Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Al-Quran Sebagai Sumber Dalil Hukum Syara”

Dibuat Untuk Dipresentasikan Pada Kelas Ekonomi Islam Dalam Mata Kuliah
Ushul Fiqh
Dipresentasikan dikelas EI-2C

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. H.Andriyaldi, Lc. M.A.

Oleh Kelompok 3 :

Husnil Qatimah NIM 3222077


Salsabila Nurdin NIM 3222094
Wafiq Ufairah NIM 3222099

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Al-Quran Sebagai Sumber Dalil Hukum Syara, shalawat dan salam
kepada nabi Muhammad SAW, yang mana telah menjadi suri tauladan yang baik kepada
seluruh umat manusia dan membawa umat manusia dari zaman zahiliyah menuju zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan,sebagaimana yang kita rasakan saat sekarang ini.

Dengan adanya makalah ini, kami sebagai pemakalah menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun, sehingga akan
lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang membantu dan berpatisipasi dalam proses penyusunan makalah imi, semoga semua
usaha kita di ridhoi dan di berkahi Allah SWT.

Bukittinggi,26 Mar 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................
A. Defenisi dan Kehujjahan Alquran .................................................................
B. Keistimewaan dan Jenis Hukum dalam Alquran ...........................................
C. Kandungan Dilalah dalam Alquran (persoalan Qath’iy dan Zanniy) ............
BAB III PENUTUP .........................................................................................................
A. RINGKASA.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

ii
BAB I
PEBDAHULUAN

A. Latar belakang
Al-quran adalah kalam ALLAH yang diturunkan-nya melalui perantara malaikat
jibril kepada Rasulullah denga berbahasa Arab dan makna-makna yang benar, sebagai
Hujjah atas kerasulannya, menjadi undang-undang bagi manusia yang mengikuti
petunjuknya, dan menjadi sarana pendekatan diri dan bernilai ibadah dengan
membacanya.
Al-quran adalah seseuatu yang dihimpun antara lembaran mushaf yang dimulai
dari surah Al-Fatihan dan ditutup dengan surah A-Nas, yang kita terima secara
Mutawatir, baik melalui tulisan maupun lisan, dari generasi ke generasi, dan tetap
terpelihara dari perubahan dan penggatian apapun.
Di antara keistimewaan alquran adalah bahwa lafal dan maknanya berasal dari
ALLAH. Lafal alquran berbasa Arab itulah yang di turunkan oleh ALLAH kepada
Rasulullah, Rasul tiada lain hanya membacakannya dan menyampaikannya.
B. Rumusan Masalah
1. Defenisi dan Kehujjahan Al-Quran
2. Keitimewaan dan Jenis Hukum dalam Al-Quran
3. Kandungan Dialah Al-Quran, persoalan Qath’iy dan Zanniy
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memahami Defenisi dan Kehujjahan Al-quran
2. Dapat Memahami Keitimewaan dan Jenis Hukum dalam Al-Quran
3. Dapat Memahami Kandungan Dialah Al-Quran Mengenai Persoalan Qath’iy dan
Zanniy

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi dan Kehujjahan Alquran


Secara etimologi, Alquran merupakan bentuk mashdar dari kata qara’at; timbangan
kata ( wazan )-nya adalah fu’lan, artinya : bacaan, yang dibaca, dilihat, dan ditelaah.1
Adapun secara terminologi, terdapat beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para
ulama, diantaranya sebagai berikut :
1. Menurut Muhammad Ali ash-Shabuni
Alquran adalah firman ALLAH yang merupakan mukjizat, yang diturunkan
kepada rasul Muhammad melalui malaikat jibril, termaktub di dalam mushaf,
yang diriwayatkan keada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah,
dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.
2. Menurut Ali Hasbullah
Al-kitab atau Alquran ialah firman ALLAH yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad,berbahasa Arab yang nyata, sebagai penjelasan untuk kemaslahatan
manusia di dunia dan akhirat
Dari defenisi di atas dapat diketahui hakikatnya Alquran itu sebagai berikut :
a. Merupakan wahyu yang difirmankan oleh ALLAH, baik makna maupun lafalnya.
Jadi, jika ada wahyu yang disampaikan hanya dalam bentuk maknanya saja,
sedangkan lafalnya berasal dari nabi, maka itu tidak disebut alquran, melainkan hadis
qudsi atau hadis pada umumnya.
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad. Artinya : wahyu ALLAH yang diturunkan
kepada Nabi sebelum Nabi Muhammad seperti : Taurat, Zabur, dan Injil bukanlah
alquran.
c. Bahasa Alquran adalah bahasa Arab. Dengan demikian, terjemahan alquran ke dalam
nahasa lain atau tafsirnya tidak disebut alquran. Sebab, baik terjemahan maupun
tafsiran alquran dapat saja salah. Oleh karena itu, terjemahan alquran kedalam bahasa
lain atay tafsirnya tidak dijadikanrujukann dan digunakan sebagai dalil untuk
menetapkan hukum ( Istinbath al-ahkam ).

