Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN FIQIH DAN HUBUNGANNYA DENGAN USHUL FIQIH

Untuk memenuhi tuga mata kuliah Studi Fiqih

Dosen Pengampu: Drs. Roihanah, M.A

Disusun oleh:

Abdul Halim 22108401011123

Vina Lailia Rohmatika 22108401011057

Zeinur Rozikin 22108401011094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSITUT AGAMA ISLAM AL-QOLAM MALANG

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kami karunia nikmat kesempatan dan kesehatan, sehingga kami
diberikan kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Insitut Agama Islam Al-Qolam Malang.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari mata kuliah Studi
Fiqih. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai pengertian pengertian fiqih dan
hubungannya dengan ushul fiqih agar kami semua menjadi mahasiswa yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara. Kami sangat berterima kasih kepada
Ibu Drs. Roihanah, M.A selaku dosen mata kuliah Studi Fiqih yang telah
memberikan tugas makalah ini, sehingga kami dapat menambah wawasan dan
pengetauan mengenai hal-hal yang terkait dengan fiqih dan ushul fiqih yang
merupakan tuntunan syari’at islam sehingga dapat memudahkan dalam proses
pendidikan dan pengajaran.
Harapan kami kedepannya mudah-mudahan makalah yang kami
susun secara sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, menambah
wawasan dan pengetahuan tentang hukum pernikahan dan dapat dipahami
oleh para pembacanya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat
kurang dari kata sempurna. oleh karena itu, kami menerima berbagai masukan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi kami sendiri umumnya para pembaca makalah ini. Terima
kasih.
Malang, 29 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . ................................................................................ i
DAFTAR ISI . .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN . ........................................................................... 1
A. Latar Belakang . ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah . ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan . ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN . ............................................................................ 2
A. Pengertian Fiqih dan Ushul Fiqih . .................................................... 2
B. Hubungan Antara Fiqih dan Ushul Fiqih . ......................................... 6
BAB III PENUTUP . .................................................................................... 6
A. Kesimpulan . ..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA . ................................................................................. 9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,
memiliki cakupan ruang lingkup atau pokok-pokok pendidikan Islam yang
saling terkait satu sama lain dan tidak terpisahkan. Adapun beberapa garis
besar ruang lingkup pendidikan islam diantaranya Aqidah, Akhlak , Ibadah
dan Muamalah Dunaiwiyah. Ilmu yang mempelajari tentang hukum-
hukum syara’ yang berhubungan dengan pelaksanaan kehidupan kepada
umat islam dikenal dengan ilmu fiqh. Fiqih didefinisikan sebagai Ilmu
tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang digali dari dalil-
dalil yang terperinci.
Fiqih merupakan pengetahuan yang dihasilkan melalui proses
penelitian dalil-dalil rinci dengan menggunakan metodologi ushul fiqh.
Ushl fiqh berfungsi untuk memahami dalil-dalil rinci agar terhindar dari
kesalahan penempatan dan pemakaian dalil-dalil tersebut. Hubungan
antara fiqh dan ushul fiqh sangat berkaitan erat karena fiqh berhubungan
dengan persoalan islam yang praktis, sedangkan ushul fiqh berhubungan
dengan ilmu tentang metode penggalian bagaimana hukum islam tersebut
bisa di tetapkan dan cara penafsiran akan keadaan saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fiqih?
2. Apa pengertian dari Ushul fiqih?
3. Bagaimana hubungan antara fiqih dan ushul fiqih?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari fiqih
2. Mengetahui pengertian dari ushul fiqih
3. Memahami hubungan antara fiqih dan ushul fiqih.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fiqih dan Ushul Fiqih
1. Pengertian Fiqih
Secara etimologi, fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqhan
yang berarti mengerti, memahami atau pemahaman. Artinya sesuatu
yang perlu penggalian mendalam dalam merumuskan dan mengambil
kesimpulan atas sesuatu hal. Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini,
adalah pemahaman tentang agama Islam. Dengan demikian, fiqh
menunjuk pada arti memahami agama Islam secara utuh dan
komprehensif1.
Secara istilah, Fiqih berarti mengetahui dan memhami sesuatu yang
baik. Dalam terminologi Ushuliyyun (pakar Ushul fiqih), Fiqih
didefinisikan sebagai Ilmu tentang hukum-hukum syara‟ yang bersifat
praktis yang digali dari dalil-dalil yang terperinci. Disebut Ilmu, karena
Fiqih merupakan garapan manusia dengan memperguanakn metode-
metode tertentu, seperti Qiyas, Istihsan, Istishhab, dan lain-lain. Disebut
praktis karena ia berisi pedoman bagi kaum muslimin dalam melakukan
segala aktivitas ibadah maupun muamalah.

Secara istilah, fiqh adalah:


‫العلم ب االحكام الشرعية العملية المكتسب من ادلتها التفصيلية‬
Artinya: ‚Ilmu tentang hukum-hukum Syar’i yang bersifat amali yang
digali dari dalil-dalil yang terperinci‛. (Wahab Khallaf: 1977, 11) 2.

Mari kita bahas satu persatu. Pertama, al-ilmu. Termasuk al- ilmu,
pada ghalibnya, memiliki dua pengertian. Yaitu al- ilmu dalam arti
pengetahuan yang mencapai tingkat keyakinan (al-yaqin) dan al-ilmu

1
M. Noor Harisudin, PENGANTAR ILMU FIQIH, CV. Salsabila Putra Pratama, Surabaya,
2013, hal. 1
2
Abd. Wahab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Indonesia al-Haromain, 2004), halmann 11
2
dalam arti pengetahuan yang hanya sampai pada tingkat dugaan (al-
dlan). Dalam definisi di atas, al-ilmu yang dimaksud lebih dimaknai
dengan arti yang kedua, yaitu pengetahuan yang hanya taraf dugaan atau
asumsi. Karena mayoritas ketentuan fiqh bersifat asumtif karena digali
dari dalil-dalil yang bersifat dlanniyat.
Kedua, al-ahkam adalah jamak dari kata al-hukm yang memiliki arti
putusan. Al-hukm berarti ketentuan-ketentuan Syari’ah yang berkaitan
dengan perbuatan manusia yang berasal dari Allah Swt. seperti wajib,
sunah, makruh, haram dan mubah.
Ketiga, as-syar’iyyah merupakan sifat atau adjektif hukum-hukum
yang berarti bersifat syar’i. Karena itu, pengetahuan tentang hukum-
hukum yang bersifat aqli tidak disebut fiqh. Demikian juga,
pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat inderawi tidak juga
disebut sebagai fiqh. Demikian halnya, hukum positif yang dibuat oleh
sebuah pemerintah dan hukum adat yang disepakati di suatu daerah tidak
termasuk fiqh.
Keempat, al-amaliyyah berarti bersifat praktis. Hukum- hukum
yang tidak bersifat amaliyah misalnya hukum- hukum i’tiqadiyyah tidak
termasuk fiqh. Hukum i’tiqadiyah misalnya pengetahuan bahwa Allah
Swt. itu esa tidak termasuk fiqh. Demikian juga, hukum-hukum yang
bersifat qalbiyah-khuluqiyah seperti ikhlas, riya’, dan sebagainya tidak
pula termasuk hukum fiqh.
Kelima, kata al-muktasab berarti bahwa fiqh itu digali dengan usaha
yang sungguh-sungguh. Dengan demikian, hukum fiqh syar’i amaly
yang tidak digali dengan usaha yang sungguh-sungguh, dalam definisi
ini, tidak termasuk fiqh. Karena itu, pengetahuan kita tentang sholat,
zakat, kewajiban haji, dan ketentuan yang bersifat dlaruri, tidak
termasuk fiqh.
Terakhir, al-adillah at-tafshiliyyah berarti dalil-dalil yang
terperinci. Dalil-dalil yang ijmaly (bersifat global) tidak termasuk fiqh,

3
melainkan masuk dalam ranah studi ushul fiqh. Dalil ijmali misalnya
‘am, khas, mujmal, muqayyad, ijma’, qiyas dan lain sebagainya.
Dengan demikian, hukum-hukum akidah dan akhlak tidak termasuk
fiqih, karena fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang diambil dari proses
istidlal atau istinbath dan nazhar (analisis) dari sumber-sumber
primernya berupa al -Qur‟an dan Hadist. Sumber- sumber ini bersifat
tafshili (terperinci). 3 Jadi dapat disimpulkan bahwa Fiqih merupakan
himpunan hukum yang diperoleh dari teks (nash) atau kaidah-kaidah
yang umum yang kebanyakan digali dengan menggunakan alat ijtihad.
Dengan definisi tersebut dapat dirumuskanhakikat fiqih yaitu:
a. Fiqih adalah ilmu tentang hukum Allah.
b. Didalam fiqih terdapat bahasan menegnai hal-hal yang bersifat
amaliyah furu’iyah.
c. Pengertian hukum Allah didasarkan dalil tafsili.
d. Fiqih itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan Istidhal
4
(kesimpulan) seorangmujtahid.
2. Pengertian Ushul Fiqih
Termasuk ushul fiqh sesungguhnya mengacu pada definisi
fiqh tersebut. Secara etimologi, Ushul fiqih terdiri atas dua kata yang
masing-masing mempunyai arti cukup luas, yaitu ushul dan fiqih.
5
Dalam bahasa arab kata ushul merupakan jama’ dari Ashlun yang
artinya fondasi sesuatu atau sesuatu yang menjadi pijakan segala
sesuatu. contoh, pondasi rumah disebut asal karena ia menjadi tempat
pijak bangunan di atasnya. Sedangkan al-Fiqh berarti pemahaman
secara mendalam yang membutuhkan pergerakan potensi akal atau ilmu
yang menjelaskan tentang hukum syar’iyah yang berhubungan dengan

