Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MATA KULIAH STUDI QUR’AN


“ULUM AL-QUR’AN DAN PERKEMBANGANNYA”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. GASIM YAMANI, M.Ag

DISUSUN OLEH:

MOH. GASI ALGIIFARI 184180033


FARHAN DZIKRI ADITYA 194180013
AFIFAH JULIANTI 214180006
ATMAWATI 214180027
SAFITRI 214180010

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan

berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

mata kuliah Studi Qur”an yang berjudul “Ulum Al-Qur’an dan Perkembangannya.”

Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Gasim Yamani, M.Ag., selaku dosen

mata kuliah Studi Qur’an, yang telah membimbing kami dalam penyelesaian dan

penyusunan makalah tersebut.

Dalam penyelesaian dan penyusunan makalah tersebut masih terdapat adanya

kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami memohon adanya kritik, saran, serta

masukan, agar dalam penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik lagi.

Penyusun,

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1

C. TUJUAN ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. PENGERTIAN ULUM AL-QUR’AN .......................................................... 3

B. RUANG LINGKUP DAN OBJEK ULUM AL-QUR;AN............................. 8

C. SEJARAH PERKEMBANGAN ULUM AL-QUR’AN .............................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 23

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 23

B. SARAN ...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Betapapun awamnya seorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang

harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya yaitu

Islam ialah Al-Qur’an. Baru kemudian diikuti dengan Hadits dan Sunnah. Sebagai

sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang wafatnya, Nabi

Muhammad SAW berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua

sumber ajaran Islam tersebut (Al-Qur’an dan Sunnah).

Mempelajari buku-buku keagamaan yang lain semisal kalam, fiqih, dan

khususnya hadits juga penting, tetapi betapapun banyaknya buku-buku keagamaan

dan keislaman yang tumbuh dan berkembang dewasa ini, semangat untuk

mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an janganlah diabaikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ulumul Qur’an?

2. Bagaimana ruang lingkup dan objek ulumul Qur’an?

3. Bagaimana sejarah perkembangan ulumul Qur’an?

1
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ulumul Qur’an?

2. Untuk mengetahui ruang lingkup dan objek ulumul Qur’an?

3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ulumul Qur’an?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur’an

Kata ulum Qur’an tersusun dari dua kata secara idhofi, yaitu terdiri

dari mudhof dan mudhofilaih, Kata ulum diidhofahkan pada Al-Qur’an. Dari dua

unsur kata tersebut maka didapat makna ulum dan Al-Qur’an dan menjadi

kalimat ulumul Qur’an.

1) Arti Kata Ulum

Kata ulum secara etimologi adalah merupakan jamak dari ilmu, kata

ilmu itu sendiri adalah mashdar yang mempunyai arti pengetahuan atau

pemahaman.

2) Arti Kata Al-Qur’an

Secara etimologi kata Al-Qur’an merupakan mashdar dari

kata Qaraa yang maknanya sama dengan kata Qiraah yang berarti bacaan,

kemudian diberi makna sebagai isim maful yaitu maqru yang artinya “yang

dibaca”. Pemaknaan ini sebagaimana diisyaratkan dari QS. Al-‘Alaq yang

merupakan perintah kepada umat manusia untuk membaca (Iqra),

penamaannya termasuk katagori “Tasmiyah Al-Maful bil

Mashdar” (penamaan isim maful dengan mashdar). Penamaan ini merujuk

pada QS. Al-Qiyamah (75) Ayat 17 – 18 :

3
Artinya :

17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu)

dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

Dari segi terminologinya Al-Qur’an didefinisikan para pakar ushul

fiqih, fiqih dan bahasa Arab adalah sebagai : ‘Kalam Allah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Yang lafazh-lafazhnya mengandung

mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara

mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari Suratal-Fatihah (1)

sampai akhir suratan-Nas (114).

Definisi Al-Quran yang dikemukakan para ulama yang maknanya

mampu membedakan dengan definisi yang lain adalah :

‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻫﻮ ﻡﻼﻛ ﷲ ﺍﻟﻤﻨﺰﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴ ﻡﻼ ﺍﻟﻤﺘﻌﺒﺪ ﻼﺑﺘ ﻭﺗﻪ‬

Artinya : Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada

Muhamad SAW. Yang pembacanya merupakan suatu ibadah.

Untuk mendapatkan penjelasan Arti Quran secara istilah (etimologi),

maka dikemukakan pengertian-pengertian sebagaiberikut :

4
a. Definisi “kalam” (ucapan) merupakan kelompok jenis yang meliputi

segala kalam. Dan dengan menghubungkannya dengan

Allah (kalamullah) berarti tidak semua masuk dalam kalam manusia, jin

dan malaikat.

b. Batasan dengan kata-kata (almunazzal) “yang diturunkan” maka tidak

termasuk kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya.

Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah :

Artinya :

Katakanlah : Sekiranya lautan menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku,

sungguh habislah lautan itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku,

meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu. (Al-Kahfi : 109).

c. Batasan dengan definisi hanya “kepada Muhammad SAW” tidak

termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat,

injil dan yang lain.

d. Sedangkan batasan (Al-muta'abbad bi tilawatihi) “yang pembacanya

merupakan suatu ibadah” mengecualikan hadis ahad dan hadis-hadis

qudsi.

Al-Qur’an sebagai Kalamullah meliputi pengertian kalam Nafsi dan

kalam Lafzhi. Kalam Nafsi adalah kalam dalam pengertian abstrak, ada pada

5
Zat (Diri) Allah, bersifat qadim dan azali tidak berubah oleh adanya

perubahan ruang, waktu dan tempat, dengan demikian Kalamullah bukanlah

makhluk. Sedangkan kalam Lafzhi dalam pengertian yang sebenarnya

(hakikat), dapat ditulis, dibaca dan disuarakan oleh makhluk-Nya, yakni

berupa Al-Qur’an yang biasa dibaca sehari-hari oleh kaum muslimin, dengan

demikian kalam Lafzhi bersifat hadits (baru) dan termasuk makhluk.

Al-Qur’an merupakan formulasi kalam Nafsi Allah ke dalam kalam

Lafzhi dan menempatkannya di Lauh Mahfuzh, sebagaimana firman Allah

yang tertuang dalam QS. Al-Buruj (85) Ayat 21 – 22.

Artinya :

21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia.

22. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.

Setelah itu Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril untuk

diturunkan ke Langit Dunia (Baitul Izzah) dengan penurunan yang sekaligus,

setelah itu Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. secara

berangsur-angsur.

Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat dengan karena kejadiannya

luar biasa, redaksinya indah dan akurat, banyak memberitakan hal ghaib dan

memiliki isyarat keilmuan (ilmiah).

6
3) Arti Ulumul Qur’an

Kata u’lum jamak dari kata I’lmu. I’lmu berarti al-fahmu wal

idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi

permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.

Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an,

ilmu dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan Al-

Quran, adapun definisi Al-Qur’an secara terminology menurut Abu Syahbah,

adalah : “Sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang

berhubungan dengan Al-Qur’an, mulai proses penurunan, urutan penulisan,

penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-

mansukh, muhkam-mutayabih, sampai pembahasan-pembahasan lain”.

Jadi, yang dimaksud dengan u’lumul-Qur’an ialah ilmu yang

membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi

asbaabu nuzuul "sebab-sebab turunnya Al-Qur’an", pengumpulan dan

penertiban Qur’an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah,

An-Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya

yang berhubungan dengan Qur’an.

Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir)

karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui

oleh seorang Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur`an.

7
B. Ruang Lingkup dan Objek Ulumul Qur’an

Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup

pembahasan yang sangat luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada

kaitanya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir

maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I’rab Al-Qur’an.

Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya. Dalam

kitab Al-Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap

cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu

Bakar Ibnu Al-Araby yang mengatakan bahwa ulumul Qur’an terdiri dari 77.450

ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam Al-Qur’an

dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam Al-Qur’an mengandung makna

dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut

mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka

jumlahnya menjadi tidak terhitung. Firman Allah : “Katakanlah : Sekiranya

lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah

lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami

datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (QS. Al-Kahfi : 109).

Pembahasan Ulum Al-Qur’an sangat luas Al-Imam Al-Sayuthi dalam

bukunya “Al Itqan fi” Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan

setiap cabang masih dapat diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut

8
Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan Ulum fsirt Al-Qur’an dapat dibagi

dalam 4 (empat) komponen :

1) Pengenalan terhadap Al-Qur’an

2) Kaidah-kaidah tafsir

3) Metode-metode tafsir

4) Kitab-kitab tafsir dan para mufassir

Komponen pertama (Pengenalan terhadap Al-Qur’an) mencakup : (a)

Sejarah Al-Qur’an; (b) Rasm Al-Qur’an; (c) I’jaz Al-Qur’an; (d) Munasabah Al-

Qur’an; (e) Qushah Al-Qur’an; (f) Jadal Al-Qur’an; (g) Aqsam Al-Qur’an; (h)

Amtsal Al-Qur’an; (i) Nasikh dan Mansukh; (j) Muhkam dan Mutasyabih; (k)

Al-qiraat; dan sebagainya.

Komponen kedua (kaida-kaidah tafsir) mencakup : (a) Ketentuan-

ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan Al-Qur’an; (b) Sistematika

yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran, dan; (c) Patokan-

patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, baik dari ilmu-

ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun yang ditarik langsung dari

penggunaan Al-Qur’an. Sebagai contoh, dapat dikemukakan kaidah-kaidah

berikut : (a) Kaidah ism dan fi’il; (b) Kaidah ta’rif dan tankir; (c)

Kaidah istifham dan macam-macamnya; (d) Ma’aniy alhuruf seperti : asa ;

la’alla, in, iza ; dan lain-lain; (e) Kaidah su’al dan jawab; (f) Kaidah

9
pengulangan; (g) Kaidah perintah sesudah larangan; (h) Kaidah penyebutan nama

dalam kishah; (j) Kaidah penggunaan kata dan uslub Al-Qur’an, dan lain-lain.

Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup metode-metode tafsir

yang dikemukakan oleh ulama mutaqaddim dengan ketiga coraknya : Al-ra’yu,

Al-ma’tsur, Al-isyariy, disertai penjelasan tentang syarat-syarat diterimanya

suatu penafsiran serta metode pengembangannya, dan juga mencakup juga

metode mutaakhir dengan keempat macamnya : tahliliy, ijmaliy, muqarran,

maudhu’iy.

Komponen keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup

pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru, yang

berbahasa Arab, Inggris, atau Indonesia, dengan mempelajari biografi, latar

belakang dan kecenderungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip yang

digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.

Dari uraian di atas menggambarkan bahwa ulumul Al-Qur’an mencakup

bahasan yang sangatluas, antara lain ilmu nuzul Al-Qur’an, asbab Al-nuzul,

qiraat, ilmu an-nasikh wa al-mansukh dan ilmu fawatih as-suwar serta masih

banyak yang lainnya. Karena begitu luasnya cakupan kajian “Ulumul Qur’an”,

maka para ulama harus mengakhiri definisi yang mereka buat dengan ungkapan

“dan lain-lain”. Ungkapan ini menunjukkan, kajian ulumul quran tidak hanya

hal-hal yang disebutkan dalam definisi itu saja, tetapi banyak hal yang secara

keseluruhan tidak mungkin disebutkan dalam definisi. Ibnu Arabi (w 544 H),

10
seperti yang dikutip oleh Az-Zarkasyi, menyebutkan, Ulumul Qur’an mencakup

77.450 ilmu sesuai dengan bilangan kata-katanya. Hal itu sesuai dengan pendapat

sebagian kaum salaf, yang melihat bahwa setiap kata dalam Al-Quran

mempunyai makna lahir dan bathin, selain itu terdapat pula hubungan-hubungan

dan susunan-susunannya. Maka dengan demikian, ilmu ini tidak terkira

banyaknya dan Allah sajalah yang mengetahuinya secara pasti.

Sedang pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan berbagai

corak atau aliran tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak : Fiqhi, sufi; ‘ilmi,

bayan, falsafi, adabi, ijtima’iy, dan lain-lain”.

Objek Ulumul Al-Qur’an

Objek ulumul Al-Qur’an adalah Al-Qur’an itu sendiri dari seluruh segi-

segi kitab tersebut yang meliputi persoalan turunnya, sanad, qiraat penafsirannya

dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut Hatta Syamsudin (2008 : 6)

mengamukakan bahwa Objek Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga

bagian besar :

1) Sejarah dan Perkembangan Ulumul Qur'an

Meliputi : sejarah rintisan ulumul qur’an di masa Rasulullah SAW., Sahabat,

Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama

dan karangannya di bidang ulumul qur’an disetiap zaman dan tempat.

2) Pengetahuan tentang Al-Qur’an

11
Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama Al-Quran,

Wahyu, Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan Madinah, Asbabun Nuzul,

dst.

3) Metodologi Penafsiran Al-Quran

Meliputi : Pengertian Tafsir dan Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-

adabnya, Sejarah dan Perkembangan ilmu tafsir, kaidah-kaidah dalam

penafsiran Al-Quran, Muhkam dan Mutasyabih, Aam dan Khoos, Nasikhwa

Mansukh, dst.

C. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an

Sejarah perkembangan ulumul Qur’an dimulai menjadi beberapa fase, di

mana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya,

hingga ulumul Qur’an menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas

secara khusus pula. Berikut beberapa fase/tahapan perkembangan ulumul Qur’an.

1. Ulumul Qur’an pada masa Rasulullah SAW

Embrio awal ulumul qur’an pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Qur’an

langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan

antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat,

menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.

a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.

12
Dari Uqbah bin Amiria berkata : “aku pernah mendengar Rasulullah

SAW berkata di atas mimbar, “dan siapkan untuk menghadapi mereka

kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal : 60), ingatlah bahwa kekuatan di

sini adalah memanah” (HR. Muslim).

b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.

Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan :

“mereka yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin

Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa

mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya,

sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada di dalamnya, mereka

berkata “kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus”.

c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur’an, sebagai upaya

menjaga kemurnian Al-Quran.

Dari Abu Saad Al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata : Janganlah

kamu tulis dari aku; barangsiapa menuliskan aku selain qur’an, hendaklah

dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya,

dan barangsiapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati

tempatnya di api neraka.” (HR. Muslim)

2. Ulumul Qur’an pada masa khalifah

13
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul

Qur’an mulai berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakan-kebijakan

para khalifah sebagaimana berikut :

a. Khalifah Abu Bakar : dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-

Quran yang pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan

dipegang oleh Zaid bin Tsabit

b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin

pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf

Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi.

Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu

dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan

dari ilmu Rasmil Qur’an.

c. Kekalifahan Ali Ra : dengan kebijakan perintahnya kepada Abu ‘aswad

Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat

dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur’an. Ini juga disebut

sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.

3. Ulumul Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in

a. Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya.

Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam

menyampaikan makna-makna Al-qur’an dan penafsiran ayat-ayat yang

berbeda di antara mereka, sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-

14
beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan tidaknya

mereka hidup bersama Rasulullah SAW, hal demikian diteruskan oleh murid-

murid mereka, yaitu para tabi'in.

Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah :

Empatorang Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali)

1) Ibnu Masud,

2) Ibnu Abbas,

3) Ubai bin Kaab,

4) Zaid bin sabit,

5) Abu Musa al-Asy'ari dan

6) Abdullah bin Zubair.

Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin

Abbas, Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan

dari mereka tidak berarti merupakan sudah tafsir Al-Quran yang sempurna.

Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang

masih samar dan penjelasan apa yang masih global.

b. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya

Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal

yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri

bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat, yang

terkenal diantara mereka, masing-masing sebagai berikut :

15
1) Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair,

Mujahid, 'iKrimah bekas sahaya (maula) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al

Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.

2) Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan

Muhammad bin Ka'b al Qurazi.

3) Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al

Aswad bin Yazid, 'Amiras Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin

Di'amah as Sadusi.

Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu

Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki wal madani dan ilmu

Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan

cara didik tekan (imla).

4. Masa Pembukuan (tadwin)

Perkembangan selanjutnya dalam ulumul-Qur’an adalah masa

pembukuan ulumul Qur’an, pembukuan ini melewati beberapa perkembangan

sebagai berikut :

a. Pembukuan tafsir Al-Quran menurut riwayat dari hadits, Sahabat dan

tabi'in.

Pada abad kedua hijriah tiba masa pembukuan (tadwin) yang

dumulai dengan pembukuan hadist dengan segala babnya yang

bermacam-macam,dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan

16
dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsiral-Qur'an yang

diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in.

Diantara mereka yang terkenal adalah Yazid bin Harunas Sulami,

(wafat 117 H), Syu'bah bin Hajjaj (wafat 160 H), Waqi' bin Jarrah (wafat

197 H), Sufyan bin 'uyainah (wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam

(wafat 112 H).

Mereka semua adalah para ahli hadits, sedangkan tafsir yang

mereka susun merupakan salah satu bagiannya, namun tafsir mereka yang

tertulis tidak ada yang sampai ke tangan kita.

b. Pembukuan tafsir berdasarkan susunan ayat

Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka

menyusun tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat.

Dan yang terkenal diantara mereka ada Ibn Jarirat Tabari (wafat 310 H).

Demikianlah tafsir pada awal permulaanya dinukil (dipindahkan)

melalui penerimaan (dari mulut ke mulut) melalui riwayat, kemudian

dibukukan sebagai salah satu bagian hadits, selanjutnya ditulis secara

bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran at-Tafsir bil

Ma'tsur (berdasarkan riwayat), lalu diikuti oleh at-Tafsir bir

Ra'yi (berdasarkan penalaran).

c. Munculnya pembahasan cabang-cabang ulumul Qur’an selain tafsir

17
Di samping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri

mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan

Al-Quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir, diantaranya

1) Ulama abad ke-3 Hijri

a) Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun

karangannya mengenai asbabun nuzul

b) Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang

Nasikh Mansukh dan qira'at.

c) Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika Al-

Quran (musykilatul quran).

2) Ulama Abad Ke-4 Hijri

a) Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat 309 H) menyusun al-

Hawifa 'Ulumil Qur'an.

b) Abu Muhammad bin Qasim al Anbari (wafat 751 H) juga menulis

tentang ilmu-ilmu Al-Qur'an.

c) Abu Bakar As Sijistani (wafat 330 H) menyusun Garibul Qur'an.

d) Muhammad bin Ali bin al-Adfawi (wafat 388 H) menyusun al

Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.

3) Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya

a) Abu Bakar al Baqalani (wafat 403 H) menyusun i'jazul Qur'an,

18
b) Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi (wafat 430 H) menulis

mengenai i'rabul Qur'an.

c) Al Mawardi (wafat 450 H) mengenai tamsil-tamsil dalam al-

Qur'an (amsalul Qur'an).

d) Al Izz bin Abdussalam (wafat 660 H) tentang majaz dalam al-

Qur'an.

e) Alamuddin Askhawi (wafat 643 H) menulis mengenai ilmu qra'at

(cara membaca al-Qur'an) dan aqsamul-Qur'an.

4) Mulai pembukuan secara khusus ulumul-Qur’an dengan

mengumpulkan cabang-cabangnya.

Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-Quran dengan berbagai

pembahasannya ditulis secara khusus dan terserak, masing-masing

dengan judul kitab tersendiri, kemudian, mulailah masa pengumpulan

dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang

lengkap, yang dikenal kemudian dengan ulumul-Qur'an. Diantara

ulama-ulama yang menyusun secara khusus ulumul-Quran adalah

sebagai berikut :

a) Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al

Hufi dianggap sebagai orang pertama yang membukukan ulumul-

Qur'an.

19
b) Ibnul Jauzi (wafat 597 H) mengikutinya dengan menulis sebuah

kitab berjudul fununul Afnan fi' Aja 'ibi 'ulumil Qur'an.

c) Badruddinaz-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis sebuah kitab

lengkap dengan judul Al Burhan fii ulumil Qur`an.

d) Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa

tambahan atas Al-Burhandi dalam kitabnya Mawaaqi `ulu`luum

minmawaaqi`innujuum.

e) Jalaluddin As-Suyuti (wafat 911 H) juga kemudian menyusun

sebuah kitab yang terkenal al-itqaanfiiu`luumilqur`an. Kitab Al-

Burhan (Zarkasyi) dan Al-Itqon (As-Suyuti) hingga hari ini masih

dikenal sebagai referensi induk/terlengkap dalam masalah ulumul-

Qur'an. Tidak ada peneliti tentang ulumul-Qur’an, kecuali pasti

akan banyak menyandarkan tulisannya pada kedua kitab tersebut.

5) Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)

Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan

ulumul-Qur’an pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar

penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Quran secara khusus

dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali menyusun atau

menyatukan cabang-cabang ulumul-Quran dalam kitab tersendiri

dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab

klasik terdahulu.

20
a) Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu

Quran atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-

Quran diantaranya :

 Kitab i`jaazul qur’an yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-

Rafi`i,

 Kitab At-Tashwirul fanni fiilqu`an dan masyaahidul qiyaamah

fil qur`an olehSayyid Qutb

 Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-

Maraghi yang salah satu pembahasannya ditulis oleh

Muhibuddin al-hatib,

 Masalatu tarjamatil qur`an oleh Musthafa Sabri,

 An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan

 Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-

qasimi.

b) Kitab yang membahas secara umum ulumul qur’an dengan

sistematis, diantaranya :

 Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan

judul At-tibyaan fii u`luumil qur`an.

 Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul

furqan fiiu`luumil qur`an yang berisi pembahasan yang sudah

ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir dengan

21
spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh

muridnya,

 Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang

menyusun Manaahilul i`rfaan fii u`lumil qur`an.

 Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang

disampaikan kepada mahasiswanya difakultas ushuluddin

jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.

 Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.

Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an,

dan kata ini kini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-

ilmu tersebut. Kitab Mabahitsul Quran yang ditulis Manna'ul

Qattan ini juga termasuk kitab ulumul qur’an kontemporer yang

banyak mendapat sambutan di universitas-universitas di Timur

Tengah dan Dunia Islam pada umumnya. Kitab ini juga dijadikan

modul untuk perkuliahan Ulumul Qur’an semester 1 di Universitas

International Afrika, Khartoum Sudan, sebagai mata kuliah umum

untuk semua mahasiswa diberbagai jurusannya.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. I`lmu berarti al-fahmu wal

idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi

permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.

Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an,

ilmu dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan Al-

Quran Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangatluas al-Imam al-Sayuthi dalam

bukunya ‘alItqan fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan

setiap cabang masih dapat diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut

Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan ‘Ulum fsirtal-Qur’an dapat dibagi

dalam 4 (empat) komponen :

1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an

2. Kaidah-kaidah tafsir

3. Metode-metode tafsir

4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.

Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase,

di mana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase

selanjutnya, hingga ulumul Qur’an menjadi sebuah ilmu khusus yang

23
dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase/tahapan

perkembangan ulumul-Quran.

1) Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.

2) Ulumul-Qur’an pada masa khalifah

3) Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in

4) Masa Pembukuan (tadwin)

5) Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)

B. SARAN

Mungkin dalam penyusunan makalah tersebut masih terdapat adanya

kekuragan. Untuk itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran, dan masukan agar

dalam penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. dan Syadali, A. (1997). Ulumul Quran I. Bandung : Pustaka Setia.

Al-Qattan dan Khalil, M. (2000). Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Jakarta : Litera Antar

Nusa.

Anwar, A. (2005). Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Jakarta : Amzah.

Anwar, R. (2007). Ulum Al-Qur’an. Bandung : Pustaka Setia.

Anwar, R. (2008). Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia.

Ash-Shabuuny, M. A. (1999). Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Departemen Agama RI. (2005). Al-Qur’an dan Terjemahannya Cet. V. Bandung :


CV. Diponegoro.

Marzuki, K. (1994). Ulumul Quran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Syadali, A. (1997). ‘Ulumul Qur’an I. Cet. I. Bandung : Pustaka Setia.

25

Anda mungkin juga menyukai