Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN FIQIH, SUMBER HUKUM


ISLAM DAN RUANG LINGKUP FIQIH
Untuk memenuhi salah satu Tugas

Mata kuliah “ FIQIH”

Dosen Pengampu: M,Ali Muhson, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 4

1. Anny Muthoharoh

2. Ita Almuzayanah

3. Nur Rohim

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEMESTER IV

INSTITUT AGAMA ISLAM HASANUDDIN (IAIH)


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah “FIQIH”

Shalawat serta salam kami sanjungkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah seperti sakarang ini.

Rasa terima kasih kami sampaikan pula kepada :

1. Umar Faizi.M.Pd.I.selaku Rektor Institut Agama Islam Hasanudin Pare


2. M,Ali Muhson M.Pdselaku dosen mata kuliah “FIQIH” sekaligus dosen
pembimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
3. Segenap Civitas Akademika yang dengan sedia membantu saya dalam
pembuatan makalah ini.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat


kesalahan ataupun kurang lengkap informasi dan keterangan yang diperoleh, oleh
karena itu kritik dan saran sangat Saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.Saya juga berharap semoga materi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan penyusun pada khususnya.

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan ..............................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................1

BAB II Pembahasan ..............................................................................................2

A. Pengertian Fiqih ..............................................................................................2


B. Sumber Hukum Islam .....................................................................................2
C. Ruang Lingkup Fiqih ........................................................................................

BAB III Penutup ....................................................................................................5

A. Kesimpulan .....................................................................................................5

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari bermacam-macam hukum
Islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia, baik bersifat individu
maupun sosial. Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah
mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban
dan haknya sebagai hamba Allah. Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah
adalah salah satu bagian mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk mnyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan
hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, serta penggunaan pengalaman. Pembelajaran
fiqih merupakan sebuah proses belajar untuk membekali siswa agar dapat
mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil aqli maupun dalil naqli. Pembelajaran fiqih
berarti proses belajar mengajar tentang ajaran Islam dalam segi hukum syara’.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Fiqih?
2. Apa Saja Sumber Hukum Islam?
3. Apa Saja Ruang Lingkup Fiqih?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Fiqih.
2. Untuk Mengetahui Sumber Hukum Islam.
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Ruang Lingkup Fiqih.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih

Fiqih merupakan suatu ilmu pengetahuan yang harus diketahui oleh semua
umat islam. Karena pada dasarnya hampir semua aktivitas yang kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari mengandung dasar-dasar fiqih. Untuk itu dalam
kesempatan ini kami akan membagikan sedikit pengetahuan kami tentang fiqih
seperti tentang pengertian fiqih secara bahasa dan istilah, penggunaan fi qih
dalam kehidupan sehari-hari.

1. Pengertian Fiqih dalam Islam


Fiqih atau fiqh merupakan suatu kata di dalam bahasa ‘Arab. Kata ini
merupakan suatu ilmu yang ada di dalam Islam untuk mengatur tatacara dalam
segala perbuatan Islam, dalam artian sebagai Syari’ah Islamiah.

2. Definisi Fiqh Secara Bahasa


Fiqih dalam arti bahasa memiliki asal kata alfahmu yang artinya paham.
Seperti dalam bacaan alfaqhu addarsu yang artinya saya memahami pelajaran
itu. Arti lain fiqh paham akan maksud pembicaraan. Arti ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Imam Bukhori,
Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah SWT menjadi orang yang baik
disisinya, niscaya diberikan pemahaman kepadanya yang mendalam dalam
pengetahuan agama.”
Kemudian Ibnu Khaldun mengatakan, “pada permulaan Islam orang-orang
yang ahli di dalam agama yang mengembalikan persoalan kepada Al-Quran,
tahu tentang nasikh, tahu tentang ayat-ayat yang mutasyabih dan muhkamah
serta tahu tentang pemahaman-pemahamannya yang mereka dapatkan dari
Rasulullah SAW. Disebut dengan Al-Qurra’ kenpa mereka disebut dengan
sebutan Al-Qurra’ karena mereka membaca Al-Quran dan masih jarang pada
masa itu orang yang dapat membaca.

