Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN, OBJEK, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP USHUL FIQH

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Ushul Fiqh


Yang di ampu Oleh bapak Ainul Yaqin, M.A

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Angga Ariyanto (22381011092)
Rama (........)
Layli (...........)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI MADURA
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas selesainya penyususunan
makalah yang berjudul “ Pengertian, Objek, Tujuan, Dan Ruang Lingkup Ushul Fiqh ”.
Shalawat serta salam kita panjatkan kepada jungjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Beserta keluarga dan sahabat – sahabatnya.
Makalah ini kami susun guna untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Ushul
Fiqh. Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapat hambatan. Akan tetapi
atas bantuan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu,
kami ngucapkan terima kasih kepada Bpk. Ainul Yakin, M.A selaku dosen pengampu
mata kuliah Ushul Fiqh.
Bila mana ada beberapa kesalahan yang terdapat ada makalah ini, izinkan kami
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada kata sempurna dan masih
banyak kelemahan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan menjadi inpirasi bagi penulis.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi dapat diterapkan di kehidupan sehari – hari.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sepenuhnya sadar bahwa makalah ini masih
mempunyai kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun penyususnan kalimat. Oleh
karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menympurnakan
makalah ini.

Penulis,
Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Pengertian Ushul Fiqh .....................................................................................2
B. Objek Ushul Fiqh..............................................................................................3
C. Tujuan Ushul Fiqh............................................................................................3
D. Ruang Lingkup Tasawuf .................................................................................3
BAB III...........................................................................................................................5
PENUTUP......................................................................................................................5
A. Kesimpulan........................................................................................................5
B. Saran ..................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mampu mengatur kehidupan umat manusia secara
sempurna dalam semua segi kehidupan. Walaupun agama ini sudah melalui sejarah
panjang, sejak mulai diturunkannya oleh Allah swt. kepada nabi Muhammad saw., lebih
kurang dari 14 abad yang lalu, hal ini tidaklah menjadikan Islam kaku dalam menghadapi
sejarah yang dilaluinya, melainkan sebaliknya, mengakibatkan Islam semakin “dewasa”
untuk beraflikasi di tengah-tengah kehidupan umat manusia.
Sebagai hamba Allah yang beriman, sudah selayaknya kita mengerti dan
melaksanakan apa yang Allah kehendaki, sekaligus menjauhi apa yang tidak diridhoi
Allah. Untuk mengetahui dan melaksanakan kehendak Allah kita harus mengetahui
hukum Islam yang telah ada. Namun, hokum Islam menghadapi tantangan lebih serius,
terutama pada abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjawab
berbagai permasalahan baru yang berhubungan dengan hukum Islam, para ahli yang
sudah tidak bisa lagi sepenuhnya mengandalkan ilmu tentang fiqih, hasil ijtihad di masa
lampau. Alasannya, karena ternyata warisan fiqih yang terdapat dalam buku-buku klasik,
bukan saja terbatas kemampuannya dalam menjangkau masalah - masalah baru yang
belum ada sebelumnya. Oleh karena itu, umat Islam perlu mengadakan penyegaran
kembali terhadap warisan fiqih. Dalam konteks ini, ijtihad menjadi sebuah kemestian dan
metode ijtihad mutlak harus dikuasai oleh mereka yang akan melakukannya. Metode
ijtihad itulah yang dikenal dengan ushul fiqih.
Ilmu Ushul Fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang metode yang
dipakai oleh para imam mujtahid dalam menggali dan menetapkan hukum syar’i dari
nashyaitudari Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Kandungan Ushul Fiqh menguraikan dasar
dasar serta metode penetapan hukum taklif yang bersifat praktis yang menjadi pedoman
bagi para faqih dan mujtahid untuk dapat beristinbat (mengambil hukum) dengan tepat.
Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak lepas dari perkembangan hukum islam sejak zaman
Rasulullah SAW. Sampai pada zaman tersusunnya Ushul Fiqh sebagai salah satu bidang
ilmu pada abad ke - 2 Hijriyah. Di zaman Rasulullah SAW. Menunggu turunnya wahyu
yang menjelaskan hukum kasus tersebut melalui sabda-Nya, yang kemudian dikenal
dengan hadist atau sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Ushul Fiqh ?
2. Apa Objek Ushul Fiqh ?
3. Apa Tujuan Ushul Fiqh ?
4. Apa Ruang Lingkup Ushul Fiqh ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Latar Belakang Ushul Fiqh.
2. Untuk mengetahui Objek Ushul Fiqh.
3. Untuk mengetahui Tujuan Ushul Fiqh.
4. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Ushul Fiqh.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ushul Fiqh
Kata “Ushul fiqih” terdiri dari dua kata, yaitu “Ushul” dan “Al Fiqih” yang dipakai
menjadi nama sesuatu tertentu dan kata-kata tersebut tidak terlepas dari makna dasar setiap
kata sebelum disatukan menjadi nama sesuatu tertentu itu.1
Dilihat dari sudut tata bahasa Arab, rangkaian kata ushul dan fiqih tersebut dinamakan
tarkib idhafi, sehingga dua kata itu memberi pengertian ushul bagi fikih, Ushul (‫)أصول‬
adalah bentuk jamak dari kata ashal (‫ )اصل‬yang menurut bahasa diartikan dengan dasar
suatu bangunan atau tempat suatu bangunan.2 Ashal berarti dasar, seperti dalam kalimat
“Islam didirikan atas lima usul (dasar atau fondasi)”. Masih banyak pengertian yang dapat
diambil dari kata ashal seperti, cabang, yang kuat, fondasi suatu bangunan dan seterusnya.
Jadi Ushul fiqih berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi fiqih. Akan tetapi pengertian yang
lazim digunakan dalam ilmu ushul fiqih adalah dalil, yang berarti ushul fiqih adalah dalil -
dalil bagi fiqih.
Sedang menurut istilah, ashal dapat berarti dalil (landasan hukum), seperti dalam
ungkapan “ashal dari wajibnya salat adalah firman Allah dan Sunnah Rasul”. Maksudnya
ialah bahwa dalil yang menyatakan salat itu wajib adalah ayat Alquran dan Sunnah
Rasulullah.
Sedangkan arti dari Fiqih itu sendiri dilihat dari sudut bahasa, fiqih berasal dari kata
faqaha (‫ )فقه‬yang berarti “memahami” dan “mengerti”. Dalam peristilahan syar`i, ilmu fiqih
dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar`I amali (praktis)
yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalildalilnya
yang terperinci (al-tafsili) dalam Alquran dan hadis.3 Sedangkan “fiqih” menurut istilah
adalah:
‫مجموعة األحكام الشرعية العملية المكتسبة من أدلَتها التفصيليَة‬
Artinya : Himpunan hukum syara` tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diambil
dari dalil - dalilnya yang terperinci.4
sebagaimana dikemukakan oleh al - Jurjani adalah sebagai berikut:
‫العلم باالحكام الشرعية العملية المكتسبة من ادلتها التفصيلية‬
Artinya: Ilmu tentang hukum syara` tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diperoleh
melalui dalil-dalilnya yang terperinci.5
Hukum syar`i yang dimaksud dalam defenisi di atas adalah segala perbuatan yang diberi
hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Adapun kata `amali dalam defenisi itu dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang
menjadi lapangan pengkajian ilmu ini hanya yang berkaitan dengan perbuatan (`amaliyah)
mukallaf dan tidak termasuk keyakinan atau iktikad (`aqidah) dari mukallaf itu. Sedangkan
yang dimaksud dengan dalil-dalil terperinci (al-tafshili) adalah dalil-dalil yang terdapat dan
terpapar dalam nash di mana satu per satunya menunjuk pada satu hukum tertentu.6
Berdasarkan pengertian kata di atas, maka pengertiannya sebagai rangkaian kata adalah
mengetahui dalil-dalil bagi hukum syara’ mengenai perbuatan dan aturan - aturan untuk
pengambilan hukum - hukum dari dalil - dalil yang terperinci. memberi pengertian usul fiqh
sebagai berikut:
1
Abu al-Hasan `Ali ibn Muhammad al-Amidi, Al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (Beirut : Dar Al Kutub Al - Arabi, 1983)
hlm. 9
2
Muhammad Abu Zahrah, Malik Hayatuh wa `Ara`uh wa Fiqhuh, (Kairo: Dar al-Fikr al-`Araby), hlm. 7
3
Hasbi al-Shiddiqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: CV. Mulia, 1967), hlm. 17
4
Rachmat Syafe`I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 19
5
Kamal Mukhtar, dkk., Ushul Fiqh I, (Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 2
6
Ibid, hlm.3

2
‫العلم بالقواعد والبحوث التي يتوصل بها الى استفادة االحكام الشرعية العملية من ادلتها التفصيلية‬
Artinya : Ilmu pengetahuan tentang kaidah - kaidah dan metode penggalian hukum -
hukum syara` mengenai perbuatan manusia (amaliah) dari dalil-dalil yang terperinci.

B. Objek Ushul Fiqh


Objek kajian Ushul Fiqih Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ulama ushul fiqih
di atas, seorang ahli fiqih dan ushul fiqih dari Syiria, Wahbah az-Zuhaili mengatakan bahwa
yang menjadi objek kajian usul fikih adalah dalil-dalil (sumbersumber) hukum syar’i yang
bersifat umum yang digunakan dalam menemukan kaidah-kaidah yang global dan hokum
hukum syar’i yang digali dari dalil-dalil tersebut. Pendapat ini sedikit berbeda dengan
kebanyakan ahli usul yang biasanya membatasi hanya pada dalil-dalilnya saja, sementara
Wahbah az-Zuhaili kelihatannya lebih teknis dan lebih operasional.
Pembahasan tentang dalil ini adalah secara global, baik tentang macammacamnya, rukun
atau syarat, kekuatan dan tingkatan-tingkatannya. Sementara dalam ilmu usul fikih tidaklah
dibahas satu persatu dalil bagi setiap perbuatan.

C. Tujuan Ushul Fiqh


Usul fikih mengandung dua tujuan pokok, yaitu: Pertama, menerapkan kaidah-kaidah
yang ditetapkan oleh ulama-ulama terdahulu untuk menentukan bahwa sesuatu masalah
baru; yang tidak ditemukan hukumnya dalam kitab-kitab terdahulu. Kedua, mengetahui
lebih mendalam bagaimana upaya dan metode yang harus ditempuh dalam merumuskan
kaidah, sehingga berbagai masalah yang muncul dapat ditetapkan hukumnya.
Adapun kegunaan usul fikih adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kaidah-kaidah dan metodologi ulama-ulama mujtahid dalam
mengistinbatkan hukum.
2. Untuk memantapkan pemahaman dalam mengikuti pendapat ulama mujtahid, setelah
mengetahui alur berpikir yang dipergunakannya.
3. Dengan memahami metode yang dikembangkan para mujtahid, dapat menjawab
berbagai kasus-kasus hukum yang baru.
4. Dengan memahami usul fikih, hukum agama terpelihara dari penyalahgunaan dalil.
5. Berdaya guna untuk memilih pendapat yang terkuat di antara berbagai pendapat,
berikut dengan alasan-alasannya.
Bila dicermati, penjelasan di atas mengarah pada dua kelompok orang, yakni jika
memang berkecimpung secara praktis dalam hukum Islam, maka memahami usul fikih
akan sangat bermanfaat bagi para mujtahid untuk meminimalisir kesalahan mengambil
keputusan hukum. Bagi peminat studi hukum Islam khususnya, juga bagi segenap umat
Islam umumnya, usul fikih membuat kita dapat beramal ilmiah.7
D. Ruang Lingkup Ushul Fiqh
Ruang lingkup pembahasan Usul fikih dinyatakan oleh al-Amidiy, sebagai berikut :
‫ولما كانت مباحث األصللين فى علم االصل التخرج عن احال األدلة الملصلة الى االحكام الشرعية‬
‫ واختالف مراتبها وكيفية استثمار االحكام الشرعية عنها على وجه كلى‬،‫ واقسامها‬،‫المبحلث عنها فيه‬
Pernyataan diatas menyebutkan bahwa ruang lingkup pembahasan usul fikih tidak keluar
dari pembahasan dalil-dalil untuk memperoleh hukum syara`, pembahasan pembagian dalil-
dalil, perbedaan tingkatan dan urutannya, dan upaya mendeduksi hukum-hukum syari`at
dari dalil-dalilnya.
Secara garis besarnya ruang lingkup pembahasan usul fikih terdiri dari:

7
Nasrun Haroen, Ushul Fikih 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.7.

3
1. Pembahasan dalil-dalil sam`iyyat (Alquran dan Sunnah) dalam rangka penetapan
hukum-hukum syara`.
2. Pembahasan hukum-hukum syara` dari segi penetapan dari dalil-dalilnya.
Muhammad Abu Zahrah menyebutkan bahwa ruang lingkup pembahasan usul
fikih terdiri dari :
1. Hukum-hukum syar`i.
2. Yang menetapkan bukum, yaitu Allah Swt. dan cara-cara mengetahui hokum - hukum
Allah, yaitu mengetahui dalil-dalil dan mengetahui sumber-sumber syari`at untuk
mengetahui hokum - hukum syara`.
3. Cara - cara istinbat.
4. Al-Mustanbit (mujtahid).

Pengetahuan tentang kaedah-kaedah interpretasi cukup penting dalam memahami nas


hukum secara tepat, karena memahami nas Alquran dan sunnah secara tidak tepat
menimbulkan tidak adanya hukum yang dapat dideduksi dari padanya, terutama bila nas itu
bukan merupakan dalil yang berdiri sendiri. Pemahaman yang memadai tentang metodologi
dan kaedah-kaedah interpretasi lebih diharapkan akan sampai pada ketepatan pemakaian
nalar dalam suatu sistem hokum yang bersumber dari wahyu Allah Swt. Dengan demikian
akan tercapai tujuan puncak usul fikih, yaitu untuk sampai pada pengetahuan hukum-hukum
syar`iyyah dan dengan hukum-hukum syar`iyyah itulah diperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Usul fikih juga memuat pokok bahasan tentang sumber-sumber hukum syara’ baik yang
disepakati kehujjahannya, yaitu Alquran dan Sunnah, maupun yang diperselisihkan sebagai
dalil hukum syara’, seperti istihsan, maslahah mursalah, istihsab dan lain-lain. Dalam
pembahasan tentang Alquran dan Sunnah, usul fikih melakukan kajian dari segi lafaznya
baik dalam bentuk amr, nahy, ‘am, khas, mutlaq dan muqayyad.
Lebih lanjut usul fikih membahas lafaz amr dari segi pengertian aslinya yang
menunjukkan wajib, lafaz nahy dari segi pengertian aslinya yang menunjukkan haram, lafaz
umum (‘am) yang menunjukkan terhadap semua yang dapat dimasukkan dalam pengertian
tersebut, begitu juga lafaz-lafaz lainnya harus digunakan terhadap sasaran yang
ditunjukkannya. Kesemuanya dituangkan dalam kaidah - kaidah yang disebut Kaidah Hukum
Umum (Hukum Kuli) yang diambil dari dalil kulli.8
Di samping ruang lingkup tersebut di atas, usul fikih mempunyai sasaran dasar, yaitu
mengatur ijtihad dan menuntun faqih dalam upaya mendeduksi hokum dari sumber
sumbernya. Kebutuhan terhadap usul fikih merupakan ilmu yang sangat penting ketika orang
- orang yang tidak memenuhi syarat berusaha melakukan ujtihad, sehingga akibat terjadinya
kekeliruan dalam pengeluaran hukum dapat dihindari.

8
M.Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, (Surabaya: P.T. Bina Ilmu, 1990), hlm.2 - 3

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fikih (bahasa Arab: ‫فقه‬, translit. fiqh) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat
Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia
dengan Allah, Tuhannya. Ushul Fiqih adalah kumpulan dari beberapa kaidah dan
pembahasannya digunakan untuk menetapkan hukum - hukum syara yang berhubungan
dengan perbuatan manusia. Ushul fikih mempelajari kaidah - kaidah, teori - teori dan
sumber - sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang
diambil dari sumber-sumber tersebut. Mekanisme pengambilan hukum harus berdasarkan
sumber - sumber hukum yang telah dipaparkan ulama.
B. Saran
Kami sangat sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kami
mengharap kritikan dan saran dari para pembaca sekalian untuk behan evaluasi dan
perbaikan penulisan di masa yang akan datang.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abu al-Hasan `Ali ibn Muhammad al-Amidi.1983. Al-Ihkam fi Usul al-Ahkam : Beirut : Dar Al
Kutub Al – Arabi.
Muhammad Abu Zahrah. Malik Hayatuh wa `Ara`uh wa Fiqhuh : Kairo: Dar al-Fikr al-`Araby.

Hasbi al-Shiddiqy. 1967. Pengantar Ilmu Fiqh : Jakarta: CV. Mulia.

Rachmat Syafe`I. 2007. Ilmu Ushul Fiqih : Bandung: Pustaka Setia.

Kamal Mukhtar. 1995. Ushul Fiqh I : Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf.

Nasrun Haroen.1997. Ushul Fikih 1 : Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

M.Asywadie Syukur. 1990. Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih : Surabaya: P.T. Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai