Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Problematika Keragaman dan Kesetaraan Serta Solusinya Dalam Kehidupan


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
“Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)”

Nama Dosen : Tuty Kurniawaty Saragi, S.Sos., M.Pd.

Disusun oleh :

KELOMPOK 8
Ari Akbar NPM : 201643500277
Abil Fidha Ismail NPM : 201643500307
Tegar M. Siddiq NPM : 201643500205
Franc Oktaviano NPM : 201643500273

KELAS Y5B (Ekstensi A)


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
Tahun Ajaran 2018-2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu waTa'ala yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tercurahabadikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa
Sallam, Keluarga, Sahabat, dan kepada orang-orang yang mengikuti beliau. Karena
berkat Qudrah dan iradahnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
“Team Leadership”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar.

Didalam menyusun makalah ini, kami telah berusaha dengan segenap tenaga
dan pikiran, namun tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


kami khususnya dan para pembaca umumnya.

Depok, Februari 2019

Tim Penyusun

ii
DAFAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3


2.1. Problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam
kehidupan ........................................................................................................................3
2.2. Problematika keragaman serta solusinya dalam kehidupan ..................7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 10


3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................... 10
3.2. Saran .............................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Problematika Keragaman dan Kesetaraan Serta Solusinya Dalam Kehidupan
merupakan masalah yang timbul dikalangan masyarakat, hal tersebut dapat terjadi
karena disebabkan dari berbagai macam akibat seperti adanya perbedaan
pendapat, perbedaan agama dan keyakinan serta perbedaan-perbedaan dalam
berbagai bidang lainnya, terutama suku bangsa dan ras, ideologi, adat kesopanan,
serta situasi ekonomi dalam masyarakat menjadi sesuatu yang dapat memunculkan
konflik diantara masyarakat itu, dalam perbedaan dan keragaman yang ada itu,
manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki
yang secara tidak langsung membuat masyarakat hidup rukun dan berdampingan.
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama
seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain
sebagainya.
Masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah kebawah
serta merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat,
dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya
kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latarbelakang diatas, maka penyusun menetapkan yang menjadi
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Problema keragaman serta solusinya dalam kehidupan.
2. Unsur-unsur keragaman dalam bermasyarakat.
3. Problematika deskriminasi.
4. Problema kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan.

1
Sedangkan tujuan dibuatnya makalah ini adalah memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. Problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya


dalam kehidupan

2.1. Problematika keragaman serta solusinya dalam kehidupan

Problema keragaman serta solusinya dalam kehidupan keragaman


masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa. Keragaman
masyarakat Indonesia mempunyai ciri khas yang membanggakan kita. Namun
demikian, keragaman tidak serta merta menciptakan keunikan, keindahan,
kebanggaan, dan hal-hal yang baik lainya. Keragaman masyarakat memiliki ciri
khas yang suatu saat bisa berpotensi negative bagi kehidupan bangsa itu.

Van de Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi (2006) menjelaskan


bahwa masyarakat mejemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-
sifat dasar sebagai berikut.

1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali


memiliki budaya yang berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang berbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4. Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi
6. Adanya dominasi politij oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainya

Menyimak ciri-ciri diatas, maka keragaman masyarakat berpotensi


menimbulkan segmentasi kelompok, struktur yang terbagi-bagi, konsensus yang
lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi
kelompok. Tentu saja potensi-potensi demikian adalah potensi yang melemahkan
gerak kehidupan masyarakat itu sendiri.

3
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman
budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang
berharga untuk membangun Indonesia yang multicultural. Namun, kondisi aneka
budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik
dan kecemburuan sosial.

Efek-efek negatif demikian di tingkat permukaan muncul dalam bentuk


gesekan-gesekan, pertentangan, dan konflik terbuka antarkelompok masyarakat.
Pertikaian antarkelompok masyarakat Indonesia sering sekali terjadi, bahkan di era
reformasi sekarang ini. Konflik itu bisa terjadi antarkelompok agama, suku, daerah,
bahkan antargolongan politik. Beberapa contoh, missal konflik di Ambon tahun
1999, pertikaian di Sambas tahun 2000, dan konflik Poso tahun 2002.

Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan
pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi
merupakan fase dimana sudah tidak dapat lagi disatukan pandangan, nilai, norma,
dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antarkelompok.

Konflik horizontal yang terjadi di masyarakat Indonesia sesungguhnya


bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman itu sendiri. Adanya
perbedaan ras, etnik, dan agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan
pihak lain. Masalah itu muncul jika tidak ada komunikasi antarbudaya daerah. Tidak
adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan
budaya lain inilah justru yang dapat menjadi pemicu konflik. Yang dibutuhkan
adalah adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan
prinsip kesetaraan atau kesederajatan antarmasyarakat tersebut. Masing-masing
warga daerah bisa saling mengenal, memahami, menghayati, dan bisa saling
berkomunikasi.

Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan


masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkanya penyakit-penyakit budaya.
Penyakit-penyakit budaya inilah yang ditengarai bisa memicu konflik
antarkelompok masyarakat Indonesia. Penyakit budaya tersebut adalah
etnosentrisme, stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan scape goating
(Sutarno, 2007).

4
Etnosentrisme diartikan sebagai suatu kecenderungan yang melihat nilai
atau norma kebudayaanya sendiri sebagai suatu yang mutlak serta menggunakanya
sebagai tolak ukur kebudayaan lain. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk
menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya
sendiri.

Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan


kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok lain.
Pemberian sifat itu bisa sifat positif maupun negatif. Allan G. Johnson (1986)
menegaskan bahwa stereotip adalah keyakinan seseorang untuk
menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain
karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini
menimbulkan penilaian yang cenderung negatif atau bahkan merendahkan
kelompok lain. Ada kecenderungan untuk memberi “label” atau cap tertentu pada
suatu kelompok. Dan yang termasuk problema yang perlu diatasi adalah stereotip
yang negative atau memandang rendah kelompok lain. Konsep stereotip ini dalam
bentuk lain disebut stigma atau cacat. Stigmatisasi (pemberian stigma, label) oleh
kelompok lain cenderung negatif.

Prasangka pada mulanya merupakan pernyataan yang hanya didasarkan


pada pengalaman dan keputusan yang tidak teruji kebenaranya. Prasangka
mengarah pada pandangan yang emosional dan bersifat negatif terhadap orang
atau sekelompok orang. Jadi, prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan dalam berkomunikasi karena orang yang berprasangka sudah bersikap
curiga dan menentang pihak lain. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk
menarik kesimpulan atas dasar prasangka buruk tanpa memakai pikiran dan
pandangan kita terhadap fakta dan nyata. Karena itu, bila prasangka sudah
menghinggapi seseorang, orang tidak dapat berpikir logis dan objektif, dan segala
apa yang dilihatnya akan dinilai secara negatif.

Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu diluar ras sendiri.
Rasisme dapat muncul dalam bentuk mencemooh perilaku orang lain hanya karena
orang itu berbeda ras dengan kita. Rasisme sebenarnya merupakan bentuk
diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan ras.

Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang


bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Antara

5
prasangka dan diskriminasi ada hubungan yang saling menguatkan. Selama ada
prasangka, disana ada diskriminasi. Jika prasangka dipandang sebagai keyakinan,
maka diskriminasi mengarah pada tindakan. Tindakan diskriminasi biasanya
dilakukan oleh orang yang memiliki prasangka kuat akibat tekanan tertentu,
misalnya tekanan budaya, adat istiadat, kebiasaan atau hukum.

Scape goating artinya pengkambinghitaman. Teori kambing hitam (scape


goating) mengemukakan kalau individu tidak bisa menerima perlakuan tertentu
yang tidak adil, maka perlakuan itu dapat ditanggung jawabkan kepada orang lain.
Ketika terjadi depresi ekonomi di jerman, hitler mengkambinghitamkan yahudi
sebagai penyebab rusaknya sistem politik dan ekonomi di Negara itu. Ada satu
pabrik di Auschwitz, polandia yang digunakan untuk membantai hamper 1,5 juta
orang yahudi. Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan dikumpulkan. Kepala
digunduli dan rambut yang dikumpulkan mencapai 1,5 ton. Rambut yang
terkumpul itu dikirimkan ke jerman untuk dibuat kain. Richard Chamberlain
berteori bahwa bangsa arya adalah bangsa yang besar dan mulia yang mempunyai
misi suci untuk membudayakan umat manusia. Bangsa arya (jerman) ini merasa
bahwa kekacauan ekonomi dan politik di jerman ini disebabkan oleh bangsa yahudi
(Sutarno, 2007).

Selain menghilangkan penyakit-penyakit budaya diatas, terdapat bentuk


solusi lain yang dapat dilakukan. Elly M. Setiadi dkk (2006) mengemukakan ada hal-
hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil msalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu ;
1. Semangat religious.
2. Semangat nasionalisme.
3. Semangat pluralism.
4. Semangat humanisme.
5. Dialog antar umat beragama.
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif,


serta kesadaran kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang
sangat menentukan bagi terwujudnya sebuah bangsa Indonesia yang menyatu
dalam keragaman, dan beragam dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan

6
didekatkan, segala keanekaragaman dipandang sebagai kekayaan bangsa, milik
bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola fikir masyarakat kita.

2.2. Problematika kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan

Kesetaraan atau kesederajatan bermakna adanya persamaan kedudukan


manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan
derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesame manusia. Oleh karena itu, prinsip
kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan derajat,
hak, dan kewajiban. Indicator kesederajatan adalah sebagai berikut.
Adanya persamaan derajat dilihat dari segia agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan.
a. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan
yang layak.
b. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba tuhan, individu, dan
anggota masyarakat.

Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumya adalah munculnya sikap


dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
antarmanusia atau antarwarga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut
diskriminasi.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, diskriminasi sudah merupakan


tindakan bukan sekedar sikap. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-
bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominanterhadap kelompok
subordinasinya. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan
terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku,
kelompok, golongan, status sosial, kelas sosial, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh,
orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik, batas negara serta kebangsaan
seseorang (Elly M. Setiadi dkk, 2006). Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang
HAM menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status
ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik, yang berakibat pada
pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau

7
penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik
individu kolektif dalam politik, ekonomi, hokum, sosial, budaya, dan aspek
kehidupan lainya.

Diskriminasi bertolak belakang dengan prinsip kesetaraan, bahkan menjadi


problema utama terwujudnya kesetaraan dan kesederajatan manusia. Perilaku
yang tidak adil dan diskriminatif merupakan pelanggaran hak asasi manusia, baik
yang bersifat vertikal (dilakukan oleh aparat Negara terhadap warga Negara, atau
sebaliknya) maupun horizontal (antarwarga Negara sendiri). Oleh karena itu harus
ada upaya-upaya untuk menekan dan menghapus praktik-praktik diskriminasi
melalui perlindungan dan penegakkan HAM disetiap ranah kehidupan manusia.

Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009


memasukkan program penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk sebagai
program pembangunan bangsa. Berkaitan dengan ini, arah kebijakan yang diambil
adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk
ketidakadilan gender bahwa bahwa setiap warga Negara memiliki
kedudukan yang sama dimata hokum tanpa terkecuali.
2) Menerapkan hokum dengan adil melalui perbaikan system hokum yang
professional, bersih, dan berwibawa.

Penghapusan diskriminasi dilakukan melalui pembuatan peraturan


perundang-undangan yang anti diskriminatif serta pengimplementasian di
lapangan. Contohnya adalah Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang
Ratifikasi atas Konvensi Internasional tentang penghapusan segala bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan (International Convention on the Elimination of
All Forms of Discrimination Againts Women/CEDAW). Contoh lain adalah
diberlakukannya Undang-undangNomor 29 Tahun 1999 yang merupakan
Ratifikasi atas Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial.

Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hukum


dan penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan
Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui keputusan
Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999. Disamping

8
itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur nasional menunjukkan perkembangan
upaya penghapusan diskriminasi rasial telah berada pada arah yang tepat.

Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku


diskriminatif. Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah
tangga, antara lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Kedua Undang-undang tersebut telah
mengategorikan kekerasan terhadap anak dan kekerasan dalam rumah tangga
sebagai suatu tindak pidana, karena itu layak diberikan sanksi pidana. Kriminalisasi
perilaku diskriminatif didalam rumah tangga merupakan langkah maju untuk
menghapuskan praktik diskrimasi dalam masyarakat.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat
perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi
ekonomi.
2. Kesetaraan adalah suatu kondisi di mana dalam perbedaan dan
keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama
dan satu tingkatan hierarki.
3. Unsur-unsur Keragaman dalam Masyarakat Indonesia yaitu Suku Bangsa
dan Ras, Agama dan Keyakinan, Ideologi dan Politik, Tata Krama,
Kesenjangan Ekonomi serta Kesenjangan Sosial.
4. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar
kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan
dan kesatuan bangsa, seperti: Perilaku diskriminatif dan rasialis.
5. Diskriminasi adalah tindakan yang melakukan pembedaan terhadap
seseorang atau sekelompk orang berdasarkan ras, agama, suku,
kelompok, golongan, status sosial, kelas sosial, jenis kelamin, kondisi
fisik tubuh, orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik, batas
negara serta kebangsaan seseorang
6. Problematika diskriminasi yang timbul dan harus diwaspadai adalah
adanya disintegrasi bangsa.

3.2. Saran
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang
merupakan ungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang
“majemuk” atau “heterogen”. Masyarakat Indonesia terwujud sebagai hasil
interaksi sosial dari banyak suku bangsa dan beraneka ragam latar belakang
kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebut Kebudayaan
Nasional.

10
Terciptanya “tunggal ika” dalam masyarakat yang “bhineka” dapat
diwujudkan melalui “integrasi kebudayaan” atau “integrasi nasional”. Dalam
hubungan ini, pengukuhan ide “tunggal ika” yang dirumuskan dalam wawasan
nusantara dengan menekankan pada aspek persatuan disegala bidang merupakan
tindakan yang positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal Ika ini harus
benar-benar dipahami dan menjadi sebuah pedoman dalam berbangsa dan
bernegara.

11
DAFTAR PUSTAKA

(1) Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar karya Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si. dan
Winarmo, S.Pd., M.Si.

12

Anda mungkin juga menyukai