Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM DI BIDANG FIQIH

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Pengantar Studi Islam

  

Disusun oleh :

Davina Zahra Rinjani (22107010079)

Muhammad Syahdan (22107010078)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA


2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “SEJARAH
PEMIKIRAN ISLAM DI BIDANG FIQIH” dapat kami selesaikan dengan tepat
waktu. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bagi pembaca
tentang sejarah mengenai pemikiran Islam di bidang Fiqih. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah Subhanahu Wata’ala karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun.
Kami ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih
kepada semua orang yang membantu dan memberi saran kepada kami. Kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami dalam berbagai hal, serta
kepada kedua orang tua kami dan dosen kami, Dr. Mustari, M.Hum., kami berharap
materi dalam makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Kami mohon maaf jika ada kesalahan tata bahasa atau informasi dalam
makalah ini. Karena hanya Allah Subhanahu Wata'ala -lah yang paling sempurna.
Pembaca dapat memberikan kritik dan saran bagi penulis sehingga penulis dapat
menulis makalah yang lebih baik lagi di kesempatan berikutnya.

Yogyakarta, 03 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Pengertian fiqih..................................................................................................3

B. Tujuan mempelajari ilmu fiqih...........................................................................4

C. Periodisasi perkembangan fiqih.........................................................................5

1. Periode Rasulullah Saw. (610 – 632 M).........................................................6

2. Periode al-Khulafaur Rasyidin (632 – 661 M)...............................................6

3. Periode awal pertumbuhan fiqih.....................................................................7

4. Periode keemasan (725 – 1258 M).................................................................8

5. Periode kemunduran fiqih...............................................................................9

6. Periode pengkodifikasian fiqih hingga masa modern.....................................9

BAB III PENUTUP...................................................................................................11

A. Kesimpulan.......................................................................................................11

B. Saran.................................................................................................................11

iii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang memuat aturan-aturan mengenai
hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia (hablum
minallah, hablum minan-nas)1. Diketahui bahwa aturan-aturan ini didasarkan
pada wahyu Allah yang terkandung dalam Al-Qur'an.. Terdapat pedoman
ibadah dan perilaku sosial di dalam Al-Qur'an. Salah satu bidang studi Islam
yang paling banyak dikenal oleh masyarakat umum adalah fiqih, atau hukum
Islam. Ini sebagian karena terdapat hubungan antara fiqih dan kehidupan
masyarakat.
Secara etimologi, fiqih berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqihan
yang berarti pemahaman. Maksud dari kata pemahaman disini adalah
pemahaman tentang agama Islam2. Istilah “fiqih” berkaitan dengan makna
memahami Islam secara utuh dan menyeluruh sebagai agama. Fiqih adalah
ilmu yang mempelajari hukum syara' yang berkaitan dengan perbuatan, dan
setiap dalil ditelaah bergantian. Fiqih diperoleh melalui musyawarah yang
matang dan bersifat amaliyah.
Fiqih mengalami perkembangan dari masa Rasul Saw. hingga sekarang.
Perjalanan fiqih dari masa Rasul Saw. sampai masa modern berkembang terus
menerus menyesuaikan perkembangan zaman. Artinya, fiqih merupakan ilmu
yang bersifat dinamis. Penulis berharap dapat mempelajari lebih jauh tentang
perkembangan ilmu fiqih melalui tugas ini. Judul “Sejarah Pemikiran Islam
dalam Bidang Fiqih” demikian dipilih oleh penulis.
B. Rumusan Masalah
1
Fadli, Muhammad Rijal. "Tinjauan Historis: Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Tabi’in (Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i Dan Imam Hanbali) Dalam Istinbat Al-Ahkam." Jurnal
Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 8.1 (2020).
2
. Harisudin, M. Noor. "Pengantar Ilmu Fiqh." (2019).

1
Penulis merumuskan masalah untuk memudahkan menyelesaikan
makalah ini. Pokok permasalahan dan rumusannya adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan fiqih?
2. Apa tujuan dari mempelajari fiqih?
3. Bagaimana sejarah perkembangan fiqih dari masa nabi hingga sekarang?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai diantaranya : 
1. Mengetahui apa itu fiqih.
2. Mengetahui tujuan mempelajari fiqih.
3. Mengetahui sejarah perkembangan fiqih.

BAB II

2
PEMBAHASAN 

A. Pengertian fiqih
Pemahaman, atau faqiha-yafqahu-fiqihan dalam bahasa Arab
merupakan asal dari kata fiqih. Dari segi bahasa, kata ini menunjukkan
pengertian al-‘ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu (pemahaman) yang
bersumber dari wahyu Allah Swt. Menurut terminologi syara’, fiqih adalah
ilmu hukum syariah yang mendasarkan pada dalil-dalil yang mendalam
sehingga bersifat praktis (praktis). Fiqih adalah kajian hukum syara' yang
berkaitan dengan perbuatan, dan masing-masing dalil tersebut ditelaah secara
bergantian3. Disebutkan dalam QS. At-Taubah (9) ayat 122:

‫نذ ُرو ۟ا َق ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُ ٓو ۟ا ِإلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم حَيْ َذ ُرو َن‬


ِ ‫ا ىِف ٱلدِّي ِن ولِي‬K۟‫…لِّيت َفقَّهو‬
َُ ُ ََ
“ …agar mereka memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Dalam hadis Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
menyebut kata fiqih sebagaimana disabdakan:
ِ
‫ِّهه يف الدي ِن‬ ً ‫َمن يُِرد اهللُ به‬
ْ ‫خريا يُ َفق‬
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik di sisi-Nya,
niscaya Dia memberinya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan
agama.”
Dengan demikian, fiqih adalah pengetahuan, pemahaman, dan
pendalaman ajaran-ajaran agama secara keseluruhan4. Fiqih adalah

3
Fadli, Muhammad Rijal. "Tinjauan Historis: Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Tabi’in (Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i Dan Imam Hanbali) Dalam Istinbat Al-Ahkam." Jurnal
Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 8.1 (2020).
4
Nur, Saifudin. Ilmu Fiqih: Suatu Pengantar Komprehensif Kepada Hukum Islam. Tafakur, 2007.

3
pemahaman dalam bahasa Arab, khususnya pemahaman tentang kehendak
Allah Subhanahu Wata’ala. Kapasitas manusia dalam memahami kehendak
dan wahyu Allah tidak sama,karena manusia yang satu berbeda dengan yang
lain. Al-jurjaniy (1938 dalam5) menyampaikan bahwa fiqih merupakan hasil
dari pemikiran (melalui ijtihad) dan memerlukan pemahaman serta
perenungan.
Dapat dikatakan bahwa ruang lingkup fiqih sangat luas secara khusus
membahas subjek hukum dan aturan Islam yang berkaitan dengan kehidupan
manusia6. Empat sumber fiqih yang diakui oleh para ulama adalah sebagai
berikut:
1. Al-Qur’an
2. Sunnah Rasulullah Saw.
3. Ijma’
4. Qiyas

B. Tujuan mempelajari ilmu fiqih


Tujuan mempelajari ilmu fiqih adalah mendapat rida Allah dengan
melaksanakan syariat-Nya, sebagai pedoman atau petunjuk dalam urusan
pribadi, keluarga, dan masyarakat7. Kegunaan dalam mempelajari ilmu fiqih
diantaranya :
1. Memberi pemahaman tentang berbagai aturan kehidupan secara
mendalam
2. Menjadi acuan untuk bersikap dalam menjalani kehidupan sehari-hari
dalam bermasyarakat

C. Periodisasi perkembangan fiqih


5
Nur, Saifudin. Ilmu Fiqih: Suatu Pengantar Komprehensif Kepada Hukum Islam. Tafakur, 2007.
6
Khisni, H. A. "Epistemologi Hukum Islam (Sumber Dan Dalil Hukum Islam, Metode Istimbath Dan
Ijtihad Dalam Kajian Epistemologi Usul Fiqih)." (2012).
7
Yazid, Imam. Ilmu Fiqih dan Ilmu Usul Fiqih. (2016)

4
Periodisasi fiqih menurut Muhammad Khudari Bek terbagi menjadi
enam periode. Keenam periode tersebut dapat dibagi menjadi dua periode
karena dari masing-masing periode memiliki karakteristik yang berbeda .
Periode tersebut diantaranya periode Rasulullah Saw, periode Al-Khulafaur
Rasyidun, periode awal pertumbuhan fiqih, periode keemasan, periode
mazhab, periode kemunduran fiqih, dan periode pengkodifikasian fiqih.
Berikut ini enam periodisasi perkembangan ilmu fiqih:

D. Periode Rasulullah Saw. (610 – 632 M)


Pada periode ini, Rasulullah Saw. memiliki otoritas tunggal atas semua
masalah hukum. Al-Qur'an dan sunnah menjadi landasan hukum pada masa
ini. Fiqih kemudian dipahami sebagai syarat karena tergantung pada Nabi
Muhammad untuk memutuskan hukum apa yang harus ada dalam situasi
tertentu8. Dalam periode ini juga terbagi lagi menjadi periode Mekkah dan
Madinah.
a. Periode Mekkah
Di periode Mekkah, hukum islam atau fiqih lebih mementingkan
upaya mengubah masyarakat yang semula melakukan penyembahan terhadap
berhala menjadi menyembah Allah Swt. Pada periode ini Rasulullah Saw.
mempersiapkan mereka menerima hukum agama9.
b. Periode Madinah
Di periode Madinah, dakwah Islam terfokus pada pembahasan akidah
dan akhlak, dengan penekanan yang lebih besar pada penerapan fiqih pada
hukum-hukum praktis. Undang-undang ini berfungsi sebagai solusi untuk
semua masalah, peluang, dan perkembangan10.

8
Harisudin, M. Noor. "Pengantar Ilmu Fiqh." (2019).
9
Muchsin, Agus. "Ilmu Fiqih: Suatu Pengantar Dialektika Konsep Klasik dan Kontemporer." (2019).
10
Muchsin, Agus. "Ilmu Fiqih: Suatu Pengantar Dialektika Konsep Klasik dan Kontemporer." (2019).

5
Satu hal yang sebenarnya terjadi adalah Nabi mengambil tindakan
sehubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hukum-
hukum (ayat-ayat hukum). Tidak semua ayat hukum menawarkan penjelasan
yang dapat dengan cepat dipahami dan kemudian diterapkan secara praktis
sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu, Nabi menjelaskan kepada para
pengikutnya makna di balik setiap ayat hukum, memungkinkan mereka untuk
memahami dan menerapkan secara praktis ayat-ayat yang belum
diterjemahkan ke dalam instruksi. Nabi memberikan pembenaran melalui
perkataan, perbuatan, dan pengakuannya, yang kemudian dikenal sebagai
Sunnah Nabi.

E. Periode al-Khulafaur Rasyidin (632 – 661 M)


Setelah Rasulullah Saw. wafat, para sahabatnya—khususnya yang banyak
mendengar hadits dan tafsirnya—mulai mempelajari Al-Qur'an dan
memahami maknanya melalui sejarah lisan yang diturunkan dari satu sahabat
ke sahabat lainnya11. Para sahabat yang bergantian memimpin umat islam
diantaranya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan,
dan Ali Bin Abi Thalib. Dengan penaklukan beberapa wilayah, antara lain
Persia, Irak, Syria, dan Mesir, hukum Islam mulai mengalami perkembangan
pada masa ini. Akibatnya, harus berhadapan dengan persoalan baru karena
wilayah-wilayah tersebut memiliki persoalan budaya, keadaan, dan kondisi
yang unik dimana para Sahabat Rasul wajib memberikan pedoman hukumnya.

a. Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H)


Abu Bakar as-Siddiq membuat pernyataan berikut segera setelah
wafatnya Nabi: Ini berarti bahwa karena Muhammad sudah wafat, harus ada
orang lain yang memimpin agama ini. Deklarasi yang dibuat oleh Abu Bakar

11
Makruflis, Muhammad. "PERIODESASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF
SEJARAH." IndraTech 2.1 (2021): 114-119.

6
menunjukkan dan menegaskan perlunya posisi kepemimpinan yang
permanen. Abu Bakar al-Siddiq dengan demikian diangkat menjadi khalifah
tidak lama setelah Nabi meninggal dan bahkan sebelum dia dimakamkan.
Ketika Abu Bakar dinobatkan sebagai khalifah, dia memegang kendali atas
semua kegiatan keagamaan. Kondisi sosial masyarakat Arab pada saat itu
sangat keras sehingga hukum yang keras harus disahkan. Penggunaan qiyas
dalam berbagai kasus hukum dan penggunaan Ijma sebagai landasan untuk
menciptakan hukum adalah karakteristik fiqih pada masa Abu Bakar.

b. Masa Umar Bin Khattab (13-23 H)


Dengan segala kesalehan, keadilan, dan keberaniannya, Khalifah
Umar selalu melakukan apapun untuk menegakkan Islam. Islam membuat
kemajuan yang signifikan pada masanya, khususnya yang berkaitan dengan
penaklukan wilayah Islam. Hal ini sebagai akibat dari ijtihad yang
dilakukannya ketika memutuskan dengan mengkaji kasus atau perkembangan
di lapangan. Praktek minum khamr saat zaman jahiliyah kembali di kalangan
umat Islam pada masa pemerintahan Umar ibn Khattab, dan hukuman 40
cambukan kehilangan sebagian efektivitasnya sebagai pencegah. Umar
menyusun strategi untuk mencegah orang mengkonsumsi khamr, yang
dilarang oleh hukum. Dalam hal ini, Umar menetapkan hukuman
mengkonsumsi khamr sebanyak 80 kali cambukan agar masyarakat lebih
berhati-hati dalam melakukannya. Akibatnya, sanksi Umar berbeda dengan
sanksi Nabi sebelumnya untuk mencapai tujuan utama larangan mencegah
aktivitas kriminal.

c. Masa Usman Bin Affan (23-35 H)


Usman lebih memilih solusi sederhana saat menentukan hukum.
Bahkan cenderung pada pandangan para khalifah terdahulu. Karena Usman

7
lebih berkonsentrasi pada perluasan wilayah, fiqih tidak terlalu berkembang
pada masanya. Contoh kasus yang ditangani oleh Usman adalah perihal hak
istri atas peninggalan suaminya. Apa yang terjadi jika seorang suami
menceraikan istrinya ketika dia sedang berjuang melawan penyakit serius dan
dianggap bahwa hal itu dilakukan untuk mencegah istri mewarisi harta apa
pun? Karena tidak ada pembenaran hukum sebelumnya dalam kasus ini secara
khusus, perselisihan muncul di antarapara sahabat. Karena Abdurrahman bin
Auf menceraikan istrinya ketika dia sakit, Utsman bin 'Affan berpendapat dan
menyatakan dalam fatwanya bahwa istri berhak atas warisan suaminya.
Menurut tarif yang berlaku, Utsman mewariskan istrinya yang diceraikan.

d. Masa Ali Bin Abi Thalib (35-40 H)


Masa Ali mirip dengan sebelumnya, yakni fokus menjaga keamanan
negara. Dalam setiap keputusan hukum, para sahabat menggunakan metode
ijtihad setelah dipikirkan dengan matang. Karena kebutuhan masyarakat juga
semakin banyak, Ali banyak melakukan ijtihad dan sering menggunakan
qiyas.

