Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisn................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cultural Studies............................................................. 2


2.2 Ruang Lingkup Cultural Studies..................................................... 3
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 7


3.2 Saran ................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cultural studies merupakan paradigma baru dalam kajian ilmu
sosial, memperkenalkan budaya dalam dimensi yang baru. Tidak hanya
sebagai kreasi manusia dan hasil perilaku, tetapi menelaah pemahaman
mendalam antara budaya dan kekuasaan yang mendasarinya. Sebagai
makhluk sosial, manusia senantiasa saling berhubungan satu sama lain.
Untuk itulah peran komunikasi dibutuhkan. Dalam hidup bermasyarakat
orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan
terisolasi dari masyarakatnya. Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah
dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek, seperti: adanya
keberagaman suku agama, bahasa, adat istiadat.
Kajian ilmu komunikasi yang cenderung linier seperti di atas terasa
mendapatkan angin segar dengan kehadiran kajian budaya, atau yang
disebut cultural studies. Ada banyak orang yang membicarakan
kebudayaan dengan berbagai aspeknya, tetapi tak banyak orang yang
mampu mendefinisikan apa sesungguhnya kebudayaan itu dan mengapa
kebudayaan demikian kuat memberikan pengaruh pada kehidupan manusia
selama perjalanan hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian cultural studies?
2. Apa saja ruang lingkup cultural studies?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahi pengertian cultural studies
2. Untuk mengetahui ruang lingkup cultural studies

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cultural Studies


Cultural studies merupakan suatu pembentukan wacana, yaitu
‘kluster (atau bangunan) gagasan-gagasan, citra-citra dan praktik-praktik,
yang menyediakan cara-cara untuk membicarakan topik, aktivitas sosial
tertentu atau arena institusional dalam masyarakat. Cara-cara tersebut
dapat berbentuk pengetahuan dan tindakan yang terkait dengannya’ (Hall,
1997a:6). Cultural studies dibangun oleh suatu cara berbicara
yang tertata perihal objek-objek (yang dibawanya sebagai permasalahan)
dan yang berkumpul di sekitar konsep-konsep kunci, gagasan-gagasan dan
pokok-pokok perhatian. Selain itu, cultural studies memiliki suatu momen
ketika dia menamai dirinya sendiri, meskipun penamaan itu hanya
menandai penggalan atau kilasan dari suatu proyek intelektual yang terus
berubah.
Tradisi kajian budaya menjadi tradisi studi yang banyak dilakukan
awal kemunculannya oleh para akademisi dan peneliti di Center for
Contemporary Cultural Studies (CCCC). Universitas Birmingham di
Inggris pada tahun 1960an. Sejak saat itu kajian budaya menjadi tradisi
studi yang meluas di kalangan intelektual di negara-negara seperti
Amerika, Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Eropa, dengan setiap informasi
yang berbeda-beda objek kajiannya (Barker, 2012).
Sejak awal kemunculannya, kajian budaya menjadi semakin besar
dan hasil-hasil studi yang dihasilkannya semakin meningkat. Buku-buku
teks tentang kajian budaya dan budaya populer dikalangan akademik
tumbuh pesat. Mc Guigan (1997) bahkan menyatakan bahwa
perkembangan kajian budaya secara profesional dan institusional pada
akhirnya membawa kondisi yang disebut oleh Stuart Hall sebagai kajian
yang mempermasalahkan secara kritis keberadaan, kekuasaan, sejarah/
masa lalu, dan politik (dalam arti luas), atau yang dikatakannya :

2
“formalize out of existence the critical questions of power, history and
politics,”.
Stuart Hall (1972) menjelaskan bahwa kajian media dan budaya,
atau yang lebih dikenal dengan Media and Cultural Studies, pada dasarnya
mencoba untuk menggoyang kemampuan berpikir kita tentang “realitas”
dan apa yang dimaksud dengan “real” (yang sebenarnya) dalam kehidupan
budaya kita sehari-hari. Dalam dunia yang sudah dipenuhi dengan images
atau gambar-gambar, dan tulisan-tulisan yang ada di koran, televisi, film,
video, radio, iklan, novel dan lain sebagainya, cara kita dan lingkungan
sekitar kita ternyata bervariasi dan berbeda satu sama lain. Di era yang
disebutnya sebagai “media saturated world” saat kehidupan manusia telah
dimediasi oleh media masa, dan cara kita melihat, memandang, memahami
dan berperilaku terhadap realitas sosial telah diantarai oleh media massa.
Apa yang ada di sekitar kita, menentukan cara kita bertindak dan
berperilaku terhadapnya, karena apa yang kita lihat, tonton, baca,
dengarkan, dan nikmati dari media massa seolah “mengajarkan” kita untuk
melakukan seperti itu. Pada kenyataannya, budaya kita sebenarnya juga
dibentuk oleh media massa yang kita nikmati tiap harinya.
Lebih jauh lagi, Hall (1972) menyatakan bahwa sentral dari studi
media dan budaya adalah pada khalayak atau masyarakat yang selama ini
kurang disentuh, terutama masyarakat sebagai makhluk yang membuat
makna secara aktif dan masyarakat yang tidak dikooptasi oleh 
kepentingan-kepentingan kekuasaan (power interrest) yang selama ini
mendominasi media massa dan menentukan kehidupan sosial budaya
masyarakat.

