Disusun Oleh:
FATIMAH AZZAHRA
2022010101148
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah “Ulumul Hadist”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan
kepada nabi besar Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ulumul Hadist di program studi
pendidikan agama Islam. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Hadist yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama proses perkuliahan mata kuliah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata semoga
COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Kesimpulan............................................................................................. 10
B. Saran....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran dan hadits mempunyai hubungan yang sangat erat dimana keduanya tidak
dapat dipisahkan meskipun ditinjau dari segi penggunaan hukum syariat, hadist/sunnah
mempunyai kedudukan sederajat lebih rendah dibandingkan al-quran. Hal ini akan terasa
sekali ketika seseorang membaca atau mendapati ayat-ayat al-Quran yang masih sangat
global, tidak terpirinci, dan kerap kali terdapat keterangan-keterangan yang bersifat, tidak
muqoyyad. Seperti perintah tentang kewajiban sholat. Dalam al-Qu’ran, tidak dijelaskan
bagaimana cara seseorang untuk mendirikan sholat, ada berapa rokaat,apa yang harus
dibaca, dan apa saja syarat rukunnya.
Akan tetapi, dari hadist kita dapat mengetahui tata caranya sebagaimana yang telah
disyariatkan. Oleh karenanya, keberadaan hadist menjadi hal yang urgen melihat fungsi
umum hadist menjadi bayan ayat-ayat al-Quran yang masih butuh kajian lebih dalam
untuk mengetahui makna yang sesungguhya. Jika umat islam mempunyai pengetahuan
yang sedikit tentang hadist, maka akan sangat sulit bagi kita untuk menelaah lebih dalam
dan memahami ayat-ayat al-Quran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Hadis Menurut Ulama?
2. Bagaimana Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an?
3. Apa Fungsi Hadis beserta contohnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hadist Menurut ulama
2. Untuk mengetahui Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui Fungsi Hadist beserta contohnya
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhamad Ali and Didik Himmawan, ‘Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama, Dalil-Dalil Kehujjahan
Hadits Dan Fungsi Hadits Terhadap Alquran’, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 5.1 (2019), 125–32
<https://doi.org/10.5281/zenodo.3551298>.
2
Ali and Himmawan.
1. Menurut ulama ahl al-ra’y penjelasan hadis terhadap Al-Quran adalah sebagai
berikut:
a. Bayam Taqrir
b. Bayam tafsir
c. Bayam tabdil
2. Menurut Imam Malik bayan hadist itu terbagi menjadi lima, yaitu:
a. Bayam Taqrir
b. Bayam Tawadhih (bayam tafsir)
c. Bayam Tafshlil
d. Bayam Tabshith
e. Bayam Tasyri´
3. Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i menetapkan bahwa penjelasan hadist
terhadap Al-Quran menjadi lima, yaitu:
a. Bayam Tafshil
b. Bayam takshish
c. Bayam Ta’yin
d. Bayam Tasyri’
e. Bayam Nashk
4. Ahmad Ibnu Hambal sependapat dengan gurunya Isalm Asy-Syafi’i bukan
lebih keras lagi pendiriannya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan
pendapat Ahmad Ibnu Hambal bahwa penhelasan sunnah terhadap Al-Quran
terbagi menjadi empat:
a. Bayam ta’kid (bayam taqrir)
b. Bayam Tafsir
c. Bayam Tasyri’
d. Bayam Takhshish dab Taqyid\
Dari banyak perbedaan pendapat para ulama terpercaya tentang penjelasan hadis
terhadap Al-Quran, berikut diambil dan dijelaskan secara singkat beberapa
diantaranya:
1. Hadis sebagai Bayan Tashfil
Yang dimaksud dengan bayan tashfil di sini adalah bahwa hadist itu
menjelaskan atau memperinci kemujmalan Al-Quran. Karena Al-Quran bersifat
mujmal (global), maka agar ia dapat berlaku sepanjang masa dan dalam
keadaan bagaimanapun diperlakukan perincian. Maka dari itu diperlukan
adanya hadist atau sunnah.
Dalam Kedudukannya sumber kedua setelah Al-Quran, hadis berfungsi sebagai
pemerinci atau penafsir hal-hal yang masih disebutkan secara mujmal oleh Al-
Quran. Mujmal dalam pengertian ini adalah suatu lafaz yang belum jelas
dilalahnya atau masih bersifat umum dalam penunjukannya. Dengan hadis
diharapkan dapat diketahui dengan jelas maksud dan penunjukannya.
Dalam Al-Quran ada perintah melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat,
mengerjakan ibadah haji. Namun teknik operasional tidak dijumpai didalam
Al-Quran, teknik pelaksanaan tersebut dijelaskan di dalam hadis.
2. Hadis sebagai Bayan Takhshish
Dalam hal ini hadis bertindak sebagai penjelas tentang kekhususan ayat-ayat
yang bersifat umum. ‘Amm dalam pengertian ini adalah suatu lafaz yang
menunjukan suatu makna yang mencakup seluruh satuan makna yang tidak
terbatas dalam satuan tertentu. Dengan kata lain, semua lafaz yang mencakup
3
‘Makalah_Fungsi_dasar_Hadist (1)’.
semua makna yang pantas dengan suatu ucapan saja. Misalnya lafaz al-
Muslimun (orang-orang Islam), al-rijal (anak-anak laki-lakimu), dan lain-lain.
Misalnya, terkait informasi Al-Quran tentang ketentuan anak laki-laki yang
dapat mewarisi orang tua dari keluarganya, di dalam Al-Quran dijelaskan
sebagai berikut: “Allah telah mewariskan kepadamu tentang bagian anak-
anakmu, yakni untuk laki-laki sama dengan dua bagian untuk anak
perempuan”. (QS. An-Nisa: 11). Ayat ini tidak menjelaskan syarat-syarat
untuk dapat saling mewarisi antara keluarga. Selanjutnya hal itu dijelaskan oleh
hadis yang menerangkan tentang persyaratan khusus tentang kebiasaan saling
mewarisi tersebut, antara lain tidak berlainan agama dan tidak ada tindakan
pembunuhan di antara mereka.
3. Hadis sebagai Bayan Taqyid
Bayan taqyid adalah penjelasan terhadap Al-Quran dengan cara membatasi
ayat-ayat yang bersifat mutlak dengan keadaan sifat dan syarat tertentu. Istilah
mutlak maksudnya adalah hakikat dari suatu ayat yang hanya berorientasi pada
dhohirnya tanpa memiliki limitasi yang dapat membuat pagar hukum yang
sistematis. Adapun contoh hadist yang memiliki pembatasan hukum adalah:
( اَل: لمFFه وسFFلى هللا عليFF َق اَل َر ُس وُل ِهَّللَا ص: َع ْن َعاِئَش َة َر ِض َي ُهَّللَا َع ْنَها َقاَلْت
َو الَّلْفُظ ِلُم ْس ِلم.ٍ ُتْقَطُع َيُد َس اِر ٍق ِإاَّل ِفي ُرُبِع ِد يَناٍر َفَص اِع ًدا ) ُم َّتَفٌق َع َلْيِه.
ُتْقَطُع َاْلَيُد ِفي ُرُبِع ِد يَناٍر َفَص اِع ًدا َو ِفي ِر َو اَيٍة َأِلْح َم َد ِاْقَطُعوا:َو َلْفُظ َاْلُبَخاِر ِّي
َو اَل َتْقَطُعوا ِفيَم ا ُهَو َأْد َنى ِم ْن َذ ِلَك, ِفي ُرُبِع ِد يَناٍر
و َح َّد َثِني َيْح َيى َع ْن َم اِلك َع ْن َأِبي الِّز َناِد َع ْن اَأْلْع َر ِج َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأنَر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
َقاَل اَل ُيْج َم ُع َبْيَن اْلَم ْر َأِة َو َع َّمِتَها َو اَل َبْيَن اْلَم ْر َأِة َو َخ اَلِتَها
Imam Syafi’i berpendapat bahwa apa yang telah disunahkan oleh Rasulullah SAW
tidak terdapat dalam kitabullah, maka hal itu merupakan hukum Allah juga,
sebagaimana Allah berfirman:
َت ۡد ِري َم ا ٱۡل ِكَٰت ُب َو اَل َو َك َٰذ ِلَك َأۡو َح ۡي َن ٓا ِإَلۡي َك ُر وٗح ا ِّم ۡن َأۡم ِرَن ۚا َم ا ُك نَت
ِعَباِد َن ۚا َو ِإَّن َك َلَتۡه ِد ٓي ٱِإۡل يَٰم ُن َو َٰل ِكن َج َع ۡل َٰن ُه ُنوٗر ا َّنۡه ِد ي ِبِهۦ َم ن َّنَش ٓاُء ِم ۡن
٥٢ ِإَلٰى ِص َٰر ٖط ُّم ۡس َتِقيٖم
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak
pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hambaKami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.
(QS. Ash-Shura: 52)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Quran memang merupakan pedoman umat Islam yang utama, namun isi dan
redaksi dari Al-Quran itu sendiri masih sangat bersifat global (mujmal). Maka dari itu
kedudukan hadis dalam Islam yang utama adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Quran
yang masih global. Rasulullah diperintahkan untuk menjelaskan tiap-tiap ajaran
kepada para sahabat setelah beliau mendapatkan penjelasan dari Jibril.
Peran kedua adalah agar hadis menjadi pedoman ketika muncul persoalan-
persoalan yang tidak secara spesifik terdapat dalam Al-Quran. Setelah masa
Rasulullah SAW. Al-Quran dan Hadis dijadikan sebagai rujukan para ulama untuk
mengeluarkan fatwa dan aturan lainya. Karena tidak menutup kemungkinan
perseteruan akan terjadi di masa yang akan datang berhubungan dengan hukum dalam
Al-Quran.
Peran yang ketiga, menjaga agar ayat-ayat Al-Quran tidak secara sembarangan
dilencengkan sehingga seolah ayat-ayat Al-Quran berkontradiksi. Penjelasan
Rasulullah sudah merupakan penjelasan yang dapat dipahami bahwa juga telah
ditafsirkan mendalam oleh para ulama.Kedudukan Hadist sebagai penjelas sanganlah
penting bagi Hukum Islam, seperti dalam bidang Ekonomi Islam
Rasulullah yang bergelar uswatun hasanah segala ucapan dan kepribaianya adalah
pencitraan dari Al-Quran. Sehingga umat Islam yang mengikuti hadis-hadisRasulullah
adalah mereka yang juga taat kepada Al-Quran.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan melalui kritikan
dan masukan bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Solehudin, M dan Suyadi, Agus. 2008. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia
https://alovieanta.wordpress.com/2017/01/31/makalah-fungsi-hadis/
https://www.academia.edu/11883185/
MAKALAH_FUNGSI_HADIST_TERHADAP_AL_QURAN
Ali, Muhamad, and Didik Himmawan, ‘Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama, Dalil-
Dalil Kehujjahan Hadits Dan Fungsi Hadits Terhadap Alquran’, Jurnal Pendidikan Dan
Studi Islam, 5.1 (2019), 125–32 <https://doi.org/10.5281/zenodo.3551298>
‘Makalah_Fungsi_dasar_Hadist (1)’