Anda di halaman 1dari 16

ruang lingkup Ilmu Sosial Dasar diharapkan mempelajari dan memahami adanya:

- Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan


kebudayaan.
- Masalah individu, keluarga dan masyarakat.
- Masalah pemuda dan sosialisasi.
- Masalah hubungan antara warga negara dan negara.
- Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat.
- Masalah masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
- Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi.
- Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar ditentukan oleh dua masalah pokok
sebagai bahan pertimbangan yaitu:
Dua masalah pokok yang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup
Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah pokok ialah:

 Aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan


budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya, baik dari segi
masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun secara
gabungan (antar bidang )berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
 Hakekat manusia yang satu (universal), namun banyak perbedaan- perbedaan antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Keanekaragaman tersebut terbentuk akibat
adanya perbedaan ruang, tempat, waktu, proses adaptasi, keadaan sosial budaya,
lingkungan alam, dimana terwujud dalam berbagai bentuk ekspresi seperti: ungkapan,
pikiran, dan perasaan, tingkah laku, dan hasil kelakuan mereka.

Pengertian ISBD

Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya yang
diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian
(fakta,konsep,teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu
sosial seperti: sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psykologi sosial. Ilmu Sosial Dasar
bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri, karena ilmu Sosial Dasar tidak mempunyai objek dan metode
ilmiah tersendiri.

Pokok BAhasan ISBD

 Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan
masalah sosial tertentu.
Kenyataan-kenyataan sosial tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu-ilmu
sosial, karena adanya perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandangannya. Dalam
ISD kita menggunakan pendekatan interdisiplin/multidisiplin.
 Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial yang
dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari
masalah-masalah sosial yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan sosial. Sebagai contoh dari
konsep dasar semacam itu misalnya konsep “keanekaragaman” dan kosep “Kesatuan sosial”.

Bertolak dari kedua konsep tersebut di atas, maka dapat kita pahami dan sadari bahwa di dalam
masyarakat selalu terdapat :
a. Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku, baik secara individual
maupun kelompok/golongan
b. Persamaan dan perbedaan kepentingan. Persamaan dan perbedaan itulah yang menyebabkan
sering timbulnya pertentangan/konflik, kerjasama, dan kesetiakawanan antar individu/golongan
 Masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai
kenyataan-kenyataan sosial yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan.

Masalah ISBD

1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia


2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia
3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu
4. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya
5. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya

PEENGERTIAN KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaningrat(1985) kata kebudayaan berasal dari kata sangsekerta
budhayah,yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian
kebudayaaan dapat diartikan sebagai “Hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Sedanghkan kata
“budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi”
sehingga dibedakan antara “budaya” yang berarti”daya dari budi” yang merupakan cipta, karya,
dan rasa. Dengan kebudayaan berarti hasil cipta, karsa, dan rasa.
Para ahli telah menyelidiki berbagai kebudayaan. Hasil pengamatan menghasilkan 2
proposisi tentang munculnya suatu kebudayaan atau peradaban.
Pertama:
Anggapan bahwa adanya hokum pemikiran atau perbuatan manusia (kebudayaan) disebabkan
oleh tindakan besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya sama pula.
Kedua:
Anggapan bahwa tingkat kewbudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf
perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya.

Pengertian Kebudayaan
Pengertian kebudayaan menurut dari beberapa pendapat:
Kebudayaan adalah peradaban yang mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman.
dan perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat. (Taylor, 1981)
a. Menurut Koentjoroningrat (1980)
Budaya berasal dari kata BUDHAYAH yang berasal dari kata budhi yang berati budi atau akal.
Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kata budaya berati perkembangan
majemuk dari budi dan daya. Jadi kebudayan adalah hasil cipta rasa dan karsa
b. Menurut Sidi Gozaila
Kebudayaan dalah cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan dari golongan manusia yang membentuk satu kehidupan sosial dalam ruang dan
waktu
c. Menurut Ki Hajar Dewantara
Terdapat 2pengertian mengenai kebudayaan:
1. Kebudayaan adalah buah budi manusia
2. Kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yakni alam dan
jaman (kodrat dan manusia) dalam perjuangan mana terbukti kejayaan hidup manusia

