PEMBAHASAN
1. Pengertian hadist Kata "Hadits" atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang
baru), hal ini merupakan lawan dari al-qadim (sesuatu yang lama). Adapun menurut istilah,
hadits adalah sebagai berikut: ه ي م اصدر ع ن ر س و ل هلال ص لى هلال ع ل ي ه و س ل م م ن ق و ل أ و ف ع
لأوتقرير
Artinya: Hadist ialah sesuatu yang berasal dari Rasululloh SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun penetapan pengakuan Ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama
mengenai pengertian hadits. Diantaranya, ada yang menyatakan bahwa definisi hadits sebagai
berikut: "Segala perkataan, perbuatan, dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW ". "Hal Ihwal"
disini diterangkan sebagai segala pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti yang berkaitan dengan
himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaanya.
2. Pengertian Al- Qur an ي ق ر أ- ق ر أ- Sedangkan menurut bahasa, Al-Quran berasal dari kata
adalah: yang berarti bacaan. Sedangkan menurut istilah, alqur an ك ال م هلال- ق ر أ ن ا ق ر أ- قر اء ة
امل ن ز ل ع ل ى م م د ص لى هلال ع لي ه و س ل م ب ل ع ر ب ي ة املنقول م ت و ا ت ر ا املتعبد ب ت ال و ت ه
Artinya: Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dalam
bahasa arab yang diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah Definisi di atas
mengisyaratkan kepada kita bahwa: a. Apa-apa yang diwahyukan Allah, kemudian dipahami
dalam bahasa Rasulullah, tidak dinamai Al- Qur an. b. Alih bahasa al-qur an kedalam bahasa
selain arab, tidak disebut al-qur an.
Wahyu Allah yang diwahyukan kepada selain Nabi Muhammad SAW seperti Taurat, Zabur, dan
injil, tidak dinamakan Al- Qur an. d. Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW, tetapi tidak diriwayatkan secara mutawatir, tidak disebut Al-Qur an.
Hadits Nabi SAW adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur an. Karena hadits nabi
SAW merupakan penafsiran Al-Quran dalam praktek atau penerapan ajaran Islam secara faktual
dan ideal. Hal ini dapat dilihat pada pribadi Rasulullah SAW yang merupakan perwujudan dari
Al-Quran yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, para sahabat mengambil hukum-hukum
Islam (syariat) dari Al-Quran yang kemudian dijelaskan oleh Rasulullah. Hal ini dikarenakan
para sahabat belum mampu untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an tanpa bantuan Rasulullah SAW.
Misalnya saja, dalam beberapa tempat terdapat penjelasan-penjelasan yang diisyaratkan oleh
ayat Al-Quran, namun hanya bersifat mujmal umum atau mutlak. Contohnya perintah tentang
shalat yang diungkapkan secara mujmal, tidak menerangkan bilangan rakaatnya, tidak
menerangkan cara-caranya maupun syarat rukunnya. Contoh lain, banyak hukum di dalam Al-
Quran yang sulit dipahami atau dijalankan bila tidak memperoleh keterangan dari nabi SAW.
Begitu pula terdapat kejadian atau peristiwa yang tidak dijelaskan hukumnya oleh nash-nash Al-
Quran secara terang. Karenanya, penjelasan Rasul sangat berarti dalam hal ini. Agar para sahabat
bisa melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang diharapkan dalam Al-Quran.
Dengan demikian jelaslah bahwa hadits Nabi SAW berkedudukan sebagai sumber hukum Islam
kedua setelah Al-Quran. Hal ini sesuai firman-nya dalam QS.Al-Hasyr:7... و م اا ت ك م الر س و ل ف
خ ذ و ه و م ان ه ا ك م ع ن ه ف ان ت ه و ا...
Artinya: Apa yang diperintahkan Rasul, maka laksanakanlah, dan apa yang dilarang Rasul maka
hentikanlah (QS.Al-Hasyr:7) Dari ayat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa, Allah
memerintahkan kita untuk senantiasa menaati Rasul sebagaimana menaati Allah SWT. 3
Al-Qur’an dan al-hadits merupakan pedoman hidup serta sumber hukum dalam ajaran Islam.
Sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Al- Quran sebagai sumber
pertama, memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Sedangkan hadits sebagai
sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan (bayan) keumuman isi Al-Quran tersebut. Hal ini
sesuai dengan firman Allah QS.An-Nahl:44...و أ ن ز ل نا ا ل ي ك الذ ك ر ل ت ب ي ل لن اس..
Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran agar kamu menerangkan kepada umat
manusia (QS.An-Nahl:44) Allah SWT menurunkan Adz-Dzikr, yaitu Al-Quran sebagai
peringatan bagi manusia. Agar manusia bisa lebih mudah memahami ayat Al-Quran yang
diturunkan Allah, maka Dia mengutus rasulullah untuk menjelaskannya. Quran Selanjutnya,
hadits sebagai penjelas atau al-bayan. Sebagai penjelas, Al- memiliki bermacam-macam fungsi.
Hal ini dikemukakan oleh beberapa ulama, diantaranya Imam Malik bin Anas menyebut fungsi
hadits ada lima, yaitu sebagai bayan attaqrir, bayan at-tafsir, bayan at-tafsil, bayan al-bast, bayan
at-tasyri.
Sementara Imam Syafi I menyebut lima fungsi hadits, yaitu bayan at-tafsil, bayan at-takhsis,
bayan at-ta yin, bayan attasyri, dan bayan an-nasakh. Dalam Ar-Risalah, Imam Malik
menambahkan dengan bayan al-isyarah. Sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan
empat fungsi, yaitu bayan at-ta kid, bayan at-tafsir, bayan at-tasyri dan bayan at-takhsis. Berikut
akan dibahas mengenai fungsi hadits secara garis besar: 1. Bayan at-taqrir Bayan at-taqrir disebut
juga bayan at-ta kid atau bayan isbat. Maksudnya ialah menetapkan dan memperkuat penjelasan
yang ada dalam al-quran. Fungsi hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-
Quran. Sebagai contoh, yaitu hadits yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar. ا ذ ار ا ي ت م و ه
ف ص و م و او إ ذ ار ا ي ت م و ه ف اف ط ر و ا )روه مسل
( Artinya: Apabila kalian melihat (ru yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru yah)
itu maka berbukalah (HR.Muslim)
Artinya: Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa
(QS.Al-Baqarah:185) Contoh lain, hadits yang diriwayatkan Bukhori dari Abu Hurairah. ق ال ر
س و ل هلال ص ل ى هلال ع ل ي ه و س ل م ال ت ق ب ل ص ال ة م ن ا ح د ث ح ت ي ت و ض أ
Artinya: Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia
berwudhu (HR.Bukhori dan Abu Hurairah) Hadits ini mentaqrir QS.Al-Maidah: mengenai
keharusan berwudhu ketika hendak mendirikan shalat. ي ا ي ه اال ذ ي ن ا م ن و اا ذ اق م ت م ا ل الص ل
وة ف اغ س ل و ا و ج و ه ك م و أ ي د ي ك م ا ل ال م ر اف و ام س و ا ب ر ء و س ك م و ا ر ج ل ك م ا ل ال ك ع ب
يArtinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki
(QS.Al-Maidah:) Bayan at-tafsir Bayan at-tafsir adalah memberikan perincian dan penafsiran
terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat mujmal. Selain itu, bayan ini juga memberikan
taqyid (persyaratan) terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih mutlaq. Juga memberikan taksis
(penentuan khusus) terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih umum. Misalnya saja, ayat yang
menyatakan perintah untuk mengerjakan shalat, puasa, zakat, disyariatkannya jual-beli. Ayat ini
masih bersifat mujmal, baik mengenai cara mengerjakan, sebabsebab, syarat-syarat, maupun hal-
hal yang bisa merusaknya. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menafsirkan dan menjelaskan
ayat tersebut melalui haditsnya. Sebagaimana hadits berikut:
Sunah atau hadits merupakan sumber hukum kedua dan kedudukannya setingkat lebih rendah
daripada Al-Quran. Hadits bukanlah dari Allah, melainkan dari redaksi nabi sendiri. Sedangkan
Al-Quran adalah kalamullah yang diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril secara lengkap
berupa lafadz dan sanadnya sekaligus. Dari segi kekuatan dalalah-nya, Al-Quran adalah
mutawatir yang qat i. Sedangkan hadits kebanyakannya khabar ahad yang hanya memiliki
dalalah Danni, walaupun ada hadits yang mencapai martabat mutawatir. Namun jumlahnya
hanya sedikit. Para sahabat mengumpulkan Al-Quran dalam mushaf dan menyampaikan kepada
umat dengan keadaan aslinya, satu huruf pun tidak berubah atau hilang. Serta mushaf itu terus
terpelihara kemurniannya dari masa ke masa. Sedangkan hadits tidak demikian adanya. Karena
hadits qauli hanya sedikit yang mutawatir. Kebanyakan hadits yang mutawatir mengenai amal
praktek sehari-hari seperti bilangan rakaat shalat dan tata caranya. Al-Quran merupakan hukum
dasar yang isinya pada umumnya bersifat mujmal dan mutlak. Sedangkan hadits sebagai
ketentuan-ketentuan pelaksanaan (praktisnya). Hadits juga ikut menciptakan suatu hukum baru
yang belum terdapat di dalam Al-Quran, seperti: ق ال ر س: ع ن ا ب ه ر ي ر ة ر ض ي هلال ع ن ه ق ال
ال ي م ع ب ي ال م ر أ ة و عم ت ه ا و ال ب ي ال م ر أ ة و خ ال ت ه ا: و ل هلال ص ل ى هلال ع ل ي ه و س ل م
Artinya: Hadits dari Abu Hurairah r.a dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah halal
mengumpulkan antara seorang perempuan dengan bibinya (saudara bapak yang perempuan) dan
tidak pula antara seorang perempuan dengan bibbinya (saudara ibu yang perempuan)
(HR.Bukhori Muslim)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadist ialah sesuatu yang berasal dari Rasululloh SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun penetapan pengakuan. Sedangkan Al- Qur an adalah firman Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab yang diriwayatkan secara mutawatir dan
membacanya adalah ibadah. Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-quran.
Sehingga hadits memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, bayan
tasyri, juga bayan nasakh. Meskipun demikian, hadits dan al-quran memiliki beberapa
perbandingan. Diantaranya, al-quran merupakan kalam Allah yang disampaikan secara
mutawatir, sedangkan hadits adalah dari nabi yang tidak semuanya diriwayatkan secara
mutawatir.
B. SARAN
Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini Penulis
mohon kritikan dan saran dari Bapak Dosen serta para pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
H.Muhammad Ahmad,H.M.Mudzakir,