Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH USHUL FIQH

Tentang
SUMBER HUKUM ISLAM (AL QUR’AN DAN HADITS)
Dosen pengampu: Indik Mukhtar, SH

Disusun oleh:

MUHAMMAD MAHRUM ALY


DONI PRASETYO

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI
KEDIRI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat serta
karunia-Nya, penyusunan makalah dengan judul SUMBER HUKUM ISLAM (AL
QUR’AN DAN HADITS) dapat terlaksana dengan baik dan lancar serta tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman yang gelap
kepada zaman yang terang benderang, dan semoga di hari akhir nanti kita mendapat
syafa’atnya.

Makalah ini kami buat dan kami susun dengan maksimal dari bantuan dan
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah, untuk itu kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sudah ikut mendukung dan
mendengarkan segala keluh kesah pembuatan makalah dikarenakan kurang nya
pengalaman dan ilmu pengetahuan kami, kurang nya fasilitas yang kami punya juga
menghambat proses pembuatan makalah yang cukup baik, dan dengan bantuan teman
teman kami maka segala proses pembuatan makalah ini terselesaikan, terutama kepada
Bapak Indik Mukhtar, SH selaku dosen pembimbing kami yang memberikan banyak
dorongan serta ilmu pengetahuan kepada kami

Dan semoga adanya makalah ini bisa memudahkan untuk kita semua dalam
menimba ilmu dan bisa memberi manfaat kepada masyarakat dan bisa menginspirasi
kepada pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun makalah ini menjadi lebih
baik lagi.

ii
DAFTAR ISI

Daftar Isi
FAKULTAS TARBIYAH.............................................................................................................1
TAHUN AJARAN 2022/2023.......................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Al-Qur’an.....................................................................................................3
B. Pengertian Hadits...............................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap ajaran tentunya terdapat hukum-hukum yang mengikat para pemeluknya.
Dalam agama Islam, terdapat beberapa sumber hukum yang mengatur tindak-tanduk
pemeluknya (muslim) dalam kegiatannya menjadi seorang hamba dan khalifah di Bumi.
Sumber hukum Islam merupakan dasar utama untuk mengambil istinbat hukum. Oleh
karenanya segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan Baruslah berdasarkan pada
sumber hukum tersebut.
Sumber hukum pertama adalah al-Qur'an, yaitu wahyu atau kalamullah yang sudah
dijamin keontentikannya dan juga terhindar dari intervensi tangan manusia. Sehingga dengan
penyucian tersebut meneguhkan posisi al-Qur'an sebagai sumber hukum yang utama.
Oleh karena itu, sebagai sumber utama hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar,
dan mutlak. Sudah selayaknya jika al-Qur'an bersifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis
dalam arti al-Qur'an dapat diterapkan di manapun, dan kapanpun, serta kepada siapapun.
Kebenaran al-Qur'an dapat dibuktikan dengan realita atau fakta yang terjadi sebenarnya..
Terakhir, al-Qur'an tidak diragukan kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.
Dalam eksistensinya, sumber hukum dalam Islam tidak hanya al-Qur'an saja.
melainkan juga Hadis, Ijma' dan Qiyas. Ketiganya hanyalah sebagai sumber skunder hukum-
hukum Islam, sumber-sumber ini bukan berfungsi sebagai penyempurna al-Qur'an melainkan
sebagai penyempurna pemahaman manusia akan magasid al-syari'ah. Karena al-Qur'an telah
sempurna sedangkan pemahaman manusia yang tidak sempurna, sehingga dibutuhkan
penjelas (bayan) sebagai tindakan penjabaran tentang sesuatu yang belum
dipahami secara seksama.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Al-Qur’an dan Hadits?

2. Bagaimana kedudukan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum islam?

3. Apa fungsi Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum islam?

C. TUJUAN PENULISAN

1) Untuk mengetahui pengertian dari Al-Qur’an dan Hadits.

2) Untuk mengetahui kedudukan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum


islam.