d. Menurut Iris Beaber dan Linda Beaner


Kebudayaan sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, dibagi, atau yang
dipertukarkan oleh sekelompok orang
e. Menurut Larry A. Samovar & Richard E. Porter
Kebudayaan berarti sebagai simpanan akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, nilai, sikap,
makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep yang luas dan obyek
material atau kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu
generasi
f. Menurut Gudykunt dan Kim (1992)
Sistem pengetahuan yang dipertukarkan oleh sejumlah orang dalam kelompok yang besar
g. Menurut Edward T. Hall (1981)
Kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan
h. Menurut M.J Herkovits & Bronislaw Malinowski
Cultural Determinism yang berarti bahwa segala sesutu yang terdapat di dalam masyarakat
ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic (artinya berada diatas sesuatu badan) karena
kebudayaan yang turun menurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus meskipun orang-
orang yang menjadi masyarakat senantiasa silih berganti
i. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta manusia
j. Menurut Linton
Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dari hasil tingkah laku yang
unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masy tertentu
k. Menurut Sultan Takdir Ali Syahbana
Manifestasi suatu bangsa

l. Menurut Moh. Hatta


Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa
m. Menurut Haji agus Salim
Kebudayaan adalah persatuan istilah budi dan daya menjadi makna sejiwa dan tidak dapat
dipisah-pisahkan
n. Menurut Mukti Ali (1982)

KERANGKA KEBUDAYAAN
Untuk dapat memahami ISBD yang merupakan paduan dari beberapa pengertian, konsep
atau dari segi teori pengetahuan budaya, semuannya merupakan komponen dari susunan suatu
ilmu, yang tidak dapat terlepaskan dari objek materi dan objek formal suatu ilmu.
Untuk memudahkan dalam kognitif kebudayaan yang wawasannya begitu luas, maka
dalam kesempatan belajar-mengajar perlu dipahami terlebih dahulu kerangka kebudayaan
meliputi wujud dan isi kebudayaan, unsure kebudayaan, unsure kebudayaan, system kebudayaan,
system social. Kebudayaan fisik, konsep nilai dan orientasi nilai budaya.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
J.Herskovits membagi wujud kebudayaan kedalam 4 unsur pokok antara lain
1. Alat-alat teknologi
2. Keluarga
3. Sistem ekonomi
4. Kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski membagi kebudayaan menjadi beberapa unsure pokok sebagai berikut:
1. Sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat agar
menguasai alam sekelilingnya.
2. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas dalam pendidikan diantaranya pendidikan
dalam keluarga yang lebih utama.
3. Organisasi ekonomi.
4. Organisasi kekuatan.
Kluckhohn C. Menguraikan mengenai kebudayaan kedalam 7 unsur kebudayaan yang dianggap
sebagai cultural universal sebagai berikut:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
2. Sistem mata pencahariannya hidup dan system ekonomi.
3. Sistem kemasyarakatan.
4. Bahasa lisan maupun bahasa tulisan atau bahasa isyarat.
5. Bermacam-macam kesenian.
6. Sistem ilmu pengetahuan.
F. SISTEM KEBUDAYAAN
Secara sederhana system itu adalah sebagai bagian kumpulan dari bagian-bagian yang
bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud atau tujuan menurut objek
operasionalnya. Fungsi system budaya adalah mengatur dan menegaskan tindakan-tindakan serta
tingkah laku manusia.
Kebudayaan subjektif yaitu dipandang dari aspirasi fundamental yang ada pada manusia
yakni terdapat dalam perkembangan kebenaran, kebijakan dan keindahan.Sedangkan kebudayaan
objektif adalah di pandang dari nilai-nilai imanen dalam kebudayaan subjektif harus menyatakan
diri dalam tata lahir sebagai materialisasi dan institusionalisasi, disinilah terbentuk kebudayaan
objektif yang amat luas dan serba guna dari hasil penciptaan dari zaman ke zaman.

LATAR BELAKANG ILMU BUDAYA DASAR

Latar belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah
cendikiawan mengenai system pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan system pendidikan
pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. System pendidikan tersebut merupakan kelanjutan
dari politik balas budi yang diajukan oleh Conrad Theodore Van Deventer. Adapun tujuannya
adalah menghasilkan tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan
keahlian lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita.
Sampai sekarang, system pendidikan yang terkotak-kotak telah menghasilkan banyak
tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu tertentu. Padahal pendidikan itu seharusnya
lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada mencetak tenaga yang terampil.
Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi
pembangunan Negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi
pemecahan masalah social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan
juga dalam masalah budaya. Sehingga perguruan tinggi Indonesia mampu menghasilkan sarjana
yang tidak asing dengan kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan dan kebutuhannya,
dan juga mengenali dimensi lain di luar disiplin ilmunya. Sebagai ikhtisar untuk tujuan itu, Ilmu
Budaya Dasar diberikan sebagai pelengkap pembentukan sarjana, yang mampu memecahkan
permasalahan yang timbul dalam lingkungan masyarakat.1[2]
Latar belakang diberikannya IBD selain melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai
dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi dalam rangka menyempurnakan pembentukan
sarjana. Perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai
seperangkat pengetahuan yang terdiri atas :
 Kemampuan akademis yang merupakan kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik
lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berfikir logis, kritis, sistematis, dan
analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah
yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatife pemecahannya.
 Kemampuan profesional yang merupakan kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang
bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
 Kemampuan personal yang merupakan kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para
tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku
dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai
keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan peka
terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarkat Indonesia.

Adapun latar belakang diberikannya mata kuliah IBD dalam konteks budaya, Negara dan
masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahannya sebgai berikut :
 Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala
keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya
tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
 Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat yang menimbulkan pergeseran
system nilai budaya dan sikap yang mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya.
Pembangunan telah menimbulkan mobilitas social, yang diikuti oleh hubungan interaksi yang
bergeser dalam kelompok masyarakat. Sementara ini, terjadi juga penyesuaian dalam hubungan
antar anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahamai bila penggeseran nilai itu
membawa akibat jauh dalam kehidupan berbangsa.
 Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, membawa pengaruh
terhadap intensitas kontak budaya antarsuku maupun dengan kebudayaan dari luar. Terjadinya
kontak budaya dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan intensitasnya menjadi lebih
besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah
perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai
masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
1
Tujuan dan ruang lingkup kebudayaan
 Tujuan:
Mengembangkan kepribadian, kepekaan dan wawasan pemikiran yang berkenaan dengan
kebudayaan agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya masyarakat
dapat lebih manusiawi
 Tujuan yang diharapkan dapat :
1. Mengusahakan penajaman kepekaan masyarakat terhadap lingkungan budaya
2. Memberi kesempatan kapada masyarakat untuk dapat memperluas pandangan mereka
tentang masalah kemanusiaan dan budaya
3. Mangusahakan agar masyarakat tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan
4. Menjembatani para masyarakat kita agar lebih mampu berdialog satu sama lain
 Ruang lingkup
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan
budaya yang dapat didekati dengan menggunakan budaya
Hakekat manusia sebagai kesatuan atau universal akan membentuk beraneka ragam
kebudayaan masing-masing sesuai dengan jaman dan tempatnya.

Jenis-jenis kebudayaan di Indonesia


Prof. Dr Koentjaraningrat menguraikan tnetang jenis kebudayaan dibagi menjadi 3 :
 Jenis kebudayaan sebagi kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma, peraturan.à
abstrak à terikat àsistem budayaàadat-istiadat
 Sebagai suatu kompleks akativitas serta tindkan berpola dari manusia dalam masyarakat
à konkrit à sistem sosial
 Sebagai benda-benda hasil karya manusia à kebudayaan fisik à seluruh hasil karya
manusia
Ciri-ciri kebudayaan di Indonesia
Sebagai potensi dasar, unsur-unsur kebudayaan Bali yang khas, unggul dan menyiratkan nilai-
nilai luhur yang positif perlu dikedepankan
Sebagai cara atau pendekatan, terkristalisasi bahwa hakikat pendekatan kebijaksanaan

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA


Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia.
Makhluk Tuhan di ala mini dapat dibagi yaitu :
- Alam – tumbuhan
- Binatang – Manusia
Sifat-sifat yang dimiliki dari keempat makhluk diatas adalah :
1. Alam memiliki sifat wujud
2. Tumbuhan memilliki sifat wujud dan hidup
3. Binatang memiliki sifat wujud,hidup dan dibekali nafsu
4. Manusia memiliki sifat wujud,hidup,dibekali nafsu,serta akal budi
Akal budi merupakan kelebihan yang dimiliki oleh manusia.
Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat.
Budi artinya akal juga atau arti lain bagian dari hati.
Bahasa Sanskerta Budi yaitu Budh yang artinya akal.Hal ini dilengkap oleh kamus Lengkap
Bahasa Indonesia Budi adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan yang
dapat membedakan baik dan buruk.
Istilah lain dari kata budi yaitu :
- Tabiat
- Peranggai dan
- Akhlak
Dengan akal dan budi inilah manusia mampu menciptakan bebagai hal antara lain :
- Menciptakan
- kreasi
- Memperlakukan
- Memperbaruhi
- Memperbaiki
- Mengembangkan dan
- Meningkatkan sesuatu
Kepentingan Hidup Manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan hidup ini dapat dibagi :
1. Kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana dan prasarana)
2. Kebutuhan yang bersifat rohani,mental atau psikologis
Menurut Abraham Maslow seorang ahli psikologi,berpendapat bahwa kebutuhan manusia
dapat dibagi 5 tingkatan yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis(Physiological needs) yaitu merupakan kebutuhan Primer,dasar,dan
vital.contohnya (makanan,pakaian,tempat tinggal,sembuh dr sakit dll)
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs) yaitu kebutuhan ini
menyangkut perasaan,seperti bebas dari rasa takut,terlindung dr ancaman dan
penyakit,perang,kemiskinan,kelaparan,perlakuan tdk adil dan sebagainya.
3. Kebutuhan sosial(sosial needs).Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan
dicintai,diperhitungkan sebagai pribadi,diakui sebagai anggota kelompok,rasa setia
kawan,kerja sama,persahabatan,interaksi dll.
4. Kebutuhan akan penghargaan(esteem needs).Merupakan kebutuhan akan dihargai
kemampuan,kedudukan,jabatan,status,pangkat,dan sebagainya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri(self actualization).Merupaka kebutuhan memaksimalkan
penggunaan potensi,kemampuan,bakat,kreativitas,ekpresi diri,pretasi dll.
Dengan akal budi manusia mampu menciptakan suatu kebudayaan.dimana keudayaan itu
sendiri adlah hasil dari akal budi dlm interaksinya,baik dgan alam atau manusia lainnya.
Estetika Manusia dalam Berbudaya
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika berkaitan dengan
nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berari nilai tentang keindahan. Keindahan dapat
diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.
a. Secara luas keindahan mengandung ide kebaikan, bahwa segala sesuatunya yang baik
termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan
dalam arti luas meliputi banyak hal, seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang
indah, dan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada
apakah merupakan hasil seni, alam, moral, dan intelektual.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan
warna).
c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran perabaan dan perasaan, yang
semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan) indah.

Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai tentang baik–
buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah–jelak. Sesuatu yang estetik berarti
memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni maupun secara sempit, baik dala bentuk,
warna, garis, kata, ataupun nada). Budaya yang estetik berarti budaya tersebut memiliki unsur
keindahan.
Apabila nilai etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak orang, namun
nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah
bagi orang lain. Misalkan dua orang memandang sebuah lukisan. Orang yang pertama akan
mengakui keindahan yang terkandung dalam lukisan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama
sekali tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.
Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Kita tidak bisa
memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita.
Nilai–nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsur
keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Di sinilah manusia berusaha
berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan pastilah dipandang memiliki nilai–nilai estetik
bagi masyarakat pendukung budaya tersebut. Hal–hal yang indah dan kesukaannya pada
keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh masyarakat
pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. Contohnya, budaya suku–suku
bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut penari dan pakaiannya mungkin dilihat tidak ada
nilai estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata–mata dalam berbudaya harus memenuhi
nilai–nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia (individu
atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainya.
Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat melepas subjektivitas kita untuk melihat adanya
estetika dari budaya lain. Estetika berbudaya yang demikian akan mampu memecah sekat–sekat
kebekuan, ketidak percayaan, kecurigaan, dan rasa inferioritas antar budaya.
Etika Manusia dalam Berbudaya
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika adalah ajaran
tentang baik–buruk, yang diterima umum atau tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan
sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak, atau
kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah–masaah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk.
Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan
dengan baik–buruk perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna
etika sebagai berikut :
a. Etika dalam arti nilai–nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode etik)
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk . Disini etika sama
artinya dengan filsafat moral.
Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral berhubungan dengan makna etika yang
pertama. Nilai–nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan manusia. Nilai etik
diwujudkan kedalam norma etik, norma moral, norma kesusilaan.
Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk
sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Norma ini dapat melengkapi
ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.
Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar tebetuk kebaikan akhlak pribadi guna
penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh,
berzina, mencuri, dan sebagaiya. Tidak hanya dilarang oleh norma kepercayaan atau keagamaan
saja, tetapi dirasaan juga sebagai bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setiap hati
nurani manusia. Norma etik hanya membebani manusia dengan kewajiban–kewajiban saja.
Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak
ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia. Batinnya sendirilah
yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada
kekuasaaan diluar dirinya yang memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma etik,
misalnya pencurian atau penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa
penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah.
Daerah berlakunya norma etik relatif universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh ideologi
masyarakat pendukungya. Perilaku membunuh adalah perilaku yang amoral, asusila atau tidak
etis. Pandangan itu bisa diterima oleh orang dimana saja atau universal. Namun, dalam hal
tertentu, perilaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku
yang amoral. Etika masyarakat Timur mungkin berbeda dengan etika masyarakat barat.
Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku. Dengan norma etik,
manusia bisa membedakan mana perilaku yang baik dan juga mana perilaku yang buruk. Norma
etik menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik. Manusia yang beretika berarti perilaku
manusia itu baik sesuai dengan norma–norma etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia yang beretika
akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai–nilai etik pula. Etika berbudaya mengandung
tuntutan atau keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia mengandung nilai–nilai etik
yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang. Budaya yang memiliki
nilai–nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, bahakan mampu
meningktkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang beretika adalah
kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.
Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi
nilai–nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari paham atau ideologi
yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan . Hal ini dikarenakan berlakunya nilai–nilai
etik bersifat universal, namun amat dipengaruhi oleh ideologi masyarakatnya.
Contohnya, budaya perilaku berduaan dijalan antara sepasang muda mudi, bahkan
bermesraan di hadapan umum. Masyarakat individual menyatakan hal demikian bukanlah
perilaku yang etis, tetapi akan ada sebagian orang atau masyarakat yang berpandangan
hal tersebut merupakan suatu penyimpangan etik.

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

·Pengertian manusia sebagai makhluk individu


Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut:
1. Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.
2. Mahluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.
3. Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri sendiri. Secara
fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan organik dengan sesama.
Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti berpikir, berakal budi,
atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaituindividum, yang
artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk individu,
manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia merupakan mahluk
ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan
bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha
mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya
adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan
yang lain.

KONSEKUENSI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU


Dalam keadaan status manusia sebagai mahluk individu, segala sesuatu yang menyangkut pribadinya
sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, sedangkan orang lain lebih banyak berfungsi sebagai pendukung.
Kesuksesan seseorang misalnya sangat tergantung kepada niat, semangat, dan usahanya yang disertai
dengan doa kepada Tuhan secara pribadi. Demikian juga mengenai baik atau buruknya seseorang di
hadapan Tuhan dan dihadapan sesama manusia, itu semua sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku
manusia itu sendiri. Jika iman dan takwanya mantap maka dihadapan Tuhan menjadi baik, tetapi jika
sebaliknya, maka dihadapan Tuhan menjadi jelek. Jika sikap dan perilaku individunya baik terhadap
orang lain, tentu orang lain akan baik pula terhadap orang tersebut.
Konsekuensi (akibat) lainnya, masing-masing individu juga harus mempertanggung jawabkan segala
perilakunya secara moral kepada dirinya sendiri dan kepada Tuhan. Jika perilaku individu itu baik dan
benar maka akan dinikmati akibatnya, tetapi jika sebaliknya, akan diderita akibatnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai individu yang sudah dewasa memiliki konsekuensi tertentu,
antara lain:
1. Merawat diri bersih, rapi, sehat dan kuat
2. Hidup mandiri
3. Berkepribadian baik dan luhur
4. Mempertanggungjawabkan perbuatannya
Supaya konsekuensi tersebut di atas dapat direalisasikan dalam suatu kenyataan, maka masing-masing
individu harus senantiasa:
1. Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
2. Berhati nurani yang bersih
3. Memiliki semangat hidup yang tinggi
4. Memiliki prinsip hidup yang tangguh
5. Memiliki cita-cita yang tinggi
6. Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi alam
7. Berjiwa besar dan penuh optimis
8. Mengembangkan rasa perikemanusiaan
9. Selalu berniat baik dalam hati
10. Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun egois

