur’an”. Makalah ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk para
pembacanya.
Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak kekeurangan , kami
mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan
dapat berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
C. Tujuan Pembuatan Makalah .........................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Ulumul Qur’an............................................................................................5
B. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an ....................................................................................4
C. Cabang- Cabang Pokok Pembahasan..............................................................................6
D. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an..........................................................................10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada Umumnya, umat islam diwajibkan untuk selalu menjadikan kitab suci Al-Quran
sebagai landasan dalam hidup, untuk itu, pengetahuan sejarah perkembangan maupun
pengertian dari Al-Quran itu sendiri harus benar-benar dimengerti. Selain merupakan sumber
utama bagi ajaran islam, Al-qur’an juga sebagai pedoman, sumber rujukan bagi umat islam
yang universal, baik meyangkut kehidupan dunia maupun akhirat.
Ulumul qur’an atau juga di sebut ilmu-ilmu Al-Qur’an adalah kumpulan sejumlah
ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-Quran
maupun dari segi pemahaman terhadap apa yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian
ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu asbabul nuzul dan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari Ulumul Qur’an.
Sebelum kita mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, ada baiknya kita mengerti terlebih
dahulu sejarah adanya ulumul Qur’an. Dengan adanya pokok pembahasan ini diharapkan
mahasiswa semakin mencintai sumber utama umat islam yaitu Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Alquran adalah mukjizat Islam yang abadi di mana semakin maju ilmu pengetahuan,
semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT. membebaskan manusia dari
berbagai kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi dan menurunkannya kepada Nabi Muhammad
SAW., demi membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah menyampaikannya kepada
para sahabatnya sebagai penduduk asli Arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat
mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi mereka tentang ayat-ayat yang mereka
terima, mereka langsung menanyakannya kepada Rasulullah.
5
Kata ulum yang disandarkan kepada kata “al-Qur’an” telah memberikan pengertian
bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an,
baik dari segi kberadaannya sebagai al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap
petunjuk yang terkandung di dalamnya. Secara istilah, para ulama telah merumuskan
berbagai defenisi Ulumul Qur’an.
Firman Allah :
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.(Q.S. Al-Kahfi :109).[3]
Pertama, persoalan nuzul. Persoalan ini menyangkut tiga hal, yaitu waktu dan tempat
turunnya Al Qur’an, sebab-sebab turunnya Al Quran, dan sejarah turunnya Al quran.[4]
Kedua, persoalan sanad. Persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang
mutawatir, yang ahad, yang syaz, bentuk-bentuk qiraat Nabi, para periwayatnya dan para
penghafal Al-Quran, dan cara tahammul (penerimaan riwayat).
Ketiga, persoalan ada’ al qiroah (cara membaca al quran) hal ini menyangkut waqof
(cara berhenti), Ibtida’ (cara memulai) imalah, madd (bacaan yang dipanjangkan), takhfif
hamzah (meringankan bacaan hamzah) idghom ( memasukkan bunyi huruf yang sakin
kepada bunyi huruf sesudahnya)
6
Keempat, pembahasan yang menyangkut lafal al quran yaitu tentang yang ghorib
(pelik), mu’rob (menerima perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak (lafal yang
mengandung lebih dari satu makna), murodif (sinonim), isti’arah (metaphor), dan tasbih
(penyempurnaan).
Kelima, Persoalan makna al quran yang berhubungan dengan al quran, yaitu ayat yang
bermakna ‘amm (umum) dan tetap dalam keumumannya, ‘amm (umum) yang dimaksud
khusus, ‘amm (umum) yang dikhususkan oleh sunnah, yang nas, yang dzahir, yang
mujmal(bersifat global), yang mufassal (dirinci), yang mantuq (makna yang berdasarkan
pengutaraan) yang mafhum (makna yang berdasarkan pemahaman), mutlaq (tidak terbatas),
yang muqoyyad (terbatas), yang muhkam (kukuh, jelas) mutashabih (samar), yang muskhil
(maknanya pelik), yang nasikh (menghapus), dan mansukh (dihapus), muqaddam
(didahulukan), muakhor ( dikemudiankan), ma’mul (diamalkan) pada waktu tertentu, dan
yang hanya ma’mul (diamalkan) oleh seorang saja.
Keenam, persoalan, makna al quran yang berhubungan dengan lafal yaitu fasl (pisah)
wasl (berhubungan) ijaz (singkat) itnab (panjang) musawah (sama) dan qosr (pendek).[5]
C. Cabang- Cabang Pokok Pembahasan
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ada tujuh belas ilmu-ilmu Alquran yang terpokok.[6]
7
Ilmu ini menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat. Di antara kitab yang penting dalam hal ini
adalah kitab Lubab al-Nuqul karya Al-Suyuthi. Namun, perlu diingat bahwa banyak riwayat
dalam kitab ini yang tidak sahih.
d. Ilmu Qiraat
Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Alquran yang telah diterima dari Rasul SAW.