3) Untuk mengetahui fungsi Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur'an secara bahasa berasal dari kata qara 'a-yaqra'u-qira'atan-qur'anan,
yakni sesuatu yang dibaca atau bacaan. Sedangkan secara istilah merupakan
Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dan sampai kepada kita
secara mutawatir serta membacanya berfungsi sebagai ibadah. 1 Allah Swt. Berfirman
dalam surah Al-Qiyamah ayat 17 dan 18:

ۚ‫اِنَّ َعلَ ۡينَا َجمۡ َع ٗه َوقُ ۡر ٰانَ ٗۚه  ۖ فَاِ َذا قَ َر ۡا ٰنهُ فَاتَّبِ ۡع قُ ۡر ٰانَ ٗه‬
Artinya: Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan
membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.
Penyebutan lafadz Allah dalam pengertian al-Qur'an dimaksud untuk
membedakan antara perkataan malaikat, jin, dan manusia dengan kalamullah (al-
Qur'an) itu sendiri. Adapun kata al-munazzal maksudnya membedakan al-Qur'an dari
kalamullah yang lainnya, karena langit dan bumi beserta isinya juga bagian dari
kalamullah. Sedangkan kalimat ala Muhammad saw dimaksud untuk membedakan
wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan wahyu yang diturunkan
kepada Nabi dan Rasul sebelum beliau. Adapun redaksi al-muta'abbad bi tilawatihi
maksudnya al-Qur'an merupakan firman Allah yang dibaca setiap
melaksanakan ibadah.
Sebagian ulama' ada yang menambahkan sifat lain dari definisi al- Qur'an.
Redaksi tambahan dari Ali ash-Shabuni yaitu al-mu 'jiz bi wasithati al- amin Jibril as.
Al-maktub fi al-mushaf, al-mabdu bi surati al-Fatihah wa al- makhattam bi surati an-
Nas. Namun, menurut pendapat Yunahar Ilyas pengertian yang disuguhkan oleh ash-
Shabuni lebih tepat kepada pengertian mushaf bukan al-Qur'an. Karena yang
dimaksud dengan al-Qur'an bukan saja yang tertulis di dalam mushaf, melainkan yang
dibaca secara lisan berdasarkan kemampuan hafalan. Apalagi pada era teknologi saat
ini, al-Qur'an tidak hanya berwujud mushaf yang tertulis melainkan juga berbentuk
digital, compact dise dan audio (rekaman).
Selain sebagai firman Allah kepada Nabi saw. Al-Qur'an juga sebagai mukjizat
daripada Nabi saw. Mukjizat sendiri berarti sesuatu yang melemahkan atau perkara

1
Manna' Khalil al-Qattan, Mabahits fi 'Ulum al-Qur'an (Qahirah: Maktabah Wahbah,t1), 14.
3
yang keluar dari kebiasaan (amru khariju lil'adah). Dikatakan sebagai mujkizat karena
pada saat itu masyarakat Arab Jahiliyah pandai dalam membuat sastra Arab (syair),
sastra Arab pada saat itu bearada dalam puncak kejayaan sehingga membuat manusia
berbondong-bondong, berlomba-lomba dalam membuat syair, dan syair yang terbaik
akan ditempel di dinding Ka'bah dan membuat yang bersangkutan merasa sombong."
Setelah datangnya al-Qur'an kepada Nabi saw. Masyarakat Arab terkagum-
kagum dan takjub akan lantunan yang terdapat pada al-Qur'an, mereka mengatakan
bahwa al-Qur'an adalah buatan Nabi saw. Bukan firman dari Allah swt. akan tetapi itu
semua tidak benar karena Nabi adalah seorang yang ummi (tidak dapat membaca dan
menulis) dan dibantah oleh al-Qur'an Jika memang benar al-Qur'an adalah syair
buatan manusia (Muhammad saw.) maka masyarakat jahiliyah dituntut untuk
membuat syair yang seindah seperti al-qur'an, dan terbukti mereka tidak sanggup.
Turunnya al-Qur'an tidaklah sekali dalam bentuk mushaf yang terdapat pada
saat ini, melainkan al-Qur'an turun secara periodik atau bertahap. Tujuan dari
turunnya yang bertahap ini dimaksud agar memperbaiki umat manusia, diantaranya
sebagai penjelas, kabar gembira, seruan, sanggahan terhadap musyrikin, teguran dan
juga ancaman. Akan tetapi ada perbedaan pendapat dikalangan ulama' berkenaan
dengan proses turunnya al- Qur'an, ada pendapat yang mengatakan bahwa al-Qur'an
turun pada malam hari (lailatu al-qadar), ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
turunnya al-Qur'an melalui tiga proses tahapan. Tahap pertama diturunkan di Lah al-
Mahfudz, kemudian diturunkan ke langit pertama di Bait al-Izzah. dan terakhir
diturunkan kepada Nabi Muhammad secars berangsur-angsur dan sesuai kebutuhan
serta peristiwa yang sedang terjadi atau dihadapi oleh Nabi saw.2
Meskipun terdapat perbedaan mengenai proses turunnya al-Qur'an, namun pada
intinya al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur. Tujuan dari proses tersebut
diantaranya memenuhi kebutuhan nabi dan kaum muslimin, bentuk keperluan yang
dibutuhkan nabi akan proses turunnya al-Qur'an secara beransur-ansur diantaranya
untuk meneguhkan hati nabi karena setiap proses turun ayat disertai dengan suatu
peristiwa tertentu, dan agar mudah untuk dihafal. Menurut Ahmad von Denfer, proses
turunnya al- Quran adalah masalah pengalaman yang kulit bagi Nabi, supaya perintah
Allah dapat diterapkan secara bertahap dan lebih mudah untuk dipahami, ringan
diaplikasikan, mudah diingat atau dihafalkan oleh orang mukmin pengikut
Rasulullah saw."

