Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DALIL DALIL KEHUJJAHAN HADITS

DAN

FUNGSI HADIS TERHADAP AL-QUR'AN

Dosen Pengampuh:

Nurma Yunita, M.TH

Disusun Oleh:

Sinta Hairani (22661022)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS USHULIDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

IAIN CURUP 2022

1
FAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A.Latar Belakang...............................................................................................3

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A.Hadits...............................................................................................................4

B. Dalil Kehujjahan Hadits.................................................................................5

a. Dalil Al-Qur'an..........................................................................................6

b. Dalil Hadist...............................................................................................7

c. Ijma' Al-Sahabah.....................................................................................8

d. Ijtihad.......................................................................................................9

C.Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur'an..............................................................11

a. BayanTaqrir..............................................................................................12

b. Bayan Tafsir............................................................................................12.

c. Bayan Tasri...............................................................................................13

d. Bayan Naskh............................................................................................13

BAB II PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Hadits adalah sumber ajaran islam yang kedua setelah Al-Qur'an. Dimana keduanya merupkan
pedoman dan pengontrol segala tingkah laku dan perbuatan manusia, untuk Al-Qur'an semua
periwayatanya ayat-ayatnya memiliki kedudukan sebagai sesuatu yang mutlak kebenaran
beritanya sedangkan hadits Nabi tingkat keabsahanya masih perlu ditelaah ulang, apakah betul
benar Nabi atau hanya karangan orang atau golongan tertentu saja.

Menurut Ibnu manzhur kata"hadits" berasal dari bahasa Arab, yaitu hadis jamaknya al-
hadits,diadahal-jadid(yang baru)lawandari al-qadim(yang lama), dhanal-khabar yang berati
kabar atau berita

Disamping pengertian tersebut MM Azami mendwfinisikan bahwa kata "hadis" secara etimologi
(lughawiyah berati komunikasi, kisah, oercakapan, relegius atau skular, sejarah atau
kontemporer.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa yang di maksud dengan pengertian kehujhan Hadits

Apa fungsi Hadis Terhadap Al-Qur'an

C.TUJUAN

a. Tahu tentang kehujjhan Hadits


b. Mengetahui apa saja yang termasuk dalil kehujjahan Hadits
c. Tahu fungsi Hadits terhadap Al-Qur'an

BAB II
PEMBAHASAN
A. HADITS

3
Hadits menurut bahasa artinya baru. Hadits secara bahasa juga bisa diartikan
ucapan, perkataan, khabar, cerita dan wawancara (Ali, tth: 747). Bentuk jama’nya
adalah ahaadits.1
2
Hadits adalah satu dari 4 sumber hukum Islam yang disepakati para ulama. Hadits
menjadi rujukan bagi umat muslim untuk menjelaskan hukum-hukum yang terdapat
dalam Al Quran.
Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi, secara etimologis hadits
dimaknai sebagai jadid, qarib, dan khabar. Jadid adalah lawan dari qadim yang
artinya yang baru. Sedangkan qarib artinya yang dekat, yang belum lama terjadi.
Sementara itu, khabar artinya warta yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada yang lainnya.
Arti Al Quddus dalam Asmaul Husna dan Keutamaan Sifatnya Secara terminologis,
hadits dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan secara bahasa, hadits berarti perkataan, percakapan,
berbicara.
"Segala ucapan, segala perbuatan, dan segala keadaan atau perilaku Nabi
Muhammad SAW," tulis Asep dalam bukunya seperti dikutip pada Senin
(31/5/2021).Definisi hadits dikategorikan menjadi tiga, yaitu perkataan nabi
(qauliyah), perbuatan nabi (fi'liyah), dan segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian
ulama seperti at-Thiby berpendapat bahwa hadits melengkapi sabda, perbuatan,
dan taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan, dan taqrir para
sabahat dan Tabi'in.3
B. DALIL KEHUJJAHAN HADITS
Kehujjahan Hadis adalah wajib digunakannya hadis sebagai hujjah atau dasar hukum
(al-dalil al-syar’i). Hadis adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum
Muslimin) setelah Alquran. Bagi orang yang beriman terhadap Alquran sebagai
sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadis juga
1
Dr. Muhammad Hambal Shafawa,Lc.M.Pd.I "Studi Ilmu Hadits".(Juli 2020)10

2
Kristina. Pengertian Hadits Menurut Bahasa dan Fungsi Kedudukanya.( Senin 31 Mei 2021)

3
Kristina. Pengertian Hadits Menurut Bahasa dan Fungsi Kedudukanya.( Senin 31 Mei 2021)

4
merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadis
sebagai sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapi juga murtad
hukumnya.4
Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada Hadis karena selain memang di
perintahkan oleh Alquran juga untuk memudahkan dalam menentukan
(menghukumi) suatu perkara yang tidak dibicarakan secara rinci atau sama sekali
tidak dibicarakan di dalam Al Qur’an sebagai sumber hukum utama. Apabila Hadis
tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum Muslimin akan mendapatkan
kesulitan-kesulitan dalam berbagai hal, seperti tata cara shalat, kadar dan ketentuan
zakat, cara haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Alquran dalam hal ini tersebut
hanya berbicara secara global dan umum. Dan yang menjelaskan secara terperinci
justru Sunnah Rasulullah.
Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada Hadis karena selain memang di
perintahkan oleh Alquran juga untuk memudahkan dalam menentukan
(menghukumi) suatu perkara yang tidak dibicarakan secara rinci atau sama sekali
tidak dibicarakan di dalam Al Qur’an sebagai sumber hukum utama. Apabila Hadis
tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum Muslimin akan mendapatkan
kesulitan-kesulitan dalam berbagai hal, seperti tata cara shalat, kadar dan ketentuan
zakat, cara haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Alquran dalam hal ini tersebut
hanya berbicara secara global dan umum. Dan yang menjelaskan secara terperinci
justru Sunnah Rasulullah.
Para imam pembina mazhab semuanya menggunakan hadis atau Sunnah dalam
ijtihanya menggali hukum. Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadis sebagai
sumber hukum Islam, dapat dilihat dalam beberapa dalil, baik dalam bentuk naqli
ataupun aqli :
a. Dalil Al-Qur'an
Dalil Alquran Banyak ayat Alquran yang menerangkan tentang kewajiban
mempercayai dan menerima segala yang datang dari Rasulullah Saw untuk dijadikan

4
Nahwu Shorof. Dalil Kehujjahan Hadits.( Februari 19 2021)

5
pedoman hidup. Diantaranya adalah : Firman Allah Swt dalam surah Ali Imran (3):
179 yang berbunyi :
‫َّم ا َك اَن ٱُهَّلل ِلَيَذ َر ٱْلُم ْؤ ِمِنيَن َع َلٰى َم ٓا َأنُتْم َع َلْيِه َح َّتٰى َيِم يَز ٱْلَخ ِبيَث ِم َن ٱلَّطِّيِبۗ َو َم ا َك اَن ٱُهَّلل ِلُيْطِلَع ُك ْم َع َلى ٱْلَغْيِب َو َٰل ِكَّن‬
‫ٱَهَّلل َيْج َتِبى ِم ن ُّر ُس ِلِهۦ َم ن َيَش ٓاُء ۖ َفَٔـاِم ُنو۟ا ِبٱِهَّلل َو ُرُس ِلِهۦۚ َو ِإن ُتْؤ ِم ُنو۟ا َو َتَّتُقو۟ا َفَلُك ْم َأْج ٌر َع ِظ يٌم‬
Artinya : "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam
keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari
yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu
hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara
rasulrasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika
kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.
Dalam QS. Ali Imran di atas, Allah memisahkan antara orang-orang mukmin dengan
orang-orang yang munafiq, dan akan memperbaiki keadaan orang-orang mukmin
dan memperkuat iman mereka. Oleh karena itulah, orang mukmin dituntut agar
tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Diantaranya Q.S. al-Nisa’ (4) : 59 sebagai berikut:
‫َٰٓي‬
‫َأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَٰن َز ْعُتْم ِفى َش ْى ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ٱِهَّلل َو ٱلَّرُس وِل‬
‫ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِر ۚ َٰذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو ياًل‬
Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman,taatlah kalian kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul serta ulil amri di antara kalian.Kemidian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu,maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul
(sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Dalam QS. An-Nisa di atas, Allah menyeru kaum Muslimin agar mereka tetap
beriman kepada Allah, rasul-Nya (Muhammad SAW), Alquran, dan kitab yang
diturunkan sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat, Allah mengancam orang-orang
yang mengingkari seruan-Nya.
Dalam surat Ali-Imran (3) ayat 32 disamping: ‫ُقْل َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو ٱلَّرُسوَل ۖ َفِإن َتَو َّلْو ۟ا َفِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب‬
‫ٱْلَٰك ِفِريَن‬
Artinya : “Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS:Ali Imran : 32).

6
Dari sinilah jelas bahwa ungkapan kewajiban taat kepada Rasulullah Saw dan
larangan mendurhakainya, merupakan suatu kesepakatan yang tidak dipersilihkan
umat islam.
b. Dalil Hadis
Dalam salah satu pesan yang disampaikan baginda Rasul berkenaan dengan
kewajiban menjadikan hadis sebagai pedoman hidup disamping Alquran sebagai
pedoman utamanya, adalah sabdanya:

Artinya : Al Mustadrak 319: Abu Bakar bin Ishaq Al Faqih mengabarkan kepada kami,
Muhammad bin Isa bin As-Sakan Al Wasithi memberitakan (kepada kami), Daud bin
Amr Adh-Dhabbi menceritakan kepada kami, Shalih bin Musa Ath-Thalhi
menceritakan kepada kami dari Abdul Aziz bin Rufa'i, dari Abu Shalih, dari Abu
Hurairah , dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:”Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua pedoman yang
tidak akan membuat kalian tersesat sesudahnya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku,
keduanya tidak akan berpisah hingga sampai di telaga”.
Hadis di atas telah jelas menyebutkan bahwa hadis merupakan pegangan hidup
setelah Alquran dalam menyelesaikan permasalahan dan segalah hal yang berkaitan
dengan kehidupan khususnya dalam menentukan hukum.
c. Ijma’ al-Sahabah
Para sahabat pada waktu Rasulullah saw masih hidup selalu mengikuti segala
sesuatu yang diprintahkan oleh beliau dan menjauhi segala sesuatu yang
dilarangnya dengan tidak membeda-bedakan antara hukum-hukum yang ditetapkan
oleh Tuhan dengan hukum-hukum yang diciptakan oleh Rasul sendiri. Setelah
Rasulullah saw meninggal dunia, jika para sahabat tidak mendapatkan ketentuan

7
hukum dalam Alquran, maka meraka meneliti hadis-hadis Rasul saw yang dihafal
oleh para sahabat. Abu bakar, misalnya, jika ia tidak ingat sunnah atau hadis yang
berhubungan dengan suatu kejadian, ia selalu bertanya kepada sahabat yang lain.
Selanjutnya kejadian tersebut ditetapkan hukumnya menurut sunnah tadi. Umar bin
khattab dan sahabatsahabat yang lain serta para tabi’in mengikuti jejak Abu Bakar
tersebut, dan tidak ada seorangpun diantara mereka yang mengingkari bahwa
sunnah Rasulullah saw wajib diikuti.
Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan hadis sebagai
sumber hukum Islam, antara lain adalah peristiwa dibawah ini;
a) Ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata, “saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan oleh Rasulullah, sesungguhnya
saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya.
b) Saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata, “saya tahu bahwa engkau
adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya tidak
akan menciummu.”
c) Pernah ditanyakan kepada Abdullah bin Umar tentang ketentuan sholat safar
dalam Alquran. Ibnu Umar menjawab, “Allah SWT telah mengutus Nabi
Muhammad SAW kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu, maka
sesugguhnya kami berbuat sebagaimana kami melihat Rasulullah berbuat.
d) Masih banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa yang diperintahkan,
dilakukan, dan diserukan oleh Rasulullah Saw, selalu diikuti oleh umatnya, dan
apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh umatnya.
d. Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)
Kerasulan Muhammad saw, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam. Di dalam
mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang datang dari
Allah SWT, baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas inisiatif sendiri dengan
bimbingan wahyu dari Tuhan. Namun juga tidak jarang beliau menawarkan hasil
ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak dibimbing oleh wahyu.

8
Hasil ijtihad itu berlaku sampai ada nas yang menasakhnya. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kalau hasil ijtihad beliau itu ditempatkan sebagai sumber hukum.
Kepercayaan yang telah diberikan kepada beliau sebagai utusan Tuhan
mengharuskan umat Islam untuk mentaati semua peraturan yang dibahasnya.
Menurut Abdul Ghoni bin Abdul Kholiq dalam bukunya Hujjiyah al-Sunnah,
kehujjahan hadis paling tidak dapat dipahami dari 7 aspek, yaitu :
a) Ishamah (Keterpeliharaan Nabi dari Kesalahan).
Tugas Rasul sebagai penyampai wahyu mengharuskan beliau untuk selalu ekstra
hati- hati dalam bertindak
b) Sikap Sahabat terhadap Sunnah
Sikap para sahabat yang selalu patuh dan tunduk dengan perintah Rasulullah
SAW memberikan satu indikasi akan kebenaran apa yang dilakukan dan
diucapkan oleh beliau, dan sekaligus dapat dijadikan hujjah.
c) Alquran
Banyak ayat yang memerintahkan untuk patuh, taat dan mengambil apa yang
dilakukan Nabi SAW.
d) Al-Sunnah
Selain Al-Alquran, terdapat banyak pula hadis yang menjelaskan kehujjahan al-
Sunnah
e) Kebutuhan Alqur’an terhadap al-Sunnah
Alquran tidak akan dapat dipahami secara sempurna tanpa ada bantuan al-
Sunnah
f) Realitas-Sunnah sebagai wahyu
Wahyu yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi ada yang berupa wahyu dhohir
(yang berstatus terjaga dan terpelihara dari segala bentuk kesalahan)
g) Ijma
Kesepakatan untuk mengambil hadis sebagai hujjah dan landa
C. FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR'AN

9
Hadits merupakan landasan hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an. 5Hadits
sebagai sumber kedua ini ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu; al-Quran sendiri,
kesepakatan (ijma) ulama, dan logika akal sehat (maqul). Al-Quran menekankan
bahwa Rasulullah berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah. Karena itu apa
yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus
diteladani oleh kaum Muslimin. Tulisan ini menemukan bahwa fungsi hadist
terhadap al-Quran adalah sebagai bayan dan muhaqiq (penjelas dan penguat) bagi
al-Quran. Baik sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, takhshish al-’am, bayan tabdila.
Tidak hanya itu, tulisan ini juga menemukan bahwa hadist Rasulullah telah
menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh al-Quran. 6 Karena dalam al-
Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk
taat secara mutlak kepada apa yang diperintahkan dan dilarang Rasulullah, serta
mengancam orang yang menyelisihinya.
4 Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur'an
a. Bayan Taqrir (memperjelas isi Al Quran)
Fungsi Hadist sebagai bayan taqrir berarti memperkuat isi dari Alquran. Sebagai
contoh hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim terkait perintah
berwudhu, yakni:
“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia
berwudhu” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:
‫َياَاُّيَهااَّلِذ ْيَن َاَم ُنْو اِاَذ اُقْم ُتْم ِاَلى الّص َلوِة َفاْغ ِس ُلْو ا ُو ُج ْو َهُك ْم َو َأْي ِد َيُك ْم ِاَلى اْلَم َر اِف ِق َو اْم َس ُحْو ا ِبُرُءْو ِس ُك ْم َو َاْر ُج َلُك ْم ِاَلى‬
‫“اْلَكْع َبْيِن‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS. Al-Maidah: 6)
b. Bayan Tafsir

5
Jamaril S.Ag. Guru MtsN7. Pengertian kedudukan dan Fungsi Hadits.(Kota Padang)

6
Nahwu Shoruf .Macam-macam Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur'an.(April 03 2021)

10
berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi al Alquran yang masih bersifat
umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat
yang bersifat mutlak (taqyid).
Contoh hadist sebagai bayan tafsir adalah penjelasan nabi Muhammad SAW
mengenai hukum pencurian.
‫َأَتى ِبَس ا ِرِق َفَقَطَع َيَد ُه ِم ْن ِم ْفَص ِل اْلَكِّف‬
“Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka beliau
memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan.”
Hadist diatas menafsirkan surat Al-maidah ayat 38:
‫َو الَّساِر ُق َو الَّساِر َقُة َفاْقَطُعْو اَاْيِد َيُهَم ا َج َزاًء ِبَم ا َك َسَبا َنَك اًال ِم َن ِهللا‬
“Laki- laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah”
(QS. Al-Maidah: 38)
Dalam Alquran, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri dengan
memotong tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian Nabi SAW
memberikan batasan bahwa yang dipotong dari pergelangan tangan.
c. Bayan Tasyri’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di Al Quran)
Hadist sebagai bayan tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-
ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran hanya
menerangkan pokok-pokoknya saja.
Contohnya hadist mengenai zakat fitrah:

‫ِاَّن َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَرَض َزَك ا َة الِفْطِر ِم ْن َر َم َض اَن َع َلى الَّناِس َص ا ًعا ِم ْن َتَمٍر َاْو َص ا ًعاِم ْن َش ِع ْيٍر‬
‫َع َلى ُك ِّل ُحٍّر َاْو َع ْبٍد َذ َك ٍر َأْو ُأْنَثى ِم َن ْالُم ْس ِلِم ْيَن‬
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan
satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-
laki atau perempuan.” (HR. Muslim)
d. Bayan Nasakh (mengganti ketentuan terdahulu)
Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti diantaranya at-taqyir (mengubah),
al-itbal (membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau ijalah (menghilangkan). Para
ulama mendefinisikan Bayan An-nasakh sebagai ketentuan yang datang kemudian

11
dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru
dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan lebih luas. Salah satu contohnya
yakni:
‫َالَوِص َّيَة ِلَو اِر ٍث‬
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris.”
Hadits ini menasakh surat QS.Al-Baqarah ayat 180:
‫ُك ِتَب َع َلْيُك ْم ِاَذ اَحَضَر َاَح َد ُك ْم الَم ْو ُت ِاْن َتَر َك َخْيَر الَو ِص َّيُة ِلْلَو اِلَد ْيِن َو ْاَأل ْقَر ِبْيَن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َح ًّقا َع َلى الُم َّتِقْيَن‬
“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tand-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabat secara ma’ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.” (QS.
Al-Baqarah: 180)
Fungsi hadist sebagai Bayan Nasakh ini masih terjadi perdebatan di kalangan ulama.
Para ulama Ibn Hazm dan Mutaqaddim membolehkan menasakh al-Qur’an dengan
segala hadits walaupun hadits ahad. Kelompok Hanafiyah berpendapat boleh
menasakh dengan hadist masyhur tanpa harus matawatir. Sedangkan para
mu’tazilah membolehkan menasakh dengan syarat hadist harus mutawatir. Selain
itu, ada juga yang berpendapat Bayan Nasakh bukanlah fungsi hadist.
Menurut jumhur ulama, kedudukan hadits menempati posisi kedua setelah Al
Quran. Ditinjau dari segi wurud atau tsubutnya Al Quran bersifat qath'i (pasti)
sedangkan hadits bersifat zhanni al wurud (relatif) kecuali yang berstatus mutawatir
(berturut-turut)

BAB III

12
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hadits adalah sumber ajaran islam yang kedua setelah Al-Qur'an. Dimana keduanya
merupkan pedoman dan pengontrol segala tingkah laku dan perbuatan manusia,
untuk Al-Qur'an semua periwayatanya ayat-ayatnya memiliki kedudukan sebagai
sesuatu yang mutlak kebenaran beritanya sedangka8n hadits Nabi tingkat
keabsahanya masih perlu ditelaah ulang, apakah betul benar Nabi atau hanya
karangan orang atau golongan tertentu saja.
Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur'an
a. Bayan Taqrir (memperjelas isi Al Quran)
Fungsi Hadist sebagai bayan taqrir berarti memperkuat isi dari Alquran.
b. Fungsi hadist sebagai bayan tafsir
berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi al Alquran yang masih
bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada
ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid).
c. Bayan Tasyri’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di Al Quran)
Hadist sebagai bayan tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau
ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran
hanya menerangkan pokok-pokoknya saja.
d. Bayan Nasakh (mengganti ketentuan terdahulu)
Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti diantaranya at-taqyir
(mengubah), al-itbal (membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau ijalah
(menghilangkan). Para ulama mendefinisikan Bayan An-nasakh sebagai
ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang
terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas.

13

Anda mungkin juga menyukai