Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN FIKIH


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran fikih di madrasah

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
FARHAN FUADI
NURBAITI

KELAS:
V/B

DOSEN PENGAMPU:
SYUKRON DARSYAH, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


NURUL HIDAYAH SELATPANJANG
T.A. 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.

Selatpanjang, 10 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penyusunan .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2


A. Definisi Fikih ....................................................................................... 2
B. Ruang Lingkup Fikih ........................................................................... 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 7


A. Kesimpulan .......................................................................................... 7
B. Saran ..................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqih merupakan bagian dari entitas kehidupan di dunia Islam dan mejadi
salah satu subyek dalam pengkajian Islam, baik di Indonesia maupun di dunia
pada umumnya, oleh karena itu, fiqh dituntut untuk dikembangkan, agar bidang
ilmu itu memiliki makna bagi pengembangan keahlian dan untuk selanjutnya
dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kehidupan manusia, khususnya di dunia
Islam. Adapun juga sumber hukum, yakni Al – Qur’an, sunnah, ijma, dan qiyas
atau analogi Al – Qur’an dan hadits yang sampai kepada kita masih otentik dan
orisinil, Orisinilitas dan otensitas didukung oleh penggunaan bahasa aslinya,
yakni bahasa Arab karena Al – Qur’an dan Hadits merupakan dua dalil hukum,
yakni petunjuk – petunjuk adanya hukum. Menyikapi hal ini, kita sebagai orang
muslim tahu benar tentang ajaran Islam, apalagi dalam bidang ilmu Fiqh yang ada
sangkut pautnya dengan sumber hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari fikih?
2. Bagaimana ruang lingkup pembelajaran fikih?

C. Tujuan Penyusunan
Diharapkan mampu untuk memberikan kesempatan kepada penyaji untuk
mempresentasikan materinya dengan tujuan memberikan informasi kepada audien
dan menjadi bahan informasi bacaan bagi para pembacanya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Fikih
Fiqh secara etimologis artinya memahami sesuatu secara mendalam, adapun
secara terminologis fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis
(amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. contohnya hukum wajib
shalat, diambil dari perintah Allah dalam ayat aqimu al-shalat (dirikanlah sholat).
Karena dalam al-Qur’an tidak di rinci bagaimana tata cara menjalankan shalat,
sebagaimana kalian melalui sabda Nabi SAW : “Kerjakanlah shalat, sebagaimana
kalian melihat aku menjalankannya” (Shollu kama raaitumuni usholli). Dari
Praktek Nabi inilah, sahabat-sahabat, tabi’in, dan fuqoha merumuskan tata aturan
sholat yang benar dengan segala syarat dan rukunnya.
Fiqh dalam pendapat lain juga disebut sebagai koleksi (Majmu’) hukum-
hukum syari’at Islam yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf dan diambil dari
dalil-dalilnya yang tafshili.1
Menurut bahasa term fiqih berarti paham atau mengerti. Arti ini dapat diambil
dari pengertian ayat al-Qur’an dan hadits yang Artinya: Kami tidak banyak
mengerti apa yang kamu katakan.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kata dasar fiqh
yang mempunyai arti paham, misalnya surat al-Nisa’ ayat 77, surat al-An’am ayat
65 daan 97. Untuk ayat-ayat yang lain mahasiswa dipersilahkan mencarinya
secara mandiri dengan dipandu Kitab Kamus al-Qur’an seperti Fath al-Rahman li
thalib ayat al-Qur’an atau al- Mu’jam li alfazh al-Qur’an.
Kata fiqh dalam al-Hadits juga ada yang mempunyai arti paham atau
mengerti, seperti hadis di bawah ini:
‫َﻣ ْﻦ ﻳ ُِﺮ ِﺩ ﷲُ ِﺑ ِﻪ َﺧﻴ ًْﺮﺍ ﻳُ َﻔ ِ ّﻘ ْﻬﻪُ ِﻓﻲ ﺍﻟ ِﺪّﻳ ِْﻦ‬
Artinya: “Siapa saja yang Allah menghendaki baik baginya, niscaya Dia
memberinya pemahaman tentang agama.”

1
Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqh MTs-MA, 2009, hlm: 2

2
Sedang definisi atau batasan fiqh menurut Istilah para Fuqaha ada beberapa
pandangan yang diantaranya:
‫ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻵﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺍﻟﻌﻤﻠﻴﺔ‬
Artinya: “Yakni pengetahuan (upaya mengetahui) norma hukum Syar’i yang
berhubungan dengan perbuatan manusia.”
Definisi ini menggambarkan bahwa fiqh itu sebuah ilmu yang salah satu
karakternya tidak pernah berhenti. Ilmu itu selalu berproses yang dalam ilmu
ushul fiqh kita kenal dengan istilah ijtihad.
Ada juga ulama yang memberi batasan fiqh sebagai:

‫ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ ﺍﻵﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﻌﻤﻠﻴﺔ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻋﺔ ﻓﻲ ﺍﻻﺳﻼﻡ‬


Artinya: “Fiqh adalah koleksi hukum-hukum perbuatan yang disyari’atkan
dalam Islam.”
Definisi yang kedua ini mengisyaratkan bahwa fiqh itu hasil ijtihad para
mujtahid yang berimplikasi bahwa fiqh itu telah selesai. Umat Islam tinggal
melaksanakan hasil ijtihad para mujtahid yang telah terangkum dalam karya-karya
mereka.
Menurut Hatib Rachmawan, Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm,
artinya ilmu, dan al-fahm, artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu
yang mendalam.Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang
hukum-hukum syar‟i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf
yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang
layak dibebani dengan kewajiban
Diantara keistimewaan fiqih Islam yang dikatakan sebagai hukum- hukum
syari‟at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf memiliki keterikatan
yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan rukun-rukun aqidah Islam yang
lain. Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman dengan hari akhir. Yang
demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah- lah yang dapat menjadikan
seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum agama, dan terkendali
untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Sedangkan orang
yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat maupun

3
puasa dan tidak memperhatikan apakah perbuatannya termasuk yang halal atau
haram. Maka berpegang teguh dengan hukum-hukum syari‟at tidak lain
merupakan bagian dari keimanan terhadap Dzat yang menurunkan dan
mensyari‟atkannya terhadap para hambaNya.2
Dengan memahami dua definisi fiqh diatas dapat disimpulkan bahwa, yang
pertama melihat fiqh sebagai sebuah ilmu yang selalu dinamis, berproses serta
selalu merespon derap dan langkah manusia, baik atas nama individu atau
kelompok (masyarakat). Sedang ulama’ yang sependapat dengan batasan yang
kedua melihat bahwa proses ijtihad itu telah selesai. Umat Islam zaman sekarang
seakan tidak mempunyai hak mengkaji ulang dengan menambah atau mengurangi
hal-hal yang sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat, tempat fiqh itu akan
diimplementasikan.

B. Ruang Lingkup Fiqih


Para ulama fiqih sesuai ruang lingkup bahasan menjadi dua bagian besar
yaitu: fiqh ibadah dan fiqh muamalah. Hal ini didasarkan pada ayat al-Qur’an
yang membedakan dua hubungan manusia itu pada umumnya:

‫ﺿﺮﺑﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺬ ﻟﺔ ﺍﻳﻨﻤﺎ ﺛﻘﻔﻮﺍ ﺇﻻﺑﺤﺒﻞ ﻣﻦ ﷲ ﻭﺣﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ‬


Artinya: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada kecuali jika
mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (hubungan baik) dengan
manusia.”
Di jelskan bahwa ruang lingkup fiqih itu meliputi keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
3. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan

2
Nur, N. (2014). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran
Fiqih Pokok Bahasan Cara Syah Sholat. 10–37.

4
Adapun fokus pelajaran fiqih MTs. adalah dalam bidang-bidang tersebut:
1. Fiqih ibadah: norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya (vertical).
2. Fiqh muamalah: norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya (horizontal).
Yang pertama (fiqh ibadah) dibagi lagi menjadi dua, yaitu ibadah mahzhah
dan ibadah ghairu mahzhah. Ibadah mahzhah adalah ajaran agama yang mengatur
perbuatan-perbuatan manusia yang murni mencerminkan hubungan manusia itu
dengan Allah. Sedang ibadah ghairu mahzhah adalah ajaran agama yang mengatur
perbuatan antar manusia itu sendiri.
Norma-norma ajaran agama yang mengatur hubungan antar manusia ini
sangat luas sehingga fiqh muamalah ini terbagi kedalam banyak bidang, yaitu:
a. Fiqh munakahat: pengetahuan tentang norma-norma ajaran Islam
yang mengurai tentang pernikahan sejak dari norma tentang melihat
calon suami/istri (nazhar), tata cara melamar (khithbah), mas kawin
(mahat/shadaq), akad nikah, wali, saksi, pencatatan nikah, perceraian
(talak), iddah, hak nafkah bagi istri, hak mengasuh anak (hadhanah),
hak dab kewwajiban suami istri dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan suami istri.
b. Fiqh Jinayat: Pengetahuan tentang norma-norma ajaran Islam yang
mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan seseorang terhadap
orang atau lembaga lain, seperti melukai orang lain, menghina, atau
memfitnah, mencuri, meminum minuman keras atau membunuh.
c. Fiqh Siyasat: Pengetahuan yang membicarakan norma norma ajaran
Islam yang berkaitan dengan pemerintahan, misalnya tata cara
pemilihan presiden dan wakil presiden dan wakil presiden, pemilihan
anggota legislatif, pembuatan undang-undang yang mengatur
kepentingan rakyat, dll.
d. Fiqh Muamalat: Pengetahuan yang membicaraka norma-norma ajaran
Islam yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang dilakukan

5
masyarakat manusia, baik itu jual bel, hutang piutang, sewa menyewa,
pinjam meminjam barang, dll.3
Dan ruang lingkup fiqih MA meliputi: kajian tentang prinsip-prinsip
ibadah dan syari’at dalam Islam; hukum Islam dan perundang-undangan tentang
zakat dan haji, hikmah dan cara pengelolaannya; hikmah qurban dan aqiqah;
ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang
kepemilikan; konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam
tentang pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang
wakalah dan sulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang dhaman dan
kafalah beserta hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang
jinayah, hudud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya;
hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah;
sumber hukum Islam dan hukum taklifi; dasar-dasar istimbath dalam fiqih Islam;
kaidah-kaidah ushul fiqih dan penerapannya.

3
Yasin, Fiqh Ibadah, 2008, hlm:6-11

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fiqih didefinisikan sebagai Ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat
praktis yang digali dari dalil-dalil yang terperinci. Syari’ah merupakan hukum-
hukum yang disyariatkan Allah untuk hamba-hambaNya. Sedangkan Hukum
Islam adalah hukum yang bersumber pada nilai-nilai keislaman yang berasal dari
dalil-dalil agama Islam. Bentuk hukumnya dapat berupa kesepakatan, larangan,
anjuran, dan ketetapan.
Fiqih merupakan pengetahuan yang dihasilakn melalui proses penelitian
dalil-dalil rinci dengan menggunakan metodologi ushul fiqh. Kemudian ushl fiqh
berfungsi untuk memahami dalil-dalil rinci agar terhindar dari kesalahan
penempatan dan pemakaian dalil-dalil tersebut. Selain itu ushul fiqh juga
mengahasilkan hukum-hukum global (Kulli) yang bisa diterapkan pada masalah-
masalah yang mempunyai kesamaan. Hukum-hukum Kulli inilah yang kemudian
disebut Qawa’idul Fiqh.

B. Saran
Penyusun sangat berharap masukan dan saran yang membangun dari pembaca
agar menjadi bahan koreksi dan kajian kami. Karena penulis menyadari masih
banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini yang jauh dari
kesempurnaan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqh MTs-MA, 2009, hlm: 2


Nur, N. (2014). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada
Mata Pelajaran Fiqih Pokok Bahasan Cara Syah Sholat. 10–37.
Yasin, Fiqh Ibadah, 2008, hlm: 6-11

Anda mungkin juga menyukai