Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGERTIAN, KEDUDUKAN, DAN PERBEDAAN QOWAID FIQHIYAH

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Qaidah Fiqhiyah
Dosen Pengampu: Luthfi Raziq, S.H.I., M.H.I.

Oleh: Kelompok I
Asrori
Fairuzi Fauzan
Abd Kafi

SEMESTER III
JURUSAN EKONOMI SYARIAH (ES)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH
(INSTIKA)
2019-2020
Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puja dan Puji
syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah qiadah fiqhiyah
dengan judul " PENGERTIAN, KEUDUKAN, FUNGSI DAN PERBEDAAN QOWAID
FIQHIYAH" tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang berkaitan pada makalah-makalah selanjutnya.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 01

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 02

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................

Latar Belakang .................................................................................................... 03

Rumusan Masalah ............................................................................................... 03

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................

A. Definisi Qowaid Fiqhiyah .............................................................................. 04

B. Kedudukan dan Fungsi Qowaid Fiqhiyah ...................................................... 05

C. Perbedaan Qowaid Fiqhiyah dan Qowiad ushuliyah ..................................... 06

BAB III PENUTUP .......................................................................................................

Kesimpulan ......................................................................................................... 08

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 09

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan konsep penetapan hukum dalam agama islam sudah mengalami
berbagai macam cara. Awalmulanya setelah Nabi dan para sahabat tiada dan perkembangan
hukum sudah sangat luas, sehingga banyak perkara yang tidak diketahui hukumnya, maka
para ulamak menyusun sebuah metodologi penetapan atau penggalian hukum-hukum islam
utamanya dalam hal ibadah guna menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Namun dalam kehidupan kita, agama islam ini merupakan agama yang rahmatan lil
alamin, seluruh ajarannya dapat diterima didalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari
ekonomi lalu lintas dan berbagai kegiatan manusia yang teidak termasuk dalam ibadah.
Sehingga bila semua perbuatan yang dilakukakan itu sesuai dengan ajaran islam maka tentu
hal itu pun akan termasul dalam kategori ibadah dan akan mendapat ganjaran sebagaimana
ibadah yang lain. Dan sebaliknya bila tidak dilakukan sesuai dengan tuntunan pokok ajaran
agama islam pasti setiap yang dilakukan akan menyebabkan keruskan dan tentu tampa
disangka akan di cap berdosa bagi pelakunya.
Oleh karena itu untuk menyikapa semua hal itu para ulamak menyusun sebuah metodologi
atau qaidah qaidah guna menyikapi hal itu semua. Sehingga lahirlah qoidah fiqhiyah ini guna
memberikan nuansa hukum islam dalam berbagia aktifitak manusia yang bukan tergolong
ibadah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa difinisi qowaid fiqhiyah?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi qowaid fiqhiyah?
3. Bagaimana pebedaan qowaid fiqhiyah dan qoaid usuliah?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qawaid Fiqhiyah

Qawaid fiqhiyan ini berasal dari dua unsur kata yaitu qawaid dan fiqhiyah. Qowaid
ini berasal dari kata qoidatun yang berarti dasar. Dan qoawid itu merupakan bentuk jamak
dari qoidatun. Secara bahasa qoawid itu merupakan dasar dasar yang mencangkup secara
universal. Dalam realita kita bahwa dasar dasar itu ada kalanya yang berupa hal yang riil
(nyata) seperti pondasi rumah. Dan adakalnaya fondasi itu abstrak seperti fondasi agama dan
keyakinan. Makna qoaid yang menunjukan fondasi yang ril ini seperti terdaoat dalam surat
Al-Baqaroh: 127.1

“Dan (ingatlah), ketika Ibrohim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah


bersama Isma’il (seraya berdoa): “Ya tuahan kami terimalah dari pada kami
(amalan kami), sesungguhnya engkaulah yang maha mendengar lagi maha
mengetahui.”

Dari segi terminology qowaid ini memiliki arti yang berfariasi. Menurut imam At
tahtazani, qoaid ini adalah dasar yang mencangkup secara universal (kulli) pada setiap
bagian-bagian yang termasuk dalam lingkup dasar tadi. Sedangkan menurut imam Al Jurjani
memberikan defines yang lebih ringkas lagi yaitu: sebuah proposisi/peristiwa yang universal
yang dapat diterapkan ada bagian-bagiannya2

Kemudian kata fiqhiyan. Kata ini berasal dar kata fiqih yang ditambahkan dengan ya’
nisbat. Fiqih sendir darie segi bahasa memiliki arti mengetahui atau paham. Dan bila
dikaitkan dengan sebuah ilmu. Maka fiqih disini memilik arti sebagai sebuah pemahaman
yang sangat mendalam dan dieproleh melalui ijitihad. Kemudian dalam ilmu usul fiqih, kata
fiqih diartikan sebagia sebuah pengetahuan tentang hukum hukum syara’ yang bersifat
amaliyah yang digali dari dalil-dalil secara terperinci. Dari berbagai pengertian ini dapat
diambil pemahaman bahwa fiqih ini adalah sebuah pengetahuan yang mencakup berbagai
hukum islam yang ditetapkan oleh para ulamak melalui ijtihad.3

1
Toha Andiko. “Ilmu Qawaid Fiqhiyah” panduan peraktis dalam merespon problematika hukum islam
kontempore. Teras, Depok Selaman Yogyakarta 2011. Hlm 1
2
Ibid hlm 3
3
Ibid 5

4
Sedangkan qoaid fiqhiyah dapat diartikan sebagai dasar fiqih yang bersifat universal,
mengandung hukum-hukum syara’ yang bersiafat umum dalam berbagai bab tentang
peristiwa-peristiwa yang masuk ke dalam ruang lingkupnya4. Dari devinisi ini kita dapat
mengetahui bahwa qoaid fiqhiyah ini sebuah dasar yang bersiafat universal yng dapat
diterapkan pada berbagai eristiwa yang bisa masuk pada ruang lingkup qaidah tadi. hal ini
menjadi beda dengan usul fiqih yang merupakan dasar-dasar cara kita mengali hukum dari
dalil-dalilnya.

Dan dalam perkembangannya terjadi perbedaa pendapat diantara para ulamak


mengenai sifat universal qoid fiqhiyah ini. Sebagian pihak berpendapat bahwa qowaid
fiqhiyah ini bersifat universal (kulli) meski ada pengecualian di didalamnya, namun
pengecualian itu hanya sbagian dan tidak dapat mengurangi siafat keuniversalannya. Dan
sebagian yang berpendapat bahwa qowaid fiqhiyah ini bersifat mayiritas (aghlabi) karean
dalam realitanya masih ada istitsna atau pengecualin. Namun dari perbedaa ini mereka tetap
sepakat bahwa dalam qoqid fiqhiyah ini tetap ada pengecualian atau hukum istitsna’.

B. Kedudukan dan Fungsi Qawaid Fiqhiyah


Mengeni kedudukan qowaid fiqhiyah sebagai dalil atau hujjah masih terjadi
perselisihan di kalangan ulamak. Hal ini karena tidak adanya landasan normative yang jelas
mengenai hal ini. Namun ada sebuah teks yang adapt diajadikan sebagia acuan untuk
menjadikan qowaid fiqhiyah ini sebgai hujjah. Yaitu surat yang ditulis khalifah Umar ibn
Khaththab kepada Abu musa Al-Asy’ari. Sebagian isinya berbunyi:
“kemudian pahamilah tentang apa yang lebih jelas bagimu dari perkara yang tidak
ada penjelasannya dalam dalam Al-Quran dan Sunnah, lalu qiyaskanlah ketika itu.
Dan kenalilah keserupaan-keserupaan lalu putuskanlah berdasarkan apa yang lebih
dicintai Allah dan lebih dekat dengan kebenaran”
Penggalan ini dapat dijadikan alasan untuk menunjukkan bahwa qowaid fiqhiyah itu
bisa dijadikan sebagai hujjah dalam memutuskan hukum ketika tidak ada nas yang jelas
dalam Al-Quran dan hadits, qiyas. Oleh karena itu bila suadah tidak ada nas yang jelas,
diperintahkan untuk mencari keserupaan antara satu kasus dengan yang lain untuk
menemukan hukum atau keputusan yang paling benar dan paling baik menurut Allah. Dan
hal ini disebut dengan metodologi ilhaqi. Dan metode ini memang yang adiguanakan dalam
qowaid fiqhiyah.