1
Rahman Dahlan Abd, Ushul Fiqh, ( Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 115

2
d. Diriwayatakan secara Mutawatir. Artinya, semua ayat dalam alquran terdapat dalam
mushaf ustmanidijamin kepastian keberadaannya oleh ALLAH.
Sementara itu untuk kehujjahan alquran ulama berpendapat bahwa alquran
merupakan hujjah bagi setiap muslim, karena ia adalah wahyu dan kitab ALLLAH yang
sifat periwayatannya mutawatir. Periwayatan alquran dilakukan oleh orang banyak dari
satu generasi ke generasi yang lain sejak generasi sahabata Nabi, periwayatan alquran
juga dilakukan dalam bentuk lisan dan tulisan, maka keberadaan ayat-ayat alquran
bersifat pasti qath’i ats-tsubut ( dalil yang secara pasti bersumber dari ALLAH atau
arasulullah dan dapat dibuktikan dari segi periwayatannya ). Berikut beberapa faktor
yang melatarbelakangi alasan para ulama menjadikan alquran sebagai hujjah :2
1. Kebenaran Alquran
Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa kehujjahan alquran itu terletak pada
kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan atasnya,
sesuai dengan firman ALLAH dalam QS. AL-Baqarah : 2
Artinya : “Kitab ( alquran ) ini tidaka ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”.
2. Kemukjizatan Alquran
Berikut beberapa bukti kemukjizatan alquran antara lain :
 Dari segi keindahan sastranya. Keindahan sastra alquran
melebihiseluruh sastra yang disusun sasrawan arab, baik dalam bentuk
puisi, ataupun prosa. Keindahan sastra alquran tidak hanya diakui oleh
umat muslim sahaja teapi juga diakui oleh umat lain ( non muslim ).
 Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa
yang akan datang, yang benar-benar terbukti, misalnya yang
tercamtum dalam quran surah al-Rum ayat 1-4, yang artinya : “Alif
laam miim, telah dikalahkan bangsa romawi. Di negeri terdekat dan
mereka setelah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun
lagi”.
 Memberitahukan tentang peristiwa yang terjadi dimasa terdahulu yang
tidak pernah diungkap oleh sejarah sebelumnnya

2
Jurnal Ulunha, Volume 3, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 12

3
 Isyaratnya tentang fenomena alam yang yang terbukti kebenarannya
berdasarkan ilmu pengetahuan. Misalkan dalam surah al-Anbiya’ ayat
30, yang artinya : dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasannya langit dan bumi itu keduanya adalah suatu yang padu,
kemudian kami pisahkan keduanya, dan air kami jadikn segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tiada juga beriman ?.
B. Keistimewaan dan Jenis Hukum dalam Alquran
M. Nasir Arsyad dalam bukunya menyebutkan ada 15 keitemawaan alquran yang
tidk ada pada kitab lain.3 Salah satu keitimewaan tentang alquran yang dapat dilihat
secara nyata adalah ayat-ayatnya yang dapat memepengaruhi dan menghipnotis jiwa
seseorang, sehingga banyak kita lihat orang yang masuk islam karena mendengar ayat
alquran, contohnya saja Umar Bin Khatab. Berikut ke 15 keitimewaan tersebut :
1. Mempunyai Uslub ( struktur kalimat atau gaya bahasa ) dan sifat balaghah (
keiindahan bahasa ) yang mengagumkan dan mampu meneros ke rongga-
rongga jiwa sehingga mempengaruhi dengan semua gaya dan langgam bahasa
arab sekalipun
2. Selalu menutup ayat-ayatnya dengan sifat-sifat ALLAH seperti; ’alim, hakim,
qadir, rahim, ghafur, dan sebagainya, guna menghujamkan sifat-sifat ALLAH
ke dalam lubuk jiwa pendengarnya
3. Memuliakan akal dan menjadikn sendi atau dasar untuk memahamkan hukum,
mengendalikan urusan dan mengembangkan ilmu
4. Memebebaskan jiwa dari rupa-rupa kehinaan dengan jalan memahatkan
senjata tauhid ke relung-relung jiwa
5. Memberi kemerdekaan kepada mereka utnutk menganut suatu kepercayaan
dan tak meluangkan tempat bagi kepemimpinan keagamaan ( teokrasi ) yang
dapat memperbudak sesama makkhluk atas nama tuhan ( agama )
6. Mempersamakan sekalian manusia dengan meniadakan kelas-kelas dalam
masyarakat

