Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERBEDAAN QAWAID FIQHIYYAH DENGAN QAWAID USHULIYYAH DAN


PERBEDAAN QAWAID FIQHIYYAH DENGAN DHAWABITH FIQHIYYAH
BESERTA CONTOHNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qawaid Fiqhiyyah

Dosen Pengampu : Ma’ruf Hidayat, M.H.

Disusun oleh:

1. Arini Nur Maelyza :214110202129


2. Fahmi Yuliasih :214110202131
3. Sifa Fatahiyani :214110202132
4. Hafiz Akbar :214110202267

KELAS D
PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PUWOKERTO

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perbedaan Qawaid
Fiqhiyah dengan Qawaid Ushuliyah dan Perbedaan Qawaid Fiqhiyah dengan Dhawabith
Fiqhiyah beserta Contohnya” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Ma’ruf Hidayat, M.H. pada bidang studi “Qawaid Fiqhiyah”. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Perbedaan Qawaid Fiqhiyah dengan
Qawaid Ushuliyah dan Perbedaan Qawaid Fiqhiyah dengan Dhawabith Fiqhiyah beserta
Contohnya” bagi para pembaca dan juga bagi kami sebagai penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ma’ruf Hidayat, M.H. selaku Dosen di
bidang studi “Qawaid Fiqhiyah” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Puwokerto, 14 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
3. Tujuan penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


1. Apa yang dimaksud kaidah/qawaid fiqhiyyah .................................................... 3
2. Apa yang dimaksud kaidah/qawaid ushuliyyah .................................................. 3
3. Apa perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan qawaid ushuliyyah ................. 4
4. Apa perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan dhawabith fiqhiyyah dan
bagaimana contohnya ......................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 8


1. Kesimpulan ........................................................................................................ 8
2. Saran .................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ajaran Islam terus melakukan pengembangan dalam berbagai aspek salah


satunya aspek hukum. Masalah yang kian banyak dan beragam pada zaman ini
terkadang memuncukanl masalah-masalah yang belum pernah terjadi pada zaman nabi
sehingga belum ada hukumnya. Pengembangan hukum Islam dilakukan agar hukum
Islam mampu dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana pun, kapan pun, dan dalam
konteks apa pun. Dalam pengembangan untuk merealisasikan nilai pembaharuan
hukum Islam tersebut perlu ada suatu metode yang mampu dijadikan sebagai pedoman
di satu pihak, dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip pokok syari’at Islam di lain
pihak. Di antara metode penetapan hukum yang dibuat oleh para ulama untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul saat itu adalah kaidah fiqhiyyah.

Dalam ilmu hukum, kaidah sebagai suatu istilah yang digunakan para fuqaha’
untuk pengembangan cakupan suatu hukum, ditemukan dua istilah, yaitu qa’idah
fiqhiyyah dan qaidah ushuliyyah. Tajuddin Din al-Subki memberikan pengertian
kaidah fiqhiyyah dengan sesuatu perkara hukum yang bersifat kully (umum atau
menyeluruh) yang dapat diterapkan pada seluruh juz’i (bagian-bagiannya) untuk
mengetahui dan memahami hukum-hukum bagian tersebut.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai qawaid yang merupakan jamak dari
kata qaidah, pembahasan akan berfokus pada perbedaan qawaid fiqhiyyah dengan
qawaid ushuliyyah dan perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan dhawabith fiqhiyyah
yang mana orang-orang sering menganggap kedua istilah itu sama.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kaidah/qawaid fiqhiyyah?
2. Apa yang dimaksud kaidah/qawaid ushuliyyah?
3. Apa perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan qawaid ushuliyyah?
4. Apa perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan dhawabith fiqhiyyah dan
bagaimana contohnya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kaidah/qawaid fiqhiyyah.
2. Untuk mengetahui pengertian kaidah/qaidah ushuliyyah.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan qawaid ushuliyyah.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan dhawabith fiqhiyyah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kaidah Fiqhiyyah

Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian dalam bahasa
Indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti aturan atau patokan. Sedangkan arti
fiqh secara etomologi lebih dekat dengan ilmu, sedangkan menurut istilah, Fiqh adalah ilmu
yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah (praktis) yang diambilkan
dari dalil-dalil yang tefsili (terperinci) Jadi, dari semua uraian diatas dapat disimpulkan,
bahwa Qawaidul Fiqhiyyah adalah: “Suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum) yang
berlaku pada semua bagian-bagian atau cabang-cabangnya yang banyak yang dengannya
diketahui hukum-hukum cabang itu”.

Menurut Bani Ahmad Salbani kaidah fiqhiyyah adalah pedoman umum dan
universal bagi pelaksanaan hukum islam yang mencakup seluruh bagiannya. Titik tolak
pelaksanaan hukum islam diatur oleh kaidah-kaidah yang bersifat universal yang merupakan
stasiun keberangakatan suatu perbuatan. Sebagaimana ada kaidah yang menyatakan bahwa
keyakinan tidak terkalahkan oleh keraguan, setiap perbuatan harus dilandasi dengan
keyakinan, bukan oleh keraguan. 1

B. Pengertian Kaidah Ushuliyah

Dilihat dari segi kebahasaan, kata Ushul Al-Fiqh terdiri dari dua kata yang punya
makna tersendiri, yaitu Ushul dan Al-Fiqh. Ushul adalah jamak dari kata al-ashlu bermakna
dasar-dasar yang menjadi landasan bagi tumbuhnya sesuatu yang lain. Sedangkan fiqh
3melalui kajian-kajian ijtihad dari dalil-dalilnya yang terinci. Dengan demikian ushul al-
fiqh adalah sekumpulan dalil yang menjadi dasar tumbuh dan terbinanya fiqh, serta
menghubungkannya pada dalil-dalil nash dan ijma’ sahabat.

Dari pengertian ushul fiqih terkandung pengertian bahwa objek kajian ushul fiqih
itu antara lain adalah kaidah-kaidah penggalian hukum dari sumbernya. Maka dari itu,
kaidah ushuliyah adalah sejumlah proporsi/ pernyataan/ ketentuan dalam menggali hukum

1
Wahhab Abdul Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Jakarta, Pustaka Amani, 2003, h. 1.

3
Islam dari sumber-sumbernya yaitu al-Quran dan as-sunnah. Qaidah ushuliyyah berfungsi
sebagai alat untuk menggali ketentuan hukum yang terdapat dalam bahasa sumber hukum.
Menguasai qaidah ushuliyyah dapat mempermudah faqih untuk mengetahui hukum Allah
dalam setiap peristiwa hukum yang dihadapinya.

C. Perbedaan Antara Qowaid Fiqhiyah Dengan Qawaid Ushuliyah

Perbedaan mendasar antara qawaid ushuliyyah dengan qawaid fiqhiyyah adalah


qawaid ushuliyyah membahas tentang dalil-dalil syar’iyyah yang bersifat umum. Sedangkan
qawaid fiqhiyah adalah qaidah-qaidah pembahasannya tentang hukum yang bersifat umum.
Jadi, qawaid ushuliyyah membicarakan tentang dalil-dalil syar’iyyah yang bersifat umum,
sedangkan qawaid fiqhiyyah membicarakan tentang hukum-hukum bersifat umum.
Perbedaan qawaid fiqhiyyah dan qaidah ushul fiqh secara lebih terperinci dapat diketahui
dalam uraian di bawah ini:

1. Qawaid ushuliyyah adalah qaidah-qaidah bersifat umum yang dapat diterapkan pada
semua bagian bagian objeknya. Sedangkan qawaid fiqhiyyah adalah himpunan hukum-
hukum yang dapat diterapkan kepada mayoritas bagian-bagiannya. Namun terkadang
pengecualian dari kebiasaan yang berlaku umum tersebut.
2. Qawaid ushuliyyah atau ushul fiqh merupakan metode untuk meng-istinbath-kan
hukum secara benar dan terhindar dari keliru. Kedudukannya persis sama dengan ilmu
nahwu yang berfungsi melahirkan pembicaraan dan tulisan yang benar. Qawaid
ushuliyyah sebagai metode melahirkan hukum dari dalil-dalil terperinci sehingga objek
kajiannya selalu berkisar tentang dalil dan hukum. Misalnya, setiap amr atau perintah
menunjukkan wajib dan setiap nahy atau larangan menunjukkan haram. Sedangkan
qawaid fiqhiyyah adalah ketentuan (hukum) yang bersifat umum atau kebanyakan yang
bagian-bagiannya meliputi sebagian masalah fiqh. Objek kajian qawaid fiqhiyyah
selalu menyangkut perbuatan mukallaf.
3. Qawaid ushuliyyah sebagai metode untuk menggali, menemukan dan merumuskan
hukum syara’ yang bersifat amaliyah. Sedangkan qawaid fiqhiyyah merupakan
himpunan sejumlah hukum-hukum fiqh yang serupa dengan ada satu ‘illat (sifat) untuk
menghimpunnya secara bersamaan. Tujuan adanya qawaid fiqhiyyah adalah untuk
menghimpun dan memudahkan memahami fiqh.