2.2 Ruang Lingkup Cultural Studies


Mengenai ruang lingkup kajian budaya diungkapkan secara jelas
dalam Barker (2000), yakni :
1. Relasi antara kebudayaan dan kekuasaan

3
2. Seluruh praktik, institusi, dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam
nilai-nilai partikular, kepercayaan, kompetensi, kebiasaan hidup, dan
bentuk-bentuk perilaku yang biasa dari sebuah populasi
3. Pelbagai kaitan antara bentuk-bentuk kekuasaan gender, ras, kelas,
kolonialisme dan sebagainya dengan pengembangan cara-cara berpikir
tentang kebudayaan dan kekuasaan yang biasa digunakan oleh agen-
agen dalam mengejar perubahan, dan
4. Pelbagai kaitan wacana di luar dunia akademis dengan gerakan sosial
dan politik, para pekerja di lembaga kebudayaan, dan manajemen
kebudayaan. Selain itu cultural studies juga mencakup budaya pop,
ideologi, wacana, feminisme, politik budaya, media, dan lain
sebagainya. Karena cakupannya yang luas, di sini akan dipaparkan
beberapa cakupan-cakupan tersebut.

1) Politik Kultural (Budaya)


Cultural studies adalah bidang multidisipliner atau bahkan pascadisipliner
yang mengaburkan sekat-sekat antara dirinya dengan disiplin lain. Namun
karena cultural studies tidak ingin dipandang sebagai ‘apa pun’ (Hall,
1992a), maka ia harus berusaha membedakan dirinya melalui politik.
Cultural studies selalu meklaim terfokus pada isu kekuasaan, politik dan
kebutuhan akan perubahan sosial. Sesungguhnya, cultural studies memiliki
aspirasi untuk membangun jaringan dengan gerakan politik di luar
akademi. Jadi, cultural studies adalah setumpuk teori dan serangkaian
tindakan politis, termasuk produksi teori sebagai praktik politis
(sebenarnya, praktik yang diunggulkan). Bagi cultural studies,
pengetahuan tidak pernah menjadi fenomena netral atau objektif,
melainkan soal posisionalitas, yang digambarkan Gray sebagai ‘siapa
dapat mengenal apa tentang siapa, dengan cara apa dan untuk tujuan apa’
(Gray, 1997:94).

2) Feminisme

4
Franklin et al. (1991) menunjukkan sejumlah kesamman pokok perhatian
antara cultural studies dengan feminisme. Franklin et al. tertarik pada
aspirasi feminisme dan cultural studies dalam mengkaitkan gerakan sosial
dan politik di luar akademik dan dengan sikap kritisnya disiplin yang lebih
mapan semisal sosiologi dan sastra inggris. Fokus kepada produksi
pengetahuan muncul kecurigaan timbal balik dan tantangan terhadap
gagasan mapan tentang ‘pengetahuan yang pasti’ , dengan menyatakan
tempatnya sebagai posisionalitas proses mengetahui. Gray
mendeskripsikan demikian “siapa yang bisa tahu tentang siapa, dengan
cara apa dan untuk tujuan apa ‘(gray, 1997:94). Jadi baik feminisme
maupun cultural studies ingin menghasilkan pengetahuan diri dan oleh
kelompok yang ‘terpinggirkan’ dan tertindas dengan niatan tegas yaitu
malakukan intervensi politik. Walhasil, cultural studies dan feminisme
sama-sama memiliki kepentingan substantif dalam isu kekuasaan,
reprensentasi, kebudayaan pop, subjektivitas, identitas dan konsumsi.

3) Budaya Pop
Kebudayaan pop terutama adalah kebudayaan yang diproduksi secara
komersial dan tidak ada alasan untuk berpikir bahwa tampaknya ia akan
berubah dimasa yang akan datang. Namun, dinyatakan bahwa audien pop
menciptakan makna mereka sendiri melalui teks kebudayaan pop dan
melahirkan kompetensi kultural dan sumber daya diskursif mereka sendiri.
Kebudayaan pop dipandang sebagai makna dan praktik yang dihasilkan
oleh audien pop pada saat konsumsi dan studi tentang kebudayaan pop
terpusat pada bagaimana dia digunakan. Argumen-argumen ini
menunjukkan adanya pengulangan pertanyaan tradisional tentang
bagaimana industri kebudayaan memalingkan orang kepada komoditas
yang mengabdi kepada kepentingannya dan lebih suka mengeksplorasi
bagaimana orang mengalihkan produk industri menjadi kebudayaan pop
yang mengabdi kepada kepentingan.
Edgar & Sedgwick (1999) dalam bukunya Key Concepts on
Cultural Theory menulis, istilah “culture” memang tidak mudah