3
Jurnal Ulunha, Volume 3, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 16-18

4
7. Memutuskan rantai taklid buta yang membelenggu kemerdekaan berpikir dan
melemahkan bakat manusia
8. Mencakup sekaligus menyempurnakan isi kitab-kitab suci terdahulu
9. Menyediakan petunjuk yang lengkap, seperti hukum-hukum yang sesuai
dengan kepentingan manusia di segala zaman dan tempat
10. Sering mengulang pembahsa tentang masalah-masalah da menyalurkannya
dengan kisah-kisah terdahulu
11. Mempersaudarakan ilmu dan kepercayaan dan menyerasikan kepentingan akal
dan fitrah atau jiwa manusia
12. Selalu tepat dalam segala hal yang dijanjikan dan diancam kepada manusia
baik yang mutlak maupun yang terbatas
13. Dapat menjamin tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat
14. Memberi kekuasaan dan hak untukk memilih; menuntut balsa dengan adil
terhadap orang-orang yang berbuat tercela
15. Menegakkan pemerintahan atas dasar Syura ( musyawarah ), dan menetapkan
bahwa kekuasann adan kedaulaatan negara berada dalam genggaman umat,
guna menumpas kesewena-wenangan.
Sedangkan untuk hukum yang terkandung dalam alquran ialah , sesuai dengan
defenisi hukun Syara’hanya sebagian kecil dari ayat-ayat alquran yang mengandung
hukum yang menyangkut perbuatan mukallaf dalam bentuk tuntutan, pilihan berbuat, dan
ketentuan yang ditetapkan. Hukum-hukum tersebut mengatur kehidupan manusia, baik
dalam hubungannya dengan ALLAH SWT maupun dalam hubungannya denagn sesama
manusia dan alam sekitarnya. Secara garis besar hukum-hukum yang terkandung dalam
alquran dapat dibagi menjadi tiga macam :4
Pertama, hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan ALLAH
SWT; mengenai apa-apa yang harus diyakini dan yang harus dihindari yang seehubungan
dengan keyakinanny, seperti keharausan mengesakan ALLAH dan larangan
mempersekutukan-Nya. Hukum yang meyangkut keyakinan ini deisebut hukum
i’tiqadiyah yang dikaji dalam Ilmu Tauhid atau Ushuludin.

4
Amir Syarifudin, Ushul Fiqh jilid 1, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2008), hlm. 222-224

5
Kedua, huku-hukum yang mengatur hubungan pergaulan manusia mengenai sifat-
sifat baik yang harus dimiliki dan sifat-sifat buruk yang harus dihindaridallam
kehiduapan bermasyarakat. Hukum dalam bentuk ini disebut hukum khuliqiyah yang
kemudian dikembangkan dalam Ilmu Akhlak.
Ketiga, hukum-hukum yang menyangkut tindak tanduk manusia dan tingkah laku
lahirnya dalam hubungan dengan ALLAH SWT ddalam hubungan sesama maanusia, dan
dalam bentuk apa-apa yang harus dilakukan atau harus dijauhi. Hukum ini disebut
dengan hukum amaliyah yang pembahasannya dikembangkan dalam Ilmu Syari’ah
Hukum amaliyah tersebut, secara garis besar terbagi dua :
1. Hukum yang mengatur tingkah laku dan perbuatan lahiriah manusia dalam
hubungannya dengan ALLAH SWT, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Hukum ini
disebut hukum ‘ibadah dalam arti khusus
2. Hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan
manusia atau alam sekitarnya seperti jual beli, kawin, pembunuhan, dan lainnya.
Hukum-hukum ini disebut huku mu’amalah dalam arti umum
Dilihat dari segi pemberlakuannya bagi hubungan sesama manusia, bentuk hukum
mu’amalah itu ada beberapa macam, yaitu :
a. Hukum yang mengatur hubungan sesama manusia yang menyangkut
kebutuhannya akan harta bagi keperluan hidupnya. Bentuk hukum ini disebut
Hukum Mu’amalat dalam arti khusus, contohnya seperti : jual beli, sewa-
menyewa, pinjam-meminjam, danlainnya
b. Hukum yang mengatur hubungan sesama manusia yang berkaitan dengan
kebutuhannya akan penyaluran nafsu syahwat secara sah dan yang berkaitan
dengan itu. Bentuk hukum ini disebut Hukum Munakahat. Contohnya adalah
kawin, cerai, rujuk,dan pengasuhan atas anak yang dilahirkan
c. Hukum yang mengatur hubungan sesama manusia yang menyangkut
perpindahan harta yang tersebab oleh karena adanya kematian. Bentuk
hukum ini disebut hukum Mawaris atau Wasiat
d. Hukum yang mengatur hubungan sesama manusia yang berkaitan dengan
usaha pencegahan terjadinya kejaatan atas harta, maupun kejahatan atas
penyaluran nafsu syahwat atau menyangkut kejahatan dan saksi bagi