F. Periode awal pertumbuhan fiqih


Perkembangan fiqih sebagai salah satu disiplin ilmu dalam Islam dimulai
pada periode ketiga ini. Sejak penyebaran sahabat dimulai setelah al-
Khulafaur Rasyidun, berbagai fatwa dan ijtihad hukum telah muncul di
berbagai belahan dunia tergantung pada situasi dan kondisi penduduk
setempat12. Perkembangan teknik seperti qiyas dan istislah bersamaan dengan
munculnya keilmuan ushul fiqih13.

12
Harisudin, M. Noor. "Pengantar Ilmu Fiqh." (2019).
13
Makruflis, Muhammad. "PERIODESASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF
SEJARAH." IndraTech 2.1 (2021): 114-119.

8
G. Periode keemasan (725 – 1258 M)
Dengan mendirikan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali sebagai
ciri khasnya, periode ini memunculkan kejayaan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang hukum Islam. Mereka dikenal sebagai mujtahid, karena
kehebatan mereka dalam memahami dan menerapkan hukum (istinbath
hukum) yang terdapat dalam Alquran dan Hadits 14. Mazhab berasal dari kata
masdar (kata sifat) melalui akar kata fi'il madhy "dzahaba", yang juga berarti
"pergi". Kata ini juga dapat diterjemahkan sebagai "pendapat", atau al-ra'yu.
Pemikir-pemikir besar yang beraliran mazhab tertentu muncul pada masa
ini, di antaranya Imam An-Nawawi, a-Muzani, Ibnu Hajar al-Asqolani, Ibnu
Hajar al-Haistami, dan lain-lain dari Syafiiyyah. Imam Abu Yusuf, Imam
AsSyaibani, Imam al Maruzi, dan lainnya dari Hanafiyyah. Ibnu Taimiyyah,
Ibnu Rojab, dan anggota Hanabilah lainnya, seperti Imam Ibnu Qoyyim,
adalah di antara mereka. dari kalangan Malikiyah, antara lain Imam Ibnu
Rusyd, Imam Syahnun, dan lain-lain.

a. Mazhab Hanafi (80 – 150 H)


Aliran ini bermula dari Abu Hanifah al-Nu'man ibn Thabit ibn Zuhti,
nama tokoh utama dalam pemikiran fiqih. Untuk mendukung perkembangan
cara berpikir logis dan praktis, Abu Hanifah memulai studinya dengan ilmu
kalam sebelum fiqih. Metode ijtihad pokok dan metode ijtihad tambahan
adalah dua cara pembagian metode ijtihad Abu Hanifah dalam Thaha Jabir
Fayadi al-‘Ulwani 198715
Lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, Abu Hanifah Al-Nu'man
bin Thabit bin Zutha Al Kufi hidup pada masa pemerintahan khalifah Bani

14
Muzakir, Muzakir. "PERIODISASI FIQH (Perbandingan Fiqh dari Masa Rasul SAW Sampai
Modern)." Jurnal Ilmiah Islam Futura 7.1 (2018): 25-41.
15
Fadli, Muhammad Rijal. "Tinjauan Historis: Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Tabi’in (Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i Dan Imam Hanbali) Dalam Istinbat Al-Ahkam." Jurnal
Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 8.1 (2020).

9
Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Sejak kecil, Abu Hanifah, yang dalam
bahasa Arab berarti "suci dan lurus", dikenal dengan keikhlasan dalam
beribadah, akhlaknya yang mulia, serta menghindari perbuatan dosa dan keji.
Mazhab fiqihnya dikenal dengan Mazhab Hanafi.
b. Mazhab Maliki (93 – 170 H)
Imam kedua dari empat imam Islam adalah Imam Malik. Sebelum
belajar fiqih, Malik bin Hanas terlebih dahulu mempelajari dan menghafal Al-
Qur'an. Selain itu, Malik ibn Anas juga mempelajari hadits Nabi. Al-
Muwattha adalah judul buku yang ditulisnya yang berisi hadits-hadits yang
telah dipelajarinya. Dalil hukum yang digunakan oleh penerus Imam Malik
didasarkan pada Al-Qur'an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas16.
Dia menghabiskan 40 tahun menulis buku Al Muwaththa', selama
waktu itu dia mempresentasikan temuannya kepada 70 ulama fiqih Madinah.
Imam Malik menerima hadis dari 900 orang (pengajar), 300 orang di
antaranya dari golongan Tabi'in dan 600 orang dari Tabi'in Tabi'in. Ia
meriwayatkan hadis dari Nu'main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi, Syarik bin
Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa'id al Maqburi, dan Humaid.

c. Mazhab Syafi’i (150 – 204 H)


Imam Syafi'i mulai melakukan kajian hukum, mengeluarkan fatwa,
dan membuat metodologi kajian fiqih setelah Imam Malik wafat. Al-Syafi'i
berpendapat bahwa Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijma' adalah sumber hukum
Islam. Al-Syafi'i mempelajari qaul para sahabat dan baru kemudian
melakukan ijtihad dengan qiyas dan istishab jika ketiga sumber tersebut tidak
memuat ketentuan hukum yang tegas dan pasti.

16
Fadli, Muhammad Rijal. "Tinjauan Historis: Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Tabi’in (Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i Dan Imam Hanbali) Dalam Istinbat Al-Ahkam." Jurnal
Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 8.1 (2020).

10
Mazhab Syafi'i memiliki dua fondasi yang berbeda, menurut Imam
Syafi'I yakni dinamakan Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. Dia pergi ke
Madinah di mana Imam Malik bin Anas mengajarinya fiqih. Dia menghafal
buku Muwattha dalam sembilan malam dan membacakannya untuk Imam
Malik. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Syafi'i antara lain dari
Muhammad bin Syafi'i, Fudlail bin Iyadl, dan Sufyan bin Uyainah. Di antara
muridnya yang paling terkenal adalah Imam Ahmad Bin Hanbal.

d. Mazhab Hambali (164 – 241 H)


Sunnah sering digunakan oleh Imam Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Hanbal Al-Syaibani sebagai pedoman. Fatwa para sahabat disebutkan dalam
pemikiran fiqih Ahmad bin Hanbal, tanpa membedakan apakah fatwa mereka
berdasarkan sunnah, atsar, atau sekedar ijtihad17.
Ismail bin Ja'far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin
Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi'i,
Waki' bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin 'Uyainah, Abdurrazaq , dan
Ibrahim bin Ma'qil adalah beberapa gurunya yang terkenal

H. Periode kemunduran fiqih


Upaya yang dilakukan para ulama masing-masing madzhab untuk
mengomentari, menjelaskan, dan mengkaji ulang pandangan para imamnya
disebut dengan tahrir, takhrij, dan tarjih. Meningkatnya subjektivitas melebihi
pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah menjadikan keilmuan fiqih
memudar. Keadaan tersebut disebabkan oleh fanatisme mazhab, pemilihan
hakim yang menganut satu mazhab, dan munculnya kitab-kitab fiqih yang
hanya menganut satu mazhab18.

17
Djalaluddin, Mawardi. "UNSUR KEMODERENAN DALAM MAZHAB INBU HANBAL." Al
Daulah: Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan 6.1 (2017): 17-27.
18
Harisudin, M. Noor. "Pengantar Ilmu Fiqh." (2019).

11
Akibatnya adalah umat Islam berhenti mempertimbangkan atau
mencari hukum-hukum di dalam Al-Qur'an karena betapa tingginya mazhab
tersebut. Selain itu, situasi ini berlangsung dari akhir abad ke-16 hingga awal
abad ke-18. Ekspansi Barat terhadap negara-negara Islam seperti Mesir telah
memperburuk situasi ini. Semua kejayaan Islam hancur ketika Napoleon
menguasai negara Mesir19.

I. Periode pengkodifikasian fiqih hingga masa modern


Upaya mengkodifikasi fiqih dilakukan sebagai respon terhadap keadaan
perubahan zaman. Pengkodifikasian fiqih idak hanya dilakukan di wilayah
Kesultanan Utsmani, tetapi juga di Suriah, Palestina, dan Irak. Tidak hanya
mengkodifikasi hukum perdata tetapi juga hukum pidana dan hukum
administrasi negara telah dikodifikasi.
Fiqih muqaran adalah kajian fiqih dilakukan karena tidak lagi terbatas
pada satu mazhab. Ulama fiqih saat ini membahas fiqih muqaran secara
mendalam dan menyeluruh, menyoroti perbedaan pendapat utama, sudut
pandang, dan argumen untuk setiap aliran pemikiran sehingga orang awam
dapat dengan cepat memutuskan posisi mana yang akan dipegang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa jalannya fiqih sejak zaman
Rasuluklah Saw. hingga saat ini berkembang sesuai dengan kebutuhan umat
islam. Perjalanan ini mengalami guncangan yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan sosial masyarakat pada saat itu. Akibatnya, faktor sosial, budaya, dan

19
Muzakir, Muzakir. "PERIODISASI FIQH (Perbandingan Fiqh dari Masa Rasul SAW Sampai
Modern)." Jurnal Ilmiah Islam Futura 7.1 (2018): 25-41.

12
ekonomi masyarakat setempat selalu mempengaruhi keputusan para faqih
untuk mengeluarkan hukum fiqih. Karena perkembangan manusia tidak
pernah berhenti, oleh karena itu ilmu fiqih wajib untuk dikembangkan.
Artinya selama masih ada manusia, fiqih akan maju selama itu dan
berlangsung sampai manusia meninggalkan dunia ini.

B. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca mempelajari fiqih lebih dalam
setelah menyusun makalah tentang sejarah dan perkembangannya. sehingga
Anda dapat mengamalkannya dalam aktivitas sehari-hari dan menjadi seorang
muslim yang taat dengan menjunjung syariat Islam secara sempurna. Mohon
sarannya agar kami dapat memperbaiki makalah ini karena kami menyadari
masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun pembahasan yang
telah kami berikan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Muchsin. (2019). Ilmu Fiqih : Suatu Pengantar Dialektika Konsep Klasik dan
Kontemporer.
H.A. Khisni. (2012). EPISTEMOLOGI HUKUM ISLAM (Sumber dan Dalil Hukum Islam,
Metode Islimbath dan Ijtihad dalam Kajian Epistemologi Usul Fiqih).
Imam Yazid. (2016). Ilmu Fiqih dan Ilmu Usul Fiqih.
M. Noor Harisudin. (2019). PENGANTAR ILMU FIQIH (M. Dr. KH. Ahmad Imam
Mawardi, Ed.; 7th ed.). Pena Salsabila.

13
Mawardi Djalaludin. (2017). Unsur Kemoderenan Dalam Mazhab Ibnu Hanbal. Al
Daulah: Jurnal Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan, 6(1), 17–27.
Muhammad Makruflis. (2021). PERIODISASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF
SEJARAH. IndraTech, 2(1), 114–119.
Muhammad Rijal Fadli. (2020). Tinjauan Historis: Pemikiran Hukum Islam Pada Masa
Tabi’in (Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i Dan Imam Hanbali) Dalam
Istinbat Al-Ahkam. Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam, 8(1).
Muzakir Muzakir. (n.d.). PERIODISASI FIQH (Perbandingan Fiqh dari Masa Rasul SAW
Sampai Modern). Islam Futura, 7(1).
Renita. (2015). SUMBER-SUMBER FIQH.
 

14

Anda mungkin juga menyukai