2
Muhammad Abdu al-Adrim al-Zarjani, Manahilu al-Irfan (al-Qahirah. Dar al-Hadi: 2001), 41-45
4
B. Pengertian Hadits
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat
atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai
ucapan, perbuatan, dan perkataan. Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits
Rasulullah SAW, yang diucapkannya dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan
melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan
menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah
dari pihak penuduh. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang
telah diikrarkan oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan,
sedangkan ikrar itu adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan
anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu.
Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan
Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu
menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu merupakan
pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :
Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh
Nabi. Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku berketerusan
melakukan perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk
ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukannya. Dalam bentuk
lain, Nabi tidak mengetahui berketerusannya si pelaku itu melakukan perbuatan yang di
benci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini menunjukkan pencabutan larangan
sebelumnya.
Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui
pula haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya adalah meniadakan
keberatan untuk diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu dilarang, tetapi Nabi
mendiamkannya padahal ia mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi berbuat kesaahan ;
sedangkan Nabi terhindar bersifat terhindar dari kesalahan.3
C. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam
3
PENGERTIAN, KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS OLEH JAMARIL S.Ag GURU MTsN 7 KOTA
PADANG https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html diakses pada
tanggal 22 April 2023
5
Sebagai sumber hukum Islam, Al-Qur'an memiliki kedudukan yang sangat
tinggi. Al-Qur'an merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan
harus merujuk dan berpedoman kepadanya.2 Sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih.
Al-Qur'an juga membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-
hukum yang terkandung dalam sebagian ayat-ayatnya,
Seperti kita ketahui bahwa Al-Quran merupakan buku petunjuk (hidayah) bagi
orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang percaya kepada hal ghaib, yang
mendirikan shalat, yang menginfakkan sebagain rizki mereka, dan yang meyakini
adanya akhirat. Satu hal yang juga disepakati oleh seluruh ummat Islam dan menjadi
pembahasan pokok makalah ini ialah kedudukan Al-Quran sebagai sumber hukum
Islam kapanpun dan dimanapun termasuk seharusnya di Indonesia.
Allah SWT. Menurunkan Al-Qur'an itu, gunanya untuk dijadikan dasar
hukum, dan disampaikan kepada ummat manusia untuk diamalkan segala perintahnya
dan ditinggalkan segala larangannya, sebagaimana firman Allah:

‫ستَقِ ْي ٍم‬
ْ ‫اط ُّم‬ ِ ‫ي اُ ْو ِح َي اِلَ ْي َك ۚاِنَّ َك ع َٰلى‬
ٍ ‫ص َر‬ ْٓ ‫سكْ بِالَّ ِذ‬ ْ ‫فَا‬
ِ ‫ستَ ْم‬
Artinya: Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah
diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus. (QS, Az-
Zukhruf:43)4

D. Kedudukan hadits dalam sumber hukum islam


Hadits atau Sunnah merupakan sumber hukum Islam kedua memiliki peranan yang
penting setelah al-Qur'an. Hadits merinci keumuman paparan ayat-ayat al-Qur'an, karena al-
Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-
kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Hadits
juga berfungsi antara lain menjadi penjelas terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang belum jelas atau
menjadi penentu hukum yang tidak ada dalam al-Qur'an.
Adapun al-Sunnah dibagi dalam empat macam, yakni:
a. Sunnah Qauliyah ialah segala perkataan Rasulullah
b. Sunnah Filiyah ialah semua perbuatan Rasulullah
c. Sunnah Taqririyah ialah penetapan dan pengakuan dari Nabi terhadap pernyataan
maupun perbuatan orang lain.
d. Sunnah Hammiyah ialah sesuatu yang sudah direncanakan untuk dikerjakan tetapi

4
Sumber hukum islam Al-Qur’an dan Hadits Nur fitriana
https://www.academia.edu/40517839/Sumber_Hukum_Islam_Al_Quran_and_Hadits diakses pada tanggal 22 April
2023
6
tidak sampai dikerjakan. fungsi
Hadits sebagai salah satu sumber hukum Islam memiliki sebagai berikut:
a. Menegaskan atau menjelaskan lebih jauh ketentuan yang dijelaskan dalam al-Qur'an.
Contohnya dalam al-Qur'an menjelaskan ayat berkaitan dengan shalat tetapi tata cara
dalam pelaksanaanya diuraikan dalam Sunnah.
b. Sebagai penjelas dari isi al-Qur'an. Dalam al-Qur'an manusia diperintahkan oleh
Allah mendirikan shalat. Namun tidak dijelaskan tentang jumlah raka'at, cara
pelaksanaannya, rukun, dan syarat dalam mendirikan shalat. Maka fungsi Sunnah
menjelaskan dan memberikan contoh jumlah raka'at dalam setiap shalat, cara dan
rukun sampai pada syarat syah mendirikan shalat.
c. Menambahkan atau mengembangkan suatu yang tak ada atau masih samar-samar
mengenai ketentuannya dalam al-Qur'an. Misalnya larangan Nabi untuk mengawini
seorang perempuan dengan bibinya. Larangan sebagian itu tidak ada dalam al-
Qur'an. Tetapi jika dilihat hikmah dari larangannya jelas bahwa mencegah rusaknya
bahkan terputusnya hubungan silaturahim kerabat dekat yang merupakan perbuatan
tak disukai dalam agama Islam.
Pada prinsipnya posisi hadits terhadap al-Qur'an berfungsi sebagai penjelas, penafsir, dan
perinci terhadap hal-hal yang masih bersifat global. Namun demikian, hadits juga bisa membentuk
hukum tersendiri mengenai hal yang tidak ada dalam al-Qur'an.5
E. Fungsi Al-Qur’an
Menurut Ahmad Hasan, Alquran bukanlah suatu undang-undang hukum dalam
pengertian modern ataupun sebuah kumpulan etika. Tujuan utama Alquran adalah
meletakkan suatu way of life yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
hubungan manusia dengan Allah Alquran memberikan arahan bagi kehidupan sosial
manusia maupun tuntunan berkomunikasi dengan penciptanya. Hukum perkawinan dan
perceraian, hukum waris, ketentuan perang dan damai, hukuman bagi pencurian,
pelacuran, dan pembunuhan, semuanya dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara
manusia dengan sesamnya. Selain aturan- aturan hukum yang khusus itu Alquran juga
mengandung ajaran moral yang cukup banyak.
Oleh karena itu, tidaklah benar kalau N.J. Coulson mengatakan bahwa tujuan
utama Alquran bukanlah mengatur hubungan manusia dengan sesamnya, tetapi hubungan
manusia dengan penciptanya saja."6

5
Ridwan, M., Umar, M. H., & Ghafar, A. (2021). Sumber-Sumber Hukum Islam dan Implementasinya. Borneo:
Journal of Islamic Studies, 1(2), 28-41. 36-37.
6
N.J. Coulson, A History of Islamic Law, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1964), h. 12.
7
Al-Qur'an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada
umat manusia bagi kemaslahatan dan kepentingan mereka, khususnya umat Mukminin
yang percaya akan kebenarannya. Kemaslahatan itu dapat berbentuk mendatangkan
manusia dari kemudaratan atau kecelakaan yang akan menimpanya.
Bila ditelusuri ayat-ayat yang menjelaskan fungsi turunnya Al-Qur’an kepada
umat manusia, terlihat dalam beberapa bentuk ungkapan yang diantaranya adalah7
1) Sebegai hudan atau petunjuk bagi kehidupan umat. Fungsi hudan ini banyak sekali
terdapat dalam Al-Qur'an, lebih dari 79 ayat, umpamanya pada surat Al-Baqarah
(2): 2
2) Sebagai rahmat atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk kasih
sayangnya. Al-Qur'an sebagai rahmat untuk umat ini, tidak kurang dari 15 kali
disebutkan dalam Al-Qur'an, umpanya pada surat Luqmah (31): 2-3
3) Sebagai furqan yaitu pembeda antara yang baik dengan yang buruk: yang halal
dengan yang haram; yang salah dengan yang benar: yang indah dengan yang jelek;
yang dapat dilakukan dan yang terlarang untuk dilakukan. Fungsi Al-Qur'an
sebagai alat pemisah ini terdapat dalam 7 ayat Al-Qur'an. Umpamanya pada surat
Al-Baqarah (2): 185
4) Sebagai mau 'izhah (e) atau pengajaran yang akan mengajar dan membimbing
umat dalam kehidupannya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Fungsi mau'izhah ini terdapat setidaknya dalam 5 ayat Al-Qur'an. Umpamanya
pada surat Al-A'raf (7): 145
5) Sebagai busyra (S) yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbuat baik kepada
Allah dan sesame manusia. Fungsi syra itu terdapat dalam sekita 8 ayat Al-Qur'an,
seperti pada surat An-Naml (27): 1-2
6) Sebagai tibyan (o) atau mubin (o) yang berarti penjelasan atau yang menjelaskan
terhadap segala sesuatu yang disampaikan Allah. Contoh fungsinya sebagai tibyan
adalah dalam surat An-Nahl (16): 89
7) Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kitab yang dating sebelumnya, dalam
hal ini adalah: Taurat, Zabur, dan Injil. Ini berarti bahwa Al-Qur'an memberikan
pengakuan terhadap kebenaran Taurat. Zabur. dan Injil berasal dari Allah (sebelum
adanya perubahan terhadap isi kitab suci itu). Al-Qru'an sebagai mushaddiq
terdapat di sekitar 10 ayat, umpamanya pada surat Ali-Imran (3): 3
8) Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam
7
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 1997), h.63-66.
8
menempuh jalan menuju keselamatan. Umpamanya pada surat Al-Maidah (5): 46
9) Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat
dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Umpamanya dalam surat
Yusuf (12): 111
10) Sebagai Syifau al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit Al-Qur'an untuk
pengobat rohani yang sakit ini adalah dengan petunjuk yang terdapay di dalamnya:
terdapat dalam 3 ayat Al-Qur'an, umpamnya dalam surat Al-Isra (17): 82
11) Sebagai hakim yaitu sumber kebijaksanaan sebagaimana tersebut dalam
surat Luqman (31)

F. Fungsi hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat
hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum
dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan demikian fungsi hadits yang
utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah
dalam surat An-Nahl :64 Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al
Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh,
maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani   dalam
hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi senagai berikut :
1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-Qur’an atau
disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi
apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an. Umpanya Firman Allah dalam surat Al-
Baqarah :110 yang artinya : “ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu
dikuatkan oleh sabda Nabi yang artinya : “ Islam itu didirikan dengan lima pondasi :
kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan muhammad adalah Rasulullah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam hal :
 Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
 Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
 Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
 Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an
Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata shalat yang masih
9
samar artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do’a sebagaimana yang biasa dipahami
secara umum waktu itu. Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan, yang terdiri
dari ucapan dan pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul ihram dan berakhir
dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda :inilah shalat itu, kerjakanlah shalat
sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.
3. Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat dalam Al-
Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri hukumyang
tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat.
Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan
hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an
atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah
SWT mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini
menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi,
karena memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-
Qur’an. Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai
penjelasan terhadap larangan Al-Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor.8

8
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html diakses pada tanggal 22
April 2023
1
0
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan tentang sumber hukum Islam, yaitu Al-Quran dan Hadits, dapat
diuraikan sebagai berikut:
Al-Quran sebagai sumber hukum Islam: Al-Quran adalah kitab suci bagi umat
Islam yang dianggap sebagai firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW. Al-Quran berisi petunjuk dan panduan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam masalah hukum. Al-Quran menjadi sumber hukum utama
dalam Islam, yang dianggap memiliki otoritas tertinggi dan tidak dapat ditarik
keabsahannya. Ayat-ayat dalam Al-Quran dijadikan acuan untuk mengatur berbagai aspek
kehidupan, termasuk ibadah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, dan hukum pidana.
Hadits sebagai sumber hukum Islam: Hadits adalah kumpulan perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang dicatat dan diriwayatkan oleh para
sahabatnya. Hadits menjadi sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran. Hadits
digunakan sebagai panduan dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam yang
terkandung dalam Al-Quran. Hadits juga mengatur berbagai aspek kehidupan, seperti
ibadah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, dan hukum pidana. Hadits dikaji dan dianalisis
oleh para ulama untuk mengeluarkan hukum-hukum yang dapat diikuti oleh umat Islam.
Kedudukan Al-Quran dan Hadits dalam hukum Islam: Al-Quran memiliki
kedudukan lebih tinggi daripada Hadits dalam hierarki sumber hukum Islam. Al-Quran
dianggap sebagai sumber hukum yang paling otoritatif dan tidak dapat ditarik
keabsahannya, sedangkan Hadits bersifat penjelas dan pelengkap terhadap Al-Quran.
Hadits harus selalu dikonfirmasi dengan Al-Quran dan tidak boleh bertentangan dengan
nash (teks) Al-Quran. Apabila terdapat perbedaan antara Al-Quran dan Hadits, maka Al-
Quran yang dijadikan sebagai acuan utama.
Pentingnya pemahaman yang benar terhadap Al-Quran dan Hadits: Pemahaman
yang benar terhadap Al-Quran dan Hadits sangat penting dalam mengambil hukum dalam
Islam. Pemahaman yang akurat, dalam konteks historis dan teks, diperlukan untuk
menghindari kesalahan interpretasi yang dapat mengarah pada penyimpangan dalam
implementasi hukum Islam. Oleh karena itu, memahami Al-Quran dan Hadits dengan
pendekatan ilmiah dan mengikuti metode tafsir (penafsiran) yang sahih dan

12
memperhatikan konteks waktu, tempat, dan situasi, sangat diperlukan untuk mengambil
hukum Islam yang benar dan relevan dengan zaman modern.
Peran ulama dalam menggali hukum dari Al-Quran dan Hadits: Ulama, sebagai
para ahli dalam studi Al-Quran dan Hadits, memiliki peran penting dalam menggali
hukum dari kedua sumber tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jaya, S. A. F. (2019). Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber hukum islam. Jurnal Indo-
Islamika, 9(2), 204-216.
Al-Qattan, Manna Khalil. Mabahits fi Ulum al-Qur'an. Qahirah: Maktabah Wahbah,tt.
Al-Zarqani, Muhammad Abdu al-'Adzim. Manahil al Irfan al-Qahirah: Dar al-Hadi, 2001.
PENGERTIAN, KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS OLEH JAMARIL S.Ag GURU
MTsN 7 KOTA PADANG https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-
kedudukan-dan-fungsi-hadits.html diakses pada tanggal 22 April 2023
Sumber hukum islam Al-Qur’an dan Hadits Nur fitriana
https://www.academia.edu/40517839/Sumber_Hukum_Islam_Al_Quran_and_Hadits
diakses pada tanggal 22 April 2023
Ridwan, M., Umar, M. H., & Ghafar, A. (2021). Sumber-Sumber Hukum Islam dan
Implementasinya. Borneo: Journal of Islamic Studies, 1(2), 28-41
Coulson, N. (1964). A History of Islamic Law. Edinburgh: Edinburgh UniversityPress
Prof. Dr. H. Satria Effendi M. Zein, M. (2005). Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana

14

Anda mungkin juga menyukai