6
pelangaranny. Bentuk hukum ini disebut hukum Jinayah atau Pidana.
Contohnya adlah pencurian, pembunuhan, perzinaan, danlainnya
e. Hukum yang mengatur hubungan sesama manusia yang berkaitan dengan
usah penyelesaian akibat tindak kejahatan di pengadilan. Bentuk hukum ini
disebut Hukum Murafa’at atau Qadha, disebut juga hukum acara contohnya
adalah kesaksian, gugatan, dan pembuktian di pengadilan
f. Hukum yang mengatur hbungan sesama manusia yang berkaitan dengan
hubungan bermasyarkat dan bernegara disebut Hukum Dusturiyah.
Umpamanya tenttang Ulil Amri, Khalifah, baitulmal,disebut juga hukum Tata
Negara
g. Hukum yang mengatur hubunngan sesama manusia dalm suatu negara
dengan manusia di negara lain, dalam keadaan damai maupun perang. Bentuk
hukum ini disebut Hukum Antar negara atau Hukum Dualiyah. Contohnya :
seperti tentang tawanan, perjanjian, perampasan perang, danlainnya
C. Kandungan Dialah Alquran, Qath’iy dan Zanniy
Secara Bahasa menurut Muhammad Hashim Kamali, Qath’i secara etimologi
bermakna yang pasti, Sedangkan Zhanni bermakna yang spekulatif ( tidak jelas).
Sedangkan secara istilah yakninya Nash Qath’i adalah nas yang jelas dan tertentu yang
hanya memiliki satu makna dan tidak terbuka untuk makna lain, atau hanya memiliki satu
penafsiran dan tidak terbuka untuk penafsiran lain. Contohnya adalah nas tentang hak
suami terhadap harta istrinya yang telah meninggal, sebagaimana berikut : “Dan bagimu
separuh harta yang ditinggalkan istri-istrimu jika mereka tidak mempunyai anak,” (al-
Nisa, 4:12).5 Sedangkan Nash Zhanni ialah nas yang menunjukkan atas makna yang
memungkinkan untuk ditakwilkan atau dipalingkan dari makna asalnya (lughawi)
kepada makna yang lain. Seperti firman Allah yang artinya : “wanita-wanita yang ditalak
hendaklah menahan diri( menunggu ) tiga kali guru. QS. al-Baqarah (2):228
Nash-nash alquran bersifat Qath’i dari segi kehadiran, ketetapan, dan
periwayatannya dari Rasululah kepada kita. Maksudnya, kita memastikan bahwa setiap