3
Lutfriansyah Dkk, Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqih Serta Hubungan Keduanya, Vol.2,
jurnal Salman sosial dan manajemen, tt, halaman 30.
4
Ibid, 31.
5
M. Noor Harisudin, PENGANTAR ILMU FIQIH, CV. Salsabila Putra Pratama, Surabaya,
2013, hal.6.

4
segala tindakan manusia, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
diambil dari nash-nash yang ada, atau dari mengistinbath dalil-dalil
syariat Islam.

Kata “ushul” yang merupakan jamak dari kata “ashal” secara


etimologi berarti “sesuatu yang dasar bagi yang lainnya”. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa ushul fiqh itu adalahilmu yang
membawa kepada usaha merumuskan hukum syara‟ dari dlilnya yang
terinci. Atau dalam artian sederhana : kaidah-kaidah yang menjelaskan
4
cara-cara mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya. Sebagai
contoh didalam kitab-kitab fiqh terdapat ungkapan bahwa
“mengerjakan shalat itu hukumnya wajib”. Wajibnya mengerjakan
shalat itulah yang disebut “hukum syara,’ Tidak pernah tersebut dalam
Al-Qur’an maupun hadis bahwa salat itu hukumnya wajib. Yang ada
hanyalah redaksi perintah mengerjakan salat. Ayat Al-Qur‟an yang
mengandung perintah salat itulah yang dinamakan “Dalil syara’”.
Dalam merumuskan kewajiban shalat yang terdapat dalam dalil syara‟
ada aturan yang harus menjadi pegangan. Kaidah dalam
menentukannya, umpamanya “setiap perintah itu menunjukkan wajib”.
Pengetahuan tentang kaidah merumuskan cara mengeluarkan hukum
dari dalil-dalil syara‟ tersebut, itulah yang disebut dengan “Ilmu Ushul
Fiqh”6.
Definisi ushul fiqh yang lain misalnya Wahab Khallaf, seorang guru
besar di Mesir10/, ia secara khusus menekankan ushul fiqh sebagai
kaidah atau metode istinbat hukum Islam. Dengan metode ini, maka
seorang mujtahid akan dapat menggali hukum-hukum fiqh yang
diambil dari dalil-dalil yang terperinci.

Secara terminologi, ushul fiqh menurut beberapa ulama memiliki

6
Lutfriansyah Dkk, Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqih Serta Hubungan Keduanya, Vol.2,
jurnal Salman sosial dan manajemen, tt, halaman 32.

5
beberapa arti. Misalnya, Tajuddin as-Subki dalam kitab Hasyiyah al-
Bannani7, mendefinisikan Ushul Fiqh sebagai :

‫الفقه دالئل االجمالية‬


Artinya: ‚Dalil-dalil fiqh yang bersifat global‛.

Menurut Tajudin as-Subki, ushul fiqh adalah dalil-dalil yang bersifat


global. As-Subki sendiri tidak menggunakan istilah al-ilmu karena
dipandang bertentangan dengan subtansi kata ushul secara bahasa.
Selain itu, tanpa kata ilmu, definsi as-Subki juga lebih serasi secara
bahasa.

Meski terbatas pada dalil-dalil yang global, menurut as-Subki,


seorang ahli ushul –yang juga disebut sebagai ushuli—tidak cukup
mengetahui dalil-dalil ijmaly, melainkan harus mengetahui bagaimana
menggunakan dalil kala terjadi kontradiksi dan juga mengetahui syarat
menjadi seorang mujtahid.
Walhasil, ilmu ushul fiqh merupakan ilmu yang harus dimiliki oleh
seorang mujtahid untuk menggali hukum- hukum fiqh. Terutama sekali
dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan modern yang tidak
pernah ada di masa lampau, maka ushul fiqh adalah piranti untuk
mendialogkan nash dengan kehidupan manusia (an-naas) di masa kini
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan ushul fiqh
dan fiqh adalah, jika ushul fiqh itu pedoman yang membatasi dan
menjelaskan cara-cara yang harus diikuti seorang fakih dalam usahanya
menggali dan mengeluarkan hukum syara’ dari dalilnya. Sedangkan fiqh
itu hukum-hukum syara’ yang telah digali dan dirumuskan dari dalil
menurut aturan yang sudah ditentukan itu.
B. Hubungan Antara Fiqih dan Ushul Fiqih
Hubungan ushul fiqih dengan fiqih adalah seperti hubungan ilmu
mantiq (logika) dengan filsafat; mantiq merupakan kaidah berfikir yang

7
Tajudin as-Subki, Jam’u al-Jawami, (Semarang: TobaPutera, tt), halaman 32.
6
memelihara akal agar tidak terjadi kerancuan dalam berpikir. Juga seperti
hubungan ilmu nahwu dengan bahasa arab; ilmu nahwu sebagai gramatika
yang menghindarkan kesalahan seseorang didalam menulis dan
mengucapkan bahasa arab. Demikian ushul fiqih diumpamakan dengan
limu mantiq atau ilmu nahwu, sedangkan fiqih seperti ilmu filsafat atau
bahasa arab, sehingga ilmu ushul fiqih berfungsi menjaga agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengistinbatkan hukum. 8
Fiqh mengacu pada ilmu yang membahas persoalan-persoalan
hukum islam yang praktis, sedangkan ushul fiqh mengacu pada ilmu yang
membahas kaidah-kaidah mengenai metode dalam menggali hukum dari
dalil-dalilnya yang terperinci.
Ushul fiqh merupakan proses istinbath (menggali) hukum dari
dalil-dalil, sedangkan fiqh merupakan hasil (produk) dari ushul fiqh yang
dituangkan ke dalamnya. Fiqh tidak akan pernah ada jika produk ushul
fiqh tidak bekerja. Dengan demikian, fiqh sangat bergantung dan
berhubungan dengan ushul fiqh, sedangkan ushul fiqh awal proses dan
dapat melihat keputusan-keputusan lama yang ada di dalam fiqh.
Ilmu Fiqih merupakan produk dari Ushul Fiqh. Ilmu Fiqh
berkembang seiring berkembangnya Ilmu Ushul Fiqh.14 Ilmu fiqh akan
bertambah maju jika ilmu Ushul Fiqh mengalami kemajuan. Ilmu Ushul
Fiqh adalah ilmu alat- alat yang menyediakan bermacam-macam ketentuan
dan kaidah sehingga diperoleh ketetapan hukum syara’ yang harus
diamalkan manusia. Logikanya, kalau ilmu alatnya maju, maka pastinya
produknya –dalam hal ini fiqh-juga maju.

8
Lutfriansyah Dkk, Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqih Serta Hubungan Keduanya, Vol.2,
jurnal Salman sosial dan manajemen, tt, halaman 32.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum syara’ yang


berhubungan dengan pelaksanaan kehidupan kepada umat islam dikenal
dengan ilmu fiqh. Fiqih merupakan bagian dari entitas kehidupan di dunia
Islam dan mejadi salah satu subyek dalam pengkajian Islam, oleh karena
itu, fiqh dituntut untuk dikembangkan, agar bidang ilmu itu memiliki
makna bagi pengembangan keahlian dan untuk selanjutnya dapat
dimanfaatkan bagi pengembangan kehidupan manusia, khususnya di dunia
Islam.
Fiqih berarti mengetahui dan memhami sesuatu yang baik. Dalam
terminologi Ushuliyyun (pakar Ushul fiqih), Fiqih didefinisikan sebagai
Ilmu tentang hukum-hukum syara‟ yang bersifat praktis yang digali dari
dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan ushul fiqh itu adalahilmu yang
membawa kepada usaha merumuskan hukum syara‟ dari dlilnya yang
terinci. Atau dalam artian sederhana : kaidah-kaidah yang menjelaskan
cara-cara mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya.
Adapun juga sumber hukum, yakni Al – Qur‟an, sunnah, ijma, dan
qiyas atau analogi Al – Qur‟an dan hadits yang sampai kepada kita masih
otentik dan orisinil, Orisinilitas dan otensitas didukung oleh penggunaan
bahasa aslinya, yakni bahasa Arab karena Al – Qur‟an dan Hadits
merupakan dua dalil hukum, yakni petunjuk – petunjuk adanya hukum.
Menyikapi hal ini, sebagai umat ilsam sangat penting bagi kita dalam
mempelajari dan menggali ilmu dan hukum islam yang telah tertuang
dalam Al Qur‟an dan Sunnah.

8
DAFTAR PUSTAKA
M. Harisudin, Noor. 2013, cetakan ke-VII. PENGANTAR ILMU FIQIH cetakan ke-
VII, Surabaya: CV. Salsabila Putra Pratama.
Lutfriansyah Dkk, tt, Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqih Serta Hubungan Keduanya,
Vol.2, jurnal Salman sosial dan manajemen.
as-Subki, Tajudin. tt, Jam’u al-Jawami, Semarang: TobaPutera.
Abd. Khallaf,Wahab. 2004, Ilmu Ushul al-Fiqh, Indonesia: al-Haromain.

Anda mungkin juga menyukai