Anda di halaman 1dari 44

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI
SOSIAL
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar (ISBD)

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Annisa Rizka Nirmala
NIM : K1A020004
Prodi/Kelas : Farmasi/A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
Daftar Isi

Daftar Isi………………………………………………………………………………….i
Pengertian, Konsep, Serta Tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar……………………….….1

Perubahan Sosial Dan Budaya: Pengertian Serta Faktor-Faktor Penyebabnya...…….....10

Teori-Teori Kebudayaan Dan Teori-Teori Tentang Interaksi Sosial…....…………..…..20

Hirarkhi Kebutuhan Manusia Dan Kaitannya Dengan Kemunculan Budaya…………..29

Solidaritas Sosial Kota Dan Desa (Mekanis-Organis, Gemeinschaft-Gesselschaft,


Paguyuban-Patembayan)................................................................................................. 34

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..41

i
Artikel 1

PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Pada dasarnya, Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) berasal dari 2 cabang ilmu yang
berbeda yaitu Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu Budaya Dasar (IBD). Adapun penjelasan
dari masing-masing cabang ilmu ini sebagai berikut.

Pengertian Ilmu Sosial Dasar (ISD)

Secara umum, sosial berdasarkan muatan substantifnya diartikan sebagai segala


bentuk interaksi di antara manusia, baik itu individu dengan individu, individu dengan
kelompok, maupun kelompok dengan kelompok yang tidak hanya melibatkan verbal atau
visual secara langsung tetapi juga dapat melibatkan interaksi verbal dan visual secara
tidak langsung (virtual/online). Menurut Lewis, sosial adalah sesuatu yang dicapai,
dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan
pemerintahannya. Singkatnya, sosial merupakan segala perilaku manusia yang
menggambarkan hubungan non-individualis.

Selanjutnya, dikenal istilah Ilmu Sosial Dasar (ISD), yang diartikan sebagai
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia tentang masalah sosial, dan juga membicarakan hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungannya. Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah
masalah-masalah sosial, khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan
menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai
bidang pengetahuan , keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah, ekonomi,
geografi, sosial/sosiologi, antropologi, psikologi sosial. Secara singkat, Ilmu Sosial Dasar
mempelajari tentang sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-
manusia lainnya, serta sikap dan tingkah laku manusia lainnya terhadap dirinya maupun
manusia tersebut dengan dirinya sendiri. Ilmu Sosial Dasar tidak merupakan gabungan
dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan, karena masing-masing disiplin ilmu memiliki
obyek dan metode ilmiah sendiri-sendiri. Ilmu Sosial Dasar juga bukan merupakan
disiplin ilmu tersendiri, karena tidak mempunyai obyek dan metode ilmiah tersendiri dan

1
juga tidak mengembangkan suatu penelitian sebagimana suatu disiplin ilmu, seperti ilmu-
ilmu sosial lainnya.

Pengertian Ilmu Budaya Dasar (ISD)

Adapun makna budaya secara umum yaitu hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
Hasil cipta ini berasal dari kemampuan berpikir kognitif, sementara rasa berkaitan dengan
tindakan afektif, dan karsa berkaitan dengan psikomotorik/konotif/tindakan nyata yang
dilakukan oleh manusia. Bagi kalangan sosiolog, budaya terbangun dari seluruh gagasan
(ide), keyakinan, perilaku, dan produk-produk yang dihasilkan secara bersama, dan
menentukan cara hidup suatu kelompok. Budaya meliputi semua yang dikreasi dan
dimiliki manusia akibat interaksi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni.

Selanjutnya, dikenal juga istilah Ilmu Budaya Dasar (IBD), yang dalam bahasa
Inggris disebut basic humanities. Ilmu budaya dasar adalah suatu pengetahuan yang
menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian-
pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan
keahlian yang tergolong dalam Pengetahuan Budaya. Ilmu Budaya Dasar mempelajari
tentang masalah kemanusiaan dan budaya yang beraneka ragam perwujudannya dalam
kebudayaan masing-masing zaman dan tempat dalam melihat dan menanggapi
lingkungan dengan adanya kesamaan dan perbedaan yang diekspresikan dalam bentuk &
corak ungkapan pikiran, perasaan, dan tingkah laku serta hasil kelakuannya. Adapun
istilah humanities yang dielaskan sebelumnya berasal dari bahasa latin humnus yang
artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari ini, diharapkan seseorang
akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.

Pengertian Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)

Dengan adanya integrasi antara Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu Budaya Dasar
(IBD) dikenal istilah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD). Ilmu Sosial Budaya Dasar
merupakan ilmu yang memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep
budaya kepada manusia sehingga mampu mengkaji masalah sosial dan budaya secara arif
dan memiliki sikap peka, kritis, dan tanggap serta berempati atas solusi pemecahan

2
masalah sosial dan budaya. Ilmu Sosial Budaya Dasar sebagai kajian masalah
sosial,kemanusiaan dan budaya sekaligus memberi dasar yang bersumber dari dasar-dasar
ilmu soisal dan budaya yang terintegrasi. Ilmu Sosial Budaya Dasar bukanlah ilmu yg
berdiri sendiri, melainkan suatu pengetahuan terkait aspek-aspek yang paling dasar dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya dan masalah-masalah yang
terwujud padanya. Ilmu Sosial Budaya Dasar bukan hanya ilmu tentang sosial atau ilmu
tentang budaya saja, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah- masalah sosial
manusia dan kebudayaannya.

Adapun konsep Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yakni sebagai berikut :

1. Manusia dan Cinta Kasih


Seorang yang mempunyai cinta mendalam pada sesuatu maka akan diungkapkan
kasih sayangnya dengan perilaku. Cinta kasih tercipta dengan sempurna apabila kedua
belah pihak sama-sama saling menerima dan memberi. Unsur-unsur dasar cinta antara
lain :
a. Pengasuhan, contohnya seorang ibu mengasuh anaknya dengan tulus.
b. Tanggung jawab, contohnya suatu tindakan yang benar-benar berdasarkan
sukarela.
c. Perhatian, contohnya suatu perbuatan yang yang bertujuan untuk
mengembangkan pribadiorang lain agar mau membuka diri.
d. Pengenalan, contohnya keinginan mengetahui rahasia orang lain.

Apabila terdapat satu kesatuan dari unsur-unsur tersebut maka akan tercipta
keserasian, keseimbangan, dan kedamaian. Pengurangan nilai kemanusiaan
(dehumanisasi) disebabkan karena pada diri manusia tersebut tidak terdapat dasar agama,
nilai, moral, dan norma dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Macam-macam cinta :
a. Agaphe (Yunani) : Manusia dengan Tuhan
b. Philia : Orang tua dengan Anak (dalam keluarga)
c. Eros (bisa dinalar)/ Amor (tidak bisa dinalar) : Antar lawan jenis
d. Agaphe + Philia : Antar sesama manusia, antar manusia – lingkungan

3
Tingkatan cinta :
a. Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah, rasulullah dan berjihad di jalan
Allah.
b. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami.
c. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga,
kerabat,harta dan tempat tinggal.
2. Manusia dan Keindahan
Keindahan merupakan sesuatu yang menyenangkan bila dilihat, mengandung hal
baik, disusun teratur dan estetik yang dapat dilihat emlalui persepsi penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Manusia tidak hanya penerima keindahan (pasif), tetapi juga
pencipta keindahan bagi kehidupan. Sifat-sifat umum keindahan yaiu unity (kesatuan),
balance (keseimbangan), dan contrast (kebalikan). Perasaan keindahan mempunyai
watak yang tetap/ statis dan mempunyai ekspresidinamis (dipengaruhi keadaan
lingkungan). Selanjutnya, di kenal 2 istilah dalam keindahan yakni kontemplasi, yang
diartikan sebagai dasar untuk menciptakan sesuatu yang indah dan ekstasi yang
merupakan dasar untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah.

3. Manusia dan Penderitaan


Pengertian penderitaan yaitu berasal kata “dhra” yang berarti menahan atau
menanggung. Penderitaan merupakan keadaan yang berhubungan dengan rasa sakit dan
tak mengenangkan. Macam-macam penderitaan dibagi menjadi dua yaitu pertama,
disengaja, seperti puasa, bertapa, mati raga, menyakiti diri sendiri dan kedua, tidak
disengaja, seperti kelaparan, wabah, bencana, kecelakaan. Penderitaan dapat bersumber
dari akibat perbuatan manusia, akibat penyakit, akibat siksaan atau azab Tuhan.
Penderitaan mengandung rasa sakit (fisik, rohani, psikosomatis), siksaan (fisik/psikis),
dan neraka (akibat dosa). Adapun cara manusia menghadapi penderitaan ada dua yaitu
sikap postif dan negatif. Sikap positif contohnya ketabahan, penyesalan, pertobatan,
inisiatif, dan ber komunikasi dengan orang lain. Sedangkan sikap negatif misalnya seperti
agresi, regresi, fiksasi, proyeksi, identifikasi, narsisme, dan autisme.

4. Manusia dan Keadilan


Manusia dan keadilan diartikan sebagai kelayakan tindakan manusia yang mampu
mengendalikan diri dengan perasaan dan akalnya serta perlakuan terhadap hak yang sah.
Adapun pengertian hak merupakan wewenang moral untuk mengerjakan, memiliki,

4
menuntut, mempergunakan, dan meninggalkan sesuatu. Hal dibagi menjadi dua yaitu hak
objektif dan hak subjektif. Hak objektif merupakan sesuatu dimana orang mempunyai
hak atasnya. Sedangkan hak subjektif merupakan wewenang moral yang bukan kekuatan
dan dapat dihalangi oleh sesuatu kekuatan.
Berikut ini beberapa macam keadilan menurut para tokoh terdahulu seperti Plato,
Aristoteles dan Jhon Locke. Plato beranggapan bahwa keadilan terdiri dari keadilan
legal/moral (membayar pajak), keadilan distribusi (bila terlaksana apabila hal-hal yang
tidak sama diperlakukan tidak sama sedangkan hal-hal yang sama diperlakukan sama),
dan keadilan komutatif (berdasarkan ketertiban masyarakat). Sementara menurut
Aristoteles keadilan ada dua macam yaitu keadilan distributif dan keadilan komutatif.
Adapun menurut Jhon Locke, keadilan adalah hak asasi yaitu hak-hak alami yang dimiliki
sejak lahir dan keadilan merupakan kebutuhan naluri manusia. Hak asasi ada tiga antara
lain meliputi hak hidup, hak kebebasan /kemerdekaan, hak akan nilai. Adapun hak asasi
menurut PBB yaitu hak asasi pribadi, H.A. Ekonomi, perlakuan yang sama dalam hukum,
hak politik, hak memilih jenis dan jenjang kehidupan. Sementara itu, sifat yang lekat pada
manusia menurut Tomas Hobbes antara lain Competitio (menguasai manusia lain),
Defentio (mempertahankan diri), dan Gloria (dihormati & dipuji).