·Manusia sebagai makhluk sosial


Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang
senang bergaul/berkawan (animal society = hewan yang bernaluri untuk hidup bersama). Status mahluk
sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan
mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia memerlukan bantuan
atau kerjasama dengan orang lain.
Ciri utama mahluk sosial adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan akal budi dalam
suatu sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut meliputi filsafat
yang terdiri atas pandangan hidup, politik, teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya dan
keamanan.
Menurut Aristoteles (384 – 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul
dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon yang artinya mahluk yang selalu hidup
bermasyarakat). Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk
berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama
dengan manusia lainnya disebut gregoriousness.
Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan
kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari
masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh
dalam mencapai kebahagiaan bersama.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan interelasi
sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu pergaulan hidup bersama.
Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta
sesuai dengan masanya. Pada masa bayi, mereka berinteraksi dengan keluarganya melalui berbagai
kasih sayang. Ketika sudah bisa berbicara dan berjalan, interaksi mereka meningkat lebih luas lagi
dengan teman-teman sebayanya melalui berbagai permainan anak-anak atau aktivitas lainnya. Proses
interaksi mereka terus berlanjut sesuai dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari mulai interaksi non
formal seperti berteman dan bermasyarakat sampai interaksi formal seperti berorganisasi, dan lain-lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:
1. Faktor alamiah atau kodrat Tuhan
2. Faktor saling memenuhi kebutuhan
3. Faktor saling ketergantungan
Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga manusia itu
benar-benar bermasyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa hidup bermasyarakat
itu bukan hanya sekadar kodrat Tuhan melainkan juga merupakan suatu kebutuhan bagi jenis manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jika tingkah laku timbal balik (interaksi sosial) itu berlangsung berulang kali dan terus menerus, maka
interaksi ini akan berkembang menjadi interelasi sosial. Interelasi sosial dalam masyarakat akan tampak
dalam bentuk sense of belonging yaitu suatu perasaan hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan
yang dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang beradab, kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang
mantap.
Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam kehidupan sosial terjadi
bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain hubungan antarstatus, persahabatan,
kepentingan, dan hubungan kekeluargaan. Sebagai mahluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang Pencipta
antara lain sifat rukun sesama manusia.

B. PERANAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial, dalam asrti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan
sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait
dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok, kehidupan sosial manusia dengan
lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang
timbul akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang mempunyai kesempatan
yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya setiap individu manusia
memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah,
melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan
bahkan beragama. Namun demikian, kenyataannya setiap individu tidak dapat menguasai atau
mempunyai kesempatan yang sama. AKibatnya, masing-masing individu mempunyai peran dan
kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan itu bisa terjadi, misalnya
kondisi ekonomi (ada si miskin dan si kaya), sosial (warga biasa dengan pak RT, dll), politik (aktivis partai
dengan rakyat biasa), budaya (jago tari daerah dengan tidak) bahkan individu atau sekelompok manusia
itu sendiri. Dengan kata lain, stratifikasi sosial mulai muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat
tersebut.

C. DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL


Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan
sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antarindividu, antarkelompok manusia,
maupun antara orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama,
persaingan, dan pertikaian.
Apabila dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut bisa dalam
situasi persahabatan ataupun permusuhan, bsia dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa dahsyat, atau
tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadiinteraksi sosial karena telah
mengubah perasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan. Interaksi sosial
hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Interaksi
sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang
sama sekali tidak berpengaruh terhadp sistem sarafnya sebagai akibat hubungan yang di maksud
Ciri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut.
1. Pelakunya lebih dari satu orang
2. Adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial
3. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebiut dengan yang
diperkirakan pelaku.
4. Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi. Kontak
sosial berasal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya menyentuh.
Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa lewat bicara, melalui
telepon, telegram, surat radio, dan sebagainya.
Kontak dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada kontak langsung dengan
cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dan sebagainya. Kontak sekunder terjadi dengan perantara.
Kontak sekunder langsung, misalnya melalui telepon, radio, TV, dan sebagainya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu
1. Kontak antar individu, misalnya seorang siswa baru mempelajari tata tertib dan budaya sekolah
2. Kontak antarindividu, dengan suatu kelompok, misalnya seorang guru mengajar di suatu kelas tentang
suatu poko bahasan.
3. Kontak antarkelompok dengan kelompok lain, misalnya class meeting antarkelas.

Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan,
gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut.
Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang memberi reaksi berupa tindakan terhadap maksud orang
lain tersebut. Misalnya, jika anda melambaikan tangan dipinggir jalan atau halte bus maka salah satu bus
yang lewat pasti akan berhenti, jadi, komunikasi merupakan proses saling memberi penafsiran terhadap
tindakan atau perilaku orang lain.
Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan tas berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati, motivasi, dan empati, imitasi adalah proses atau tindakan seseorang untuk meniru
orang lain baik sikap, perbuatan, penampilan, dan gaya hidup. Sugeti adalah rangsangan, pengaruh, atau
stimulus yang diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti itu
melaksanakan apa yang disegestikan tanpa sikap kritis dan rasional, identifikasi adalah upaya yang
dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu yang ditirunya. Proses identifikasi erat
kaitannya dengan imitasi. Simpati adala prose kejiwaan seseorang individu yang merasa tertarik dengan
individu atau kelompok karena sikap, penampilan, atau perbuatannya. Motivasi merupakan dorongan,
rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang
diberi motivasi melaksankannya dengan secara kritis, rasional, dan tanggung jawab. Empati adalah
proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.
Seperti telah dikemukakan diatas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama,
persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan ada interaksi sosial yang sifatnya positif, yaitu
mengarah pada kerjasama antrindividu atau antarkelompok. Interaksi sosial yng dimaksud interaksi soial
yang bersifat asosiatif. Adapula interaksi sosial yang mengarah pada bentuk-bentuk pertikaian tau
konflik. Interaksi sosial dimasud disebut dengan interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Interaksi sosial
yang bersifat asosiatif, seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang
bersifat disasosiatif mencakup persaingan, kontroversi, dn permusuhan.
Dengn demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dala kehidupan sosial dapt beragam. Dilihat dari
jenisnya ada interaksi antarindividu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok.
Dilihat dari faktor penyebabnya, ada interaksi yang disebabkan oleh faktor imitasi, sugesti, identifikasi,
simpati, motivsi, dan empati. Ada interaksi yang berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari
sifat interaksinya, da interaksi yang asosiatif, interaksi disasosiatif.
Interaksi sosial merupakan kunci dri semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin
ada kehidupan bersama. Manusia sebagai mkhluk sosial pastilah melkukan intraksi sosial dalam rngka
hidup bersama.

D. DILEMA ANTARA KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT

Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan individu yang
termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk
kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak
bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada
keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah
kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika
mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

Dilema anatara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan mana yang
harus diutamakan, kepentingan manusia selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat saya
hidup bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu
kelompok masyarakat.

1. Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang
bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari
manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus
diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk
merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut
juga ideologi individualisme liberal.

Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-19.
Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan
Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut.

Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan
tidak berlaku hak milik berfungsi sosial,
Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
Pemberian kebebasan penuh pada individu
Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur
melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak
diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan
hidup bersama.

2. Pandangan Sosialisme

Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon.
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu
hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang.
Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.

Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan
sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul
dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh system
liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme
berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang
lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu
adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan.
Paham marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).

Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat
manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki
harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels,
orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham
ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.

Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat
menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme,
liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi
dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga
bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi
kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.

Anda mungkin juga menyukai