5
didefinisikan, karena memiliki makna yang berbeda-beda dalam beragam
konteks. Kendati demikian, konsep tentang budaya yang
mendasari cultural studies dapat ditemukan bermuara pada antropologi
kultural, sebagaimana cultural studies itu sendiri. “… It entails
recognition that all human beings live in a world that is created by human
beings, and in which they find meaning.” Karena itu, “culture is the
complex everyday world we are all encounter and through which we all
move.” Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka, tampaknya, budaya
mencakup (hampir) segala sesuatu dan cultural studies, sebagai
konsekuensinya, juga mempelajari (hampir) segala sesuatu.
Namun, kendatipun cultural studies tampaknya merupakan kajian
yang paling sukar ditetapkan batas-batasnya, tidak berarti segala sesuatu
dapat masuk menjadi bahasan cultural studies.  Sardar dan Van Loon
(2002) merinci karakteristik cultural studies (CS) sebagai berikut:
1) cultural studies (CS) bertujuan mengkaji pokok persoalan dari sudut
praktik kebudayaan dan hubungannya dengan kekuasaan. Tujuan tetapnya
adalah mengungkapkan hubungan tersebut mempengaruhi dan membentuk
praktik kebudayaan.
2) Cultural Studies (CS) tidak hanya studi tentang budaya, seakan-akan ia
merupakan entitas tersendiri yang terpisah dari konteks sosial dan
politiknya. Tujuannya adalah memahami budaya dalam segala bentuk
kompleksnya dan menganalisis konteks sosial dan politik tempat budaya
mengejawantahkan dirinya.
3)  Budaya dalam cultural studies (CS) selalu menampilkan dua fungsi: ia
sekaligus merupakan objek studi maupun lokasi tindakan dan kritisisme
politik. cultural studies (CS) bertujuan, baik usaha pragmatis maupun
ideal.
4) Cultural Studies (CS) berupaya membongkar dan mendamaikan
pengotakan pengetahuan, mengatasi perpecahan antara bentuk
pengetahuan yang tak tersirat (yaitu pengetahuan intuitif berdasarkan
budaya lokal) dan yang objektif (yang dinamakan
universal). CS mengasumsikan suatu identitas bersama dan kepentingan

6
bersama antara yang mengetahui dan yang diketahui, antara pengamat dan
yang diamati.
5)   Cultural Studies (CS) melibatkan dirinya dengan evaluasi moral
masyarakat modern dan dengan garis radikal tindakan politik.
Tradisi cultural studies (CS) bukanlah tradisi kesarjanaan yang bebas nilai,
melainkan tradisi yang punya komitmen bagi rekontruksi sosial dengan
melibatkan diri pada kritik politik. Jadi, cultural studies (CS)  bertujuan
memahami dan mengubah struktur dominasi di mana-mana, namun secara
khusus lagi dalam masyarakat kapitalis industrial.
BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan
Cultural studies merupakan suatu pembentukan wacana, yaitu
‘kluster (atau bangunan) gagasan-gagasan, citra-citra dan praktik-praktik,
yang menyediakan cara-cara untuk membicarakan topik, aktivitas sosial
tertentu atau arena institusional dalam masyarakat. Cara-cara tersebut
dapat berbentuk pengetahuan dan tindakan yang terkait dengannya’ (Hall,
1997a:6). Cultural studies dibangun oleh suatu cara berbicara
yang tertata perihal objek-objek (yang dibawanya sebagai permasalahan)
dan yang berkumpul di sekitar konsep-konsep kunci, gagasan-gagasan dan
pokok-pokok perhatian.
Mengenai ruang lingkup kajian budaya diungkapkan secara jelas
dalam Barker (2000), yakni:
1. Relasi antara kebudayaan dan kekuasaan
2. Seluruh praktik, institusi, dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam nilai-
nilai partikular, kepercayaan, kompetensi, kebiasaan hidup, dan bentuk-
bentuk perilaku yang biasa dari sebuah populasi
3. Pelbagai kaitan antara bentuk-bentuk kekuasaan gender, ras, kelas,
kolonialisme dan sebagainya dengan pengembangan cara-cara berpikir
tentang kebudayaan dan kekuasaan yang biasa digunakan oleh agen-agen
dalam mengejar perubahan, dan

7
4. Pelbagai kaitan wacana di luar dunia akademis dengan gerakan sosial dan
politik, para pekerja di lembaga kebudayaan, dan manajemen kebudayaan.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan
kita mengenai cultural studies, dari pengertian, ruang lingkup sampai
contoh-contohnya. Agar kita dapat memanfaatkan pengetahuan yang kita
dapat ini dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

 Astuti, Santi Indra. 2003. “Cultural Studies” dalam Studi Komunikasi:


Suatu Pengantar.
 Barker, Chris. 2009. Cultural Studies; Teori & Praktik (Cet. Ke-
6), Terjemahan Nurhadi. Bantul : Kreasi Wacana
 Ida, Rachmah. 2014. Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya.
Jakarta : Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai