Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIQH DAN USHUL FIQH

Disusun oleh:
Halviani 202211006
Rauza Alya 202211001

Dosen pembimbing:
DR. M. JAFAR, SH.I., M. A

HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
LHOKSEUMAWE 2023
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamu’alaikum, wr..wb..
Alhamdulillah, segala puji serta syukur, penulis panjatkan kepada Allah
SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayah Nya kepada kita semua. Tidak
lupa pula, Selawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurahkan kepada
penghulu kita Nabi besar Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan pengikut
beliau hinggga akhir zaman. Beliau telah membawa kita dari alam kebodohan
menuju alam terang benderang dengan penuh ilmu pengetahuan serta bercahaya
iman, islam, dan ihsan.
Penulis ucapkan Terimakasih Kepada Dosen pembimbing Mata Kuliah
Hadits Tarbawi, Bapak DR. M. JAFAR, SH.I., M. A beserta kawan-kawan
semuanya yang telah memberikan motivasi dan mendukung penulis hingga
terselesaikannya makalah ini dengan judul “Fiqh Dan Ushul Fiqh”. Dengan
harapan bisa memberikan manfaat yang besar bagi kita semua, penulis berdoa
semoga pekerjaan ini menjadi amal shaleh yang murni demi mendapatkan
keridhaan Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.Amiin.
Dalam makalah revisi ini pemakalah menyadari bahwasanya banyak sekali
dari kekurangan dan belum sempurna yang pemakalah tuliskan dalam makalah
ini, apabila ada kekurangan dari sisi isi atau materi serta referensi pemakalah
memohon kepada bapak/ibu semua untuk memberikan saran, kritikan, dan
tanggapan untuk kesempurnaan makalah in.Demikian saya sampaikan, saya
ucapkan terimakasih. Wa’alaikumsalam, wr..wb…

lhokseumawe, 11 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Fiqh Dan Ushul Fiqh .......................................................3
1. Pengertian Fiqh............................................................................3
2. Pengertian Ushul Fiqh.................................................................5
B. Perbedaan antara ilmu fiqh dan ilmu ushul fiqh ..............................6
C. Objek Kajian Fikih dan Usul Fikih ....................................................7
D. Urgensi Mempelajari Ilmu Dan Fiqh Dan Ilmu Ushul Fiqh.............8
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqh yang notabene sebagai ilmu tentang hukum-hukum Syariat yang bersifat
praktis (‘amaliyah), merupakan sebuah “jendela” yang dapat digunakan untuk
melihat perilaku budaya masyarakat Islam. Definisi fiqh sebagai sesuatu yang
digali (al-Muktasab) menumbuhkan pemahaman bahwa fiqh lahir melalui
serangkaian proses sebelum akhirnya dinyatakan sebagai hokum praktis. Proses
yang umum kita kenal sebagi ijtihad ini bukan saja memungkinkan adanya
perubahan, tetapi juga pengembangan tak terhingga atas berbagai aspek
kehidupan yang selamanya mengalami perkembangan. Maka dari itulah
diperlukan upaya memahami pokok-pokok dalam mengkaji perkembangan fiqh
agar tetap dinamis sepanjang masa sebagai pijakan yang disebut dengan istilah
Ushul Fiqh. Ilmu Ushul Fiqih sebenarnya merupakan suatu ilmu yang tidak bisa
diabaikan oleh seorang mujtahid dalam upayanya memberi penjelasan mengenai
nash-nash syariat Islam, dan dalam menggali hukum yang tidak memiliki nash.
Juga merupakan suatu ilmu yang diperlukan bagi seorang hakim dalam usaha
memahami materi undang-undang secara sempurna, dan dalam menerapkan
undang-undang itu dengan praktik yang dapat menyatakan keadilan serta sesuai
dengan makna materi yang dimaksud oleh pembuat hukum (syari’). Ia juga suatu
ilmu yang juga diperlukan ulama Fiqih dalam melakukan pembahasan,
pengkajian, penganalisaan dan pembandingan antara beberapa mazhab dan
pendapat1.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian fiqih dan ushul fiqih ?
2. Apa perbedaan ilmu fiqih dan ilmu ushul fiqih
3. Apa sajakah objek fiqih dan ushul fiqih ?
4. Apa urgensi mempelajari fiqih dan ushul fiqih ?

1
Ade ZainabPutridkk, Pengertian Dan Dasar-DasarUshulFiqih,(2018,YayasanNurul
Islam, 2018)
https://www.academia.edu/35987529/Makalah_Pengertian_dan_Dasar_Dasar_Ushul_Fiq
ih,

1
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian fiqih dan ushul fiqih
2. Mengetahui perbedaan ilmu fiqih dan ilmu ushul fiqih
3. Mengtahui objek fiqih dan ushul fiqih
4. Mengetahui urgensi mempelajari fiqih dan ushul fiqih
1.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Dan Ushul Fiqh


1. Pengertian Fiqh
Secara bahasa, kata fiqh merupakan bentuk masdar dari kata faqiha (‫) فقه‬
yang artinya sama dengan al-’ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu
(pemahaman),2 sehingga secara etimologi fiqh diartikan sebagai pengetahuan
atau pemahaman yang mendalam (benar) terhadap sesuatu. Salah satu contoh
penerapan makna ini terdapat dalam Hadis Nabi yang berbunyi

‫من يرد اهلل به خريا يفقهه يف الدين‬

”Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik, maka
Dia memberikan pemahaman yang benar tentang agama kepadanya”.3

Di kalangan fuqaha (ulama fiqh), fiqh didefinisikan sebagai ilmu


yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang amali yang diambil dari

dalil-dalilnya yang rinci.4 Arti terakhir inilah yang kemudian umum


dipahami oleh umat Islam sebagai arti fiqh dalam kehidupan seharihari.
Sehingga secara teknis istilah fiqh berarti ilmu tentang deduksi hukum
hukum Islam dari dalil-dalil yang ditemukan dalam sumber- sumber
hukum Islam.5

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa, secara materiil


fiqh berisi tentang hukum syara’ yang ’amaly (amaliyah). Yang dimaksud
hukum syara’ adalah hukum- hukum yang bersumber atau digali dari
syari’ah. Amaliyah artinya bersifat perbuatan, hal sekaligus membatasi
kajian fiqh hanya pada aspek ’amaly (perbuatan) manusia, dan tidak

2
Al-Ghazaliy, Al-Mustasyfa min ’Ilmi al-Usul, hlm. 4-5.
3
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al- Bukhary, Sahih al-
Bukhary, Jilid I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, tth.), hlm. 24
4
Muhammad Abu Zahrah, Usul al-Fiqh (ttp: Dar al-Fikry al-’Araby, tth.), hlm. 6
5
Abu Ameenah Bilal Philips, Evolusi Fiqih, terj. Ginus Partadiredja (Sumedang: Anjana
Pustaka, 2007), hlm. 2.

3
mencakup aspek yang bukan berupa perbuatan. Sesuatu yang berada
dalam batin seseorang dan tidak mewujud dalam perbuatan, maka bukan
termasuk wilayah kajian fiqh. Oleh karena itu, fiqh hanya tertuju pada
aspek formal dari sebuah perbuatan manusia.

Dari aspek sumbernya, maka fiqh berasal dari penafsiran ulama (fuqaha)
terhadap syari’ah (wahyu), baik dari nas Al- Qur’an maupun hadis. Inilah
yang membedakan antara fiqh dengan syari’ah yang berimplikasi pada
perbedaan sifat ke- duanya. Syari’ah bersumber dari wahyu sehingga
sifatnya mutlak, absolut, dan universal, sementara fiqh bersumber dari
penalaran (akal) manusia, sehingga sifatnya relatif dan tidak universal.
Akibatnya, terjadi keragaman pendapat dalam fiqh akibat penggunaan
penalaran yang berbeda dari para ulama. Bukti dari adanya perbedaan
pendapat ini adalah munculnya mazhabmazhab dalam fiqh.

Dalam peristilahan syar`i, ilmu fikih dimaksudkan sebagai ilmu yang


berbicara tentang hukum-hukum syar`I amali (praktis) yang penetapannya
diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalilnya yang
terperinci (al-tafsili) dalam Alquran dan hadis.6

Sedangkan “fikih” menurut istilah adalah:

‫جمموعة األحكام الشرعية العملية املكتسبة من ادلتها التفصيلية‬

“Himpunan hukum syara` tentang perbuatan manusia (amaliah) yang


diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci.”

sebagaimana dikemukakan oleh al-Jurjani7 adalah sebagai berikut:

‫العلم باألحكام الشرعية العملية املكتسبة من ادلتها التفصيلية‬

“ Ilmu tentang hukum syara` tentang perbuatan manusia (amaliah) yang


diperoleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci.”

6
Hasbi al-Shiddiqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: CV. Mulia, 1967), hlm. 17.
7
Kamal Mukhtar, dkk., Ushul Fiqh I, (Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 2.

4
Hukum syar`i yang dimaksud dalam defenisi di atas adalah segala
perbuatan yang diberi hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Adapun kata `amali dalam defenisi itu
dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang menjadi lapangan pengkajian
ilmu ini hanya yang berkaitan dengan perbuatan (`amaliyah) mukallaf dan
tidak termasuk keyakinan atau iktikad(`aqidah) dari mukallaf itu.
Sedangkan yang dimaksud dengan dalil-dalil terperinci (al-tafshili) adalah
dalil -dalil yang terdapat dan terpapar dalam nash di mana satu per satunya
menunjuk pada satu hukum tertentu.8

2. Pengertian Ushul Fiqh


Secara bahasa ushul fiqh berasal dari dua kata, yaitu usul (‫ )اصول‬dan al-
fiqh (‫)الفقه‬. Kata usul adalah bentuk jamak dari kata aslun (‫ )اصل‬bermakna
sumber, asal, dasar, kaidah, atau fondasi, 9 Asl berarti dasar, seperti dalam
kalimat “Islam didirikan atas lima usul (dasar atau fondasi)”. Masih banyak
pengertian yang dapat diambil dari kata asl seperti, cabang, yang kuat,
fondasi suatu bangunan dan seterusnya. sedangkan kata fiqh berarti
pemahaman. Dengan demikian secara etimologi ushul fiqh artinya dasar dasar
pemahaman. Akan tetapi pengertian yang lazim digunakan dalam ilmu usul
fikih adalah dalil, yang berarti usul fikih adalah dalil-dalil bagi fikih.
Secara terminologi (istilah), ushul fiqh adalah ilmu yang mempelajari
dasar, kaidah, metode yang digunakan untuk mengistimbatkan hukum
syara’.10 Dengan demikian ushul fiqh adalah ilmu yang membahas tentang
metode penggalian dan penetapan (istimbath) hukum Islam (fiqh). Oleh
karena itu dalam kajian ushul fiqh dijelaskan tentang dasar, kaidah, dan
metode yang digunakan untuk menetapkan sebuah hokum.
Pengertian yang lebih detail dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah,
ilmu usul fikih adalah ilmu yang menjelaskan cara-cara yang harus ditempuh
oleh imam -imam mujtahid dalam menetapkan hukum dari dalil-dalil yang
berupa nas-nas syara’ dan dalil-dalil yang didasarkan kepadanya.
8
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (sebuah Pengantar) , (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm. 2.
9
Zarkasyi Abdul Salam dan Oman Fathurrahman SW, Pengantar Ilmu Fiqh ushul fiqh, hlm. 64-
65.
10
Ibid., hlm. 66-69

5
B. Perbedaan antara ilmu fiqh dan ilmu ushul fiqh
Dari uraian di atas terlihat perbedaan yang nyata antara ilmu fikih dan ilmu
usul fikih. Kalau ilmu fikih berbicara tentang hukum dari sesuatu perbuatan, maka
ilmu ushul fikih bicara tentang metode dan proses bagaimana menemukan hukum
itu sendiri. Atau dilihat dari sudut aplikasinya, fikih akan menjawab pertanyaan
“apa hukum dari suatu perbuatan”, dan ushul fikih akan menjawab pertanyaan
“bagaimana proses atau cara menemukan hukum yang digunakan sebagai jawaban
permasalahan yang dipertanyakan tersebut”. Oleh karena itu, fikih lebih bercorak
produk sedangkan ushul fikih lebih bermakna metodologis. Dan oleh sebab itu,
fikih terlihat sebagai koleksi produk hukum, sedangkan ushul fikih merupakan
koleksi metodis yang sangat diperlukan untuk memproduk hukum.11

Untuk mengetahui perbedaan mendasar antara usul fikih dengan fikih, maka
terlebih dahulu dikemukakan ruang lingkup fikih. Adapun ruang lingkup
pembahasan fikih meliputi semua perbuatan mukallaf, yakni perbuatan-
perbuatan yang menyangkut hubungannya dengan Tuhan, dengan keluarga
dengan masyarakat dan negara, baik berupa ketaatan maupun pelanggaran.

Untuk menetapkan hukum perbuatan mukallaf tersebut, baik menyangkut


ibadah, mu’amalah, munakahat maupun jinayah, ulama fikih menyesuaikan /
mengembalikannya kepada hukum kulli yang ditetapkan oleh usul fikih. Begitu
juga dalil yang digunakan oleh ulama fikih sebagai dalil juz`i, harus disesuaikan
dengan dalil-dalil yang dibuat oleh ulama usul fikih.12

Dapat dipahami bahwa usul fikih membahas dalil kulli yang menghasilkan
hukum kulli; sedang ulama fikih menjadikannya sebagai dasar/rujukan dalam
kasus-kasus tertentu. Sebagai contoh: usul fikih menetapkan “al-amr li al-wujub”,
maka semua nas yang menunjukkan amr adalah menunjukkan wajib. Amr
adalah dalil kulli, sedang wujub (ijab) adalah hukum kulli. Dalam Alquran surah
al-Ma`idah ayat 1 terdapat amr untuk menepati janji. Nas ayat tersebut adalah
dalil juz`i, sedang hukum yang dikandungnya (wajib menepati janji) adalah
hukum juz`i.

11
Alaiddin Koto, M.A., ibid., hlm. 4-5.
12
M.Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, (Surabaya: P.T. Bina Ilmu, 1990), hlm.
3

6
Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup usul fikih adalah
sumber-sumber/dalil-dalil hukum, jenis-jenis hukum, cara istinbat hukum dan
ijtihad dengan berbagai permasalahannya. Dalam kaitan ini usul fikih membahas
dalil kulli yang menghasilkan hukum kulli. Sedang fikih, ruang lingkupnya
adalah semua perbuatan mukallaf dari segi hukum syara’. Dalam hubungan ini
fikih membahas dalil juz`I yang menghasilkan hukum juz`i. Cukup jelas bahwa
usul fikih menjadi dasar hukum fikih.

C. Objek Kajian Fikih dan Usul Fikih


Objek pembahasan dalam ilmu fikih adalah perbuatan mukallaf dilihat dari
sudut hukum syara`.13 Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar : ibadah, muamalah, dan `uqubah.
Pada bagian ibadah tercakup segala persoalan yang pada pokoknya berkaitan
dengan urusan akhirat. Artinya, segala perbuatan yang dikerjakan dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya.
Bagian muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harta,
seperti jual -beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, amanah, dan harta
peninggalan. Pada bagian ini juga dimasukkan persoalan munakahat dan siyasah.
Bagian `uqubah mencakup segala persoalan yang menyangkut tindak pidana,
seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, pemberontakan dan lain-lain.
Bagian ini juga membicarakan hukuman-hukuman, seperti qisas, had, diyat dan
ta`zir.14
Objek kajian Usul Fikih Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ulama
usul fikih di atas, seorang ahli fikih dan usul fikih dari Syiria, Wahbah az-
Zuhaili15 mengatakan bahwa yang menjadi objek kajian usul fikih adalah dalil-
dalil (sumber-sumber) hukum syar’i yang bersifat umum yang digunakan dalam
menemukan kaidah-kaidah yang global dan hukum-hukum syar’i yang digali
dari dalil-dalil tersebut. Pendapat ini sedikit berbeda dengan kebanyakan ahli usul
yang biasanya membatasi hanya pada dalil-dalilnya saja, sementara Wahbah az-
Zuhaili kelihatannya lebih teknis dan lebih operasional.

13
Abd. Al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta : Al-Majlis al-A`la al-Indonesia li al-Dakwah
al-Islamiyah, 1972). hlm. 12
14
Alaiddin Koto, op.cit., hlm. 5
15
Wahbah az-Zuhaili, Usul al-Fiqh al-Islami, jilid 1, (Damaskus : Dar al-Fikr, 1986). hlm.27

7
Pembahasan tentang dalil ini adalah secara global, baik tentang macam-
macamnya, rukun atau syarat, kekuatan dan tingkatan-tingkatannya. Sementara
dalam ilmu usul fikih tidaklah dibahas satu persatu dalil bagi setiap perbuatan.

D. Urgensi Mempelajari Ilmu Dan Fiqh Dan Ilmu Ushul Fiqh


Unsur utama yang menjadi pilar ajaran Islam adalah ilmu fiqih. Urgensitas
ilmu fiqih dalam Islam tidak dapat diragukan lagi. Ia adalah sistem kehidupan
yang memiliki kesempurnaan, keabadian dan sekian banyak keistimewaan. Ia
menghimpun dan merajut tali persatuan umat Islam. Ia menjadi sumber kehidupan
mereka. Umat Islam akan hidup selama hukum-hukum fiqih masih direalisasikan
Mereka akan mati apabila pengamalan fiqih telah sirna dari muka bumi. Fiqih
juga bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah kehidupan
mereka dimanapun mereka berada. Ia menjadi salah satu kebanggaan terbesar
umat Islam.
Manfaat historis, dengan mempelajari kadiah ushul akan diketahui metode
para mujtahid dalam melakukan istinbat. Walaupun hanya berupa kajian sejarah,
namun tidak bisa dipungkiri hal ini memiliki manfaat yang sangat besar. Peristiwa
sejarah memiliki kemiripan-kemiripan, menurut sebagian orang, terjadi
pengulangan dalam peristiwa sejarah. Sehingga peristiwa masa lalu bisa dijadikan
cermin serta pelajaran dimasa yang akan mendatang. Apa yang sudah dilakukan
para mujtahid di masa lalu dalam melakukan istinbat hukum bisa dijadikan
pedoman untuk menyelesaikan persitiwa hukum pada masa kini.
Manfaat ilmiah dan praktis, yaitu memperoleh kemampuan untuk istinbat
hukum dari dalil-dalilnya. Ini jika dihubungkan kepada para mujtahid.
Sedangankan bagi muqallid, seperti manfaat hsitoris ushul fiqh bagi para
mujtahid, yaitu mengetahui cara mujtahid dalam melakukan penggalian hukum
dalil-dalilnya sehingga akan menimbulkan ketenangan dan kemantapan hati dalam
mengikuti pendapat mereka.
Manfaat dalam melakukan ijtihad. Ushul fiqh akan membantu para
mujtahid untuk melakukan ijtihad.
Manfaat dalam perbandingan hukum. Kajian perbandingan hukum dan
mazhab pada masa kini menempati posisi strategis dalam upaya menjawab

8
persoalan-persoalan hukum. Sementara itu, hal ini tidak akan bisa dilakukan jika
tidak memiliki cukup kemampuan dalam kajian ushul fiqh16

16
Wawan Hermawan, UrgensidanSejarahPertumbuhanUsulFikih, (Bandung:Artikel
FPIPS UPI,2005), hal 8-9

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
fiqh diartikan sebagai pengetahuan atau pemahaman yang mendalam (benar)
terhadap sesuatu sedangkan pengertian ushul fiqh adalah ilmu untuk mengetahui
dalil-dalil fiqh secara global, metode istinbath dan persyaratan mujtahid. Kalau
ilmu fikih berbicara tentang hukum dari sesuatu perbuatan, maka ilmu ushul fikih
bicara tentang metode dan proses bagaimana menemukan hukum itu sendiri
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalil sebagai pohon yang dapat
melahirkan buah, sdangkan fiqhi sebagai buah yang lahir dari pohon tersebut.

Objek pembahasan dalam ilmu fikih adalah perbuatan mukallaf dilihat dari
sudut hukum syara`. Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar : ibadah, muamalah, dan `uqubah. Sedangkan objek-objek ushul
fiqh :Sumber dan dalil hukum, Kaidah-kaidah dan cara menerapkan kaidah-kaidah
tersebut kepada sumber dan dalil hukum, Mujtahid dan ijtihad.

Urgensi ushul fiqh diantaranya Manfaat historis, dengan mempelajari kadiah


ushul akan diketahui metode para mujtahid dalam melakukan istinbat. Walaupun
hanya berupa kajian sejarah, namun tidak bisa dipungkiri hal ini memiliki manfaat
yang sangat besar.

Manfaat dalam perbandingan hukum. Kajian perbandingan hukum dan


mazhab pada masa kini menempati posisi strategis dalam upaya menjawab
persoalan-persoalan hukum.

Manfaat dalam melakukan ijtihad.

Manfaat ilmiah dan praktis, yaitu memperoleh kemampuan untuk istinbat


hukum dari dalil-dalilnya. Ini jika dihubungkan kepada para mujtahid.
Sedangankan bagi muqallid, seperti manfaat hsitoris ushul fiqh bagi para
mujtahid, yaitu mengetahui cara mujtahid dalam melakukan penggalian hukum
dalil-dalilnya sehingga akan menimbulkan ketenangan dan kemantapan hati dalam
mengikuti pendapat mereka.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35987529/
Makalah_Pengertian_dan_Dasar_Dasar_Ushul_Fiqih.

Al-Ghazaliy, Al-Mustasyfa min ’Ilmi al-Usul

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al- Bukhary,
Sahih al-Bukhary, Jilid I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, tth.)

Muhammad Abu Zahrah, Usul al-Fiqh (ttp: Dar al-Fikry al-’Araby, tth.)

Abu Ameenah Bilal Philips, Evolusi Fiqih, terj. Ginus Partadiredja (Sumedang:
Anjana Pustaka, 2007)

Hasbi al-Shiddiqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: CV. Mulia, 1967)

Kamal Mukhtar, dkk., Ushul Fiqh I, (Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995),

Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (sebuah Pengantar) , (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009)

Zarkasyi Abdul Salam dan Oman Fathurrahman SW, Pengantar Ilmu Fiqh ushul
fiqh

M.Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, (Surabaya: P.T. Bina
Ilmu, 1990)

Abd. Al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta : Al-Majlis al-A`la al-
Indonesia li al-Dakwah al-Islamiyah, 1972)

Wahbah az-Zuhaili, Usul al-Fiqh al-Islami, jilid 1, (Damaskus : Dar al-Fikr, 1986)

Wawan Hermawan, Urgensi dan Sejarah Pertumbuhan Usul Fikih,


(Bandung:Artikel FPIPS UPI, 2005)
1. Dalil Syar'i

11

Anda mungkin juga menyukai