Anda di halaman 1dari 10

HAKIKAT FIQIH IBADAH

Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“FIQIH IBADAH”

Dosen Pengampu:
Soleh Hasan,M.Pd.I

DISUSUN OLEH

1. SITI FHATONAH 2088203053

2. SULIS DWI APRIANA 2088203070

3. SOLIHATUN NIMMAH 2088203051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
NURUL HUDA
2020

KATA PENGANTAR
1
Alhamdulillah, bahwa hanya dengan petunjuk dan hidayah-Nya penulisan makalah ini
dapat terselesaikan dan sampai di hadapan para pembaca yang berbahagia. Semoga
kiranya membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan memberikan sumbangan yang
berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw. Yang telah membawa kita ke dunia yang penuh dengan kedamaian.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada:

1. H.Imam Rodin,M.Pd.I, selaku Rektor STKIP NURUL HUDA SUKARAJA.


2. Soleh Hasan, M. Pd. I selaku dosen Pengampu mata kuliah Fikih Ibadah

Makalah inipun tentunya banyak dijumpai kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur sapa serta saran-saran penyempurnaan,
agar kekurangan dan kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi
pengembangan studi ilmu Al-Qur'an pada umumnya.

Putak, 20 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
COVER....................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.................................................................................................. 4


B. Rumusan masalah.......................................................................................................... 4
C. Tujuan masalah.............................................................................................................. 4

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Ibadah.................................................................................................. 5


B. Dasar Hukum fiqih Ibadah............................................................................................. 6
C. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah......................................................................................... 7

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian dengannya, karena
ibadah itu tidak bisa dibuat main-main apalagi disalah gunakan. Dalam islam ibadah harus
berpedoman pada apa yang  telah Allah Subhaanahu wa Ta’aala perintahkan dan apa yang
telah di ajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada umat islam yang
dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-
Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi atau dengan kata lain yang
disebut dengan hadist Nabi.

Kita sebagai umat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan bagaimana cara
pelaksanaan ibadah tersebut. Oleh karena itu,  kita harus mengikuti ibadah yang dicontohkan
oleh Nabi kepada kita dan tidak boleh membuat ibadah-ibadah yang tidak berdasar pada Al-
Qur’an dan Hadist.

Dalam makalah ini, akan di kupas tentang bagaimana ibadah, pengertian, dasar
hukum, pembagian dan syarat ibadah diterima.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut  :

1. Jelaskan pengertian fiqih ibadah ?


2. Apa saja dasar hukum ibadah ?
3. Ruang lingkup fiqih ibadah ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui dan memahami fiqih ibadah itu dari segi pengertian islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami dasar hukum ibadah
3. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup fiqih ibadah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Ibadah

Secara bahasa kata fiqih ibadah dapat diartikan al-ilm artinya ilmu, dan al- fahm,
artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.

Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang
berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang

4
terperinci.  Mukalaf  adalah orang yamg layak di bebani dengan kewajiban. Seseorang
dianggap mukalaf setidaknya ada dua ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal. Cirinya
adalah seseorang sudah dapat membedakan antara yang baik dan buruk, dan antara benar dan
salah. Kedua, baliq, maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki
sudah pernah ikhtilam (mimpi basah), sedangkan pereumpuan sudah haid.

Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (‫( ;)الطاعة‬2) tunduk (
‫( ;)الخضوع‬3) hina (‫ ;)الذ ّل‬dan (‫ )التنسّك‬pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan,
ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang
dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan
ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah
dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah
Nadzar dan Kifarat.

           Ibadah dalam arti lain yaitu penyembahan seseorang hamba terhadap tuhannya yang
dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya , dengan hati yang ikhlas menurut
cara-cara yang ditentukan oleh agama.

           Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang
menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti
meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang
kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla
Allah.1 

B. Dasar Hukum Fiqih Ibadah

Semua sahabat dan para pengikutnya, para ulama dan semua umat Islam sepakat
bahwa ibadah yang berhubungan secara langsung dengan Allah harus didasarkan pada
nash Al- Qur’an dan As- Sunnah.
a. Al- Qur’an
Al-Qur’an adalah dalil pertama dan utama dalam perujukan dan penetapan hukum
Islam. Al-Qur’an adalah pokok agama, dasar aqidah, sumber syariat dan petunjuk

1 Majmu Fatawa 7/638

5
bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh karena itu, Dasar hukum pelaksanaan
ibadah yang utama tentu saja al-Qur’an. Al-qur’an menurut bahasa (etimologi)
berarti bacaan atau yang di baca yaitu suatu nama pilihan allah yang sangat tepat
karena tiada suatu bacaan di duna ini sejak manusia mengenal baca tulis 5 ribu
silam yang dapat menandingi al-qur’an al-karim. Sedang menurut istilah
(terminologi) ialah kalamullah yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW
denag perantara malaikat jibril,menjadi mu’jizat atas kenabiannya,tertulis bahasa
arab yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya
merupakan ibadah (siddik muhtadi,1982).
Beberapa pendapat para Ulama’ menjelaskan bahwa ; Al-qur’an menurut
Dr.manna’ al-qaththan yang artinya;perkataan allah yang turun kepada nabi
Muhammad SAW. dimana membacanya menjadi ritual ibadah . Al-qur’an
menuryt syejh muhammdad khudhari Al-qur’an adalah firman allah yang di
turunkan kepada nabi Muhammad SAW.untuk di fahami isinya dan selallu di
ingat,tertulis dalam mushaf di mulai dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan
surat an-nas.
b. As- Sunnah atau Al- Hadits
Dasar hukum yang kedua adalah As- Sunnah atau Al- Hadits. As-Sunnah secara
harfiah merupakan kosa kata kuno yang telah dikenal dalam bahasa Arab,
bermakna jalan yang menjadi kebiasaan, baik atau buruk. Menurut ulama fiqih,
Sunnah berarti suatu perbuatan yang dianjurkan tanpa ada keharusan, dengan
gambaran siapa yang mengerjakan akan mendapatkan pahala, dan bila tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Sedangkan menurut ahli hadits, Sunnah
adalah segala sesuatu yang tercermin dari diri Nabi, baik berupa ucapan,
perbuatan, ketetapan (taqrir), sifat-sifat lahir maupun batin dan universalitasnya,
serta setiap hal yang telah ditetapkan dalam hukum syara’ maupun belum.
Sedangkan As-Sunnah menurut ulama’ ushul fiqh adalah segala sesuatu yang
timbul dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, selain al-Qur’an yang mencakup
perbuatan, perkataan, dan ketetapan atau persetujuan (Taqrir) yang dapat
digunakannsebagai landasan hukum syariat.
Jadi, dasar hukum semua bentuk ibadah kepada Allah adalah Al-Quran dan As-
Sunnah. Tidak ada bentuk ibadah yang didasarkan pada dalil akal, karena akal
cenderung subjektif dan dipengaruhi hawa nafsu, kecuali dalam ibadah yang

6
bersifat substantif yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama
manusia.2

C. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah

Sebagaimana yang telah di jelaskan bahwa semua kehidupan hamba allah yang di
laksanakan dengan niat mengharap keridhoan allah SWT bernilai ibadah yang sifatnya
langsung berhubungan dengan allah tanpa ada perantara yang merupakan sebagian dari
ritual formal atau habluminnallah da nada ibadah yang secara tidak langsung yakni semua
yang berkaiatn dengan muamalah,yang di sebut dengan hablumminannas(hubungan antara
manusia). Secara umum,untuk ibadah kepada aallah di bagi menjadi 2 yaitu;
a. Ibadah mahdhah
Ibadah maghddha adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas dzori
dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibadah ini ditetapkan oleh
dalil-dalil yang kuat (qod’i ad-dilalah), mislnya peritah solat, zakat, puasa, ibadah
haji dan bersuci dari hadas kecil dan besar.
1) Thaharah
Thaharah dalam bahasa Arab artinya kesucian, dan dalam ilmu Fiqih artinya
mengangkat hadast dan menghilangkan najis. Mengangkat hadast kecil ialah
dengan berwudhu’ sedangkan mengangkat hadast besar harus dilakukan
dengan mandi besar (mandi junub).
2) Bab Shalat
Shalat dalam bahasa artinya do’a dan dalam ilmu Fiqih ialah perkataan dan
pekerjaan yang dimulai dengan takbir (Allahu Akbar) dan diakhiri dengan
taslim (memberi salam). Solat merupakan tiang agama dan amalan yang
pertama kali dihisap pada hari kiamat yang memiliki fungsi langsung
berkaitan dengan komunikasi seorang hamba dengan Robb-nya.Dalam suatu
hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan muslim, Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat
adalah sholat.Jika ia(sholatnya itu) baik, maka baik pula amalannya
sebaiknya jika jelek pulalah amalan-amalannya”.(HR.Muslim).3
3) Bab As-shaum

2 Fais a-muttaqiem,fiqih islam.ampel muria Surabaya.2008.hlm.03


3 Zainuddin Ahmad Azzubaidi Terjemah Hadist Shahih Bukhari PT.Karya toha Putra Semarang.2007.him.104

7
As-shaum atau Ashiam: dalam bahasa artinya menahan diri dari sesuatu, dan
dalam ilmu Fiqih artinya menahan diri dari makan, minum dan segala yang
membatalkannya dari mulai fajar sampai terbenam matahari disertai dengan
niat.
4) Bab Zakat
Zakat dalam bahasa artinya pembersihan atau pertumbuhan dan dalam ilmu
Fiqih ialah kadar harta yang tertentu yang dikumpulkan dari harta seseorang
yang tertentu dan dibagikan kepada golongan tertentu disertai niat.
5) Haji
Haji dalam bahasa artinya menuju dan dalam ilmu Fiqih ialah berziarah ke
Baitulllah di Makkah untuk menjalankan manasik (pekerjaan) haji yang jatuh
pada setiap bulan Dzul Hijjah. 4
Haji secara terminology hokum syara’ adalah menyengaja menuju baitul
haram guna melaksanakan dann ibadah melakukan amalan-amalan haji

b. Ibadah ghoiru maghdhah


Ibadah ghairu maghdah atau yang bisa di sebut ibadah umu merupakan hubungan
sesama manusia dan manusia dengan alam yang memiliki nilai ibadah.ibadah ini
tidak di tentukan cara-cara secara detail,semua di serahkan kepada manusia itu
sendiri.Ibadah ghairu maghdah berbeda dengan ibadah maghdah, jika ibadah
maghdah akan bernilai sah dan pahala.
Jika di lakukan dengan nilai yang ikhlas namun sebaliknya ibadah ghairu maghdah
niat yang benar untuk mendapatkan pahala dari allah SWT. maka aka nada nilai
pahalanya. Namun jika tidak di lakukan tanpa di iringi niat yang benar,maka tetap
sah hanya saja tidak ada nilai pahalanya untuk yang menjalankannya.5

4 Syarah Aqidah Washitiyah , karya Syaikh Muhammad Kholil Harros, takhrij: ‘Alwi bin  Abdul Qodir As-
Saqqof hlm: 231,
5 Addiinul Khaalish, 2/385

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fikih Ibadah adalah salah satu ilmu pengetahuan yang wajib diketahui dan dipelajari
bagi seluruh umat islam dalam pelaksanaan ibadah- ibadah yang sesuai dengan Al- Qur’an
dan As- Sunnah atau Al- Hadits. Ibadah yang diterima adalah ibadah yang didalamnnya ada
keimanan dan keikhlasan serta ittiba’ bagi pelakunnya.

Adapun dasar fiqih ibadah adalah al-quran,Al-sunnah dan Al-hadist, Secara


umum,untuk ibadah kepada Allah di bagi menjadi 2 yaitu yaitu ibadah madhah meliputi
thoharoh, sholat, shaum, zakat dan haji.

Sedangkan ibadah ghoiru madhah. Ibadah ghairu maghdah atau yang bisa di sebut
ibadah umu merupakan hubungan sesama manusia dan manusia dengan alam yang memiliki
nilai ibadah.ibadah ini tidak di tentukan cara-cara secara detail,semua di serahkan kepada
manusia itu sendiri

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumny

9
DAFTAR PUSTAKA

 Zainuddin. Ahmad Azzubaidi, 2007.Terjemah Hadist Shahih Bukhari PT.Karya toha Putra
Semarang.
 Fais a-muttaqiem, 2008.fiqih islam. Ampel Muria Surabaya.

 Majmu Fatawa 7/638


 Syarah Aqidah Washitiyah, karya Syaikh Muhammad Kholil Harros, takhrij: ‘Alwi
bin Abdul Qodir As- Saqqof
  Addiinul Khaalish, 2/385
 Lihat Tashil al- ‘Aqiidah al- Islaamiyyah, Penerbit: Darul ‘Ushaimi lin nasyr wa
tauzi’, karya Prof. Dr. Abdullah bin Abdul ‘Aziz bin Hammadah al- Jibrin

10

Anda mungkin juga menyukai