DOSEN PENGAMPU :
Drs. Muhammad Arif, M.Pd.
Disusun Oleh:
1.1 Pendahuluan
lmu sosial budaya dasar merupakan seperangkat konsep-konsep dasar atau pengetahuan dasar
ilmu-ilmu sosial secara interdisipliner atau multi disiplin yang dipergunakan sebagai alat
untuk pendekatan dan pemecahan problema-problema yang timbul dan berkembang dalam
masyarakat. Pemahaman seseorang terhadap ilmu sosial budaya dasar diharapkan mampu
dan memberi alternatif pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
1.2 Pengertian
Buddhayah (sansekerta) yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Budaya: hal-hal yang berkaitan dengan akal. Menurut EB Taylor (1971) seorang Antropolog
dalam (Syafruddin & Mariam 2010) berpendapat bahwa kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Ilmu-ilmu sosial (geografi, sejarah, sosiologi,
antropologi, psikologi, sosial, ekonomi, ilmu politik, hukum) yang dipergunakan dalam
pendekatan sekaligus sebagai sarana jalan keluar untuk mencapai pemecahan masalah-
masalah sosial (pengangguran, kriminalitas, kenakalan remaja dan penyalahgunaan
narkotika) yang berkembang di masyarakat. Ilmu Budaya Dasar adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang nilai-nilai dasar manusia berupa ungkapan kemanusiaan yang
dituangkan dalam karya-karya budaya (filsafat, seni serta sejarah) (Syafruddin & Mariam
2010).
1.7 Ilmu Sosial Budaya Dasar sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial Budaya
Masalah-masalah budaya adalah segala sistem atau tata nilai, sikap mental, pola pikir, pola
tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat
secara keseluruhan. Atau dapat dikatakan bahwa masalah adalah masalah tata nilai yang
dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan, misalnya terjadinya proses “dehumanisasi”
atau pengurangan arti kemanusiaan seseorang.
Pemahaman Aquinas berpendapat bahwa manusia pada dirinya sendiri adalah mahkluk
ekonomi, sosial dan budaya, sehingga manusia tidak menjadi mahkluk ekonomi, sosial dan
budaya karena berada pada konteksnya, tetapi karena manusialah maka tercipta kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya. John Calvin mengajarkan konsep ’sensus Divinitas’ artinya
manusia adalah mahkluk beragama (Calvin, 2011). Alur pemikiran kedua tokoh tersebut
memperlihatkan bahwa manusia pada dirinya sendiri memiliki potensi untuk berbudaya dan
beragama, sehingga kehidupan sosial manusia banyak diwarnai oleh budaya dan agama. Dari
kedua pemahaman tentang hakikat, penulis dalam buku ini lebih memilih pada konsep yang
ditawarkan oleh Aquinas, karena manusia pada dirinya telah memiliki potensi dan potensi
manusialah yang mengubah konteks kehidupannya.
Hakikat manusia dalam keagamaan menunjukkan bahwa manusia memiliki sebuah kesadaran
akan keterbatasan, karena manusia memposisikan diri sebagai ciptaan dari yang ilahi.
Kesadaran akan keterbatasan inilah yang membuat manusia menunjukkan sikap
ketergantungan kepada Pencipta. Manusia yang menyadari keterbatasan mulai meminta
petunjuk dari Sang Ilahi untuk menjawab banyak persoalan kehidupan yang tidak mampu
diatasi. Dengan demikian dalam keagamaan manusia adalah objek daripada Pencipta,
sehingga manusia pada hakikatnya mengharapkan belas kasihan Sang Pencipta.
Hakikat Kebudayaan
Keragaman, Keindahan, Kreativitas, Interaksi, Nilai
Bab 4 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Manusia Sebagai Makhluk Individu
pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam
individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Setiap manusia
memiliki keunikan atau ciri khas, tidak ada manusia yang mirip sekali. dari sekian banyak
manusia, ternyata masingmasing memiliki keunikan tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir
kembar. Walaupun secara umum manusia memiliki perangkat fisik yang sama. Tetapi kalau
perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan.
Dimensi Keindahan
Seni merupakan bentuk atau wujud karya dari manusia yang memiliki unsur keindahan.
Berbagai kegiatan manusia tidak akan jauh dari keindahan, sehingga dapat dikatakan bahwa
dimensi keindahan merupakan bagian hidup dari manusia. Wajah kita (manusia) merupakan
salah satu wujud dari keindahan, seperti bentuk hidung, bentuk alis, bentuk mata, bentuk gigi
dan dagu. Tempat tinggal juga merupakan salah satu bentuk keindahan yang bisa
menimbulkan rasa nyaman bagi penghuninya. Bentuk keindahan banyak dituangkan berupa
kesenian, seiring berjalannya waktu sebuah kesenian akan menjadi sebuah kebudayaan.
Dimensi Agama
Keberadaan agama berguna untuk menjaga dan memelihara perbuatan dari kesalahan,
perilaku menyimpang serta tingkah laku yang kurang baik bagi manusia (Nurmadiah, 2019).
Agama juga memuat norma-norma tertentu guna mengatur kehidupan penganutnya (Arifin,
2008). Pengertian agama menurut (KBBI, 2020) yaitu ajaran atau sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Keberadaan
penganut kepercayaan tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap agama apapun, pasti
mengajarkan tentang kebaikan, kesantunan dan tata peribadatan kepada para penganutnya.
Tujuan agama yaitu memberi motivasi kepada para penganutnya untuk giat mencari ilmu
pengetahuan, dalam agama islam terdapat pepatah ”belajarlah sampai ke negeri cina”.
Dimensi Etika
Etika merupakan suatu tindakan atau perilaku yang biasa dilakukan dan memiliki
kecenderungan mengarah ke perbuatan baik. Sinonim dari etika yaitu akhlak, budi pekerti
dan tatasusila (Bakry, 1978; Bagus, 2020). Etika sendiri memiliki arti kelakuan, kebiasaan,
watak dan cara hidup (Rapar, 1996). Etika akan membantu manusia menemukan kebenaran
yang ada dalam diri dan moralitas yang membingungkan. Menurut (Aburaera, 2913) etika
mempunyai tiga fungsi, yaitu: fungsi etika dalam tingkah laku dan pergaulan hidup manusia,
fungsi etika dalam pergaulan ilmiah dan fungsi etika profesi. Etika manusia berhubungan erat
dengan moral yang dimiliki oleh manusia. Seseorang dikatakan beretika baik apabila
memiliki tingkah laku yang tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku di lingkungan
tempat tinggalnya.
Bab 6 Hakikat Peradaban
Manusia Sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Manusia beradab adalah manusia yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akal,
manusia dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi, melalui jasmani manusia dapat
menerapkan dan merasakan kemudahan dari teknologi sedangkan melalui rohani tercipta
peradaban. Lebih dari itu melalui akal, jasmani, dan rohani manusia dapat membuat
perubahan berbagai bidang sesuai dengan perjalanan waktu yang dilaluinya sebagai upaya
penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar. Adapun jenis nilai-
nilai terdiri dari nilai agama dan nilai kesusilaan.
Evolusi Budaya Dan Wujud Peradaban Dalam Kehidupan Sosial Budaya
Kebudayaan mengalami proses perkembangan secara bertahap dan berkeseimbangan sebagai
konsep evolusi kebudayaan. Evolusi kebudayan berlangsung sesuai dengan perkembangan
budaya dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu kewaktu. Proses evolusi setiap
kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda, bergantung pada tantangan,
lingkungan, dan kemampuan intelektual manusia untuk mengantisipasi tantangan yang
dihadapi.
BAB II
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan Buku
Buku ini memiliki materi dan penjelasan yang lengkap pada setiap sub bab nya. Tidak hanya
menjelaskan inti dari suatu topik tetapi menjelaskannya secara rinci sesuai dengan konsep
ilmu sosial dasar. Dan juga terdapat beberapa contoh dari bab yang dijelaskan, baik contoh
yang di kaitkan dengan kehidupan sehari hari maupun contoh yang berbentuk gambar.
Kekurangan Buku
Buku ini memang sangatlah lengkap akan materi materinya tetapi ada beberapa kata yang
sulit dipahami yang membuat pembaca bingung. Karna materi yang dijelaskan terlalu
Panjang jadi harus membaca keseluruhan untuk mendapatkan inti dari topik yang di bahas.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) merupakan hal penting
yang harus dipahami manusia sebagai insan yang kritis, peka dan arif dalam memahami
keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika,
dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Pemahaman ini diharapkan memberikan
landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif untuk
memahami keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggung jawab
terhadap sumber daya dan lingkungannya.
Secara umum ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk mengembangkan kepribadian
manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) dan sebagai makhluk budaya (homo
humanus) sehingga mampu menamggapi secara kritis dan berwawasan luas terhadap masalah
sosial budaya dan masalah lingkungan sosial budaya, serta mampu menyelesaikan secara
halus (refined), arif dan manusiawi masalah-masalah tersebut. Dengan kata lain bahwa ilmu
sosial budaya dasar diharapkan mampu mengembangkan manusia yang memiliki
kepribadian, keilmuan serta keterampilan, hingga komitmen kuat dalam mengaktualisasikan
talenta dirinya dalam membangun kehidupan masyarakat sebagai objek dari kompetensi yang
dimilikinya (Tumanggor 2015).
Daftar Pustaka