DISUSUN OLEH:
- Selfina : 21.03.01.010
- Sulaikha Kalsum : 21.03.01.011
- Kasriani : 21.03.01.012
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya jua lah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga ,sahabat dan pengikut beliau hingga akhir
zaman. Amin…
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu
Fiqh. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Rahim
Mustafa, LC, MA. yang selaku dosen mata kuliah Fiqh yang telah memberikan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Hubungan Ilmu Fiqh
dengan Ushul Fiqh” ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin...
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah diketahui oleh banyak pihak, bahwa segala sesuatu hal yang
berkaitan dengan hokum baik itu perseorangan maupun kelompok, semua menganggap itu
penting. Begitu halnya dengan pokok bahasan hukum yang ada dalam syari’at islam seperti
fiqh dan ushul fiqh, didalamnya mengandung banyak sekali permasalahan-permasalahan
yang sekali lagi teramat sangat penting untuk dipelajari.
Flashback ke masa Rasul, para sahabat apabila mendapatkan masalah yang perlu
ditentukan hukumnya bertanya pada Nabi. Nabi pun menjawab atas dasar wahyu yang
matluw yang berupa hadits atau sunna Nabi.
Di masa sahabat, mereka menentukan hukum suatu masalah sesuai dengan apa yang
mereka terima dari Nabi, baik langsung maupun dari sesame sahabat, dan sebagian mereka
berjihad ketika tak dijumpainya jawaban dari Al-Qur’an atau Hadits. Di sinilah ilmu fiqh dan
ushul fiqh sangat di perlukan untuk memudahkan umat islam dalam memahai hukum-
hukum yang terkadang tidak tercatat didalam Al-Qur’an dan juga Al Hadits.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Fiqh
1. Pengertian Ilmu Fiqh
Secara etimologi, fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqhan yang
berarti pemahaman. Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini, adalah
pemahaman tentang agama Islam. Dengan demikian, fiqh menunjuk pada arti
memahami agama Islam secara utuh dan komprehensif.
Kata fiqh yang secara bahasa berarti pemahaman atau pengertian ini diambil
dari firman Allah Swt:
“ Mereka berkata: "Hai Syu'aib, Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang
kamu katakan itu dan Sesungguhnya Kami benar-benar melihat kamu seorang
yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah Kami
telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi
kami.". (QS. Hud: 91).
Secara istilah, fiqh adalah:
‘Ilmu tentang hukum-hukum Syar’i yang bersifat amali yang digali dari dalil-dalil
yang terperinci‛. (Wahab Khallaf: 1977, 11).
Mari kita bahas satu persatu. Pertama, al-ilmu. Term al-ilmu, pada ghalibnya,
memiliki dua pengertian. Yaitu al-ilmu dalam arti pengetahuan yang mencapai
tingkat keyakinan (al-yaqin) dan al-ilmu dalam arti pengetahuan yang hanya
sampai pada tingkat dugaan (al-dlan). Dalam definisi di atas, al-ilmu yang
dimaksud lebih dimaknai dengan arti yang kedua, yaitu pengetahuan yang hanya
taraf dugaan atau asumsi. Karena mayoritas ketentuan fiqh bersifat asumtif
karena digali dari dalil-dalil yang bersifat dlanniyat.
Kedua, al-ahkam adalah jamak dari kata al-hukm yang memiliki arti putusan.
Al-hukm berarti ketentuan-ketentuan Syari’ah yang berkaitan dengan perbuatan
manusia yang berasal dari Allah Swt. seperti wajib, sunah, makruh, haram dan
mubah.
Ketiga, as-syar’iyyah merupakan sifat atau adjektif hukum-hukum yang
berarti bersifat syar’i. Karena itu, pengetahuan tentang hukum-hukum yang
bersifat aqli tidak disebut fiqh. Demikian juga, pengetahuan tentang hukum-
hukum yang bersifat inderawi tidak juga disebut sebagai fiqh. Demikian halnya,
hukum positif yang dibuat oleh sebuah pemerintah dan hukum adat yang
disepakati di suatu daerah tidak termasuk fiqh.
Keempat, al-amaliyyah berarti bersifat praktis. Hukum-hukum yang tidak
bersifat amaliyah misalnya hokum-hukum i’tiqadiyyah tidak termasuk fiqh.
Hukum i’tiqadiyah misalnya pengetahuan bahwa Allah Swt. itu esa tidak
termasuk fiqh. Demikian juga, hukum-hukum yang bersifat qalbiyah-khuluqiyah
seperti ikhlas, riya’, dan sebagainya tidak pula termasuk hukum fiqh.
4
Kelima, kata al-muktasab berarti bahwa fiqh itu digali dengan usaha yang
sungguh-sungguh. Dengan demikian, hukum fiqh syar’i amaly yang tidak digali
dengan usaha yang sungguh-sungguh, dalam definisi ini, tidak termasuk fiqh.
Karena itu, pengetahuan kita tentang sholat, zakat, kewajiban haji, dan
ketentuan yang bersifat dlaruri, tidak termasuk fiqh.
Terakhir, al-adillah at-tafshiliyyah berarti dalil-dalil yang terperinci. Dalil-dalil
yang ijmaly (bersifat global) tidak termasuk fiqh, melainkan masuk dalam ranah
studi ushul fiqh. Dalil ijmali misalnya ‘am, khas, mujmal, muqayyad, ijma’, qiyas
dan lain sebagainya.
Sementara, contoh dalil yang terperinci misalnya:
5
hukum fiqh yang tidak dipraktikkan dalam kehidupan. Ini selaras dengan
nadlaman kitab Zubad :
“Adapun orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. Maka ia akan diadzab
sebelum para penyembah berhala”.
6
Sebagaimana telah dijelaskan tadi, bahwa berbeda dengan fiqh, objek dan
ruang lingkup kajian ushul fiqh adalah hukum-hukum kulli yang bersifat umum.
Misalnya hukum wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah dalam pembahasan
yang masih bersifat global.
Di samping itu, Ushul fiqh juga fokus membahas tentang dalil-dalil ijmaly
yang bersifat global. Misalnya ‘am, khas, muthlaq, muqayyad, qiyas, ijma’, dan
sebagainya. Baik hukum maupun dalil secara global ini selanjutnya digunakan
untuk analisa diktum-diktum dalam hukum Islam.
3. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ushul Fiqh
Tujuan mempelajari ilmu ushul fiqh adalah mengetahui dan menerapkan
dalil-dalil ijmaly untuk menggali hukum-hukum syar’i yang bersifat amaly
tersebut. Barangkali orang bertanya, mengapa kita harus mempelajari
metodenya ? Bukankah pintu ijtihad telah ditutup ?. Untuk apa kita belajar ushul
fiqh?
Adalah masih diperdebatkan, segala pintu ijtihad masih terbuka ataupun
tertutup. Namun yang pasti, setiap masa ada mujaddid sebagaimana hadits Nabi
Muhammad Saw: “Sesungguhnya Allah Swt telah mengutus setiap seratus tahun
sekali orang yang memprebarui agamanya”. (HR. Dawud)
Dalam keadaan inilah, maka ilmu Ushul Fiqh sangat perlu digunakan untuk
merespon berbagai perkembangan dan perubahan sosial yang setiap saat terjadi.
Pintunya melalui ijtihad.
Jikapun kita tidak melakukan ijtihad, maka tujuan kita mempelajari ushul fiqh
adalah mengetahui nalar dan metode yang dilakukan para mujtahid. Belajar
ushul fiqh juga membuat kita dapat memahami mustanad (pijakan) yang
digunakan oleh seorang mujtahid. Karena, ushul fiqh, sebagaimana ditegaskan
Wahbah Az-Zuhaily, merupakan salah satu ilmu yang harus dimiliki seorang
mujtahid selain ilmu bahasa Arab dan ilmu hadits.
7
Kedudukan ushul fiqh sebagai dasar dan fiqh islam, artinya ushul fiqh merupakan
sumber-sumber/ dalil-dalil dan bagaimana cara menunjukkan dalil tersebut kepada
hukum syariat secara garis besar. Tanpa pembahasan mengenai ushul fiqh, maka
fiqh tidak dapat dibuat karena dasar ushul fiqh harus dipahami terlebih dahulu.
Al Qur’an hadits rasul dan ijtihad adalah bahan yang dikumpulkan oleh ilmu
ushul fiqh, hasil penyelidikannya berupa fiqh. Ilmu khusus untuk mengolah sumber
hukum dan menghasilkan pukulan hukum dari pada yang disebut ilmu ushul fiqh.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kajian fiqh bertujuan untuk megetahui dan memahami agama islam
secara utuh dan komperhensif, mengetahui ketentuan hukum, seperti
hukum perbuatan mukallaf.
Ushul fiqh yang berdasarkan dengan kaidah-kaidah ushul fiqh yang
bertujuan untuk mengetahui alasan-alasan para ulama, fiqh menentukan
suatu hukum sehingga diaharpkan tidak buta untuk mengetahui dasar-
dasar pengambilan hukum tersebut
Secara khusus, ushul fiqh diartikan sebagai sumber hukum islam yang
uatama.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://holiqs.blogspot.com/2014/02/makalah-hubungan-fiqh-dengan-ushul-fiqh.html?m=1
10