D
I
S
U
S
U
N
OLEH
BAB I
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KONSEP DASAR PRAKTIK
KEBIDANAN tentang Hakikat Manusia Sebagai Objek dan Subjek Lingkungan
.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa Terima Kasih kepada Dosen
pengampuh mata kuliah, Bapak yang dengan penuh kesabaran membimbing dan membina kami
untuk merampungkan dan menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari tugas mata kuliah ini, baik dari kalimat
maupun penulisan. Oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas mata kuliah ini dapat berguna bagi pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi penulisnya.
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
Subjek yang berperan sebagai pengelola dalam pemanfaatan sumber daya alam, menjaga
lingkungan tetap lestari, harus diperhatikan tatanan/ tata cara lingkungan itu sendiri. Dalam
hal ini manusialah yang paling tepat sebagai pengelola karena manusia memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan organisme lain. Manusia dapat merombak, memperbaiki, dan
mengondisikan lingkungan seperti yang dikehendakinya, seperti:
1. Manusia mampu berfikir serta meramalkan kemungkinan keadaan yang akan datang
Manusia adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari sistem alam
semesta. Pandnagan ini berisikan pemikiran bahwa segala kebijakan yang diambil mengenai
lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan kepentinganya. Karena pusat
pemikiran adalah manusia, maka kebijakan terhadap alam harus diarahkan untuk mengabdi
pada kepentingan manusia.
Alam dilihat hanya sebagai objek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia. Dengan demikian alam dilihat tidak mempunyai nilai dalam dirinya
sendiri. Alam dipandang dan diperlakuakan hanya sebagai alat bagi pencapaian tujuan
manusia.
Dalam relasi antara manusia dengan alam, terdapat dua subjek yang saling bertentangan,
yakni para eksploitator yang berhadapan dengan para konservator dan protektor alam.
Masing-masing subjek memiliki penilaian yang berbeda tentang alam sebagai objek mereka.
Yang satu menilai alam sebagai sumber keuntungan yang harus dimanfaatkan secara
maksimal, sementara yang satunya lagi menilai alam sebagai mitra hidup yang harus
dilestarikan. Jika beranjak dari pernyataan awal, maka seharusnya tidak ada satu pandangan
pun dari kedua subjek ini yang harus direalisasikan, karena keduanya berdiri pada taraf yang
sama. Merealisasikan nilai yang satu, berarti mengabaikan nilai yang lain yang berarti
mengabaikan keberadaan subjek yang lainnya.
Namun dalam praktiknya, ternyata yang terealisasi hanyalah pandangan dari para
eksploitator. Hampir tidak ada sudut pandang dari para konservator dan protektor alam yang
terakomodir dalam permasalahan dengan alam. Hal ini terlihat jelas misalnya pada:
penerbitan izin-izin baru untuk ekspnasi perkebunan sawit, aktivitas penambangan di Taman
Hutan Raya Bukit Soeharto, reklamasi pantai untuk kebutuhan lahan di daerah Mamuju, serta
praktik-praktik penambangan batu bara liar di daerah Kalimantan.
E. Pengaruh timbal balik antara kondisi lingkungan alam dan kondisi lingkungan sosial
budaya
Untuk mengamati bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kondisi sosial budaya, kita perlu
membandingkan antara kondisi sosial budaya yang terjadi pada dua wilayah yang memiliki kondisi
lingkungan yang berbeda. Semisal membandingkan kondisi lingkungan di wilayah yang berbeda
kepadatan penduduknya, secara umum kondisi lingkungan di wilayah padat pemukiman biasanya
Pembahasan ini dapat dilihat dari berbagai segi, salah satunya adalah dengan apa yang kita sebut
dengan etika lingkungan. Etika lingkungan sudah dianut oleh nenekmoyang kita, secara tradisional,
yang bersumber pada agama dan mungkin juga mitologi, legenda, termasuk cerita-cerita rakyat. Etika
lingkungan yang masih dipegang kuat oleh suku-suku pedalaman, seharusnya kita tiru untuk
diaplikasikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu
kesatuan yang utuh.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Terdiri dari dua hal, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani.
Hakekat manusia sebagai subjek lingkungan adalah makhluk yang berperan untuk mengelola dan
merawat lingkungan. Makhluk yang memiliki tenaga yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Hakekat manusia sebagai objek lingkungan adalah makhluk yang dalam proses menjadi berkembang
dan terus berkembang yang tidak akan pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. Makhluk Tuhan yang
berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
3.2 Saran
Sebagai manusia mahluk ciptaan Allah kita harus saling berinteraksi dan berkomunikasi
secara baik
Perlunya menjaga lingkungan kita, karena manusia juga membutuhkan lingkungan yang
sehat untuk bertahan hidup