5. Manusia dan Pandangan Hidup


Manusia dan pandangan hidup diartikan sebagai tuntunan/pegangan yang diyakini
oleh individu yang memiliki kebenaran mutlak hanya berlaku untuk kelompok tertentu,
atau sangat relatif. Pandangan hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam.
Масаш-шасаш pandangan hidup yaitu : liberalisme (kebebasan), sosialisme
(menekankan pada perhatian masyarakat secara keseluruhan), komunisme (paham atau
ideologi (dalam bidang politik) yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels
yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya denagn hak
milik bersama yang dikontrol oleh Negara), religius (bersifat religi, keagamaan, atau yang
bersangkut paut dengan religi), serta sosio-religius (hubungan antara berbagai kesatuan
dalam masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh dengan berbagai sistem
agama, tingkat dan jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam berbagai masyarakat
dan sistem keagamaan yang berbeda atau memendang agama sebagai fenomena sosial).

5
Unsur-unsur pandangan hidup meliputi cita-cita, kebajikan, dan
keyakinan/kepercayaan. Cita-cita merupakan keinginan yang ada dalam hai seseorang,
diwujudkan dengan angan-angan, harapan, dan usaha. Sementara kebajikan merupakan
sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan, keuntungan, kemakmuran, dan
kebahagiaan. Kebajikan dapat bersumber dari rasa (berkehendak baik menghasilkan
kebajikan sementara berkehendak tidak baik kan menghasilkan kesengsaraan). Adapun
keyakinan terdiri dari tiga aliran yaitu aliran naturalism (hidup dihubungkan dengan
kekuatan tertinggi (alam), aliran intelektualisme (dasarnya adalah akal/logika), dan aliran
gabungan.

6. Manusia dan Tanggung Jawab serta Pengabdian


Manusia dan tanggung jawab diartikan sebagai kewajiban dalam melakukan tugas
tertentu sehingga harus ada kesanggupan. Dasar tanggung jawab adalah hakekat
keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau menjadi baik dan memeperoleh
kebahagiaan. Unsur-unsurnya meliputi kesadaran, kecintaan, keberanian. Macam-macam
tanggung jawab antara lain tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab
terhadap manusia /masyarakat, tanggung jawab terhadap lingkungan, dan tanggung jawab
terhadap Tuhan. Sementara itu, definisi untuk manusia dan pengabdian yakni perbuatan
baik berupa pikiran, pendapat, dan tenaga sebagai wujud kesetiaan. Pengabdian juga
diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau meperhamba diri kepada tugas yang
(dianggap) mulia.

7. Manusia dan Kegelisahan


Manusia dan kegelisahan memiliki pengertian yaitu suatu perasaan tidak tenteram
(hati maupun perbuatannya), tidak tenang, tidak sabar, cemas, dan khawatir dalam
tingkah laku. Macam-macam kegelisahan antara lain : kecemasan objektif (ada bahaya
eksternal yang nyata), kecemasan neurotic (ada bahaya naluriah contohnya penyesuaian
diri, phobia, rasa takut yang lain, demam panggung), dan kecemasan moral (bersifat
emosional contohnya iri, dengki, benci, takut, kurang PD, jijik).

Kegelisahan terdiri dari 3 aspek, meliputi :


a. Ketidakpastian : tidak dapat ditentukan, tanpa arah yang jelas, tanpa asal usul yang
jelas, biasanya tertuju pada status, nama baik dan martabat yang menyentuh nilai
kemanusiaan.

6
b. Keterasingan : tersisih, terpisah, dan terpencil, yang dikarenakan perilaku yang
tidak dapat diterima masyarakat, ada yang kurang pada dirinya sehingga sulit
menyesuaikan diri. Sementara sikap orang lain dapat berupa tidak simpati, tidak
mau berurusan, tidak mau mendekati, tidak mempedulikan, memboikot, bahkan
mengisolasi.
c. Kesepian : merasa tidak berteman, merasa tidak punya apa-apa, mengandung arti
psikologis yang berdampak pada perasaan khawatir, takut kehilangan, terancam
hak kodratinya, dan kegelisahan.
8. Manusia dan Harapan

Manusia dan harapan memiliki pengertian yaitu keinginan agar sesuatu terjadi.
Persamaan harapan dan cita-cita yaitu keduanya menyangkut masa depan, menginginkan
sesuatu lebih baik/meningkat. Berikut ini harapan/kebutuhan manusia menurut Abraham
Maslow : kelangsungan hidup (survival), keamanan (safety), hak dan kewajiban
mencintai & dicintai (be loving and love), diakui lingkungan (status), dan perwujudan
cita-cita (self actualization). Ada 3 macam kepercayaan antara lain pada diri sendiri
dimana kepercayaan ini sama dengan hakikatnya percaya pada Tuhan, kepercayaan pada
orang lain / masyarakat, dan kepercayaan pada Tuhan. Sementara itu, ada pula 3 teori
kebenaran menurut Dr. Yuyun Suriasumantri :
a. Teori koherensi/konsistensi, suatu pernyataan dianggap benar bila
konsistendengan peryataan sebelumnya yang dianggap benar.
b. Teori korespondensi, suatu pernyataan benar bila materi bila materi pengetahuan
yang dikandung dalam pernyataan itu berhubungan dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut.
c. Teori pragmatis, suatu pernytaan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
9. Manusia dan Keragaman serta Kesederajatan
Struktur masyarakat Indonesia majemuk dan dinamis, ditandai keragaman suku
bangsa, agama dan kebudayaan. Keragaman disisi lain membanggakan, dan sisi lain
mengandung potensi masalah konflik. Keragaman bisa diatasi dengan semangat
pluralisme, keterbukaan dan mengembangkan kesederajatan.

10. Manusia dan Sains & Teknologi

7
Sains dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan
(discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa.
Kegunaan nyata IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma dan
hukum yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa
IPTEK mencermikan keterbelakangan.
11. Manusia dan Lingkungan
Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan
lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Bagaimana manusia mensikapi dan
mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan
kebudayaan.

Selanjutnya, untuk tujuan dari Ilmu Sosial Budaya Dasar, dapat kita tinjau terlebih
dahulu dari tujuan Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar. Tujuan Ilmu Sosial Dasar
adalah untuk membantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa
agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari
sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam
menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia- manusia lain
terhadap manusia yang bersangkutan secara timbal balik. Sementara Tujuan Ilmu Budaya
Dasar adalah mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas
wawasan pemikiran dan kemampuan kritikal terhadap masalah-masalah budaya sehingga
daya tangkap, persepsi, dan penalaran budaya mahasiswa menjadi halus dan manusiawi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Ilmu Sosial Budaya Dasar yaitu:

Tujuan umum ISBD :


1. Pengembangan kepribadian manusia sebagai manusia mahluk sosial dan mahluk
budaya.

2. Kemampuan menanggapi secara kritis dan berwawasan luas masalah sosial budaya dan
masalah lingkungan sosial budaya.

3. Kemampuan menyelesaikan secara halus, arif dan manusiawi masalah-masalah tsb.

Tujuan khusus ISBD :


1. Mempertajam kepekaan terhadap sosial budaya dan lingkungan sosial budaya terutama
untuk kepentingan profesi.

8
2. Memperluas pandangan tentang masalah sosial budaya dan masalah kemanusiaan serta
mengembangkan kemampuan daya kritis terhadap kedua masalah tersebut.

3. Menghasilkan calon pemimpin bangsa dan negara yang tidak bersifat kedaerahan dan
tidak terkotak-kotak oleh disiplin ilmu yang ketat dalam menanggapi dan menangani
masalah dan nilai-nilai dalam lingkungan sosial budaya.

4. Meningkatkan kesadaran terhadap nilai manusia dan kehidupan manusiawi.

5. Membina kemampuan berpikir dan bertindak objektif untuk menangkal pengaruh


negatif yang dapat merusak lingkungan sosial budaya.

6. Mengembangkan kesadaran mahasiswa untuk menguasai pengetahuan tentang


keragaman dan kesetaraan manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.

7. Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif pada mahasiswa dalam memahami dan
memecahkan masalah sosial-budaya dengan landasan nilai estetika, etika, moral, dan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat.

8. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada
mahasiswa sebagai bekal hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahluk sosial yang
beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademis dan keahliannya.

9
Artikel 2

PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-


FAKTOR PENYEBABNYA

Pengertian Perubahan Sosial

Sosial adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung


nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan, dan solidaritas. Aspek sosial di Indonesia
meliputi aspek kebudayaan, norma, dan nilai-nilai budaya. Adapun faktor yang
mempengaruhi aspek sosial di Indonesia yaitu faktor internal (demografis, penemuan
baru, serta konflik internal) dan faktor eksternal (lingkungan alam, unsur kebudayaan,
dan peperangan). Perubahan sosial merupakan bagian dari proses perkembangan
masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang memengaruhu sistem sosial masyarakat,
termasuk nilai-niai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok. Perubahan
sosial dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif perubahan
sosial antara lain perkembangan teknologi dan pendidikan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sedangkan dampak negatif dari peruahan sosial misalnya
konsumerisme, hedonisme, dan westernisasi.

Masyarakat yang dinamis cenderung mengalami perubahan dari waktu ke waktu.


Perubahan yang terjadi dalam masyarakat menciptakan berbagai gejala sosial dalam
masyarakat. Manusia senantiasa melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan sosial. Sebuah perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan
sosial apabila memengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan sosial juga mengubah
unsur materiel dan imateriel dalam masyarkat. Perubahan pada unsur materiel merupakan
perubahan yang terjadi secara kasatmata. Sementara itu, perubahan sosial pada unsur
imateriel terjadi pada pola pikir, nilai dan norma sosial dalam masyarakat.

Pengertian Perubahan Budaya

Budaya adalah sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta
rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan
pendukung penggerak kehidupan. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis

10
manusia, lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah. Dalam setiap
kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing
(local genuis). Local genuis itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk
menetralisir pengaruh negatif budaya asing. Kebudayaan nasional yang merupakan hasil
(resultante) interaksi dari budaya-budaya suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar)
yang kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya harus
berjalan secara wajar dan alamiah tanpa unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap
budaya lainnya. Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan
Indonesia. Identitas bangsa Indonesia adalah manusia dan masyarakat yang memiliki
sifat-sifat dasar yaitu religious, kekeluargaan, hidup serba selaras dan kerakyatan.

Secara umum, perubahan kebudayaan merupakan perubahan dalam sistem yang


menyangkut ide dalam kehidupan masyarakat. Perubahan kebudayaan juga dapat
dikatakan sebagai terjadinya kondisi ketidaksesuaian antar unsur-unsur budaya yang ada
dan akhirnya menciptakan keadaan yang tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan budaya
sebenarnya lebih mengacu pada sebuah perubahan dalam proses tata sosial dalam
masyarakat. Beberapa perubahan budaya ini termasuk juga perubahan dalam lingkungan,
lembaga, perilaku dan juga hubungan sosial. Selain itu, perubahan budaya juga bisa
mengacu pada gagasan untuk sebuah kemajuan sosial dan juga evolusi sosial dan budaya.
Perubahan budaya sendiri biasanya dapat berlangsung dengan sangat cepat ataupun
lambat dan umumnya sangat tidak bisa disadari oleh masyarakat dalam sebuah negara.
Karena hanya beberapa orang yang mengetahuinya ketika orang tersebut mulai
membandingkan kehidupan sosial di masa lalu dan masa saat ini. Perubahan budaya
dalam kehidupan masyarakat biasanya dapat terjadi masyarakat itu sendiri menginginkan
sebuah perubahan.

Pengertian Perubahan Sosial dan Budaya

Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahinya struktur sosial


dan pola budaya dalam suatu masyarakat Perubahan ini merupakan gejala umum yang
terjadi di sepanjang masa dalam setiap masyarakat dan terjadi sesuai dengan hakikat dan
sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan
bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

11
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor, diantaranya komunikasi
cara dan pola pikir masyarakat, faktor internal seperti perubahan jumlah penduduk,
penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi, dan faktor eksternal seperti bencana
alam, perubahan iklim, peperangan dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Sedangkan faktor yang menghambat terjadinya perubahan yaitu kurang intensifnya
hubungan komunikasi dengan masyarakat lain, perkembangan IPTEK yang lambat, sifat
masyarakat yang sangat tradisional, adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat
dalam masyarakat, prasangka negatif terhadap hal baru, rasa takut jika terjadi kegoyahan,
hambatan ideologis dan pengaruh adat atau kebiasaan.

Hakikat perubahan sosial budaya yaitu manusia memiliki kebutuhan yang tidak
terbatas dalam kehidupan seperti :
a. Peralatan dan perlengkapan hidup, yaitu mencakup pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat produksi dan transportasi. Contoh, pada zaman nenek
moyang kita memasak makanan dengan cara membakarnya, pada zaman sekarang
(zaman modern) memasak makanan menggunakan alat modern seperti oven atau
membeli makanan yang diawetkan.
b. Mata pencaharian, seperti dalam system ekonomi meliputi pertanian, peternakan
dan sistem produksi, sebagai contoh, kaum laki-laki bekerja dengan cara berburu
atau pekerjaan lainnya. Sedangkan kaum perempuan tinggal dirumah mengurus
rumah tangga dan mengasuh anak. Tetapi sekarang kaum perempuan dapat juga
bekerja seperti pencaharian untuk kaum laki-laki.
c. Sistem kemasyarakatan, mencangkup sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum dan sistem perkawinan. Sebagai contohnya, pada masa kehidupan
belum begitu kompleks orang-orang yang ada ikatan darah atau keluarga selalu
hidup bersama dalam satu rumah. Saat ini ikatan masyarakat tidak hanya
berdasarkan hubungan kekerabatan, tetapi juga karena profesi, dan hobi yang
sama, seperti ikatan motor gede (MOGE), dll.
d. Bahasa, dahulu disampaikan secara lisan, sekarang bahasa dapat disampaikan
melalui beragam media, seperti tulisan, sandi dan sebagainya.
e. Kesenian, mencakup seni rupa, seni suara, dan seni tari. Sebagai contoh, orang
jawa menganggap bahwa rumahnyalah yang indah jika bernuansa gelap, sekarang
masyarakat jawa banyak menyukai rumah yang bernuansa terang /pastel.

12
f. Sistem pengetahuan, berkaitan dengan teknologi. Contohnya, dahulu orang-orang
berpedoman pada alam atau peristiwa alam. Tetapi sekarang orang-orang lebih
cenderung menggunakan alat-alat modern,seiringnya berkembangnya
pengetahuan dan teknologi.
g. Religi/keyakinan, contohnya meyakini tentang adanya roh halus (roh leluhur)
yang dapat dipercaya, namun sekarang manusia lebih berpikir logis dengan akal.

Perubahan-perubahan di atas sering disebut sebagai perubahan social dan


perubahan budaya, karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan,
meskipun demikian perubahan sosial dan budaya sebenarnya terdapat perbedaan. Ada
yang berpendapat bahwa perubahan sosial dapat diartikan sebagai sebuah transformasi
budaya dan institusi sosial yang merupakan hasil dari proses yang berlangsung terus-
menerus dan memberikan kesan positif atau negatif.

Perubahan sosial di definisikan sebagai perubahan struktur dan fungsi sosial yang
berkaitan. erat dengan perubahan kebudayaan. Max Weber berpendapat bahwa perubahan
sosial budaya adalah perubatan situasi dalam masyarakatsebagai akibat adanya
ketidaksesuaian unsur-unsur. Adapun karakteristik perubahan sosial budaya sbb:
a. Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti, tetapi selalu mengalami
perubahan.
b. Perubahan pada lembaga kemasyarakatan dikuti perubahan pada lembaga sosial.
c. Perubahan yang cepat mengakibatkan kekacauan, tetapi orang akan berusaha
untuk menyesuaikan diri.
d. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja.

Adapun bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan diantaranya sebagai


berikut :
a. Perubahan evolusi dan revolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan sosial yang terjadi pada proses yang lambat
dan memakan waktu cukup lama. Sedangkan perubahan revolusi adalah perubahan yang
berlangsung cepat dan tidak direncanakan sebelumnya.

b. Perubahan yang dikehendaki & tidak dikehendaki


Perubahan dikehendaki (direncanakan), terjadi karena adanya perkiraan atau
perencanaan oleh pihak yang menghendaki perubahan (agent of change). Sedangkan

13
perubahan yang tidak dikehendaki (tidak direncanakan) berlangsung di luar kehendak dan
pengawasan masyarakat.

c. Perubahan kecil dan besar


Perubahan kecil terjadi pada unsur & struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Sedangkan perubahan besar terjadi pada
unsur struktur sosial yang memberi pengaruh atau berarti bagi masyarakat.

Berikut ini faktor penyebab terjadinya perubahan sosial budaya :


1. Perubahan dari dalam masyarakat (internal) :
a. Perubahan penduduk
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang dikarenakan bertambah
dan berkurangnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan
perubahan pada tempat tinggal. Dimana tempat tinggal yang semulanya terpusat
pada lingkungan kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan.
Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya.
Contohnya pada perubahan penduduk dalam program transmigrasi dan urbanisasi.
b. Pemberontakan atau revolusi
Pemberontakan akan menyebabkan perubahan sosial budaya, contohnya
pemberontakan G 30 S/PKI. Pemberontakan G 30 S/PKI pada tahun 1965
membawa perubahan terutama dalam sistem politik Indonesia sehingga
dilarangnya ajaran komunis di Indonesia. Pelarangan ajaran komunis di Indonesia
ini disebabkan karena tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang menjadikan
dasar hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
c. Peranan nilai yang diubah
Perubahan juga dapat disebabkan berubahnya perana nilai di masyarakat.
Misalnya, sosialisasi program keluarga berencana mampu untuk menghambat
pertambahan penduduk. Contohnya sebelum ada program keluarga berencana dari
pemerintah, masyarakat yang sudah berkeluarga akan terlihat cenderung
meningkatkan mempunyai anak banyak, namun setelah ada sosialisasi program
keluarga berencana masyarakat tumbuh kesadaran untuk membatasi kelahiran
anak demi masa depan dan kesejateraan anak itu sendiri.
d. Peranan tokoh karismatik

14
Tokoh kharismatik adalah tokoh yang disegani, dihormati dan diteladani
oleh masyarakat. Peranan tokoh kharismatik membawa pengaruh dalam
perubahan kehidupan masyarakat. Misalnya, Soekarno sebagai presiden RI
memiliki kharismatik dihadapan rakyat karena keahliannya dapat berpidato
dengan baik.
e. Penemuan baru
Adanya penemuan baru dalam kehidupan masyarakat baik itu berupa ilmu
pengetahuan maupun teknologi mempengaruhi dan membawa perubahan dalam
masyarakat. Penemuan mobil misalnya, penemuan tersebut akan membawa
perubahan kebudayaan dan sosial masyarakat. Dalam masyarakat akan terbentuk
status social / berdasarkan harta (mobil) yang dimiliki, orang yang tidak memiliki
mobil bisa dianggap status sosialnya lebih rendah dibandingkan dengan orang
yang memiliki mobil. Selanjutnya, orang yang memiliki sebuah mobil bisa
dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan orang yang memiliki lebih dari satu
mobil.
2. Perubahan dari luar masyarakat (eksternal) :
a. Pengaruh lingkungan alam
Pengaruh lingkungan alam sangat berpengaruh dalam terjadinya perubahan sosial
budaya. Misalnya, tanah yang subur dapat berguna untuk lahan pertanian sehingga
masyarakat di daerah tersebut memiliki usaha sebagai petani. Kebudayaan di tanah
suburpun tidak lepas dari kehidupan sosial sebagai petani sehingga kebudayaan tetap
akan berhubungan dengan bidang pertanian.

b. Kebudayaan masyarakat lain


Kontak kebudayaan antar masyarakat mempunyai dampak yang positif dan
negatif. Contohnya, kontak kebudayaan bangsa Indonesia dengan bangsa Barat (Eropa).
Pengaruh positif berupa transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan pengaruh
negatif berupa pola hidup kebarat-baratan (westernis) sekelompok anak muda.

c. Ререгаngan
Peperangan akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah aspek
kehidupan masyarakat. Misalnya, perang Irak yang membawa derita dan trauma
berkepanjangan bagi rakyat Irak.

15
Perubahan sosial dalam masyarakat dapat terjadi karena adanya faktor
pendorong/faktor penyebab perubahan sosial dalam masyarakat, antara lain sebagai
berikut :
Adapun faktor pendorong perubahan sosial budaya antara lain sebagai berikut:
a. Timbunan kebudayaan dan penemuan baru
Kebudayaan dalam masyarakat selalu mengalami penimbunan dan penumpukan,
yaitu budaya masyarakat semakin beragam dan bertambah. Bertambah dan beragamnya
budaya ini umumnya disebabkan oleh adanya penemuan baru dalam masyarakat.
b. Kontak dengan kebudayaan luar
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi adalah
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dengan
proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baru yang
telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua masyarakat, hingga
seluruh masyarakat akan dapat merasakan manfaatnya. Proses difusi dapat menyebabkan
lancarnya proses perubahan, karena difusi mampu memperkaya dan menambah unsur-
unsur kebudayaan yang seringkali memerlukan perubahan – perubahan dalam setiap
lembaga – lembaga kemasyarakatan, yang lama dengan yang baru.
c. Perubahan jumlah penduduk
Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk suatu daerah mengakibatkan
perubahan struktur masyarakat terutama lembaga kemasyarakatannya.
d. Pertentangan atau konflik
Pertentangan yang terjadi dalam masyarakat karena kemajemukan menyebabkan
perubahan sosial. Dalam masyarakat yang heterogen, sifat individualistis masih lekat
sehingga satu sama lainnya tidak memiliki hubungan yang dekat. Padahal sumber
kebutuhan semakin terbatas. Persaingan yang terjadi untuk memperebutkan segala
sumber kebutuhan mendorong masyarakat untuk berkreasi menciptakan alternatif
pemenuhan sumber kebutuhan.
e. Terjadi pemberontakan atau revolusi
Perubahan sosial budaya dapat bersumber dari luar masyarakat itu sendiri,
diantaranya yang berasal dari lingkungan alam fisik di sekitar manusia, seperti bencana
alam dan peperangan.

16
f. Sistem terbuka lapisan masyarakat
Sistem lapisan masyarakat yang terbuka, seseorang dapat melakukan pergerakan
dari lapisan bawah ke atas maupun sebaliknya. Masyarakat dengan sistem lapisan yang
terbuka cenderung lebih mudah mengalami perubahan dari pada dengan sistem lapisan
tertutup. Masyarakat akan selalu cenderung memberikan kesempatan berkarya bagi
manusia - manusia yang potensial.

g. Sifat menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju


Sikap masyarakat yang mau menghargai hasil karya orang lain akan membuat
orang terdorong untuk melakukan penelitian. Dengan demikian itu semua akan
menghasilkan sebuah karya yang berguna bagi masyarakat.

h. Sistem pendidikan formal yang maju


Kualitas pendidikan yang tinggi maupun mengubah pola pikir. Masyarakat yang
memiliki pendidikan tinggi akan lebih rasional dalam berpikir dan bertindak.

i. Orientasi ke masa depan


Keinginan untuk memperoleh masa depan yang lebih baik akan mendorong
perubahan sosial budaya masyarakat.

j. Akulturasi
Akulturasi merupakan pertemuan dua kebudayaan dari bangsa yang berbeda dan
saling mempengaruhi. Peroses akulturasi berlangsung lama dan terus- menerus. Proses
ini berkaitan pada perpaduan kebudayaan sehingga pola budaya semua akan berubah.

k. Asimilasi
Definisi asimilasi adalah perpaduan dua kebudayaan yang berbeda secara
berangsur-angsur berkembang sehingga memunculkan budaya baru.

l. Sikap Toleransi terhadap perbuatan- perbuatan yang menyimpang (deviation)


Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu
akan melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan
oleh masyarakat.

m. Adanya penduduk yang heterogen


Terdapatnya penduduk yang memiliki latar belakang kelompok-kelompok sosial
yang berbeda-beda, misalnya ideologi, ras yang berbeda akan mudah menyulut terjadinya

17
konflik. Terjadinya konflik ini akan dapat menjadi pendorong perubahan-perubahan
sosial di dalam masyarakat.
n. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang
panjang, juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.

Perubahan sosial dapat juga terhambat oleh faktor-faktor berikut ini :


a. Perkembangan IPTEK terhambat
Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat
tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh masyarakat lain.

b. Sikap masyarakat tradisional


Adanya suatu sikap yang selalu membanggakan dan mempertahankan tradisi -
tradisi lama dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan.
Karena adanya anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih baik dari
yang sudah ada.

c. Ada kepentingan dan keyakinan yang tertanam kuat (vested interest)


Organisasi sosial yang telah mengenal sistem lapisan dapat dipastikan akan ada
sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan tersebut.
Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami
transisi. Pada masyarakat yang mengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan
dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu
mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa- jasanya, sulit bagi mereka untuk
melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

d. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain


e. Rasa takut adanya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f. Hubungan yang bersifat ideologis
g. Adat dan kebiasaan
h. Prasangka terhadap hal baru dan menilai bahwa hidup ini buruk, susah, dan tidak
mungkin diperbaiki.
i. Adanya sikap pasrah dalam menghadapi kehidupan
j. Kemiskinan

18
Perubahan sosial budaya ternyata juga memberikan dampak, baik itu dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak positif dapat kita lihat dari terjadinya perubahan
yang positif karena masyarakat mampu menyesuaikan diri (adjustment & integrasi).
Sedangkan dampak negatif dari perubahan ini adalah menimbulkan ketidakmampuan
menyesuaikan diri sehingga menimbulkan disintegrasi. Adapun yang harus dilakukan
dalam menghadapi perubahan sosial budaya ini antara lain mengambil pengaruh positif
budaya Barat (seperti disiplin, kerja keras, dan rajin), membentengi diri dengan ilmu
agama, serta mengenal dan mencintai kebudayaan sendiri.

Jadi, perubahan sosial dan kebudayaan merupakan suatu hal yang pasti terjadi di
dalam masyarakat. Perubahan ini didukung oleh faktor internal dan eksternal. Akan
tetapi, dapat juga dihambat oleh faktor internal dan eksternal lainnya seperti yang telah
disebutkan di atas.

19
Artikel 3

TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI


SOSIAL

Teori Kebudayaan

Teori kebudayaan merupakan usaha konseptual untuk memahami bagaimana


manusia menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya dalam
kelompok, mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan alam dan
memelihara keseimbangannya dengan dunia supranatural. Teori kebudayaan disebut juga
usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan, untuk memahami pertalian antara data
dengan manusia dan kelompok manusia yang mewujudkan data itu. Jika kita menilik
tentang teori kebudayaan, maka kita tidak bisa lepas dari bagaimana teori tersebut
memandang kebudayaan. Kebudayaan menurut teori kebudayaan sebagai, (a) sistem
adaptasi terhadap lingkungan, (b) Sistem tanda / simbol, (c) Teks, baik memahami pola-
pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana tekstual, maupun mengkaji hasil
proses interpretasi teks sebagai produk kebudayaan, (d) Fenomena yang mempunyai
struktur dan fungsi, (e) Dipandang dari sudut filsafat.

Mengkaji kebudayaan tidak dapat terlepas dari data yang dapat dikategorikan ke
dalam 5 Jenis, yaitu (a) artefak, (b) perilaku kinetis yang digerakkan oleh otot manusia,
(c) perilaku verbal yang mewujudkan diri ke dalam 2 bentuk, yaitu (d) tuturan yang terdiri
dari bunyi bahasa dan (e) teks yang terdiri atas tanda-tanda visual. Semua objek dari
kajian Teori Kebudayaan memperlihatkan tata susunan atau pola keteraturan tertentu
yang dijadikan dasar untuk memperlakukan hal-hal itu sebagai data yang bermakna
karena merupakan hasil kegiatan manusia sebagai makhluk yang terikat pada kelompok
/ kolektiva dan karena keterikatan itu mewujudkan kebermaknaan itu. Berikut ini teori -
teori kebudayaan :

1. Budaya sebagai Sistem Adaptif


Salah satu perkembangan penting dalam teori kultural berasal dari aliran yang
meninjau kebudayaan dari sudut pandang evolusionari. Satu jembatan antara kajian
tentang evolusi makhluk hominid dan kajian tentang kehidupan sosial manusia telah

20
membawa kita kepada pandangan yang lebih jelas bahwa pola bentuk biologis tubuh
manusia adalah "open-ended", dan mengakui bahwa cara penyempurnaan dan
penyesuaiannya melalui proses pembelajaran kultural (culture learning) memungkinkan
manusia untuk membentuk dan mengembangkan kehidupan dalam lingkungan ekologi
tertentu Penerapan satu model evolusionari seleksi alam atas dasar biologis terhadap
bangunan kultural telah membuat ahli-ahli antropologi bertanya dengan kearifan yang
semakin tinggi, bagaimana cara komuniti manusia mengembangkan pola-pola kultural
tertentu.

Berdasarkan pembahasan tentang pentingnya dan tentang saling keterkaitan


antara komponen biologis dan komponen kultural dalam tingkah laku manusia didapat
kesimpulan yaitu pertama, setiap pemikiran bahwa apabila kita menguliti lapisan
konvensi kultural maka pada akhirnya kita akan menemukan primal man dan keadaan
manusia yang bugil di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril dan berbahaya. Kita
memerlukan satu model interaksional yang kompleks bukan satu pelapisan yang
sederhana. Kedua, baik determinisme ekologis maupun kultural yang ekstrem sekarang
dapat didukung oleh kepercayaan dan ideologi, tetapi tidak oleh ilmu pengetahuan yang
arif bijaksana.

2. Teori Teori Ideasional Mengenai Budaya


Berlawanan dengan teori adaptasi tentang budaya, terdapat teori yang melihat
budaya sebagai sistem ideasional. Ada 3 cara yang khas dalam mendekati budaya sebagai
sistem gagasan (ide) :

a. Budaya sebagai Sistem Kognitif


Salah satu tema besar pada is tahun terakhir adalah tentang kemunculan satu
antropologi kognitif yang eksplisit (juga disebut "etnografi baru", "ethno-science"
"ethnographic semantics"). Dalam praktiknya, "etnografi baru" ini pada dasarnya adalah
satu pengkajian terhadap sistem klasifikasi penduduk setempat (folk classification). Di
luar metode "pengumpulan kupu-kupu" ini, juga telah muncul satu pandangan baru dan
penting terhadap budaya, yaitu budaya sebagai cognition (pengetahuan).

Analisis budaya sebagai sistem kognitif tidak berkembang terlampau jauh di luar
usaha pemetaan terhadap daerah-daerah semantik yang teikat secara terbatas dan ketat.
Usaha penting untuk merumuskan pengetahuan kultural yang diperlukan untuk

21
peningkatan penampilan atau mengoperasikan nya dalam situasi sosial tertentu telah
dilakukan oleh Frake, Metzger dan Williams, Wallace, Spradley, Agor, dll. Namun
demikian, adalah mengesankan untuk dilihat kembali bahwa optimisme penyebaran
antropologi kognitif pada mula-mula ternyata pada akhirnya hanya menghasilkan
beberapa kepingan karangan deskripsi kultural saja. Lebih jauh, antropologi kognitif
bahkan hanya menghasilkan beberapa sketsa tentatif tentang struktur dan organisasi
budaya sebagai sistem kognitif.

b. Budaya Sebagai Sistem Struktural


Di daratan Eropa, Levi-Strauss terus memperdalam pandangannya tentang dunia
simbolik manusia dan proses pikiran yang menghasilkan dunia simbolik ini. Pada
dasawarsa terakhir, pendekatan strukturalis ini telah memberi dampak yang kuat terhadap
banyak sarjana yang belajar di dalam tradisi Anglo-Amerika. Levi-Strauss memandang
budaya sebagai sistem simbolik yang dimiliki bersama, dan merupakan ciptaan pikiran
(creation of mind) secara kumulatif. Ia berusaha menemukan dalam penstrukturan bidang
kultural (mitologi, kesenian, kekerabatan, dan bahasa) prinsip-prinsip dari pikiran yang
menghasilkan budaya itu. Kondisi material dari mata pencaharian hidup dan ekonomi
memberi kendala (bukan menentukan) bentuk dunia yang kita hidupi ini. Khusus dalam
mitologi, kondisi material tersebut membiarkan pemikiran tentang dunia berkuasa secara
bebas. Dunia fisik tempat manusia hidup memberikan bahan mentah yang diperdalam
lebih jauh oleh proses pemikiran yang universal ke dalam pola-pola yang jauh lebih
berbeda secara substantif tetapi sama secara formal. Karena itulah struktur pemikiran
tersebut lebih dipandang sebagai "Budaya" yaitu bersifat universal daripada "Sebuah
budaya" yang bersifat lokal.

c. Budaya Sebagai Sistem Simbolik


Jalan lain dalam membahas budaya / kebudayaan adalah dengan cara memandang
kebudayaan sebagai sistem makna dan simbol yang. dimiliki bersama. Levi-Strauss
menemukan kekhususan dalam kekayaan kehidupan manusia yang sesungguhnya; dalam
satu persabungan ayam, upacara kematian atau peristiwa pencurian biri-biri. Bahan
analisisnya bukanlah mitologi atau adat istiadat yang terlepas dari konteks akar
masyarakatnya. Bahan tersebut terikat dengan manusia-manusia di dalam tingkah laku
simbolik mereka.

22
Tokoh lain yakni Geertz menganggap pandangannya tentang budaya adalah
semiotic. Mempelajari budaya berarti mempelajari aturan-aturan makna yang dimiliki
bersama. Geertz menganggap satu kebudayaan sebagai "satu kumpulan teks". Karena itu,
antropologi merupakan satu usaha interpretation (penafsiran) bukan decipherment
(menguraikan dengan cara memerah-mecah). Dan penafsiran harus dikembangkan
menjadi deskripsi mendalam yang harus diikatkan secara mendalam ke dalam kekayaan
konteks kehidupan sosial.

3. Budaya dan Sistem Sosiokultural


Salah catu teknologi mata pencaharian hidup adalah juga merupakan bagian dari
satu "sistem sosiokultural", tetapi tidak secara tegas dikatakan sebagai bagian dari satu
"sistem kultural" (masyarakat dengan susunan strategi dan pengetahuan untuk hidup yang
sama, mungkin terutama adalah holtikulturalis dalam satu lingkungan dan terutama
nelayan dalam lingkungan yang lain, mungkim menanam taro pada satu sisi pegunungan
dan ayam pada sisi lain pegunungan tersebut, dst).

Apa yang dibicarakan ahli adaptasi kultural adalah dalam satu pengertian "sistem
- sosiokultural – dalam - lingkungan". Sistem inilah yg adaptif dan maladaptif dan
tergantung dalam beberapa hal pada seleksi alam. Pola-pola ideasional untuk hidup, pola-
pola makna dan sistem pengetahuan dan kepercayaan yang dimiliki bersama oleh
subsistem sangat penting dari "cara hidup dalam lingkungan". Yang terakhir ini adalah
sistem yang kompleks dalam pengertian cybernetic, dalam sirkuit - sirkuit yang kompleks
menghubungkan subsistem ekologi, demografi, ideasional dan lain-lain.

Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem


struktural, bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem mental yang
mengandung semua hal yang harus diketahui individu agar dapat berperilaku dan
bertindak sedemikian rupa sehingga dapat diterima dan dianggap wajar oleh sesama
warga masyarakatnya.

Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlepas dari peradaban. Berikut
Ini beberapa dimensi peradaban diantaranya adanya kehidupan kota yang berada pada
tingkat perkembangan lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan di daerah pedesaan
serta adanya pengendalian oleh masyarakat dari dorongan elementer manusia
dibandingkan dengan keadaan tidak terkendalinya atau pelampiasan dari dorongan-

23
dorongan itu. Selain menganggap corak kehidupan kota lebih maju dan lebih tinggi
daripada di desa, dalam pengertian peradaban terkandung pola suatu unsur keaktifan yang
menghendaki agar "kemajuan" itu wajib disebarkan ke masyarakat dengan tingkat
perkembangan yang lebih rendah, yang berada di daerah pedesaan yang terbelakang

Teori tentang Interaksi Sosial

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang sejak dilahirkan sudah
membutuhkan pergaulan dengan orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi
sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tak
akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah
belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan
semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang atau kelompok-kelompok manusia
bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama,
mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa
interaksi sosial adalah dasar proses sosial, dimana menunjuk pada hubungan-hubungan
sosial yang dinamis. Kedekatan suatu individu dengan individu, individu dengan
kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dapat menumbuhkan sebuah interaksi
sosial yang matang dan positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial,
pendidikan, dan budaya.

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan
yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam
masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri
dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan
dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-masing, maka proses sosial
itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan
sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang
lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat
berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Interaksi Sosial menurut menurut Shaw
merupakan suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan
perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing-masing perilaku
mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang dalam
suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi pasangannya dan

24
pada akhirnya mereka akan saling berperilaku satu sama lain untuk menunjukkan adanya
kegiatan timbal balik yang saling berhubungan.

Dalam sosiologi, interaksi sosial didefinisikan sebagai suatu aktivitas pertukaran


sosial antara dua atau lebih individu. Interaksi sosial dapat dilihat dari berbagai jenis
ukuran kelompok seperti, dua, tiga individu, atau kumpulan yang lebih besar lagi. Peran
interaksi sosial di aktivitas masyarakat begitu besar. Munculnya sosialisasi dalam
aktivitas sosial dipicu oleh adanya interaksi sosial. Selain itu, dengan adanya interaksi
sosial, suatu tatanan masyarakat yang dapat membentuk kepribadian setiap individu juga
akan terbentuk. Jadi, struktur masyarakat dan kedudayaan terbangun karena interaksi
sosial. Dengan berinteraksi satu sama lain, orang merancang aturan, institusi, dan sistem
tempat mereka hidup. Lewat interaksi sosial pula, simbol digunakan guna
mengomunikasikan kesadaran satu masyarakat kepada mereka yang baru mengenalnya,
baik anak-anak maupun orang asing.

Pembahasan terkait dengan interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead dan
Erving Goffman. Keduanya menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk aktivitas
individu yang dapat menjadi faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang. Kedua
sosiolog itu juga merumuskan teori tentang interaksi sosial, yakni Interaksionisme
Simbolik dan Dramaturgi.

1. Teori Interaksionisme Simbolik


Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead.
Menurut pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang
memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna yang dapat memicu adanya
interaksi sosial antarindividu. Contoh interaksionisme simbolik dalam aktivitas sehari-
hari yaitu ketika kita sedang melakukan aktivitas berbelanja di mana terdapat pelayan
yang menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita akan menempatkan
diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme simbolik pada contoh ini memberikan
makna atas suatu peran dan juga aktivitas pada setiap individu.

Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas


untuk berpikar dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi,
manusia mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas

25
menjadi berbeda dengan lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusiacara orang
memaknai untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda, misalnya kesuksesan
berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda Manusia
mampu memodifikasi atau mengubah making yang mereka gunakan dalam proses
interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna dan simbol dilakukan
dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya. Perbedaan pola
tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam masyarakat. Gagasan inti
dari teori ini yaitu pemikiran seseorang dibentuk oleh interaksi sosial. Tokoh yang
terkenal dari teori ini yakni Max Weber dan George Herbert Mead.
Max Weber mengungkapkan teori interaksionisme simbolis menjelaskan bahwa
individu bertindak sesuai dengan interpretasi mereka terhadap makna yang ada pada
dunia. Teori ini juga menjelaskan bahwa setiap orang memberikan makna pada simbol
yang kemudian mereka interpretasikan secara subjektif pada simbol tertentu. Teori ini
memberikan perspektif pada sosiolog untuk dapat mempertimbangkan keberadaan simbol
dan detail pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, bagaimana hal tersebut dapat membantu
orang untuk berinteraksi satu sama lain Dilihat dari level analisisnya, teori ini berada pada
tingkat mikro dengan melihat interaksi antarindividu satu sama lain.
Menurut Max Weber, sosiologi (ilmu sosial) adalah ilmu yang berhubungan
dengan pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial, dan dengan demikian
berhubungan dengan suatu penjelasan kausal mengenai arah dan konsekuensi tindakan
sosial itu. Pemahaman interpretatif merupakan terjemahan istilah Jerman yakni
"verstehen" yang dalam bahasa Jerman berarti memahami atau mengerti. Namun dalam
sosiologi, maknanya lebih mendalam "Verstehen" di artikan sebagai metode (cara)
mengumpulkan data atau informasi yang berhubungan dengan tindakan sosial. Misalnya,
ketika ingin meneliti masyarakat yang ada di Yogyakarta, maka yang diamati adalah
individu yang bertindak atau berinteraksi di tempat tersebut. Singkatnya, teori
interaksionisme simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia
membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori ini berfokus pada pentingnya
konsep dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi dengan individu lain.
2. Teori Dramaturgi
Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman,
interaksi sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi sosial ada dua jenis

26
kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan juga frontstage (depan panggung).
Teori Goffman menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki perbedaan pola
interaksi yang tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam kehidupan sehari-hari,
dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam kehidupan seorang Ayah. Saat
bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang bos yang akan bersikap tegas
kepada bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat di rumah dan menjadi figur ayah,
sosok itu mungkin akan lebih ramah dan bersahabat kepada anak-anaknya.

Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy dari kata “drama” yang berarti
seni atau teknik drama dalam bentuk teater. Pertama kali dipopulerkan oleh Aristoteles,
seorang filosof Yunani bahwa penampilan/drama- drama yang berakhir tragedi/tragis
ataupun kisah-kisah komedi. Menurut Govman (1959) Dramaturgi adalah sandiwara
kehidupan yang disajikan oleh manusia. Situasi dramatik yang seolah-olah terjadi diatas
panggung sebagai ilustrasi untuk menggambarkan individu-individu dan interaksi yang
dilakukan mereka dalam kehidupan sehari- hari. Secara ringkas dramaturgis merupakan
pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah
pentas.
Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial psikologis
dan sosiologi melalui bukunya, The Presentation of Self In Everyday Life. Buku tersebut
menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan
kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama
dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan
drama. Layaknya drama, aktor dramaturgi memperhitungkan setting, kostum,
penggunakan kata (dialog) dan tindakan nonverbal lain. Dalam dramaturgi kita dapat
menghayati peran menampilkan penampilan, kebiasaa sehingga dapat memberikan
feedback sesuai yang kita mau (manipulasi).

Dalam teori ini dikenal dua istilah yaitu front stage dan back stage. Kondisi akting
di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam
bagian pertunjukan. Kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya.
Sebaliknya, back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan
kondisi bahwa tidak ada penonton. Kita akan menampilkan kondisi kita yang apa adanya.
Pada dasarnya setiap orang akan melakukan Impression Management sesuai dengan apa
yang ia ingin ditampilkan di panggung depan, baik itu sangat berbanding terbalik dengan

27
kehidupan di panggung belakang atau hanya terdapat sedikit perbedaan dengan ia di
panggung belakang.

28
Artikel 4

HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN


KEMUNCULAN BUDAYA

Hierarki kebutuhan Maslow adalah teori psikologi yang diperkenalkan oleh


Abraham Maslow dalam makalahnya, "A Theory of Human Motivation", di Psychological
Review pada tahun 1943. Teori ini menjelaskan bahwa tiap individu akan mengupayakan
kebutuhannya berdasarkan hierarki kebutuhannya. Hierarki kebutuhan mulai dari yang
paling dasar yaitu kebutuhan primer meliputi pangan, papan, dan sandang. Jika kebutuhan
yang paling bawah/dasar belum terpenuhi, maka kebutuhan di atasnya akan cenderung
tidak akan terpenuhi.

Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi
terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa
beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan cenderung untuk mencoba
memuaskan dahaga. Individu dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-
minggu.Tetapi tanpa air, individu hanya dapat hidup selama beberapa hari saja karena
kebutuhan akan air lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.

Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan


dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan
tingkat kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan
akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow memberi hipotesis bahwa
setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan
memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi tetapi
kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan
yang sebelumnya. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong
oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi
perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi
masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi

29
pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang.
Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia.

Berikut ini analisis dan uraian tentang kemunculan budaya - budaya sesuai konsep
Teori Hierarki Kebutuhan – Maslow :
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs/Kebutuhan Fisik/Primer/Paling
Dasar)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada setiap orang
meliputi kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur, dan oksigen
(pangan, papan, sandang). Kebutuhan ini diperlukan untuk mempertahankan hidup secara
fisik. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari
teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan
lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Kebutuhan fisiologis berbeda dari
kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-
satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia
dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak
untuk makan akan hilang. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat
pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan
akan terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang
lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal
terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin
bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa
harus mencari-carinya lagi.

Pemenuhan kebutuhan fisiologis ini dapat kita lihat mulai dari zaman
purba/zaman nenek moyang kita terdahulu. Misalnya budaya mencari makan yang
mereka lakukan, kita kenal ada tiga cara, yaitu berburu, bercocok tanam, dan beternak.
Adapun budaya- budaya yang muncul akibat adanya kebutuhan ini pada masa sekarang
antara lain budaya untuk mengonsumsi makanan cepat saji, budaya nongkrong di cafe
untuk sekedar membeli minuman atau makanan-makanan ringan, budaya berlibur di hotel
/ penginapan jika ada waktu senggang, dll. Karena pada dasarnya, yang harus terpenuhi
lebih dulu adalah kebutuhan untuk makan minum dan tempat tinggal. Dewasa ini juga
banyak kita lihat munculnya cafe, kedai kopi, rumah makan, hotel, penginapan, dan masih
banyak lagi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis / dasar para pelanggan.

30
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
Kebutuhan ini meliputi rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan
dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti kriminalitas, perang, terorisme,
penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam serta kebutuhan secara
psikis yaitu tidak diejek, tidak direndahkan, tidak stress, dll. Kebutuhan akan rasa aman
berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.
Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor,
kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain. Menurut Maslow, orang-orang yang
tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan
bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak
aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan
berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
diharapkannya.Contoh sederhana adanya kebutuhan ini yaitu pada kebutuhan papan,
mulai dipasangkan tembok keliling dan CCTV.

Adapun budaya yang muncul akibat adanya kebutuhan ini yaitu misalnya ketika
berada di perpustakaan ada larangan untuk tidak berisik/rebut, di kampus atau sekolah-
sekolah tertentu disediakan loker khusus untuk menyimpan barang, para pejabat atau
orang penting hampir semua memiliki pengawal (bodyguard), misalnya presiden. Selain
itu, untuk menghindari bencana alam seperti banjir, masyarakat cenderung membangun
rumah yang bertingkat (lantai 2), dan untuk menghindari gempa bumi, masyarakat
membangun rumah dengan kekuatan/kekokohan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
masyarakat yang jarang terjadi bencana alam tersebut seperti banjir atau gempa bumi.

3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki & Kasih Sayang (Social Needs)


Kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia
dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Kebutuhan ini bersifat psikologis, misalnya
diakui sebagai anggota, diajak berpartisipasi, berkunjung ke tetangga, peka dengan
kesendirian, dll. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih
mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Maslow juga mengatakan bahwa
kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus
memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.
Adapun budaya yang muncul akibat adanya kebutuhan ini yaitu masyarakat cenderung
ingin terlibat dalam sebuah organisasi dan berpartisipasi dalam sebuah acara yang akan

31
diadakan organisasi tersebut. Selain itu, masyarakat terutama remaja hampir semua
memiliki seorang sahabat sebagai tempat berbagi cerita dan tak jarang juga memiliki
seorang kekasih / orang yang spesial. Untuk memenuhi kebutuhan cinta dan kasih sayang
muncul budaya pernikahan di tengah masyarakat.

4. Kebutuhan Akan Perghargaan (Esteem Needs)


Kebutuhan selanjutnya yaitu manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan
egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise. Ada 2 kebutuhan akan
penghargaan yaitu yang lebih rendah meliputi kebutuhan untuk menghormati orang lain,
seperti kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi,
apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Yang kedua yaitu yang lebih tinggi meliputi harga
diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan
kebebasan. Contoh sederhana adanya kebutuhan ini yaitu pada kebutuhan papan, tembok
keliling dipasangkan batu alam atau hiasan lainnya, semata-mata untuk mendapat
penghargaan dari orang lain. Adapun budaya yang muncul akibat kebutuhan ini yaitu
munculnya / banyaknya perlombaan-perlombaan yang menguji baik akademik maupun
non akademik. Perlombaan ini akan dikuti oleh masyarakat untuk mendapatkan sebuah
prestasi dan diakui oleh masyarakat lain / orang-orang di sekitarnya. Penghargaan dapat
berupa materiil maupun non materiil seperti piagam / sertifikat.

