Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR ILMU USHUL FIQIH

Disusun Oleh :
SARI WIDIA

Dosen Pengampu :
JANURI, M.Ag

PROGRAM STUDY
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)
MUARA BUNGO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“Pengantar Ilmu Ushul Fiqih” dapat penulis selesaikan dengan sesuai dengan
deadlin yang tealah ditentukan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu Bapak Januri, M.Ag yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
makalah ini, selanjutnya ucapan terimakasih penulis kepada semua pihak yang
telah memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Kemudian penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Muara Bungo, 17 Oktober 2022


Penulis,

( SARI DEWI )

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................1


1.2 Rumusan masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pengertian Ilmu Ushul Fiqih..........................................................3
2.3 Objek Kajian Ilmu Ushul Fiqih.....................................................4
2.4 Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Ushul Fiqih.....................5
2.5 Perbedaan Ilmu Ushul Fiqih dan Ilmu Fiqih.................................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................8
3.2 Saran..............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai hamba Allah yang beriman, sudah selayaknya kita
mengerti dan melaksanakan apa yang Allah kehendaki, sekaligus menjauhi
apa yang tidak diridhoi Allah. Untuk mengetahui dan melaksanakan
kehendak Allah kita harus mengetahui hukum Islam yang telah ada.
Namun, hukum Islam menghadapi tantangan lebih serius, terutama pada
abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjawab
berbagai permasalahan baru yang berhubungan dengan hukum Islam, para
ahli yang sudah tidak bisa lagi sepenuhnya mengandalkan ilmu tentang
fiqih, hasil ijtihad di masa lampau. Alasannya, karena ternyata warisan
fiqih yang terdapat dalam buku-buku klasik, bukan saja terbatas
kemampuannya dalam menjangkau masalah-masalah baru yang belum ada
sebelumnya. Oleh karena itu, umat Islam perlu mengadakan penyegaran
kembali terhadap warisan fiqih. Dalam konteks ini, ijtihad menjadi sebuah
kemestian dan metode ijtihad mutlak harus dikuasai oleh mereka yang
akan melakukannya. Metode ijtihad itulah yang dikenal dengan ushul
fiqih.
Ilmu Ushul Fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang
metode yang dipakai oleh para imam mujtahid dalam menggali dan
menetapkan hukum syar’i dari nash yaitu dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi.
Kandungan Ushul Fiqh menguraikan dasar-dasar serta metode penetapan
hukum taklif yang bersifat praktis yang menjadi pedoman bagi para faqih
dan mujtahid untuk dapat beristinbat (mengambil hukum) dengan tepat.
Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak lepas dari perkembangan hukum
islam sejak zaman Rasulullah SAW. Sampai pada zaman tersusunnya
Ushul Fiqh sebagai salah satu bidang ilmu pada abad ke-2 Hijriyah. Di
zaman Rasulullah SAW. Menunggu turunnya wahyu yang menjelaskan

1
hukum kasus tersebut melalui sabda-Nya, yang kemudian dikenal dengan
hadist atau sunnah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Ushul Fiqh ?
2. Apa saja Objek yang dipelajari dalam Ushul Fiqih ?
3. Apa Tujuan mempelajari Ushul Fiqh ?
4. Apa perbedaan Fiqih dan Ushul Fiqih ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Ushul Fiqih.
2. Untuk mengetahui Objek yang dipelajari dalam Ushul Fiqh.
3. Untuk mengetahui Tujuan mempelajari Ushul Fiqih.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Fiqih dan Ushul Fiqih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ushul Fiqih


Kata Ushul Fiqh adalah murakkab (tersusun) secara idhafi, yang
terdiri dari dua bagian yaitu Ushul dan Fiqh. Kata Ushul adalah bentuk
jama’ dari kata Ashlu yang secara ethymology berarti dasar, pondasi atau
pangkal. Sedangkan pengertian Ushul secara terminology adalah dasar
yang dijadikan pijakan oleh ilmu fiqh. Adapun pengertian fiqh menurut
ethymologi berarti pemahaman yang mendalam tentang tujuan suatu
ucapan dan perbuatan. Sedangkan pengertian fiqh menurut terminology
para fuqaha’ adalah mengetahui hukum-hukum syar’i yang ‘amali dari
dalil-dalilnya yang tafsih. Dengan demikian, Ushul Fiqh merupakan
kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang cara (metode) pengambilan
hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari dalil-dalil
syar’i. Sebagai contoh, Ushul Fiqh menetapkan bahwa perintah itu
menunjukkan hukum wajib, dan larangan menunjukkan hukum haram.
Ruang lingkup Ushul Fiqh adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan metodologi yang dipergunakan oleh ahli fiqh
didalam menggali hukum syara’, sehingga tidak keluar dari jalur yang
benar. Seorang ahli fiqh dan Ushul Fiqh yaitu Muhammad Al-Zuhaili
mengatakan bahwa yang menjadi ruang lingkup dalam pembahasan Ushul
Fiqh adalah sebagai berikut :
a. Sumber hukum Islam atau dalil-dalil yang di gunakan dalam
menggali hukum syara’, baik yang di sepakati (seperti kehujjahan A-
Qur’an dan Al-Sunnah), maupun yang di perselisihkan (seperti kehujjahan
istihsan dan maslahah al-mursalah).
b. Mencari jalan keluar dari dalil-dalil yang secara dhahir di anggap
bertentangan, baik dengan cara pengompromian dalil maupun dengan

