Anda di halaman 1dari 13

DEFINISI , FUNGSI HADIST DALAM AL-QUR’AN .

PERBEDAAN AL-QUR’AN DAN HADIST .

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pendidikan agama

Dosen pengampu:

Arif suci kurniasihanto

Disusun oleh :

Hendinar Nur Hafizhan 231012500061


Abuzar Algifari 231012500078
Isyana Aisyah Maharani 231012500127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKANUNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2023/ 1445H
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia- Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan Agama. Tak
lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang-berderang seperti saat ini. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Arief Suci Kurniasihanto Selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Penyusunan makalah yang berjudul “Definisi , Fungsi hadist dalam Al-
qu’an. Perbedaan Al-qur’an dan hadist ” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami sangat
menerima kritik dan sarannya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat untuk siapapun.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 4
A. LatarBelakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
A. Definisi Hadist ............................................................................................................... 5
B. Fungsi Hadist Dalam Al-qur’an ...................................................................................... 7
C. Pengertian Hadist Menurut Para Ahli..................................................................................8
D. Perbedaan Hadist Dan Al-qur’an .................................................................................... 9
BAB III PENUTUPAN .................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................................ 11
DAFTARPUSTAKA...............................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadist disebut juga sunnah, adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan
persetujuan dari Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadis
dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadis
merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an. Dan keduanya tidak dapat
dipisahkan; karena juga termasuk wahyu dari Tuhan (Allah).

Hadis secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan".


Dalam terminologi Islam istilah hadis berarti melaporkan, mencatat sebuah
pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad. Hadis secara harfiah berarti
"berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi Islam istilah
hadis berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku
dari Nabi Muhammad.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi hadist ?


2. Apa fungsi dari hadist ?
3. Apa pengertian hadist menurut ahli ?
4. Apa perbedaan Al-qur’an dan hadist ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi hadist
hadits berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata hadatsa, yahdutsu, hadtsan,
haditsan dengan pengertian yang bermacam-macam. Kata tersebut misalnya
dapat berarti al-jadid min al-asy ya’ sesuatu yang baru, sebagai lawan dari kata
al-qadim yang artinya sesuatu yang sudah kuno atau klasik.

Kata al-hadits kemudian dapat pula berarti al-khabar yang berarti ma


yutahaddats bih wa yunqal, yaitu sesuatu yang diperbincangkan, dibicarakan
atau diberitakan dan dialihkan dari seseorang kepada orang lain. Hadits dengan
pengertian al-khabar sebagaimana tersebut dalam beberapa ayat al-Qur’an,
Allah swt. Berfirman:

“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu


jika mereka orang-orang yang benar.” (Q.S. Ath-Thur (52): 34)

“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati
setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan
ini (Al-Quran).”(Q.S. Al-Kahfi (18): 6)

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.” (Q.S. Adh-
Dhuha (93): 11)

Berdasarkan informasi ayat-ayat di atas, kita dapat memperoleh suatu pengertian


bahwa pengertian hadits dari segi bahasa lebih ditekankan pada arti berita atau
khabar

5
Hadits menurut istilah (terminologi) para ahli memberikan definisi (ta’rif)
yang berbeda-beda, hal ini antara lain disebabkan karena perbedaan cara
pandang yang digunakan oleh masing-masing dalam melihat suatu masalah.

Para ahli hadits misalnya berpendapat bahwa hadits adalah segala


perkataan Nabi, perbuatan, dan ihwalnya. Adapun yang dimaksud dengan hal
ihwal adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi saw. yang berkaitan dengan
hikmah, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.

Sebagian ahli hadits (muhadditsin) berpendapat bahwa pengertian hadits


di atas merupakan pengertian yang sempit. Menurut mereka, hadits mempunyai
cakupan pengertian yang lebih luas tidak terbatas pada apa yang disandarkan
kepada Nabi saw. (hadits marfu’) saja, melainkan termasuk juga yang
disandarkan kepada para sahabat (hadits mauquf) dan tabi’in (hadits maqtu’).

Ulama ushul fiqh berpendapat bahwa hadits adalah segala perkataan,


perbuatan dan ketetapan Rasulullah saw. yang berkaitan dengan hukum.
Sementara. itu ulama ahli fiqih mengidentifikasikan hadits dengan sunah, yaitu
sebagai salah satu hukum taklifi, suatu perbutan apabila dikerjakan akan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak akan disiksa. Dalam kaitan ini
ulama ahli fikih berpendapat bahwa hadits adalah sifat syari’iyah untuk
perbuatan yang dituntut untuk mengerjakannya, akan tetapi tuntutan
melaksanakannya tidak secara pasti, sehingga diberi pahala orang yang
mengerjakannya dan tidak disiksa orang yang meninggalkannya.

Para Jumhur Ulama umumnya berpendapat, istilah lain yang semakna


dengan hadits adalah sunnah, khabar dan atsar. Yang mempunyai pengertian
yaitu segala sesuatu yang dinukilkan dari Rasulullah saw. sahabat atau tabi’in
baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapannya, baik dilakukan
sewaktu-waktu saja, ataupun labih sering dan banyak diikuti oleh para sahabat.

