OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadiat allah swt yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beriringan salam kepada junjungan alam nabi besar Muhammad saw, para
keluarga, sahabat, dan para ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin yang senantiasa membimbing
umat menjalankan syariat islam, jalan menuju ridha allah.
Makalah ini berisikan informasi tentang “Al-Quran sebagai Dalil”. Kami menyadari bahwa
terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pada pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Ihsanul Ramazil
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………........... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………… 1
A. Latar belakang………………………………………………. 1
B. Rumusan masalah……………………………………………… 1
C. Tujuan ………………………………………………............ 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………… 2
A. Pengertian Al-Quran………………………………………… 2
E. Keotentikan Al-Quran……………………............................. 6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al Quran adalah merupakan teks yang selalu mendapatkan porsi dominan di setiap
pembahasan tentang kitab suci, sejak awal diturunkannya hingga saat ini, baik oleh penganut
agama Islam sendiri maupun oleh kalangan di luar agama Islam.Dalam kajian hukum Islam, Al-
Qur’an menempati urutan pertama sebagai sumber penetapan hukumnya. Al-Qur’an adalah dalil
pertama dan utama dalam pembentukan hukum Islam.
Kata sumber dalam artian ini hanya dapat digunakan untuk Al-Qur’an maupun sunnah,
karena memang keduanya merupakan wadah yang dapat ditimba hukum syara’, tetapi tidak
mungkin kata ini digunakan untuk ijma’ dan qiyas karena memang keduanya merupakan wadah
yang dapat ditimba norma hukum. Ijma’ dan qiyas juga termasuk cara dalam menemukan
hukum. Sedangkan dalil adalah bukti yang melengkapi atau memberi petunjuk dalam Al-Qur’an
untuk menemukan hukum Allah, yaitu larangan atau perintah Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Al Qur’an?
2. Bagaimana keotentisan dari Al-Qur’an?
3. Dalam segi apa saja yang menjelaskan tentang Al-Quran?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui unsur yang menjelaskan hakikat Al-Quran.
2. Mengetahui keotentikan Al-Quran.
3. Mengetahui hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Quran
AlQur’an adalah kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui perantaraan malaikat
jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin ‘Abdullah dengan lafazh yang berbahasa arab dan
makna-maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi rasul atas pengakuannya sebagai
Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi
qurbah dimana merek beribadah dengan membacanya
Dari definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa pada hakikatnya Alquran itu adalah
sebagai berikut:
a. Merupakan wahyu yang difirmankan Allah SWT baik makna maupun lafalnya.
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
c. Bahasa Alqur’an adalah bahasa Arab.
d. Diriwayatkan secara mutawatir.
B. Pengertian Dalil
Dalil secara etimologis berarti sesuatu yang dapat member petunjuk kepeda yang
dirasakan atau yang dipahami. Sedangkan secara terminology Ushul fiqih dalil hukum adalah:
Dalil Adalah sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk yang dengan menggunakan
pemikiran yang benar untuk menetapkan hukum yang syara’ yang bersifat amali, baik secara
qath’i maupun dzanni. Dalil hokum, ushul al-ahkam, al-mashadir al-tasyri’iyah li al-ahkam.
Lafaz-lafaz tersebut mempunyai arti yang sama. Yang dimaksud dengan dalil hukum yaitu Dalil-
dalil syariah yang dapat mengistinbathkan hukum syariah.
Adapun al-Qur’an jika ditinjau dari segi menunjukkan apa yang dikandungnya itu berupa
hukum, maka dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
Berikut Definisi yang mengandung beberapa unsur yang menjelaskan hakikat Al-Qur`an yaitu:
Al-Qur`an berbentuk lafaz, mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah melalui
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk makna dan dilafazkan oleh nabi dengan
ibadahnya sendiri.
Al-Qur`an itu adalah berbahasa Arab. Ini mengandung arti bahwa Al-Qur`an yang
dialih bahasakan kepada bahasa lain atau yang diibaratkan dengan bahasa lain bukanlah Al-
Qur`an karenanya shalat yang menggunakan terjemaahan Al-Qur`an tidak sah.
Al-Qur`an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, ini mengandung arti bahwa
wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu tidaklah disebut Al-Qur`an , tetapi
apa yang dihikayatkan dalam Al-Qur`an tentang kehidupan dan syariat yang berlaku bagi umat
terdahulu adalah Al-Qur`an.
C. Al-Qur’an Merupakan Dalil dan Zhanni
Al-Qur’an yang diturunkan secara mutawattir, dari segi turunnya berkualitas qath’I (pasti
benar). Akan tetapi, hukum-hukum yang dikandung Al-Qur’an adakalanya bersifat qath’I dan
adakalanya bersifat zhanni (relatif benar).
Ayat yang bersifat qath’I adalah lafal-lafal yang mengandung pengertian tunggal dan
tidak bisa dipahami makna lain darinya. Ayat-ayat seperti ini misalnya, ayat-ayat waris, hudud,
dan kaffarat
Adapun ayat-ayat yang mengandung hukum zhanni adalah lafal-lafal yang dalam Al-
Qur’an mengandung pengertian lebih dari satu dan memungkinkan untuk ditakwilkan. Misalnya,
lafal musytarak (mengandung pengertian ganda) yaitu kata quru’ yang terdapat dalam surat Al-
Baqarah ayat 228. Kata Quru’ merupakan lafal musytarak yang mengandung dua makna, yaitu
suci dan haid. Oleh sebab itu, apabila kata quru’ diartikan suci, sebagimana yang dianut ulama
Syafi’iyah adalah boleh (benar), dan jika diartikan dengan haid juga boleh (benar) sebagaimana
yang dianut ulama Hanafiah.
1 M. Quraish shihab,Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan, Bandung, 2013, hal. 27
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sumber (masdar) merupakan referensi utama dalam menetapkan hukum Islam, dan ini
hanya meliputi al-Qur'an dan hadits. Sedangkan dalil merupakan suatu indikator yang dijadikan
landasan berpikir yang benar dalam memperoleh hukum syara 'yang bersifat praktis, ini selain al-
Qur'an dan hadits juga ijma', qiyas, istihsan, maslahah mursalah dan lainnya.
AlQur’an adalah kalam allah yang diturunkan oleh-Nya melalui perantaraan malaikat
jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin ‘Abdullah dengan lafazh yang berbahasa arab dan
makna-maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi rasul atas pengakuannya sebagai
Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi
qurbah dimana merek beribadah dengan membacanya
Oleh karena itu, dikalangan ulama ushul masalah dalil hukum ini terjadi perhatian utama
atau dipandang merupakan sesuatu hal yang sangat penting ketika mereka berhadapan dengan
persoalan-persoalan yang akan ditetapkan hukumnya. Demikianlah Allah menjamin keotentikan
Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta
berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-mahkluk-Nya, terutama manusia.