3
penguatan salah satu dari dalil yang bertentangan atau pengguguran kedua
dalil.
c. Pembahasan ijtihad, syarat-syarat, dan sifat-sifat orang yang
melakukannya (mujtahid).
d. Pembahasan tentang hukum syara’ yang meliputi sayarat-syarat dan
macam-macamnya, baik yang besifat tuntutan untuk berbuat,
meninggalkan, memilih dan lain-lain.
e. Pembahasan tentang kaidah-kaidah yang di gunakan dan cara
menggunakannya dalam mengistinbathkan hukum dari dalil-dalil.

2.2 Objek Kajian Ushul Fiqh


Objek kajian ushul fiqh berbeda dengan objek kajian fiqh. Objek
kajian fiqh adalah hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia
beserta dalil-dalilnya yang terinci. Sedangkan objek kajian ushul fiqh
menurut Abu Zahrah adalah mengenai metodologi penetapan hukum-
hukum fiqh. Fiqh dan ushul fiqh sama-sama membahas dalil-dalil syara'
akan tetapi tujuannya berbeda. Fiqh membahas dalil-dalil tersebut untuk
memantapkan hukum-hukum cabang yang berhubungan dengan perbuatan
manusia, sedangkan ushul fiqh meninjau dari segi metode penetapan
hukum, klasifikasi argumentasi serta situasi dan kondisi yang
melatarbelakangi dalil-dalil tersebut.
Menurut Prof.Dr.Satria Efendi M.Zein, ia berpegang kepada
pendapat Imam Abu Hamid al-Ghazali, bahwa objek kajian ushul fiqh ada
empat yaitu :
a. Pembahasan tentang hukum syara' dan yang berhubungan dengannya,
seperti hakim, mahkum fih, dan mahkum alaih.
b. Pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil hukum.
c. Pembahasan tentang cara mengistinbathkan hukum dari sumber-sumber
dan dalil-dalil itu.
d. Pembahasan tentang ijtihaj.

4
Secara global muatan kajian ushul fiqh seperti dijelaskan di atas
menggambarkan objek kajian ushul fiqh dalam berbagai literatur dan aliran,
meskipun mungkin terdapat perbedaan tentang sistematika dan jumlah
muatan dari masing-masing bagian tersebut.
Meskipun yang menjadi objek bahasan ushul fiqh ada empat seperti
dikemukakan di atas, namun Wahbah Zuhaili dalam bukunya Al-Qosith fi
Ushul al-Fiqh menjelaskan bahwa yang menjadi inti dari objek kajian ushul
fiqh adalah tentang dua hal, yaitu dalil-dalil secara global dan tentang
ahkam (hukum syara').

2.3 Tujuan dan Manfaat Ushul Fiqih


Tujuan dan manfaat Ushul Fiqih menurut Abdul Wahab Khallaf
mengatakan bahwa tujuan akhir yang hendak dicapai dari ilmu fikih adalah
penerapan hukum syariat kepada amal perbuatan manusia, baik tindakan
maupun perkataannya. Dengan mempelajarinya orang akan tahu mana
yang diperintah dan mana yang dilarang, mana yang sah dan mana yang
batal, mana yang halal dan mana yang haram, dan lain sebagainya.
Kegunaan atau manfaat Ushul fiqih adalah untuk merealisasikan
dan melindungi kemaslahatan umat manusia, baik kemaslahatan individu
maupun masyarakat. Kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam hukum
Islam menyangkut seluruh aspek kepentingan manusia. Aspek-aspek
kepentingan manusia itu, menurut para ulama dapat diklasifikasikan
menjadi tiga aspek yaitu : dharuriyyat (primer) hajjiyat (sekunder) dan
tahsiniyyat (stabilitas sosial).
Ushul fiqih mengandung dua tujuan pokok, yaitu: Pertama,
menerapkan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh ulama-ulama terdahulu
untuk menentukan bahwa sesuatu masalah baru; yang tidak ditemukan
hukumnya dalam kitab-kitab terdahulu. Kedua, mengetahui lebih
mendalam bagaimana upaya dan metode yang harus ditempuh dalam
merumuskan kaidah, sehingga berbagai masalah yang muncul dapat
ditetapkan hukumnya.

5
Adapun manfaat lain dari ushul fiqih adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kaidah-kaidah dan metodologi ulama-ulama mujtahid
dalam mengistinbatkan hukum.
2. Untuk memantapkan pemahaman dalam mengikuti pendapat ulama
mujtahid, setelah mengetahui alur berpikir yang dipergunakannya.
3. Dengan memahami metode yang dikembangkan para mujtahid, dapat
menjawab berbagai kasus-kasus hukum yang baru.
4. Dengan memahami usul fikih, hukum agama terpelihara dari
penyalahgunaan dalil.
5. Berdaya guna untuk memilih pendapat yang terkuat di antara berbagai
pendapat, berikut dengan alasan-alasannya. Bila dicermati, penjelasan di
atas mengarah pada dua kelompok orang, yakni jika memang
berkecimpung secara praktis dalam hukum Islam, maka memahami usul
fikih akan sangat bermanfaat bagi para mujtahid untuk meminimalisir
kesalahan mengambil keputusan hukum. Bagi peminat studi hukum Islam
khususnya, juga bagi segenap umat Islam umumnya, usul fikih membuat
kita dapat beramal ilmiah

2.4 Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqh


Ilmu fiqh adalah ilmu yang mempelajari dan mengetahui hukum-
hukum syari’at agama islam, sedangkan Ushul Fiqh adalah kaidah-kaidah
yang dibutuhkan untuk mengeluarkan hukum dan perbuatan-perbuatan
manusia yang dikehendaki oleh fiqh.
Ushul Fiqh merupakan timbangan atau ketentuan untuk beristinbat
hukum dan objeknya selalu dalil hukum, sementara objek fiqh adalah
perbuatan mukallaf yang diberi status hukum. Walaupun ada titik
kesamaan yaitu keduanya merujuk pada dalil, namun konsentrasinya
berbeda, yaitu Ushul Fiqh memandang dalil dari sisi cara penunjukan atas
suatu ketentuan hukum, sedangkan fiqh memandang dalil hanya sebagai
rujukannnya saja.

6
Ilmu fiqh merupakan hasil dari Ushul Fiqh. Ilmu fiqh berkembang
karena berkembangnya ilmu Ushul Fiqh. Ilmu fiqh akan bertambah maju
apabila ilmu Ushul Fiqh mengalami kemajuan, karena ilmu Ushul Fiqh
adalah semacam ilmu yang menjelaskan metode dan sistem penentuan
hukum berdasarkan dalil-dalil terperinci.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan :
Ushul Fiqh merupakan kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang
cara (metode) pengambilan hukum-hukum yang berkaitan dengan
perbuatan manusia berdasarkan dalil-dalil syar’i. Objek kajian ilmu fiqh
menurut Prof.Dr.Satria Effendi M.Zein, yang berpegang pada pendapat
imam Abu Hamid AL-Ghazali yaitu pertama mengenai pembagian tentang
hukum syara’ dan yang berhubungan dengannya seperti hakim, mahkum
fih, dan mahkum’alaih, kemudian yang kedua pembahasan mengenai
sumber-sumber dan dalil hukum, yang ketiga tentang cara
mengistinbatkan hukum dari dalil-dalil tertentu, dan yang terakhir yaitu
mengenai pembahasan ijtihad.
Ilmu fiqh dengan Ushul Fiqh itu berbeda di mana Ushul Fiqh itu
merupakan methode (cara) yang ditempuh oleh ahli fiqh di dalam
menetapkan hukum-hukum syara’ berdasarkan dalil-dalil syar’i, serta
mengklasifikasikan dalil-dalil tersebut berdasarkan kualitasnya.
Sedangkan fiqh adalah hasil hukum-hukum syar’i berdasarkan metode-
metode tersebut.

3.2 Saran
Penulis selaku insan biasa tak luput dari kesalahan, dan masih
banyak kekuranga dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu saran dan
masukan dari pembaca akan sangat membantu dalam penyempurnaan
makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

 Hujazi,Ahya.”Masalah Ushul Fiqih, definisi, tujuan, objek, ruang lingkup,


perbedaan dan persamaan fiqih dengan ushul fiqih serta sejarah
perkembangannya”.
 https://mufarrihulhazin.com/2011/09/kumpulan-makalah-ushul-fiqh-
lengkap.html. Diakses pada tanggal 15 September 2016 pukul 14.00

Anda mungkin juga menyukai