6
B. Fungsi dari hadist

1. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yangtersebut dalam Al-


Qur’an atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir . Dalam bentuk ini hadits hanya
seperti mengulangi apa-apa yang disebut dalam Al-Qur’an, Umpamanya Firman
Allah dalam surat Al-Baqarah : 110 yang artinya : “ Dan dididrikanlah sholat
dan tunaikanlah zakat “ayat itu dikuatkan oleh sabda Nabi yang artinya : “ Islam
itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Rasullah mendirikan shalat menunaikan zakat .

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam


hal tersebut .

3. Menjelaskan arti yang masih sama dalam Al-Qur’an.

4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan garis besar.

5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum.

6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an

7
C. Pengertian hadist menurut ahli

Sebagian ahli hadits (muhadditsin) berpendapat bahwa pengertian hadits


di atas merupakan pengertian yang sempit. Menurut mereka, hadits mempunyai
cakupan pengertian yang lebih luas tidak terbatas pada apa yang disandarkan
kepada Nabi saw. (hadits marfu’) saja, melainkan termasuk juga yang
disandarkan kepada para sahabat (hadits mauquf) dan tabi’in (hadits maqtu’).

Ulama ushul fiqh berpendapat bahwa hadits adalah segala perkataan,


perbuatan dan ketetapan Rasulullah saw. yang berkaitan dengan hukum.
Sementara. itu ulama ahli fiqih mengidentifikasikan hadits dengan sunah, yaitu
sebagai salah satu hukum taklifi, suatu perbutan apabila dikerjakan akan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak akan disiksa. Dalam kaitan ini
ulama ahli fikih berpendapat bahwa hadits adalah sifat syari’iyah untuk
perbuatan yang dituntut untuk mengerjakannya, akan tetapi tuntutan
melaksanakannya tidak secara pasti, sehingga diberi pahala orang yang
mengerjakannya dan tidak disiksa orang yang meninggalkannya.

Hadist menurut Ahli Hadits di antara Al-Hafidzh dalam Syarh al Bukhary


dan Nabi SAW. Termasuk dalam “keaadaan beliau “ segala yang diriwayatkan
dalam kita sejarah, seperti kelahiran, tempatnya dan bersangkut paut dengan itu,
baik sebelum dibangkit sebagai rasul maupun sesudahnya .

8
D.Perbedaan al-quran dan hadist

Perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadits Qudsi serta Hadits Nabi adalah,
bahwa Al-Qur’an diturunkan lepada Nabi SAW dengan lafadh dan maknanya,
membaca dinilai ibadah, dan mengandung muji’zat yang melemahkan semua
makhluk untuk bisa membuat padanan surat yang paling pendek dari padanya .

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa salah satu


perbedaan Alquran dan hadis adalah isinya. Alquran berisi firman Allah dan
Allah SWT juga yang memeliharanya sedangkan, hadis merupakan segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Allah, Nabi Muhammad SAW.

menjelaskan bahwa hadis dalam hukum Islam merupakan sumber kedua


(mashdarun tsanin) setelah Alquran. Adapun fungsi dari hadis adalah sebagai
penjelas serta penyempurna ajaran-ajaran Islam yang disebutkan secara global
dalam Alquran.Jadi, dapat dipahami sumber hukum Islam yang utama adalah
kitab suci Alquran dan hadis merupakan penjelas dari ajaran-ajaran yang
disebutkan secara global dalam Alquran.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hadis dalam hukum Islam sebagai mashdarun tsanin (sumber kedua)


setelah Al-Quran. Ia berfungsi sebagai penjelas dan penyempurna ajaran-ajaran
Islam yang disebutkan secara global dalam Al-Quran. Bisa dikatakan bahwa
kebutuhan Al-Quran terhadap hadis sebenarnya jauh lebih besar ketimbang
kebutuhan hadis terhadap Al-Quran.
Kendati demikian, seorang Muslim tidak dibenarkan untuk mengambil salah satu
dan membuang yang lainnya karena keduanya ibarat dua sisi mata uang yang
tidak bisa dipisahkan.
Untuk mengeluarkan hukum Islam, pertama kali para ulama harus menelitinya di
dalam Al-Quran. Kemudian setelah itu, baru mencari bandingan dan
penjelasannya di dalam hadis-hadis Nabi karena pada dasarnya tidak satupun
ayat yang ada dalam Al-Quran kecuali dijelaskan oleh hadis-hadis Nabi.

10
Saran

Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW hendaknya mengetahui


betapa susahnya meriwayatkan Hadits seperti sahabat Nabi-pun ketika
masa jahiliyahnya agama Islam pada zaman dahulu .

Alhamdulilah telah sampainya di penghujung makalah ini , kami


sangat menyadari bahwasannya makalah kami masih jauh kata
sempurna.Apabila dengan adanya kritis dan saran yang membangun akan
sangat membantu kami dalam proses menyempurnakan makalah
kedepannya, dengan adanya makalah ini semoga akan tetap bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya .

11
Daftar pustaka

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/hadits-pengertian-
fungsi-macam-macam-kedudukan-dalam-islam

https://kumparan.com/berita-update/perbedaan-alquran-
dan-hadis-sebagai-sumber-hukum-umat-islam-1xMzedZ78Mb/4

https://an-nur.ac.id/pengertian-hadits/

https://kingilmu.blogspot.com/2015/07/pengertian-hadits-
menurut-para-ahli.html

12
13

Anda mungkin juga menyukai