(SUNNAH / AL-HADITS)
MAKALAH
OLEH:
KELOMPOK 9
JESNYTA
602022023120
NURUL ASTIA
602022023114
IAIN BONE
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat allah swt. Karna atas
limpahan Rahmat dan hidayanya semata kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul: “ sumber ajaran islam (sunnah/al-hadits)”. Salawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, para keluarga, sahabat –
sahabat dan pengikut – pengikutnya sampai hari penghabisan.
Watampone, 19 November2023
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits 2
B. Kedudukan Hadits 4
C. Fungsi Hadits 8
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut bahasa (lughat), hadits dapat berarti baru, dekat (qarib) dan
cerita(khabar). Sedangkan menurut istilah ahli hadist ialah “segala ucapan
Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan beliau”. Akan tetapi para
ulama Ushul Hadits, membatasi pengertian hadits hanya pada ”Segala
perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi Muhammad SAW, yang
bersangkut paut dengan hukum.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
1
Muhamad Ali dan Didik Himmawan, Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama,
Dalil-Dalil Kehujjahan Hadits Dan Fungsi Hadits Terhadap Alquran, Risalah, Jurnal Pendidikan
dan studi islam; Vo.5, No. 1, 2019, h.126
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-Tahdis yang
berarti pembicaraan. Kata hadits mempunyai beberapa arti; yaitu
1. “Jadid” (baru), sebagai lawan dari kata”qadim” (terdahulu). Dalam hal ini
yang dimaksud qadim adalah kitab Allah, sedangkan yang dimaksud jadid
adalah hadis Nabi saw. Namun dalam rumusan lain mengatakan bahwa Al-
Qur‟an disebut wahyu yang matluw karena dibacakan oleh Malaikat Jibril,
sedangkan hadis adalah wahyu yang ghair matluw sebab tidak dibacakan
oleh malaikat Jibril. Nah, kalau keduanya sama-sama wahyu, maka
dikotomi, yang satu qadim dan lainnya jadid tidak perlu ada,
2. “Qarib”, yang berarti dekat atau dalam waktu dekat belum lama,
3. “Khabar”, yang berarti warta berita yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada seseorang. Hadis selalu menggunakan
ungkapan ٚ , حذثٕا, )أٔثأٔا أخشتٕاmegabarkan kepada kami, memberitahu kepada
kami dan menceritakan kepada kami. Dari makna terakhir inilah diambil
perkataan “hadits Rasulullah” yang jamaknya “aha>di>ts.
2
terbatas (sempit) dan ada yang memberikan pengertian secara luas. Pengertian
hadis secara terbatas diantaranya sebagaimana yang diberikan oleh Mahmud
Tahhan adalah:
سٍُ عٍيٗ اًٍ٘ صىً أٍية إىً أضيف ِاٚ ِٓ يٛ لٚ فعً أٚ ذمشيش أٚصفح أ
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan
atau persetujuan atau sifat”.
ً٘اٛسٍُ عٍيٗ اًٍ٘ صىً الٚ ً٘افعاٚ ٖذماسيشٚ تٕا حىُ تٗ يرعٍك ِّا
“Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir nabi SAW yang
bersangkut paut dengan hukum”.
Dari pengertian yang diberikan oleh ahli ushul fiqih di atas, berarti informasi
tentang kehidupan Nabi ketika masih kecil, kebiasaan, kesukaan makan dan
pakaian yang tidak ada relevansinya dengan hukum, maka tidak disebut
sebagai hadis.
3
B. Kedudukan Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu
sumber ajaran Islam. la menempati kedudukan setelah al-Qur‟an.1 Keharusan
mengikuti hadist bagi umat Islam, baik berupa perintah maupun larangan sama
halnya dengan kewajiban mengikuti al-Qur‟an. Al-Qur‟an dan al-Hadits
merupakan sumber syari‟at yang saling terkait Seorang muslin tidak mungkin.
dapat memahami syari‟at. kecuali dengan merujuk kepada keduanya sekaligus
dan seorang mujtahid tidak mungkin mengabaikan salah satunya.
a. Al- Qur‟an
Selain Allah memerintahkan umat Islam agar percaya kepada Rasul SAW,
juga menyerukan agar mentaati segala bentuk perundang-undangan dan
peraturan yang dibawahnya, baik berupa, perintah maupun perundang-undangan
tuntutan taat dan patuh kepada Allah. Banyak ayat Al Qur‟an yang berkenaan
dengan masalah ini.
4
Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 32:
اَٙ ا اٌَّ ِزيََْٓ يٰٓا َ ُّيْٰٛٓ َُِٕ ا اُّٛللاَ اَطِ ْيع َ ٰ اُٛاَطِ ْيعَٚ ي ََ ْٛ س
ُ اٌش َ ْ َُْ ِْ ِِ ْٕ ُى
َّ ٌِىُٚاَٚ اْل ِْ َِش َْ ِي ذََٕاصَ ْعر ُ َُْ فَا َ َُٖ ُّْٚ ّللا اٌَِى فَ ُشد
َْ ش ْي َء ف َِٰ
َِ ْٛ ُاٌشس
ي َّ َٚ ِْ َِٰ ِ َِ تْٛ َ ْاٌيَٚ سَُٓ َخيْشَ رٌِهََ ْاْلخِ َِش
َْ ََْ وُ ْٕر ُ َُْ اْٛ ُِِٕ ْاّلل ذُؤ َ ً يِٚ ْ ࣖ ذ َأ
َ ْاَحَّٚ ْل
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya) ….(QS. An-
Nisa‟: 59).
Disamping banyak ayat yang menyebutkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-
Nya secara bersama-sama, banyak memerintahkan mentaati rasul secara terpisah
pada dasarnya ketaatan kepada rasul berarti ketaatan kepada Allah sebagaimana
firman Allah yang
berbunyi:
ِاٚ ُي أذاوٖٛ اٌشسِٚا فخزٚ ُاوٙٔ ٕٗا عٛٙاحٍشش) فأر: (۷(
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia, dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)
5
Berdasarkan kenyataan ini, maka sebenarnya Allah SWT juga
menyebutkan secara eksplisit di dalam Al-Qur‟an kewajiban mengamalkan
sunnah sebagaimana di dalam ayat-ayat yang menerangkan kewajiban taat
kepada Rasul. Semua itu merupakan dalil bahwa Al Hadits dijadikan salah satu
sumber pembentukan syari‟at dalam. Al-Qur‟an.
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama
masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.”
ُسٕح تسىد عٍيىٚ ذيٕي اٌشاشذيٓ اخٍٍفاءٍِٙا اٛا ذّسىٙ ت... )ٖاٚ سٛ اتٚد(دا
c. Ijma‟
6
sepanjang zaman, sejak Rasulullah masih hidup dan sepeninggalnya, maka
Khulafa‟ur Rasyidin, tabi‟in, tabi‟ut tabi‟in, atba‟u tabi‟in serta, masa-masa
selanjutnya dan tidak ada yang mengingkarinya, sampai sekarang. Banyak
diantara, mereka yang tidak hanya memahami dan mengamalkan isi
kandunganya, akan tetapi mereka menghapal, mentadwin dan menyebarluaskan
dengan segala, upaya kepada, generasi-generasi selanjutnya. Dengan ini,
sehingga tidak ada, satu haditspun yang beredar dari pemeliharaannya. Begitu
pula tidak ada, satu hadits palsupun yang dapat mengotorinya.
Kerasulan Nabi Muhammad SAW. telah diakui dan dibenarkan oleh umat
Islam. Ini menunjukkan adanya pengakuan, bahwa Nabi Muhammad SAW
membawa, misi untuk menegakkan amanat dan Dzat yang mengangkat
karasulan itu, yaitu Allah SWT. Dari aspek akidah, Allah SWT bahkan
menjadikan kerasulan itu sebagai salah satu dari prinsip keimanan. Dengan
demikian, manifestasi dari, pengakuan dan keimanan itu mengharuskan semua
umatnya mentaati dan mengamalkan segala peraturan atau perundang-undangan
serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan wahyu maupun
hasil ijtihadnya sendiri.
2
Khusniati Rofiah, M.SI., Studi Ilmu Hadits (Ponorogo; AIN PO Press,(2018), h. 1 dan
21
7
C. Fungsi Hadits
َ َسَّٕح
َِٗ ٌِ ْٛ َُسس َُ ََٚ
َ َِابَهللا َّ َّ َ اَ َِاَذْٛ ٍُّذ ََش ْودُ َفِ ْيىُ َُْأ َ ِْ َشي ٌََِْٓ َْٓذ َِض
َ َ ِور:َ َّاِٙ س ْىر ُ َُْ ِت
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu
Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta‟zhim wal
Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Berikut ini beberapa fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam yang perlu kamu
pahami :
Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam yang pertama yakni adalah Bayan
At-Taqrir atau memperjelas isi Al-Qur‟an. Hadits berfungsi untuk memperjalas
isi Al-Qur‟an, agar lebih mudah dipahami dan menjadi petunjuk umat manusia
dalam menjalankan perintah dari Allah SWT.
Fungsi Hadist sebagai bayan al- taqrir berarti memperkuat isi dari Al-Qur‟an.