Ada sepuluh qiraat yang sah dan beberapa macam pula yang tidak sah. Tulisan Alquran yang
beredar di Indonesia adalah menurut qiraat Hafsh, salah satu qiraat yang ke tujuh. Kitab yang
paling baik untuk mempelajari ilmu ini adalah Al-Nasyr fi al-Qiraat al-Asyr karangan Imam
Ibn al-Jazari.
e. Ilmu Tajwid
Ilmu ini menerangkan cara membaca Alquran dengan baik. Ilmu ini menerangkan di mana
tempat memulai, berhenti, bacaan yang panjang dan yang pendek, dan sebagainya.
Inilah beberapa macam ilmu Alquran yang sangat ditentukan oleh Ash-Shiddieqy
untuk memahirkan oleh setiap orang yang bermaksud menafsirkan atau menterjemahkan
8
Alquran. Sebelum itu, ia juga harus menguasai ilmu balaghah, bahasa dan kaidah-kaidahnya,
ilmu kalam dan ilmu ushul. Namun demikian, tampaknya masih banyak lagi ilmu-ilmu yang
harus dikuasai oleh seorang mufassir atau penerjemah. Setidaknya satu ilmu lagi harus
ditambahkan kepada ilmu-ilmu yang disebutkan Ash-Shiddieqy di atas, yaitu ilmu tafsir.[7]
Ilmu tafsir merupakan bagian dari Ulumul Quran. Ilmu tafsir berfungsi sebagai alat
untuk mengungkap isi dan pesan yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran. Ulumul Quran
lebih umum dari ilmu tafsir karena Ulumul Quran ialah segala ilmu-ilmu yang mempunyai
hubungan dengan Alquran. Ilmu tafsir tidak kurang penting dari ilmu-ilmu di atas, terutama
setelah berkembangnya dengan menampilkan berbagai metodologi, corak, dan alirannya.
Kadang-kadang Ulumul Quran ini juga disebut Ushul At-Tafsir (dasar-dasar/prinsip-prinsip
penafsiran), karena memuat berbagai pembahasan dasar atau pokok yang wajib dikuasai
dalam menafsirkan Alquran.
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, Ulumul Quran tidak lahir
sekaligus. Ulumul Quran menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan
dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Alquran dari
segi keberadaannya dan segi pemahamannya. Makalah ini akan memaparkan perkembangan
Ulumul Quran pada masa Rasulullah SAW., masa Khulafa al-Rasyidin, dan masa Tadwin
(Penulisan Ilmu).
“Dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman …” (QS Al-An’am (6): 82).
Para sahabatnya bertanya: “Siapa dari kami yang tidak menganiaya (menzalimi) dirinya !”.
9
Nabi menjawab, “Pemahamannya tidak seperti yang kalian maksudkan, tidakkah kalian
mendengar apa yang dikatakan seorang hamba yang soleh kepada anaknya”. [9] Nabi
menafsirkan kata zulm di sini dengan syirk berdasarkan ayat di bawah ini :
“Sesungguhnya syirik itu kezaliman yang besar” (QS Luqman (31): 13). “
Adapun tentang kemampuan Rasulullah SAW. memahami Alquran tentunya tidak diragukan
lagi karena ialah yang menerimanya dari Allah dan Allah yang mengajari segala sesuatunya.
Dengan demikian ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Quran tidak dibukukan di masa
Rasulullah SAW. dan sahabat.
Semua ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di masa Nabi
SAW. maupun di zaman sahabat.[10]
Sebagian besar para sahabat Nabi terdiri dari orang-orang buta huruf, dan alat tulis
menulis pun tidak dapat mereka peroleh dengan mudah. Itu juga merupakan halangan bagi
kegiatan menulis buku tentang ilmu Alquran.[11]
Di lain pihak ada larangan dari Rasulullah SAW., untuk menuliskan selain Alquran. Hal ini
seperti diriwayatkan oleh Muslim yang berbunyi :
ﻻﺘﻜﺘﺒﻭﺍﻋﻨﻰﻭﻤﻥﻜﺘﺏﻋﻨﻰﻏﻴﺭﺍﻠﻘﺭﺍﻥﻓﻠﻴﻤﺤﻪﻭﺤﺩﺜﻭﺍﻋﻨﻰﻭﻻﺤﺭﺝﻭﻤﻥﻜﺫﺏﻋﻠﻲﻤﺘﻌﻤﺩﺍﻓﻠﻴﺘﺒﻭﺃﻤﻘﻌﺩﻩﻤﻥﺍﻠﻨﺎﺭ
Artinya : “Janganlah sekali-kali kalian menulis apapun dariku. Dan barang siapa yang
menuliskan selain Alquran maka harus menghapusnya, dan ceritakanlah apa yang kalian
dengar dariku karena itu tidak apa-apa, barang siapa yang berbohong kepadaku dengan
sengaja maka bersiaplah untuk mencari tempat duduk di neraka”.[12]
10
2. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Khulafa al Rasyidin
Pada zaman kekhalifaan Abu Bakar dan Umar, ilmu Alquran masih diriwayatkan
melalui penuturan secara lisan.[13]Ketika Abu Bakar Shiddiq menjadi khalifah terjadi
pertempuran yang sangat sengit antara kaum muslimin dengan pengikut Musailamah al-
Kadzab yang menimbulkan banyak korban. Di pihak muslimin ada tujuh puluh penghafal
Alquran yang gugur, sehingga Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk
menuliskan Alquran dalam satu mushaf. Pada mulanya Abu Bakar merasa ragu untuk
menerima usul Umar tersebut dan memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menuliskan Alquran
dalam bentuk mushaf.
Ketika di zaman Utsman di mana orang Arab mulai bergaul dengan orang-orang non
Arab, pada saat itu Utsman memerintahkan supaya kaum muslimin berpegang pada mushaf
induk dan membuat reproduksi menjadi beberapa buah naskah untuk dikirim ke daerah-
daerah. Bersamaan dengan itu ia memerintahkan supaya membakar semua mushaf lainnya
yang ditulis orang menurut caranya masing-masing. Di zaman Khalifah Utsman wilayah
Islam bertambah luas sehingga terjadi perbauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa
yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat
akan tercemarnya keistimewaan bahasa Arab dari bangsa Arab. Bahkan dikhawatirkan akan
terjadinya perpecahan di kalangan kaum Muslimin tentang bacaan Alquran yang menjadi
standar bacaan bagi mereka. Untuk menjaga terjadinya kekhawatiran itu, disalinlah dari
tulisan-tulisan aslinya sebuah Alquran yang disebut Mushhaf Imam. Dengan terlaksananya
penyalinan ini maka berarti Utsman telah meletakkan suatu dasar Ulumul Qur’an yang
disebut Rasm al-Qur’an atau Ilm al Rasm al-Utsmani.[14]
Di masa Ali bin Abu Thalib terjadi perkembangan baru dalam bidang ilmu Alquran.
Karena banyaknya melihat umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab, kemerosotan
dalam bahasa Arab, dan kesalahan dalam pembacaan Alquran, Ali menyuruh Abu al-Aswad
al-Duali (w.63 H.) untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk
memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga Alquran dari keteledoran
pembacanya. Tindakan khalifah Ali ini dianggap perintis bagi lahirnya ilmu Nahwu dan I’rab
Alquran.[15]
11
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sejarah perkembangan Ulumul Quran dalam makalah ini dibagi kepada tiga bagian yaitu,
Perkembangan Ulumul Quran pada masa Rasulullah SAW., Perkembangan Ulumul Quran
pada masa Khulafa al Rasyidin dan Perkembangan Ulumul Quran pada masa Tadwin
(Penulisan Ilmu).
Sebenarnya dalam penyampaian dalam memperdalam ulumul quran sangatlah luas, dan
banyak sekali manfaat dalam mempelajari ilmu al quran, penulis makalah juga merasa betapa
bodohnya kita setelah mempelajari ilmu alquran bahwaanya wawasan serta ilmu yang di
miliki tidak sebanding.
Dan ilmu al quran ini sejak zaman dahulu para ulama juga mempelajarinya seperti halnya
yang di katakan imam Al-Suyuthi bahwa pintu ilmu ini senantiasa terbuka kepada setiap
ulama yang datang kemudian untuk memasuki persoalan-persoalan yang belum terjamah para
ulama terdahulu karena faktor-faktor tertentu. Dengan demikian ilmu ini dapat dibenahi
dengan sebaik-baik perhiasan di akhir masa. Al-Zarqani mengumpamakan Ulumul Quran
sebagai anak kunci bagi para mufassir.
B. SARAN
Saran dari penulis bahwasanya ilmu alquran sangatlah penting baik di dunia utama di
akherat karena al quran adalah pedoman hidup orang islam yang telah di wahyukan kepada
nabi muhammad saw oleh allah swt melalui malaikan jibril. Dan sesungguhnya sumber dari
segala sumber ilmu adalah al quran.
12
Daftar Pustaka
Al-Quran dan Terjemahannya ( Cet.X Bandung, CV Penerbit Diponegoro, 2005), hal. 277
Ahmad Syadali, ‘Ulumul Qur’an I (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 11
[10] . Al-Shalih, Shubhi, Mabahits fi ‘Ulum al-Quran, Dar al ‘Ilm Li al-Malayin, Beirut,
1977, hlm. 120.
[11] . Al-Shalih, Shubhi, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Mabahits fi Ulumil Qur’an), Cet.
IX, Alih bahasa; Tim Pustaka Firdaus, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1990, hlm. 156.
[12]. Al-Zarqany, Muhammad Abd al-Azhim, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, Juz I, Isa
al-Baby al-Halaby wa Syirkah, Mesir, (tt), hlm. 28.
[13] . Al-Shobuny, Mohammad Aly, at-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Alam al-Kitab, Beirut, (tt),
hlm. 52
13