5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)


Tingkatan terakhir dari kebutuhan manusia yaitu aktualisasi diri yang diartikan
sebagai kebutuhan untuk membuktikan diri dan menunjukkan dirinya kepada orang lain.
Pada tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimalkan mungkin segala potensi yang
dimiliki. Aktualisasi adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya
sendiri, untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dapat
dilakukan dan untuk menjadi kreatif dan bebas menjadi / mencapai puncak potensinya. .
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi
melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan
kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri,
menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan
untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan
tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda memiliki

32
pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan
harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.

Adapun budaya yang muncul akibat kebutuhan ini yaitu budaya untuk
menciptakan hal-hal yang baru sehingga pencapaiannya tersebut dapat dilihat oleh orang
lain dan diikuti sehingga ia bisa menjadi role model di masyarakat. Misalnya pendirian
bisnis berbasis online, atau menciptakan aplikasi - aplikasi yang belum pernah ada
sebelumnya seperti Ruang Guru, Bukalapak, Gojek, dll. Contoh lainnya yaitu seseorang
yang sudah mampu memenuhi kebutuhannya mulai dari yang paling dasar hingga yang
keempat cenderung untuk menginginkan aktualisasi diri ini. Hal ini bisa kita lihat dari
para tokoh-tokoh yang cukup terkenal di Indonesia seperti Sandiaga Uno, Chairil
Tanjung, dan Aburizal Bakrie. Kita ketahui bahwa tokoh-tokoh ini merupakan tokoh yang
sudah mapan dan berkecukupan, tapi memutuskan untuk terjun lagi di dunia pekerjaan
lain misalnya Sandiaga Uno mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Hal ini berarti
Sandiaga Uno telah mencapai tahap aktualisasi diri karena sudah tidak membutuhkan
kebutuhan dibawah-bawahnya. Keputusan ini atau keputusan yang dipilih Sandi ini
terkadang sulit dipahami oleh orang-orang yang berada pada level dibawahnya.

33
Artikel 5

SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,


GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

Sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan


membutuhkan uluran tangan orang lain. Dalam menjalani kehidupan manusia dengan
manusia yang lainya memiliki fungsi sebagai tolong-menolong guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk terciptanya hubungan antar manusia sangat penting terkait
interaksi antar sesama. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial
karena tanpa interaksi sosial tidak akan terciptanya kehidupan.
Manusia berinteraksi dengan sesama manusia yang lain dalam kehidupan guna
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam
itu akan muncul apabila manusia dalam hal ini perorangan atau kelompok-kelompok
manusia bekerja sama, saling berkomunikasi dan sebagainya untuk mencapai tujuan
bersama mengesampingkan persaingan, pertikaian, dan lain-lain. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang
perorangan dengan sekelompok manusia. Proses interaksi ini sangat penting untuk
mencapai tujuan bersama sehingga antara sesama anggota kelompok timbul perasaan-
perasaan kesamaan dan akan menimbulkan yang namanya solidaritas.
Solidaritas merupakan suatu keadaan dimana adanya rasa saling ketergantungan
antara satu dengan yang lainnya atau rasa senasib sepenanggungan antara satu sama lain.
Solidaritas memerlukan anggota kelompok yang didahului adanya kepentingan individu
dalam waktu singkat untuk kepentingan bersama jangka panjang. Kelompok yang
dimaksud adalah kelompok kekerabatan yang didasarkan pada kepercayaan yang dianut
bersama dan kekerabatan dari asal daerah.
Emile Durkheim merupakan tokoh yang mengemukakan tentang teori solidaritas,
melalui karya-nya yang berjudul The Devision of Labour in Society, yang menjelaskan
bahwa solidaritas merupakan hal yang seharusnya terwujud oleh adanya pembagian kerja.
Pembagian kerja mempunyai fungsi yang lebih luas. Pembagian kerja merupakan sarana
utama bagi penciptaan kohesi dan solidaritas dalam masyarakat modern. Selain itu,
Durkheim juga berpendapat bahwa solidaritas sosial adalah suatu keadaan dimana suatu

34
hubungan keadaan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada faktor
perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama diperkuat oleh pengalaman-
pengalaman emosional bersama. Solidaritas sosial ini menghasilkan semangat
kebersamaan yang timbul dari adanya hubungan antara individu dengan individu maupun
dengan kelompok yang dilandasi kepercayaan dan rasa emosional bersama, solidaritas
sosial dibutuhkan dalam membantu pemecahan masalah yang dihadapi anggota
komunitas. Selanjutnya, Emile Durkheim membedakan solidaritas menjadi dua macam
solidaritas, yakni solidaritas mekanis dan solidaritas organis.
Solidaritas mekanis
Masyarakat yang ditandai dengan solidaritas mekanis menjadi satu dan padu
karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat ini terjadi karena mereka
terlibat aktifitas dan juga tipe pekerjaan yang sama dan memiliki tanggung jawab yang
sama. Dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis belum terdapat pembagian kerja
yang ketat (tiap anggota mempunyai pekerjaan yang sama, tidak ada saling
ketergantungan antara mereka). Masyarakat yang demikian kurang lebih mempunyai
kepentingan dan pikiran yang sama, maka solidaritas diantara mereka terjadi dengan
sendirinya. Bentuk solidaritas mekanik ini identik dengan masyarakat desa atau dapat
juga kita sebut dengan istilah masyarakat paguyuban (gemeinschaft). Bentuk solidaritas
sosial mekanis ini berupa kesadaran bersama sebagai anggota kelompok atau paguyuban
yang memiliki hubungan sosial yang erat yang mampu mendorong kelompok kerja
tertentu (misalnya, pedagang, petani, dll) untuk melakukan usaha bersama berdasarkan
potensi-potensi yang dimiliki dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Seseorang yang memiliki solidaritas social mekanis yang tinggi akan lebih mudah untuk
bekerjasama karena adanya sikap saling membantu dan saling percaya.
Selanjutnya, masyarakat yang sederhana dan disatukan dengan banyak persamaan
termasuk dalam solidaritas mekanis. Solidaritas mekanis merupakan solidaritas yang
diikat karena kesadaran kolektif, dengan hubungan kekerabatan yang dekat, dan memiliki
keyakinan, agama, adat istiadat yang sama. “solidaritas mekanis lebih menekankan pada
sesuatu keadaan kesadaran kolektif bersama (collective consciousness), yang
menyedarkan pada totalitas kepercayaan dan sentiment bersama yang rata-rata ada
pada warga masyarakat yang sama”. Solidaritas mekanis merupakan sesuatu yang
bergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut

35
kepercayaan dan pola norma yang sama pula. Oleh karena itu sifat individualitas tidak
berkembang, individual ini terus-menerus akan dilumpuhkan oleh tekanan yang besar
sekali untuk konformitas. Indikator yang paling jelas untuk solidaritas mekanis adalah
ruang lingkup dan kerasnya nilai-nilai yang bersifat menekan. Nilai-nilai ini men-
justifikasi setiap perilaku sebagai sesuatu yang jahat, mengancam atau melanggar
kesadaran kolektif yang kuat tersebut. Solidaritas mekanis merupakan bentuk solidaritas
yang menandai masyarakat yang masih sederhana, oleh Emile Durkheim dinamakan
segmental.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa solidaritas mekanis ini berkaitan erat dengan
masyarakat desa yang dikenal dengan paguyuban atau disebut juga gemeinschaft.
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan
tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan.
Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan bersifat mekanis sebagaimana
dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk paguyuban terutama akan dapat
dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.
Kita ketahui bahwa masyarakat pedesaan biasanya diidentikan pada solidaritas
masyarakat yang kuat dan kedekatan hubungan emosional yang bersifat kekeluargaan.
Solidaritas inilah yang dikenal dengan solidaritas mekanis.
Di dalam gemeinschaft atau paguyuban terdapat suatu kemauan bersama
(common will), ada suatu pengertian serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan
sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara anggota suatu
paguyuban, maka pertentangan tersebut tidak akan dapat dibatasi dalam suatu hal saja.
Hal itu disebabkan karena adanya hubungan yang menyeluruh antara anggota-
anggotanya. Tak mungkin suatu pertentangan yang kecil diatasi, oleh karena pertentangan
tersebut, akan menjalar ke bidang-bidang lainnya.
Sesuai dengan konsep hubungan Gemeinschaft yang dikemukakan oleh Ferdinand
Tonnies mengatakan bahwa dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin
yang memang telah dikodratkan. Masyarakat desa yang sebenarnya telah ditanamkan rasa
cinta dan rasa kepedulian satu sama lain kemudian jika disatukan mereka akan langsung
memiliki hubungan emosional yang merasa mereka adalah sama dan satu tujuan.
Sehingga mereka kemudian saling berinteraksi tanpa ada rasa canggung ataupun

36
individualistis. Bukan hanya interaksi jangka pendek seperti Gesselschaft, akan tetapi
akan berlanjut ketika mereka berada di luar kegiatan sekalipun. Hal inilah yang secara
tidak langsung menumbuhkan rasa saling memiliki di antara semua lapisan masyarakat
yang ada di sana.
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama, anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang murni, bersifat alami dan kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta
dan rasa persatuan yang telah dikodratkan. Biasanya paguyuban lahir dari dalam diri
individu ditandai dengan rasa solidaritas dan identitas yang sama. Keinginan untuk
berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Gemeinschaft
dibagi menjadi tiga, yaitu gemeinschaft ikatan darah (hubungannya didasarkan pada
ikatan darah atau keturunan), gemeinschaft ikatan tempat (hubungannya didasarkan pada
kedekatan tempat tinggal atau kesamaan lokasi), dan gemeinschaft ikatan
ideologi/pemikiran (hubungannya didasarkan pada kesamaan ideologi meskipun tidak
memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang berdekatan). Hubungan gemeinschaft
mudah ditemui pada masyarakat rural yang rata-rata masih bekerja sebagai petani. Tipikal
masyarakat ini masih tradisonal dengan sistem kekeluargaan dan kekerabatan yang masih
sangat kuat yang masih memegang tradisi yang mengedepankan prinsip berdasarkan nilai
bersama. Komposisi masyarakat bersifat homogen dengan interaksi sosial bersifat
emosional. Pembagian kerja masih sederhana dan tatanan sosial dibentuk oleh tradisi.
Peran agama dalam pengorganisasian sosial masih dominan dan hubungan sosial
didominasi oleh kerjasam
Solidaritas organis
Masyarakat yang kompleks dan disatukan dengan perbedaan termasuk dalam
solidaritas organis. Solidaritas organis merupakan solidaritas yang mengikat masyarakat
yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan sangat ketat serta dipersatukan oleh
saling ketergantungan antar bagian. Tiap anggota menjalankan peranan berbeda, diantara
berbagai peranan ada yang terdapat kesalingtergantungan antara bagian-bagian suatu
organisme biologis. Karena adanya kesalingketergantungan ini maka ketidakhadiran
pemegang peranan tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup
masyarakat. Kamanto dalam bukunya mengungkapkan : ”Keadaan masyarakat dengan
solidaritas organis ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi

37
kesadaran kolektif melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok
profesi.”
Tingginya tingkat pembagian kerja dan peranan yang berbeda antar setiap orang
menyebabkan orang menggantikan basis ikatan (penyatuan) atas dasar kesamaan
(solidaritas mekanis) dengan dasar ketidaksamaan (solidaritas organis). Mereka
tergantung satu sama lain karena mereka mempunyai tugas yang berbeda, dan oleh sebab
itu mereka saling membutuhkan untuk kesejahteraan mereka sendiri. Dalam masyarakat
modern, hak dan kewajiban berkembang disekitar saling ketergantungan yang dihasilkan
oleh pembagian kerja. Hak dan kewajiban inilah, bukan pertukaran atau juga bukan
struktur pasar yang mengikat masyarakat. Dalam masyarakat modern, saling
ketergantungan direfleksikan pada moralitas dan mentalitas kemanusiaan serta dalam
kenyataan solidaritas organis; menjunjung tinggi nilai kesamaan, kebebasan, dan hukum.
kontrak dalam masyarakat seperti ini menjadi lebih penting.
Disini pun hukum yang menonjol bukan lagi hukum pidana, melainkan ikatan
hukum perdata. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang
berlaku ialah hukum restitutif, yakni si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada
pihak yang menderita kerugian untuk mengembalikan keseimbangan yang telah
dilanggarnya. Menurut Stephen Moore dalam kutipan Torro mengatakan : “Yang menjadi
ciri utama pada masyarakat organis ditandai dengan teknologi dan masyarakat
kompleks, solidaritas sosial dipertahankan, karena adanya spesialisasi dari individu.”
Adapun ciri lain dari solidaritas organis yang diungkapkan oleh Sulfiana yaitu :
“Menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat,
merupakan ciri dari masyarakat modern, khusunya kota, bersandar pada pembagian
kerja yang rumit didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda,
seperti dalam organ tubuh, orang lebih banyak saling bergantung untuk memenuhi
kebutuhan mereka.”
Berbeda dengan solidaritas mekanis yang identik dengan masyarakat desa, maka
solidaritas organis ini identik dengan masyarakat perkotaan/urbanis atau disebut juga
patembayan (gesselschaft). Urbanis ini berasal dari kata urbanisme yaitu perpindahan
dari desa ke kota, yang menandakan di dalam kota akan ada banyak sekali orang-orang
yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang budaya, keyakinan, dan
pekerjaan yang tentunya berbeda-beda. Pandangan ini sesuai dengan padangan Durkeim

38
yang beranggapan bahwa masyarakat perkotaan yang modern itulah sebagai perwujudan
dari solidaritas organis. Dimana ikatan yang mempersatukan individu, bukan didasarkan
pada kesadaran kolektif, tetapi pekerjaan yang berbeda dan terspesialisasi. Masyarakat
yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru karena adanya perbedaan
yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung
jawab yang berbeda-beda. Dengan demikian disimpulkan bahwa solidaritas organis
merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyatakat kompleks, masyarakat yang
telah mengenal pembagian kerja yang dipersatukan oleh saling ketergantungan antar
bagian.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa solidaritas organis ini berkaitan erat dengan
masyarakat kota yang dikenal dengan patembayan atau disebut juga gesselschaft.
Gesselschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang
pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya
bersifat organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau
hewan. Bentuk Gesselschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang
berdasarkan ikatan timbal balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu
pabrik atau industri dan lain sebagainya. Kita ketahui bahwa masyarakat perkotaan
diidentikkan dengan kedekatan hubungan pekerjaan dan kedekatan hubungannya dengan
sesama memiliki interaksi sosial yang hanya bersifat sementara. Interaksi sosial ini terjadi
di berbagai lapisan masyarakat. Solidaritas inilah yang dikenal dengan solidaritas
organis.
Keadaan yang sedikit berbeda dibandingkan keadaan pada masyarakat paguyuban
(gemeinschaft) akan dijumpai pada patembayan atau Gesselschaft, dimana terdapat
public life yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua orang; batas-batas
antara “kami” dan “bukan kami” kabur. Pertentangan yang terjadi antara anggota dapat
dibatasi pada bidang-bidang tertentu, karena suatu persoalan dapat dilokalisasi.
Gesselschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya mempunyai
hubungan yang sifatnya sementara dan disatukan oleh pemikiran yang sama. Gesselschaft
ditentukan oleh kurwille (kehendak rasional) dan dilambangkan oleh masyarakat
kosmopolitan modern dengan birokrasi pemerintah dan organisasi industri besar. Dalam
gesselschaft, kepentingan pribadi yang rasional dan tindakan penghitungan melemahkan
ikatan tradisional keluarga, kekerabatan dan agama. Hubungan gesselschaft mudah

39
ditemui pada masyarakat urban. Tipikal masyarakat ini sudah mulai modern dan
berorientasi ke industri yang ditandai dengan melemahnya tradsi. Sistem kekeluargaan
dan kekerabatan melemah, tindakan sosial berdasarkan komando dan mengedepankan
prinsip efisiensi. Komposisi masyarakat bersifat heterogen, dengan interaksi sosial
bersifat rasional. Pembagian kerja bersifat kompleks dan tatanan sosial dibentuk oleh
birokrasi. Pada masyarakat gesselschaft peran ilmu pengetahuan ilmiah dalam
pengorganisasian sosial lebih dominan. Hubungan sosial masyarakat gesselschaft
didominasi oleh kompetisi.

40
Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Bab 1 Pendahuluan ISBD (Pedagogis, Visi, Misi, Tujuan, Pendekatan).
Diakses dari https://catarts.wordpress.com/2012/04/13/bab-1-pendahuluan-isbd-
pedagogis-visi-misi-tujuan-pendekatan/

Azzulfa, M.I. 2021. Jenis-jenis Interaksi Sosial & Teorinya Menurut para Ahli Sosiologi.
Diakses dari https://tirto.id/jenis-jenis-interaksi-sosial-teorinya-menurut-para-
ahli-sosiologi-f8SZ

Azzulfa, M. I. 2020. Mengenal 3 Teori Besar Sosiologi dari Durkheim, Karl Marx, &
Weber. Diakses dari https://tirto.id/f8oL

Baharuddin. Bentuk-bentuk perubahan social dan kebudayaan. Diakses dari


https://drive.google.com/file/d/1GcTT8zJhGafPTq7iOq2A2MMEXkkV24fl/vie
w

Hidayat, S. 2021. Implementasi Solidaritas Sosial Pedagang Kaki Lima Dalam


Mempertahankan Eksistensi Ekonomi Pedagang (Studi Kasus Pkl Jln.Kampus
Grendeng Purwokerto Utara). Skripsi. Diakses dari
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/

Keesing, R.M. Teori-Teori Tentang Budaya. Antropologi 52. Diakses dari


http://pusdikmin.com/perpus/file/TEORI%20TEORI%20KEBUDAYAAN.pdf

Nasution, M.S.A. dkk. 2015. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. Diakses dari
http://repository.uinsu.ac.id/675/1/ILMU%20SOSIAL%20BUDAYA%20DASA
R.pdf

Purwasih, J.H.G., dkk. 2016. Sosiologi. Klaten : PT Intan Pariwara.

Purwasih, J.H.G. & Wijayanti, F. 2016. Sosiologi. Klaten : PT Intan Pariwara.

Puspitasari, R. 2017. Pengantar ISBD. Diakses dari


http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_2CD0500225
.pdf

41
Rochmawati, A. Konsep Ilmu Sosial Budaya Dasar. Diakses dari
https://www.scribd.com/doc/76548936/Konsep-Ilmu-Sosial-Budaya-Dasar

Santoso, Y. 2019. Pengertian, Konsep dan Tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar. Diakses
dari https://slideplayer.info/slide/13722530/

Susanti, H. & Sismodjito. 2015. Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS)
Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar. Perpekstif
Sosiologi. 3 (1) : 75-89. Diakses dari http://repositori.usu.ac.id

Syawaluddin, M. 2017. Teori Sosial Budaya dan Methodenstreit. Palembang : NoerFikri.


Diakses dari
http://repository.radenfatah.ac.id/6863/1/2.%20Teori%20SosialBudaya%20dan
%20Methodenstreit%20%28BUKU%202%29.pdf

Wibowo, A. 2009. Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya. Diakses dari
https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/11/11/teori-kebudayaan-dan-ilmu-
pengetahuan-budaya/amp/

Wulandari, P. 2019. WARGA MADURA DI KOTA MAKASSAR (Studi antara


Solidaritas Sosial Mekanik dan Solidaritas Sosial Organik Warga Madura dalam
Wadah PERKIM Kota Makassar). Diakses dari https://eprints.unm.ac.id

https://cubic.id/journals/dramaturgy-theory

http://fis.unj.ac.id/labs/sosiologi/teori-utama-sosiologi/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hierarki_kebutuhan_Maslow

https://id.wikipedia.org/wiki/Gemeinschaft_dan_Gesellschaft

42

Anda mungkin juga menyukai