Sebagai contoh hadits yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait
perintah berwudhu, yakni:
8
Hadits diatas mentaqrir atau menjelaskan dari surat Al-Maidah ayat 6 yang
berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS.Al-Maidah:6)
Contoh lainnya dari Bayan at-Taqrir adalah terkait perintah sholat. Allah SWT
berfirman, “Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman”. (QS. 4/An-Nisa`: 103)
Dalam dua ayat diatas Allah SWT tidak memberikan penjelasan tentang jumlah
rakaat didalam shalat dan juga bagaiman tata cara pelaksanaannya. Maka dari itu
Rosulullah SAW menjelaskan dengan berupa perbuatan/praktek ataupun dengan
perkataan. Rasulullah SAW bersabda, ” Sholatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku sholat. ” (HR. Bukhori).
9
batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid).
Contoh hadist sebagai bayan At- tafsir adalah penjelasan nabi Muhammad SAW
mengenai hukum pencurian.
ََِف ْ ًِ ص
ّ َاٌى َ ََِِٓ ِِ ْف ََ َقَفَم
ْ َُٖط َعَيَذ ِ اَس
ِ س َ ِأَذ َىَت
َ َ ًََِِٓسثَأََىَاْل
ِهللا َ َّاسلَحَُ َفا ْل
َ َّاَ َجضَ ا ًءَتِ َّاَ َوُٙ َاا ََْيذَِيْٛ ُطع َ َّاس ُق
ِ اٌسَٚ ِ اٌسَٚ
Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam berikutnya yakni adalah sebagai
Bayan At-Tasyri‟, yang dimana hadits sebagai pemberi kepastian hukum atau
ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur‟an. Biasanya Al-Qur‟an
hanya menjelaskan secara general, kemudian diperkuat dan dijelaskan lebih
lanjut dalam sebuah hadits. Sebagaimana contohnya hadist mengenai zakat
fitrah, dibawah ini:
َْٓ ِِ عا ً َصا َ َْٚ َ صاَ ًعاَِ َِْٓذ َ َّشا َ َاط ِ َّٕ ٌعٍَىَا َ َ َْضا
َ َِ َس ْ سٍَّ ََُفَ َش َ َصَ وَاَج ََاٌف
َ ِْٓ َِِط ِش َ ٗعٍَ ْي
َ َِٚ َ َصٍَّى
َ َُ هللا َ َِّْ ا
َ َِيَُهللاْٛ َُسس
َََْٓأ ُ ْٔثَىََِِٓ َاٌْ ُّ ْسٍِِّ يْٚ َ عثْذَرَوَشَأ
َ ْٚ َ عٍَىَوُ ًَِّ ُح ّشَاَ َش ِعيْش
َ
10
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan
Ramadhan satu sha‟ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan”(HR. Muslim).
Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam berikutnya yakni sebagai Bayan
Nasakh atau mengganti ketentuan terdahulu. Secara etimologi, An-Nasakh
memiliki banyak arti diantaranya at-taqyir (mengubah), al-itbal (membatalkan),
at-tahwil (memindahkan), atau ijalah (menghilangkan).
Untuk fungsi hadist sebagai Bayan Nasakh ini masih terjadi perdebatan di
kalangan ulama. Para ulama Ibn Hazm dan Mutaqaddim membolehkan
menasakh al-Qur‟an dengan segala hadits walaupun hadits ahad.
11
dan karib kerabat secara ma‟ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertaqwa” (QS.Al-Baqarah:180) 3
3
Selma Intania Hafidha, “Fungsi Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam, Pahami
Penjelasan dan Contohnya”dalam https://www.liputan6.com/hot/read/4404644/fungsi-hadits-
sebagai-sumber-hukum-islam-pahami-penjelasan-dan-contohnya?page=5 ,10 Nov 2020
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis dalam hukum Islam sebagai mashdarun tsanin (sumber kedua) setelah Al-
Quran. Ia berfungsi sebagai penjelas dan penyempurna ajaran-ajaran Islam yang
disebutkan secara global dalam Al-Quran. Bisa dikatakan bahwa kebutuhan Al-
Quran terhadap hadis sebenarnya jauh lebih besar ketimbang kebutuhan hadis
terhadap Al-Quran.
Untuk mengeluarkan hukum Islam, pertama kali para ulama harus menelitinya di
dalam Al-Quran. Kemudian setelah itu, baru mencari bandingan dan
penjelasannya di dalam hadis-hadis Nabi karena pada dasarnya tidak satupun
ayat yang ada dalam Al-Quran kecuali dijelaskan oleh hadis-hadis Nabi.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Muhamad Ali dan Didik Himmawan, Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran
Agama, Dalil-Dalil Kehujjahan Hadits Dan Fungsi Hadits Terhadap Alquran,
Risalah, Jurnal Pendidikan dan studi islam; Vo.5, No. 1, 2019, h.126
Selma Intania Hafidha, “Fungsi Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam, Pahami
Penjelasan dan Contohnya”dalam
https://www.liputan6.com/hot/read/4404644/fungsi-hadits-sebagai-sumber-
hukum-islam-pahami-penjelasan-dan-contohnya?page=5 ,10 Nov 2020
14