5
Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 25

7
nash alquran yang kita baca, hakikatnya merupakan nash al quran yang diturunkan oleh
ALLAH kepada rasulnya.6
Ditinjau dari segi kepastian keberadaan ayat-ayat alquran, semua ayat alquran
bersifat qath’i ats-tsubuth yang kebenarannya pasti. Artinya, secara meyakinkan semua
ayat-ayat tersebut pasti berasal dari Rasulullah, dan tidak ada satu ayat atau satu katapun
di dalamnya yang berasal dari pemikiran atau reka-rekaan para sahabat. Sebab semua
kata-kata dan ayat-ayatnya diriwayatkan seacar Mutawatir dan melalui suatu verifikasi
ilmiah yang sangat teruji, yang sampai sekarang belum ada satu penelitian ilmiah yang
mampu menandingi ketelitiannya. Dengan demikian, tidak ada satupun ayat dalam
alquran yang bersifat Zanni ats-tsubut, yang kebenarannya tidak pasti.7 Oleh karena itu,
ditinjau dari segi tunjukan ( dalalah ) makna yang terkandung di dalamya dapat
dibagi 2 :
1. Ayat-ayat alquran yang bersifat qath’i ad-dalalah
2. Ayat-ayat alquran yang bersifat zhanni ad-dalalah
Adapun yang dimaksud dengan ayat-ayat alquran yang bersifat qath’i ad-dalalah
ialah, ayat-ayat yang tunjukan maknanya bersifat pasti, dalam arti, hanya mengandung
satu makna saja. Ayat-ayat yang bersifat qath’i ad-dalalah ini antara lain, ayat-ayat yang
menjelaskan tentang pokok-pokok keimanan, seperti : tetang keesaan ALLAH,
keberadaan dan misi para Rasul, tentang Malaikat, kitab-kitab suci yang diturunkan dan
tentang kepastian datangnya hari kiamat, tentang kewajiban-wajiban utama sebagaimana
yang dirumuskan dalam rukun islam, dan beberapa masalah hukum islam lainnya,
seperti : haramya riba dan makan babi; tentang tujuan-tujuan pensyariatan hukum islam
( maqashid asy-syari’ah ) yaitu meraih manfaat dan kemaslahatan, serta menolak bahaya
dan kemudaratan.
Ayat-ayat yang bersifat qath’i ad-dalalah, jika dilihat secara sendiri-sendir dan
terpisah dari ayat-ayat lainnya, dapat saja bersifat zhanni (relatif). Akan tetapi, karena
didukung oleh penjelasan dari berbgai ayat maupun keterangan hadis yang sangat kuat,
maka maknanya berubah menjadi bersufat qath’i (pasti).

6
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semmarang : Dina Utama Toha Putra Group,2014), hlm. 43
7
Rahman Dahlan Abd, Ushul Fiqh, ( Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 121-123

8
BAB III
PENUTUP

A. RINGKASAN
Secara etimologi, Alquran merupakan bentuk mashdar dari kata qara’at;
timbangan kata ( wazan )-nya adalah fu’lan, artinya : bacaan, yang dibaca, dilihat,
dan ditelaah.8 Adapun secara terminologi, terdapat beberapa defenisi yang
dikemukakan oleh para ulama. Sementara itu untuk kehujjahan alquran ulama
berpendapat bahwa alquran merupakan hujjah bagi setiap muslim, karena ia adalah
wahyu dan kitab ALLLAH yang sifat periwayatannya mutawatir.
Periwayatan alquran dilakukan oleh orang banyak dari satu generasi ke generasi
yang lain sejak generasi sahabata Nabi, periwayatan alquran juga dilakukan dalam
bentuk lisan dan tulisan, maka keberadaan ayat-ayat alquran bersifat pasti qath’i ats-
tsubut ( dalil yang secara pasti bersumber dari ALLAH atau arasulullah dan dapat
dibuktikan dari segi periwayatannya ).
M. Nasir Arsyad dalam bukunya menyebutkan ada 15 keitemawaan alquran yang
tidk ada pada kitab lain. Salah satu keitimewaan tentang alquran yang dapat dilihat
secara nyata adalah ayat-ayatnya yang dapat memepengaruhi dan menghipnotis jiwa
seseorang, sehingga banyak kita lihat orang yang masuk islam karena mendengar ayat
alquran, contohnya saja Umar Bin Khatab.
Sedangkan untuk hukum yang terkandung dalam alquran ialah , sesuai dengan
defenisi hukun Syara’hanya sebagian kecil dari ayat-ayat alquran yang mengandung
hukum yang menyangkut perbuatan mukallaf dalam bentuk tuntutan, pilihan berbuat,
dan ketentuan yang ditetapkan
Ulama Ushul Fiqh membagi nash alquran menjadi kepada dua komponen, yaitu
Qath’i al-dalalah dan zhanni al-Dalalah. Qath’i al-dalalah adalah nash yang jelas
dan tertentu yang hanya memiliki satu makna, dan tidak terbuka untuk makna lain.
Sedangkan zhanni al-Dalalah adalah kebalikan dari Qath’i al-dalalah , ia terbuka
untuk pemaknaan, penakwilan dan penafsiran.

8
Rahman Dahlan Abd, Ushul Fiqh, ( Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 115

9
DAFTAR PUSTAKA

Rahman Dahlan Abd, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2011

https://ejurnal.stih-painan.ac.id/index.php/jihk/article/dowload/76/48/146

https://ejournal.uin.ac.id/jurnal/index.php/ulunnuha/article/dowload/575/484

Amir Syarifudin, Ushul Fiqh jilid 1, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2008

Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semmarang : Dina Utama Toha Putra Group,
2014

10

Anda mungkin juga menyukai