4
Ibid hlm 6

5
Dan menurut ulama Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah qowaid fiqhiyah ini bisa
dijadikan hujjah. Karena qowaid fiqhiyah ini dibuat melalui istiqro’ (induktif). Dan
sebagaimana diketahui bahwa proses berfikir induktif akhirnya kan bermuara pada
genaralilsasi, yaitu pemberlakuan hukum umum pada seluruh satuan yang tercakup ke
dalamnya. Sehingga ini menunjukan bahwa kaidah umum itu bisa dijadikan landasan hukum
bagi seluruh satuannya5
Namun pada dasarnya banyak terjadi peredaan pendapat antara para ulamak
dikalangan mazdhab masing-masing. Perbedaan ini disebabkan oleh darimana sumber
qowaid itu diperoleh. Mamang kaidah-kaidah yang ada di dalam qowaid fiqhiyah ini ada
yang berasal dari Al-Quran dan matan hadits secara langsung adan ada yang hanya diambil
dari substansinya secara tidak langsung bahkan ada bukan dari hadits dan hanya hasil dari
pemikiran induktif dan perenungan terhadap kasus-kasus yang telah terjadi. Meski demikian
banyak para ulamak yang setujua terhadap kehujahan qowaid fiqhiyah ini sebagai dalil
hukum. Dalam hal ini bila qowaid fiqhiyah ini berasal lansung dari sebuah nash yang pasti
maka yang menjadi hujjah adalah nash itu sendiri. Dan apabila ia terbentuk tiadak secara
langsung maka qowaid fiqhiyah disisni kedudukannya data disamakan dengan qiyas, istihsan,
istishab, dan ‘urf.
C. Perbedaan Qawaid Fiqhiyah dengan Qawaid Usuliyah

Para ulamak ushul membangun kaidah ushul fiqih untuk menggali hukum dari nash-
nash secara terperinci. Dan dalam sejarah pembukuannya kaidah ushul fiqih menndhului
kaidah fiqhiyah. Sedangkan para ulama menyusun kaidah fiqhiyah ini adalah untuk
mengumpulkan hukum yang memiliki kesamaan dan maslah-maslah yang memiliki
perbandingan. Shingga dari hal ini anatara kaidah ushul fiqh dan kaidah fiqih dapat
dibedakan sebegai berikut:

1. Kaidah usul fiqh ini muncul dari bahasa arab yait untuk meneliti nash-nash yang
berbahasa arab. Sedangkan kaidah fiqh ini mencul dari hukum syara’ yaitu untuk
mengumpulkan berbagai hukum yang memiliki kesamaan dan masalah masalah
yang memiliki erbandingan.
2. Kaidah usul fiqh ini husus bagi seorang mujtahid untuk menggali hukum syara’,
mengetahui hukum dari kasusu tertentu dan persoalan-persoalan yang berkembeng
dari sumeber syari’at. Sedangkan kaidah fiqh adalah khusus bagi seorang yang