2
3. Definisi Fiqh Secara Istilah
Secara istilah kata fiqih dapat diartikan dengan pengetahuan keagamaan
yang mencakup semua ajaran agama, baik itu akidah, akhlak, maupun ibadah.
Yaitu memiliki pengertian yang sama dengan syariah Islamiah. Tetapi seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, fiqih diartikan dengan bagian dari
Syari’ah Islamiah, yaitu pada pengetahuan tentang hukum Syari’ah Islamiah
yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa, dan akil
baligh, dengan dalil-dalil terperinci.
Perkembangan ilmu pengetahuan ini dikarenakan daerah Islam telah lebih
meluas dan banyak cendekiawan-cendekiawan muslim yang mampu untuk
melakukan penelitian terhadap literatur muslim. Fiqh ini menjadi sebuah ilmu
tersendiri, akibat dari cara istinbahdan fiqh pun diartikan menjadi sekumpulan
hukum syara’ yang masih berhubungan dengan perbuatan, seperti yang
dijelaskan oleh al-Jurnaji:
“Fiqh menurut bahasa berarti paham terhadap tujuan seseorang pembicara.
Menurut istilah, fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syara’ yang amaliah
(mengenai perbuatan, perilaku) dengan melalui dalil-dalinya yang terperinci.
Fiqh ialah ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran serta ijtihad (penelitian) dan
memerlukan wawasan serta perenungan. Oleh sebab itu Allah tidak bisa
disebut fiqh (ahli dalam fiqih) karena bagi-Nya ada sesuatu yang tidak jelas.
Fiqh menurut istilah Fuqoha, hal ini seperti di dalam Tajudin As-Subki,
fiqh adalah ilmu tentang hukum syara’ yang sifatnya amali dan diambil dari
dalil-dalil yang tafsili. Sedangkan Abdul Wahab Khalaf, ia juga
mendefinisikan fiqh sebagai ilmu, ia juga mengatakan definisi fiqh sebagai
materi ketentuan hukum, yaitu kumpulan hukum-hukum syara’ yang bersifat
amali dari dalil tafsili.
Fiqh secara istilah juga bisa diartikan sebagai pengetahuan tentang hukum-
hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataanmukallaf
(mereka yang telah dewasa dan terbebani hukum syari’ah), yang diambil dari
dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash Al-Quran dan Hadits serta
Ijma’ dan Qiyas.

3
B. Sumber Hukum Islam
Penentuan sebuah hukum baik halal, mandub, mubah, makruh, dan haram
tentu bukan perkara penentuan asal-asalan. Semua didasarkan pada sumber
hukum yang jelas dan memang menjadi acuan agama rahmatan lil alamiin ini.
Setidaknya ada empat sumber hukum Islam yang mesti diketahui yaitu Al-
qur’an, Hadist, Ijma dan Qiyas.
Pada artikel ini akan dibahas satu persatu masing-masing sumber hukum.

1. Al-Qur’an
Kitab suci umat Islam yang mulia ini berisi kalam Allah yang paripurna
yang berisi segala hal yang menjadi panduan Umat Islam dalam
menjalankan kehidupan.
Inilah sumber utama hukum Islam. Sumber-sumber hukum yang lain
juga tidak boleh bertentangan dengan apa yang dikandung dalam Al-
Qur’an. Katakanlah Ijma dan Qiyas tidak boleh melenceng dari sumber
utama yaitu Al-Qur’an.
Salah satu hukum yang bisa langsung ditarik dari Al-Qur’an adalah
hukum tentang riba dimana Allah berfirman pada Q.S. Al-Baqarah ayat
275 yang artinya,
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.“
Dalam ayat tersebut secara jelas dan tegas Allah mengharamkan adanya
praktik riba dan memberikan alternatif solusi dengan melakukan jual beli.

4
Walaupun Al-Qur’an menjadi sumber hukum pertama dan utama, tetapi
pembahasan di Al-Qur’an terkait hukum suatu ibadah ataupun muamalah
masih dibahas secara umum. Contohnya adalah shalat. Di Al-qur’an tidak
akan ditemukan tata cara shalat dari mulai takhbiratul ihram sampai salam.
Tata-tata cara tersebut hanya ditemukan pada hadist Nabi SAW.
2. Hadist/As-Sunnah
Sumber hukum islam kedua adalah hadist/sunnah. Hal ini ditegaskan
dalam hadist Nabi SAW, “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara.
Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-
Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh
Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm.
12-13).
Hadist/As-sunnah berasal dari kata “Al-hadits” yang artinya adalah
perkataan, percakapan atau pun berbicara. Dari definisi umum, hadist
adalah setiap tulisan yang berasal dari perkataan atau pun percakapan
Rasulullah Muhammad SAW. Termasuk apabila ada perbuatan sahabat
yang didiamkan maka itu juga bisa tergolong ke dalam Sunnah.
Salah satu contoh hadist adalah yang melarang perilaku korupsi dan
riba yaitu,
“Dari Auf bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Hati-hatilah dengan dengan dosa-dosa yang tidak akan
diampuni. Ghulul (baca:korupsi), barang siapa yang mengambil harta
melalui jalan khianat maka harta tersebut akan didatangkan pada hari
Kiamat nanti. Demikian pula pemakan harta riba. Barang siapa yang
memakan harta riba maka dia akan dibangkitkan pada hari Kiamat nanti
dalam keadaan gila dan berjalan sempoyongan” (HR Thabrani)
Di hadist tersebut tergambar jelas bahwa bentuk perilaku korupsi dan
memakan riba merupakan perilaku yang hukumnya haram.
3. Ijma

5
Sumber hukum islam ketiga adalah ijma. Secara bahasa, ijma adalah
memutuskan dan menyepakati sesuatu. Secara istilah, ijma adalah
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid yang dilakukan setelah zaman
Rasulullah untuk menentukan solusi dari sebuah masalah dalam perkara
agama.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebuah ijma
tidak boleh bertentangan dalam Qur’an dan Sunnah.
Ijma harus dilakukan ketika suatu masalah dalam perkara agama tidak
dijelaskan secara spesifik didalam Qur’an dan Sunnah.
Salah satu contoh ijma adalah terkait bunga bank. Di Indonesia salah
satu output dari Ijma adalah dikeluarkannya fatwa. Nah, terkait bunga
bank terdapat fatwa dari Majelis Ulama Indonesia nomor 1 tahun 2004
yang menekankan bahwa bunga bank sama dengan riba sehingga
hukumnya adalah haram.
4. Qiyas
Selanjutnya sumber hukum islam yang keempat adalah Qiyas. Sumber
hukum islam yang satu ini secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah
analogi. Qiyas menurut istilah ushul fiqhi, ialah menyamakan suatu
masalah yang tidak terdapat ketentuan hukumnya dalam nash (Al-Qur’an
dan Sunnah), karena adanya persamaan illat hukumnya (motif hukum)
antara kedua masalah itu.
Salah satu contoh Qiyas adalah perkara pelarangan minuman keras. Di
dalam Al-Qur’an, Allah berfirman pada QS. Al-Baqarah ayat 219 yang
artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.“
Di dalam ayat tersebut, yang disampaikan adalah pengharaman tentang
minuman khamr. Minuman ini merupakan minuman yang mengandung

6
anggur yang memabukkan. Para ulama menafsirkan pengharaman
minuman keras karena memiliki illat yang sama dengan khamr yaitu dapat
memabukkan.

C. Ruang Lingkup Fiqih


Para ulama fiqih sesuai ruang lingkup bahasan menjadi dua bagian besar
yaitu: fiqh ibadah dan fiqh muamalah. Hal ini didasarkan pada ayat al-Qur’an
yang membedakan dua hubungan manusia itu pada umumnya :

ِ ‫اَّللِ َو َحْب ٍل ِم َن الن‬


‫َّاس‬ َّ ‫الذلَّةُ أَيْ َن َما ثُِق ُفوا إََِّّل ِِبَْب ٍل ِم َن‬
ِ ‫ض ِربت علَي ِهم‬
ُ َْ ْ َُ
Artinya : Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada kecuali jika
mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (hubungan baik) dengan
manusia. (Q.S Ali Imran : 112)

Di jelskan bahwa ruang lingkup fiqih itu meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
3. Hubungan manusia dengan alam(selain manusia) dan lingkungan
Bidang-Bidang fiqih meliputi:
1. Fiqih ibadah : norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya (vertical)
2. Fiqih muamalah : norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya (horizontal)
Yang pertama (fiqh ibadah) dibagi lagi menjadi dua, yaitu ibadah mahzhah
dan ibadah ghairu mahzhah. Ibadah mahzhah adalah ajaran agama yang
mengatur perbuatan-perbuatan manusia yang murni mencerminkan hubungan
manusia itu dengan Allah. Sedang ibadah ghairu mahzhah adalah ajaran agama
yang mengatur perbuatan antar manusia itu sendiri.
Norma-norma ajaran agama yang mengatur hubungan antar manusia ini
sangat luas sehingga fiqh muamalah ini terbagi kedalam banyak bidang, yaitu:
1. Fiqh munakahat : pengetahuan tentang norma-norma ajaran Islam yang
mengurai tentang pernikahan sejak dari norma tentang melihat calon suami

7
/ istri (nazhar), tata cara melamar (khithbah), mas kawin (mahat / shadaq),
akad nikah, wali, saksi, pencatatan nikah, perceraian (talak), iddah, hak
nafkah bagi istri, hak mengasuh anak (hadhanah), hak dab kewwajiban
suami istri dan hal-hal lain yang berhubungan dengan suami istri.
2. Fiqh Jinayat : Pengetahuan tentang norma-norma ajaran Islam yang
mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan seseorang terhadap orang
atau lembaga lain, seperti melukai orang lain, menghina, atau memfitnah,
mencuri, meminum minuman keras atau membunuh.
3. Fiqh Siyasat : Pengetahuan yang membicarakan norma norma ajaran Islam
yang berkaitan dengan pemerintahan, misalnya tata cara pemilihan presiden
dan wakil presiden dan wakil presiden, pemilihan anggota legislatif,
pembuatan undang-undang yang mengatur kepentingan rakyat, dll.
4. Fiqh Muamalat : Pengetahuan yang membicaraka norma-norma ajaran
Islam yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang dilakukan masyarakat
manusia, baik itu jual bel, hutang piutang, sewa menyewa, pinjam
meminjam barang, dll.1

1
Yasin, Fiqh Ibadah (2008), hal.: 6-11

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Fiqih merupakan suatu ilmu pengetahuan yang harus diketahui oleh semua
umat islam. Karena pada dasarnya hampir semua aktivitas yang kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari mengandung dasar-dasar fiqih.
2. Sumber hukum Islam terbagi menjadi 4, yaitu : Al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan
Qiyas.
3. Ruang lingkup fiqih itu meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
antara: Hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam(selain manusia) dan
lingkungan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Yasin, Fiqh Ibadah. 2008.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber-sumber_hukum_Islam

https://inspiring.id/sumber-hukum-islam/

10

Anda mungkin juga menyukai