4
4. Qawaid ushuliyyah ada sebelum adanya fiqh. Sebab qawaid ushuliyyah digunakan
fukaha untuk melahirkan hukum fiqh. Sedangkan qawaid fiqhiyyah ada setelah adanya
fiqh. Sebab, qawaid fiqhiyyah berasal dari kumpulan sejumlah masalah fiqh yang
serupa, ada hubungan dan sama substansinya.
5. Qawaid ushuliyyah adalah himpunan sejumlah persoalan yang meliputi tentang dalil-
dalil yang dapat dipakai untuk menetapkan hukum. Sedangkan qawaid fiqhiyyah
merupakan himpunan sejumlah masalah yang meliputi hukum-hukum fiqh yang berada
di bawah cakupannya semata.2

D. Perbedaan Qawaid Fiqhiyyah dengan Dhawabith Fiqhiyyah Serta Mengemukakan


Contohnya Masing-Masing

Kata dhawabith merupakan jamak dari kata dhabith, secara etimologi al-dhawabith artinya
yaitu:

‫ا ْلحِ ْفظ و ْالح ْزم و ْالق َّوةوال ِشدَّة‬

Memelihara, mengikat, kekuatan, dan penguatan

Secara terminologi dhawabith fiqhiyyah yaitu; Qadhiyyah kullyyah (proposisi


universal) atau ashl kullyyah (dasar universal) atau mabda kully (prinsip universal) yang
menghimpun furu’ dari satu bab (satu tema).3

Maka dari itu, dhawabith fiqhiyyah adalah setiap juz’iyyah fiqhiyyah yang terdapat
dalam satu bab fiqh atau prinsip fiqh yang universal, yang bagian-bagiannya terdapat dalam
satu bab fiqh. Para penyusun kitab qawaid fiqhiyyah terkadang kurang mempedulikan
dengan istilah qawaid fiqhiyyah dan dhawabith fiqhiyyah yang mengakibatkan keduanya
terkadang bercampur baur. Abd al-Ghani al-Nabusi (w. 1143 H) beranggapan bahwa qaidah
sama dengan dhabith, sebab kenyataannya para ulama terkadang menyebut qaidah atau
semaknanya dengan dhabith. Selain itu, perbedaan antara keduanya sangat tipis.

Beberapa orang yang mengkaji dan meneliti masalah dhawabith fiqhiyyah yaitu Abu
Al-Hasan Ali bin Husein al-Sughdy (w. 461 H) sebagai orang pertama yang melakukan
kajian tentang dhawabith fiqhiyyah yang ditulis dalam kitabnya berjudul Al-Naftu fi al

2
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, Jakarta, Media Pratama, 2008, h. 31-32.
3
Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyyah, Depok, Gramata, 2012, h. 27.

5
Fatawa yang di antara isinya menerangkan tentang dhawabith. Selanjutnya ada Ibnu Nujaim
yang menulis tentang lima ratus dhawabith dalam kitabnya yang berjudul al-Fawaid al-
Zainiyyah fi al-fiqh al-Hanafiyyah, meskipun isinya masih bercampur baur dengan qawaid
fiqhiyyah. 4 Kemudian ada Al-Subky dalam kitabnya Asybah wa al-nazhair menyebut
qaidah kullyyah sedangkan dhawabith disebut dengan istilah qawaid khashshah.

Pandangan berbeda dikemukakan oleh Ibnu Nujaim, dia membedakan antara qawaid
fiqhiyyah dengan dhawabith fiqhiyyah. Menurutnya qawaid fiqhiyyah menghimpun
beberapa furu’ (cabang/bagian) dari beberapa bab fiqh, sedangkan dhawabith fiqhiyyah
hanya mengumpulkan dari satu bab, dan inilah yang disebut dengan ashal. Menurut al-
Suyuthi dalam Asybah wa Nadhair fi An Nahwi, bahwa qawaid fiqhiyyah mengumpulkan
beberapa cabang dari beberapa bab fiqh yang berbeda, sedangkan dhawabith fiqhiyyah
mengumpulkan bagian dari satu bab fiqh saja. Pada masa sekarang istilah qaidah dan dhabith
telah menjadi populer di kalangan para ulama, sehingga mereka membedakan ruang lingkup
keduanya.

Dengan demikian, dari uraian di atas dapat disimpulkan perbedaan antara qawaid
fiqhiyyah dengan dhawabith fiqhiyyah yaitu, qawaid fiqhiyyah cakupannya lebih luas dari
pada dhawabith fiqhiyyah. Qawaid fiqhiyyah tidak terbatas pada masalah dalam satu bab
fiqh, tetapi semua masalah yang terdapat pada semua bab fiqh. Sedangkan dhawabith
fiqhiyyah ruang lingkupnya terbatas pada masalah dalam satu bab fiqh. Sebab itulah qawaid
fiqhiyyah disebut qaidah ammah, atau kullyyah dan dhawabith fiqhiyyah di sebut qaidah
khashshah.

Contoh-contoh kaidahnya antara lain :

1. Kaidah:
‫المشقَّة ت ْجلِب الت َّ ْي ِسيْر‬
(kesulitan itu menimbulkan adanya kemudahan).
Qaidah ini masuk kedalam semua bab fiqh, baik dalam masalah ibadah,
muamalah dan lainnya. Sehingga kaidah diatas dimasukkan kedalam qaidah fiqhiyyah.
2. Sementara kaidah:

4
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, Jakarta, Media Pratama, 2008, h. 18-19.

6
ْ ‫ت ِإجارته جاز‬
‫ت ِإعارته‬ ْ ‫ماجاز‬

(Apa yang boleh menyewakannya, maka boleh pula meminjamkannya).


Qaidah tersebut hanya terbatas pada rukun transaksi (muamalah) dan dalam bab
‘ariyah (pinjaman), atau pinjam meminjam. Sehingga kaidah diatas dimasukkan
kedalam dhawabith fiqhiyyah.5

5
Fathurrahman Azhari, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, Banjarmasin, Lembaga Pemberdayaan Kualitas Ummat
(LPKU), 2015, h. 20-21.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian dalam bahasa
Indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti aturan atau patokan. Qawaidul
Fiqhiyah dapat disimpulkan sebagai suatu perkara yang bersifat kulli (kaidah-kaidah
umum) yang berlaku pada semua bagian-bagian atau cabang-cabangnya yang banyak
yang dengannya diketahui hukum-hukum cabang itu.
Ushul adalah jamak dari kata al-ashlu bermakna dasar-dasar yang menjadi
landasan bagi tumbuhnya sesuatu yang lain. Kaidah ushuliyah adalah sejumlah
proporsi/ pernyataan/ ketentuan dalam menggali hukum Islam dari sumber-sumbernya
yaitu al-Quran dan as-sunnah.
Perbedaan mendasar antara qawaid ushuliyyah dengan qawaid fiqhiyyah adalah
qawaid ushuliyyah membicarakan tentang dalil-dalil syar’iyyah yang bersifat umum,
sedangkan qawaid fiqhiyyah membicarakan tentang hukum-hukum bersifat umum.
Dhawabith fiqhiyyah adalah setiap juz’iyyah fiqhiyyah yang terdapat dalam
satu bab fiqh atau prinsip fiqh yang universal, yang bagian-bagiannya terdapat dalam
satu bab fiqh. Perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan dhawabith fiqhiyyah yaitu,
qawaid fiqhiyyah cakupannya lebih luas dari pada dhawabith fiqhiyyah. Qawaid
fiqhiyyah tidak terbatas pada masalah dalam satu bab fiqh, tetapi semua masalah yang
terdapat pada semua bab fiqh. Sedangkan dhawabith fiqhiyyah ruang lingkupnya
terbatas pada masalah dalam satu bab fiqh.

B. Saran
Makalah ini tentu saja masih belum sempurna dan dibutuhkan banyak sumber-
sumber literasi lainnya. Maka dari itu jika pembaca ingin lebih mengetahui dan
memahami mengenai qawaid fiqhiyyah dan perbedaannya dengan qawaid ushuliyyah
dan dhawabith fiqhiyyah pembaca dapat mencari sumber-sumber refensi lainnya baik
di jurnal, artikel, atau buku-buku yang ada. Masukan maupun kritik dari para pembaca
juga dibutuhkan untuk pembuatan makalah yang lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Wahhab Abdul Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta, Pustaka Amani, 2003, hal. 1.

Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, Jakarta, Media Pratama, 2008, hal. 31-32.

Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyyah, Depok, Gramata, 2012, hal. 27.

Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, Jakarta, Media Pratama, 2008, hal. 18-19

Fathurrahman Azhari, Qawad Fiqhiyyah Muamalah, Banjarmasin, Lembaga Pemberdayaan


Kualitas Ummat (LPKU), 2015, hal. 20-21.

Anda mungkin juga menyukai