5
Suwarjin, “Ushul Fiqh”, Teras, Depok Seleman Yogyakarta 2012. Hlm 209

6
ahli fiqih atau mufti atau seorang yang sedang belajar, dengan merujuk pada
kaidah fiqih tersebut dapat mengetahui hukum dari cabang-cabangnya.
3. Kaidah usul fiqh memiliki sifat umum dan mencangkup pada semua bagian-
bagiannya. Sedangkan kiadah fiqih memang memiliki siafat yang umum dan
mencakup pada baguan bagiannya tapi masih ada yang diecualikan darinya, dan
bahkan sampai membentuk kaidah sendiri.
4. Kaidah usul fiqh bersiafat tetap, tidak berubah dan tidak akan tergantikan.
Sedangkan kaidah fiqh bersiafat elastis, dan dapat berubah karena ‘uruf, maslahah
dan sebagainya.
5. Kiadah usul fiqhi lebih mendahului hukum fiqh. Sedangkan kaidah fiqh
mengiringi dan bertumpu pada adanya fiqh dan hukum fiqihj cabang-cabangnya.6

6
Abdul Jalil, “Al-Qowaid Al-Fiqhiyah” (Kumpulan kaidah-kaidah fiqih). Pena Salsabila Surabaya 2013. Hal 2

7
BAB III

KESIMPULAN

Qawid fiqhiyah ini berasal dari kata qowaid dan fiqhiiyah. Qowaid berarti dasar-dasar
dari sesuatu, baik dasar itu konkrit seperti dasar bangunan, atau abstrak seperti dasar-dasr
agama. Secara terminology Qowaid ini diartikan sebagai sebuah dasar yang mencangkup
secara umum terhadap bagian-bagian yang masih termasuk dalam lingkupnya. Sedangkan
kata fiqhiyah memiliki arti pemahaman, atau tahuan yang sangat mendalam tentang sesuatu.
Bila dibawa pada ilmu fiqih maka kata fiqhiyah tadi berarti sebuah pemahaman yang
mendalam mengenai hukum syara’ yang bersiafat amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil
secara terperinci. Jadi definisi qowaid fiqhiyah adalah dasar fiqih yang bersifat universal,
mengandung hukum-hukum syara’ yang bersiafat umum dalam berbagai bab tentang
peristiwa-peristiwa yang masuk ke dalam ruang lingkupnya
Qowaid ini dapat juga dijadikan sebagai hujjah dalam menetapkan hukum. Karena
qowaid ini merupakan hasil pemikiran secara induktif, perenungan mengenai berbagai
masalah yang mempunyai kesamaan. Dismping itu qowaid ini ada yang berasal dari nash-
nash yang secara langsung, dan ada yang tidak langsung. Dan bila tidak secara langsung
berasal dari nash maka kedudukannya pun dapat dismakan dengan qiayas, istihsan, ;urf, dan
sebagainya.
Akan tetapi qowaid ini memiliki perbedaan yang jelas dengan qowaid ushul fiqih.
Diantaranya adalah bahwa qowaid ini timbul dari hukum-hukum syara’ sedangkan ushul
timbul dari teks bahasa arab. Qowaid ini dipakai oleh para mufti, pelajar, ahli fiqih untuk
mengetahui hukum pada cabang-cabangnya. Sedangkan ushul untuk para mujtahid untuk
menggali hukum dari dalil-dalilnya. Qowaid ini bersiafat fleksibel dan ushul bersifat tetap.
Keuuman dalam qowaid masih memiliki pengecualian, sedangkan keumumang ushul tidak
memiliki pengecualian. Dan qowaid ini muncul setela fiqih sedangkan ushul muncul sebelum
fiqih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andiko Toha. 2011.“Ilmu Qawaid Fiqhiyah” panduan peraktis dalam merespon problematika
hukum islam kontempore. Teras, Depok Selaman Yogyakarta.
Suwarjin, 2012“Ushul Fiqh”, Teras, Depok Seleman Yogyakarta.
Jalil Abdul, 2013 “Al-Qowaid Al-Fiqhiyah” (Kumpulan kaidah-kaidah fiqih). Pena Salsabila
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai