Anda di halaman 1dari 25

DIFERENSIASI DAN STRATIFIKASI SOSIAL DI

MASYARAKAT

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia


yang Diampu oleh Elen Nurjanah, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 9

1. Vina Dwi Lestari (NIM 126205202131)


2. Shofia Awwalia (NIM 126205202133)
3. Shifa Nuril Mahfudzoh (NIM 126205203231)
4. Syekh Maulana Almas’ud (NIM 126205203233)

PGMI-1D

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
JANUARI 2021
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas selesainya


makalah berjudul “Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial di Masyarakat” ini tepat
waktu. Selawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Beberapa pihak telah membantu dan mendukung dalam menyusun makalah
ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih disampaikan
pada pihak-pihak berikut ini.
1. Elen Nurjanah, M.Pd. selaku Dosen Pengampu yang telah memerikan
bimbingan dan arahan dalam menyusun makalah ini hingga selesai.
2. Serta kawan-kawan kelas PGMI-1D yang telah membantu penulis
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk mendeskripsikan “Diferensiasi dan Stratifikasi
Sosial di Masyarakat”. Penulis berharap agar makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik serta bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
sejawat atau para pembaca mengenai isi makalah ini.

Tulungagung, 10 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Depan .................................................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
A. Pengertian Masyarakat ............................................................................. 4
B. Pengertian Diferensiasi Sosial .................................................................. 5
C. Faktor-faktor Pembentuk Diferensiasi Sosial ............................................ 7
D. Pengertian Stratifikasi Sosial .................................................................. 10
E. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial ............................................................ 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 18
A. Simpulan ................................................................................................ 18
B. Saran ...................................................................................................... 18
Daftar Rujukan .................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain, sehingga bisa dikatakan manusia tidak bisa hidup sendiri.
Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-harinya manusia akan berkumpul dan
melakukan interaksi dengan sesamanya. Dari kumpulan manusia tersebut
terbentuklah suatu kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lain. Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia memiliki
berbagai keanekaragaman suku, budaya, rasa, agama, dan lain-lainnya yang
memiliki ciri khas khusus dari setiap daerahnya. Karena Indonesia memiliki
berbagai keanekaragaman tersebut bisa dikatakan Indonesia adalah negara
yang majemuk.
Secara umum, pengelompokan masyarakat Indonesia terbagi menjadi
dua bentuk. Pertama, pengelompokan secara horizontal berupa diferensiasi
dan kedua, pengelompokan secara vertikal berupa stratifikasi sosial.
Diferensiasi yang terjadi di masyarakat baik itu jenis kelamin, bahasa, suku,
bangsa, agama, bahasa, kebudayaan, politik, ekonomi, ras, keturunan (nasab),
dan pendidikan dapat menjadi suatu kebanggaan dan dapat dimanfaatkan
dalam pembangunan di berbagai bidang, terutama dalam rangka
mempertahankan keutuhan masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Namun,
diferensiasi kadang-kadang juga dapat menimbulkan keprihatinan. Hal itu
diakibatkan oleh sulitnya menyatukan keanekaragaman kepentingan, sifat, dan
keinginan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Dalam kenyatannya,
setiap masyarakat yang memiliki latar belakang masyarakat majemuk dimana
pun di dunia pasti menghadapi dua hal pokok, yaitu integrasi dan konflik.
Adanya diferensiasi yang terjadi pada masyarakat Indonesia juga berefek apa
adanya. 1
Seperti yang diketahui setiap individu memiliki status dan kedudukan
yang berbeda di masyarakat. Karena adanya status dan kedudukan, hal tersebut

1
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), hal. 47.

1
2

menimbulkan munculnya perbedaan sikap seseorang terhadap orang lain.


Misalnya, orang yang berpendidikan tinggi akan lebih dihormati daripada
orang yang berpendidikan rendah dan orang yang lebih kaya akan lebih
dihargai daripada orang miskin. Atas dasar itulah, terbentuk stratifikasi sosial
sesuai dengan status dan kedudukan masing-masing individu di masyarakat.
Diferensiasi dan stratifikasi sosial memberikan pengaruh yang beragam
dalam interaksi antarwarga masyarakat. Diferensiasi sosial yang
menggolongkan masyarakat secara horizontal dapat menimbulkan tumbuhnya
semangat primordialisme, lahirnya kelompok-kelompok sosial, dan terjadinya
masyarakat majemuk. Sedangkan stratifikasi sosial yang menggolongkan
masyarakat secara vertikal dapat menyebabkan timbulnya lambang-lambang
status sosial, terbentuknya berbagai hierarki sosial, terjadinya mobilitas sosial,
dan penguasaan segmen-segmen besar dalam masyarakat. 2
Adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial dalam masyarakat terjadilah
pembedaan-pembedaan yang membentuk tingkat-tingkat kelompok sosial.
Pembedaan dan tingkat-tingkat ini mencerminkan adanya ketidaksamaan
dalam masyarakat. Bentuk tersebut sangat penting bagi individu-individu
dalam kelompok sosial karena memiliki pengaruh terhadap kesempatan
mereka. Kesempatan hidup merupakan kesempatan seseorang untuk gagal atau
berhasil dalam segala aspek kehidupan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan
lain-lain yang diukur berdasarkan apa yang dianggap menarik atau tidak
menarik.3
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka penulis
tertarik untuk membuat makalah tentang “Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial
di Masyarakat”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah:
(1) bagaimana pengertian masyarakat?

2
Vina Dwi Laning, Sosiologi untuk Kelas XI SMA/MA, (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal. 20.
3
Ibid.
3

(2) bagaimana pengertian diferensiasi sosial?


(3) bagaimana faktor-faktor pembentuk diferensiasi sosial?
(4) bagaimana pengertian stratifikasi sosial?
(5) bagaimana bentuk-bentuk stratifikasi sosial?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari
makalah ini :
(1) menjelaskan pengertian masyarakat;
(2) menjelaskan pengertian diferensiasi sosial;
(3) menjelaskan faktor-faktor pembentuk diferensiasi sosial;
(4) menjelaskan pengertian stratifikasi sosial;
(5) menjelaskan bentuk-bentuk stratifikasi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu masyarakat yang
artinya ikut serta atau berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah
society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan
rasa kebersamaan.1
Ahli dari Indonesia, yaitu Selo Soemardjan (1974) mengartikan
memberikan pengertian masyarakat sebagai orang-orang yang hidup Bersama
dan menghasilkan kebudayaan.2
Masyarakat menurut Max Weber adalah suatu struktur atau aksi yang
pada pokoknya ditemukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada
warganya. Ahli Sosiologi dan bapak sosiologi modern, Emile Durkheim,
mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-
individu yang merupakan anggota-angotanya. Bapak Komunisme, Karl Marx,
memberikan definisi masyarakat sebagai suatu struktur yang menderita
ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis. 3
Apabila masyarakat diartikan sebagai komunitas, maka Wilkinson
mendefinisikan masyarakat sebagai kelompok manusia yang hidup bersama
dalam ekologi setempat dengan batasan wilayah yang bias. 4
Menurut Thomas Hobbes, masyarakat (komunitas) adalah proses
alamiah dimana orang-orang yang hidup bersama untuk memaksimalkan
kepentingan mereka. Hobbes mengemukakan bahwa kepentingan diri pribadi
dapat didapati dalam kelompok.5
Adapun Soerjono Soekanto (1986: 27) mengemukakan bahwa ciri-ciri
kehidupan masyarakat adalah

1
Yusnedi Achmad, Sosiologi Politik, (Sleman: Deepublish, 2019), hal. 7.
2
Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan, Pemberdayaan Masyarakat, (Sleman:
Deepublish, 2019), hal.3.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Ibid.

4
5

(1) manusia yang hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri dari dua


orang individu;
(2) bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama;
(3) menyadari kehidupan mereka merupakan satu kesatuan;
(4) merupakan sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan sebagai akibat
dari; perasaan saling terkait antara satu dengan lainnya. 6

B. Pengertian Diferensiasi Sosial


Diferensiasi atau pengelompokan sosial dalam arti pembedaan sosial
tidak mengandung perbedaan secara bertingkat melainkan perbedaan satu sama
lain. Ritzer dan Goodman (2012) menyatakan bahwa, diferensiasi sosial
muncul karena pembagian kerja, perbedaan agama, ras, (pengelompokkan
individu atas dasar ciri persamaan kebudayaan, seperti bahasa, adat, sejarah,
sikap, wilayah), atau perbedaan jenis kelamin. Di dalam masyarakat, sering
muncul penilaian yang memandang perbedaan tersebut dengan dimensi
vertikal. Pengelompokkan manusia secara horizontal tersebut menimbulkan
perasaan in group dan out group atas dasar profesi, pekerjaan, suku, ras, agama
dan sebagainya.7
Diferensiasi sosial adalah proses penempatan orang-orang yang
berbagai sosial yang berbeda yang didasarkan pada perbedaan perbedaan
tentang diciptakan secara sosial. Pendapat lain mengatakan bahwa diferensiasi
sosial adalah variasi pekerjaan, precstisc, dan kekuasaan. 8
Diferensiasi sosial merupakan karakteristik sosial yang membuat
individu atau kelompok terpisah dan berbeda satu sama lain titik perbedaan
didasarkan pada beberapa faktor yaitu usia dan jenis kelamin titik diferensiasi
memiliki arti yang lebih luas daripada stratifikasi dalam setiap tindakan sistem
stratifikasi individu-individu lebih tetap bisa dibedakan secara jelas misalnya
melalui perbedaan jenis kelamin. Diferensiasi sosial juga memiliki dampak

6
Bambang Tejokusumo, “Dinamika Masyarakat sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial”, Geoedukasi, Volume 3. Nomor 1, Maret 2014, hal.. 39.
7
Uswatun Hasanah dan Nadiroh, “Pengaruh Diferensiasi Peran dan Tingkat Pendidikan
terhadap Keinginan Ibu Mengatasi Masalah Lingkungan Keluarga”, Jurnal Pendidikan Lingkungan
dan Pembangunan Berkelanjutan, Volume 18. Nomor 2, September 2017, hal. 7-8.
8
Maunah, Sosiologi…, hal. 48.
6

berupa interseksi, konsolidasi, mutual, akulturasi, primordialisme, dan politik


aliran.9
Pertama, interseksi. Interseksi adalah titik perpotongan atau pertemuan
serta Persilangan antara dua garis atau dua arah. Sosiologi dapat dikatakan pula
dari kata section atau seksi maksudnya adalah suatu golongan masyarakat
misalnya etnik Jawa, Batak, Madura, Osing, Bugis, Sunda dan lain sebagainya.
Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa interseksi merupakan persilangan
atau pertemuan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi baik
berupa suku ras agama jenis kelamin, kelas sosial dan aliran-aliran dalam suatu
masyarakat majemuk. Suatu masyarakat majemuk sesungguhnya terdiri atas
sasatuan-satuan kelompok yang lebih kecil dan teratur dengan ciri khasnya,
yaitu merasa menjadi bagian dari kelompok dimana mereka berada dalam
melakukan hubungan timbal balik dengan anggota lainnya, dan memelihara
pola perilaku bersama yang menyebabkan kelompok tersebut dapat bertahan. 10
Kedua, konsolidasi. Konsolidasi merupakan perbuatan yang
memperteguh atau memperkuat suatu hubungan titik jadi bisa dikatakan bahwa
konsolidasi merupakan suatu proses penguatan atau gangguan keanggotaan
individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok sosial
melalui tumpang lindih keanggotaan. Konsolidasi merupakan suatu proses
yang berlangsung pada masyarakat majemuk proses ini bisa pula berarti
menata atau memperkuat rasa persatuan antara kelompok atau kebudayaan
masyarakat dengan mengedepan parameter atau nilai-nilai kesatuan seperti
nasionalisme. Namun konsolidasi pada masyarakat majemuk memiliki
parameter yang beragam karena bisa menimbulkan rasa iri atau curiga dari
kelompok masyarakat lain. 11
Ketiga, mutual akulturasi. Suatu mutual akulturasi di dahului oleh
Interaksi yang berjalan terus-menerus sehingga menimbulkan rasa saling
menyukai kebudayaan lain dan secara sadar atau tidak individu-individu
masyarakat tersebut akan mengikuti dan menggunakan perwujudan
kebudayaan lain. Misalnya, makanan dari beberapa kelompok etnik diminati

9
Ibid.
10
Ibid., hal. 49.
11
Ibid., hal. 49-50.
7

dan disukai oleh kelompok masyarkat lainnya, begitu juga model pakaian, gaya
bangunan, bahasa, bahkan pola pergaulan sehari-hari sehingga dipelajari dan
diterapkan dalam kehidupan sendiri. 12
Keempat, primordialisme. Istilah primordial berasal dari kata Kristus
(pertama) dan ordiri (tenunan atau ikatan). Jadi primordial artinya ikatan-
ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal-hal yang dibawa
sejak kelahirannya seperti suku bangsa, ras, daerah kelahiran, klan, agama, dan
lain sebagainya. Menurur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
primordialisme diartikan sebagai perasaan kesukaan yang berlebihan. 13
Kelima, politik aliran. Politik aliran merupakan konsekuensi lain dari
bentuk-bentuk struktur sosial. Konsep sektarian pertama kali dikemukakan
oleh Clifford Geert dalam kebijakan antropologinya di Mojokuto Pare Jawa
Timur. Ada 3 golongan dalam masyarakat Jawa yaitu golongan abangan,
golongan santri, dan golongan priyayi. 14

C. Faktor-faktor Pembentuk Diferensiasi Sosial


Diferensiasi sosial terjadi akibat pola interaksi individu yang memiliki
ciri-ciri fisik dan non fisik berbeda-beda, meliputi
(1) ciri fisik seperti bentuk dan tinggi tubuh, raut muka, warna kulit, warna
rambut, dan lain-lain;
(2) ciri sosial budaya, antara lain kecerdasan, motivasi, dedikasi, minat dan
bakat.
Dalam lingkup yang lebih luas meliputi bentuk organisasi, kebiasaan
dan sistem nilai budaya lainnya. Diferensiasi sosial merupakan karakteristik
sosial yang membuat individu atau kelompok terpisah dan berbeda satu sama
lain. 15
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa diferensiasi sosial adalah
suatu proses penempatan orang-orang dalam berbagai kategori sosial yang
berbeda berdasarkan pada perbedaan-perbedaan Yang diciptakan secara sosial

12
Ibid., hal. 50.
13
Ibid.
14
Ibid., hal. 51.
15
M. Chairul Basrun Umanailo, Buku Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar, (t.tp: tp, 2014),
hal. 4-5.
8

di masyarakat. Berikut ini diuraikan mengenai faktor-faktor pembentuk


deferensiasi sosial. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor ras dan etnik,
faktor agama dan kepercayaan, faktor gender dan jenis kelamin, faktor profesi,
dan faktor suku bangsa. Berbagai faktor tersebut akan diuraikan secara jelas
sebagai berikut. 16
Pertama, faktor ras dan etnik. Faktor ras merupakan suatu tanda peran
dari perbedaan fisik yang dijadikan dasar untuk menetapkan peran yang
berbeda-beda. Pengertian ras pada dasarnya menyangkut dua aspek yaitu
aspek biologis dan aspek sosial. Pada aspek biologis menyangkut berbagai ciri
fisik, warna kulit bentuk tubuh, dan lain sebagainya. Sedangkan pada aspek
sosial menyangkut berbagai bentuk peran dan kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan manusiamanusia dalam kehidupan masyarakat. Ras memiliki
banyak ragam atau jenisnya. Ragam ras tersebar di seluruh dunia. Ragam
tersebut adalah ras Austroloid, ras Mongoloid, ras Kaukasoid, ras Negroid, ras
Bushman, ras Veddoid, ras Polynesia, dan ras Ainu.
(1) Ras Austroloid adalah penduduk asli Australia. Misalnya, suku Aborigin.
(2) Ras Mongoloid merupakan ras yang terbagi menjadi
(a) sub ras Asiatik (Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Tengah);
(b) sub ras Melayu. Pada sub ras Melayu ini terdiri dari ras di wilayah Asia
Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina) dan sebagian penduduk di
kawasan Asia Timur;
(c) sub ras Amerika. Pada sub ras ini didiami oleh penduduk asli Benua
Amerika berupa suku Indian dan Eskimo.
(3) Ras Kaukasoid merupakan ras yang terbagi menjadi
(a) sub ras Nordik. Sub ras ini berada di kawasan Eropa Utara dan Laut
Baltik;
(b) sub ras Alpin. Sub ras ini berada di kawasan Eropa Tengah dan Eropa
Timur;
(c) sub ras Mediterania. Sub ras ini berada di wilayah sekitar laut Tengah
Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran;

16
Maunah, Sosiologi…, hal. 53-54.
9

(d) sub ras Indik. Sub ras ini berada di wilayah Pakistan, India, Bangladesh,
dan Srilanka.
(4) Ras Negroid merupakan ras kulit hitam. Ras ini terbagi menjadi
(a) sub ras Negro Afrika. Sub ras Negro Afrika yang terdapat di wilayah
Amerika Barat;
(b) sub ras Negrito. Sub ras ini terdapat di wilayah Afrika Tengah, orang
Semang di semenanjung Malaya dan Filipina;
(c) sub ras Melanesia. Sub ras ini terdapat sebagian besar wilayah Papua
dan Pasifik.
(5) Ras Bushman. Ras ini berada di kawasan Gunung Kalahari dan Afrika
Selatan.
(6) Ras Veddoid. Ras ini berada di wilayah pedalaman Srilanka dan Sulawesi
Selatan.
(7) Ras Polynesia. Ras ini tersebar di Kepulauan Mikronesia dan Polynesia.
(8) Ras Ainu. Ras ini berada di wilayah Jepang. Ras ini merupakan penduduk
asli Jepang.
Pada pembagian ras diatas, terlihat jelas, bahwa penduduk Indonesia
terdiri atas beberapa ras yang berbeda. Di kawasan Indonesia Barat hingga
perbatasan pulau Sulawesi terdapat ras Melayu Mongoloid yang terdiri atas sub
ras Melayu Tua (Proto Melayu) dan sub ras Melayu Muda (Deutro Melayu).
Di wilayah Sulawesi Selatan didiami oleh sub ras yang terdapat di wilayah
pedalaman Srilanka. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian Tenggara dan
Timur terdapat ras Negroid.
Etnik adalah suatu komunitas yang menampilkan persamaan bahasa
adat istiadat, berbagai kebiasaan, wilayah, bahkan sejarah sekalipun. Etnik
ditandai dengan persamaan warisan kebudayaan (culture) dan ikatan batin
(wafeeling) di antara para anggota-anggotanya. Menurut Koentjaraningrat
etnik mempunyai kesamaan makna dengan pengertian suku bangsa dalam
masyarakat.17
Kedua, faktor agama dan keyakinan. Agama berasal dari titah Tuhan
yang diturunkan kepada makhluknya yakni manusia mulai masa permulaan

17
Ibid., hal. 54.
10

manusia di muka bumi. Sedangkan kepercayaan merupakan suatu suatu bentuk


pengakuan adanya rasa percaya terhadap dewa tertinggi sebagai bentuk religi
seseorang. Dari uraian antara agama dan kepercayaan pada dasarnya agama
timbul karena adanya ketidakmampuan manusia dalam mengungkap seluruh
rahasia alam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi pada
hakikatnya agama adalah kepercayaan akan alam ghaib dari mana, bagaimana
dan akan kemana manusia setelah matimati yang dicantumkan dalam kitab-
kitab suci. Terdapat berbagai agama dan kepercayaan di dunia ini antara lain
Islam, Nasrani, Khatolik, Budha, Hindu, dan lain sebagainya. 18
Ketiga, faktor jenis kelamin atau gender. Jenis kelamin merupakan ciri
fisik yang dibawa sejak lahir dan tidak ditentukan sendiri oleh individu
berdasarkan keinginannya. Sedangkan gender adalah perbedaan secara budaya
pria dan wanita yang dipelajari melalui proses sosial. Dalam sistem sosial para
ahli sosiologi sebenarnya tidak memandang bahwa pria berkedudukan lebih
tinggi daripada wanita. Perbedaan sosial antara pria dan wanita pada umumnya
didasari oleh tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah faktor biologis, faktor
psikologis, dan adanya pandangan pada sebagian masyarakat.
(1) secara biologis, fisik pria relatif lebih kuat dibandingkan fisik wanita.
adanya perbedaan tersebut berkaitan dengan produktivitas secara fisik
yang berat dibandingkan wanita;
(2) secara psikologis, membesarkan anak perempuan relatif lebih sulit dan
berat karena jika terlalu ketat maka anak akan tertekan dan mungkin akan
sulit menemukan pasangan hidup. sebaliknya jika terlalu longgar makan
anak akan bisa terjebak dalam pergaulan bebas yang tentu akan merugikan
dirinya sendiri;
(3) adanya pandang pada sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa anak
lelaki merupakan penerus garis keturunan keluarga.19
Keempat, faktor profesi. Profesi adalah jenis pekerjaan yang dilakukan
dengan menggunakan keterampilan secara intelektual. Jadi untuk menjadi

18
Ibid., hal. 55-56.
19
Ibid., hal. 56.
11

seorang yang profesional tidak cukup hanya berbekal latihan saja, akan tetapi
harus memiliki keterampilan yang mencukupi dan memadahi. 20
Kelima, faktor klan. Klan adalah suatu kelompok kekerabatan yang
terdiri atas semua keturunan dari seorang nenek moyang yang diperhitungkan
melalui garis keturunan sejenis, yaitu keturunan warga laki-laki atau
perempuan. Apabila garis keturunan ditarik dari laki-laki tersebut sebagai
21
patrilineal. Sedangkan apabila perempuan disebut sebagai matrilineal.
Keenam, faktor suku bangsa. Suku bangt merupakan deferensiasi sosial
yang lebih luas dari pada klan. Suku bangsa adalah golongan sosial yang
digolongkan dari golongan sosial lainnya. Menurut Koentjaraningrat, Suku
bangsa adalah kelompok masyarakat dengan corak kebudayaan yang khas.
Tapi secara lengkap dikemukakan bahwa Suku bangsa adalah golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri akan kesatuan kebudayaan.22

D. Pengertian Stratifikasi Sosial


Istilah stratifikasi (stratification) berasal dari kata strala dan stratum
yang berarti lapisan. Karena itu stratifikasi sosial (social stratification) sering
diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang
mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat
dikatakan bahwa dalam suatu lapisan (stratum). Stratifikasi sosial adalah
sistem sistem pembedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang
menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki
dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu
pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. 23
Masyarakat yang berstratifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut
atau piramida, dimana lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini
menyempit ke atas. Struktur sosial, status, dan peranan di dalam masyarakat
terdapat struktur sosial. Komblum mendefinisikan sebagai suatu pola perilaku
berulang-uang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok

20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid., hal. 56-57.
23
Maunah, Sosiologi…, hal. 52.
12

dalam masyarakat (the recurring patterns of behaviour that create


relationships among individuals and group within a society). Dalam struktur
sosial tersebut, setiap individu mempunyai kedudukan seseorang di dalam
suatu struktur sosial. Misalnya di dalam struktur organisasi sebuah madrasah
sesorang mungkin berkedudukan sebagai kepala sekolah, sebagai guru, sebagai
peserta didik, dan lain sebagainya. 24
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali
disamakan; padahal di sisi lain terdapat perbedaan pengertian antara stratifikasi
sosial dan kelas sosial. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan
orang ke dalam tingkatan atau strata dalam hierarki secara vertical.
Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi kedudukan antar-
orang atau kelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Dengan
demikian, stratifikasi sering kali dikaitkan dengan persoalan kesenjangan atau
polarisasi sosial (Horton & Hunt, 1984).25
Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup
kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih mrujuk pada satu lapisan
atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Dengan demikian, kelas
sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki
orientasi politik, nilai budaya, sikap, dan perilaku sosial yang secara umum
sama.26
Paul B. Horton dan ChesterI., Hunt mengatakn bahwa terbentuknya
stratifikasi dan kelas sosial sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang.
Stratifikasi sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan
sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Sebab asasi mengapa ada
pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapu
karena kemampuan manuisa menilai perbedaan itu dengan menerapkan
berbaga kriteria. Artinya, mennganggap ada sesuatu yang dihargai, maka

24
Ibid., hal. 53.
25
Elly M. Setiadi, Pengantar Ringkas Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial (Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2020), hal. 186.
26
Ibid.
13

sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan adanya sistem


berlapis-lapis dalam masyarakat.27
Penggolongan dalam kelas-kelas tersebut berdasarkan dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam suatu lapisan-lapisan yang lebih hierarkis
menurut dimensi kekuasaan, previlese, dan prestise.28
Kekuasaan, contoh : seorang presiden memiliki kesempatan untuk
melaksanakan kemauannya pada orang lain. Kesempatan yang ada pada
presiden jauh lebih besar dari pada menteri-menterinya.
Previlese dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya
(1) previlese ekonomi;
(a) pendidikan : orang yang memiliki uang banyak bisa menyekolahkan
anak-anaknya tinggi-tinggi daripada yang tidak mempunyai uang;
(b) kesehatan : orang yang memiliki uang banyak bisa berobat ke rumah
sakit yang mutunya bagusdan bisa mempertahankan hidupnya daripada
yang tidak mempunyai uang;
(c) pekerjaan : orang yang memiliki uang banyak bisa memperluas
usahanya.
(2) previlese budaya;
a. contoh : dalam keluarga anak laki-laki mendapatkan kesempatan
yang lebih besar dari anak perempuan misalnya dari pendidikan dan
pewarisan.
Prestise (kehormatan), comtoh : seorang raja mempunyai prestise
(kehormatan).29
Stratifikasi sosial digunakan untuk mewujudkan ketidaksamaan dalam
masyarakat khususnya manusia Adapun macam-macam stratifikasi antara
lain30
Pertama, perbudakan seperti yang kita tahu pada sistem seperti ini
masyarakat dibagi menjadi dua pemilik budak dan budak. Namun sudah lama

27
Ibid.
28
Maunah, Sosiologi…, hal. 52.
29
Evy Clara dan Ajeng Agrita Dwikasih Wardani, Sosiologi Keluarga, (Jakarta Timur:
UNJ Press, 2020), hal. 117.
30
Maunah, Sosiologi…, hal. 52
14

hal ini tidak berlaku lagi. Salah satu penyebabnya adanya budak adalah
perang. 31
Kedua, kasta, hal ini berhubungan dengan kepercayaan bangsa India
dimana masyarakat percaya terhadap reinkarnasi bahwa manusia dilahirkan
kembali, dan setiap orang wajib menjalani hidupnya sesuai dengan kastanya
maka dalam kehidupan mendatang akan dilahirkan kembali dalam didalam
kasta yamg lebih rendah. Setiap orang dalam sistm kasta ini mendapatan
tingkatan kastanya berdasarkan kasta keluarga mereka. Namun yang masih
belum jelas adalah dasar dari mana keluarga mereka mendapatkan kedudukan
dalam kasta tersebut.32
Ketiga, estates hal ini erat hubungannya dengan sistem Feodal dimana
kedudukan seseorang Dinilai dari beberapa banyak yang dia miliki tanah.
Tanah ini merupakan hadiah atau penghargaan untuk para raja bangsawan atas
dukungan terhadap raja. 33
Keempat, kelas ialah pembagian masyarakat atas dasar kemampuan
ekonomi yang tercermin dalam gaya kehidupan. 34
E. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Antonio Yermakova, dan Ratnikov Valentine menyebutkan bahwa
bentuk-bentuk stratifikasi sosial terbentuk dari: Pertama, kriteria ekonomis.
Kriteria ekonomis yaitu kriteria berdasarkan hak milik penduduk. Kriteria
ekonomis ini terdiri dari tiga kelas: ekonomi tinggi, ekonomi menengah, dan
ekonomi rendah. Kedua, kriteria status/jabatan. Pada kriteria jabatan ini
terdapat berbagai lapisan yaitu: golongan status sosial golongan tinggi dan
golongan status sosial menengah. Serta golongan status sosial rendah, dan
golongan bukan pegawai dan pejabat.35
Sanapiah Faisal menyebutkan bahwa bentuk-bentuk stratifikasi sosial
terbentuk dari: Pertama, kriteria politis. Dalam kriteria politis yang utama

31
Ibid.
32
Ibid.
33
Ibid., hal. 53.
34
Ibid.
35
Zainal Effendi Burlian, Ilmu alamiah, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial Dasar,
(Malang: Intelegensia Media, 2020), hal. 184.
15

adalah golongan yang menganut aliran politik yaitu anggota partai politik dan
gerakan masa, yang lain adalah golongan non partai. Dari golongan partai
politik ini terdapat strata sosial: 1) golongan pemegang kekuasaan politik
tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota nrgara. 2) golongan
pemegang kekuasaan poloitik tingkat daerah (Tk. 1/propinsi). Kedua, golongan
pimpinan partai tingkat cabang. Dimensi stratifikas sosial modern terbagi
mnjadi tiga golongan yaitu: 1) golongan tinggi, 2) golongan menengah, dan 3)
golongan rendah.36
Abdul Aziz menyebutkan bahwa bentuk-bentuk startifikasi sosial
terbentuk dari: Pertama, kriteria kehormatan. Kehormatan terlepas dari ukuran
kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani karena kelebihanya,
dihormati, dan mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai
pada masyarakat-masyarakat tradisional, pada golongan tua atau orang yang
pernah berjasa kepada masyarakat. Kedua, kriteria ilmu pengetahuan atau
pendidikan. Kriteria atas dasar pendidikan terdapat strata sosial yaitu: 1)
golongan yang berpendidikan tinggi, 2) golongan yang berpendidikan
menengah, 3) golongan yang berpendidikan rendah. Ketiga, kriteria agama.
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang
berdasarkan keagamaan yaitu: 1) golongan orang Islam dan bukan Islam.
Golongan ini terdiri dari golongan Islam yang mendalam dan yang masih
dangkal (abangan) dan golongan bukan Islam. 2) golongan orang yang
beragama dan orang yang tidak beragama (atheis). Sementara golongan bukan
Islam dibedakan lagi menjadi: 1) golongan penganut Budha, 2) golongan
penganut Hindu Bali, 3) golongan penganut Katholik, dan golongan penganut
Protestan.37
Stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat dilihat dalam struktur sosial,
sebagaimana yang dikemukakan darmansyah sebagai berikut: Pertama, strata
itu terbentuk berdasarkan latar belakang kemajuan kebudayaan yang
diaktualisasikan dalam bentuk kualitas individu dan kelompok. Kedua, setelah
strata terbentuk kemudian lahirlah kelompok-kelompok yang dipandang

36
Ibid.
37
Binti Maunah, “Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan”, Ta’allum, Volume 03. Nomor 01, Juni 2015, hal. 26-27.
16

inferior dan superior. Ketiga, adanya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki
oleh kaum superior.38
Penggolongan stratifikasi memang berdasarkan pada status sosial
seseorang. Status sosial yang ada pada stratifikasi dapat diperoleh dalam
berbagai macam usaha didalamnya. Berikut ini diuraikan mengenai macam-
macam stratifikasi sosial. 39

1) Berdasarkan Status yang Diperoleh Secara Alami


Berdasarkan status yang diperoleh secara alami, maka stratifikasi
dibedakan menjadi lima. Lima stratifikasi tersebut yaitu stratifikasi
berdasarkan perbedaan usia (age stratification), stratifikasi berdasarkan
senioritas, stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (sex stratification),
stratifikasi berdasarkan sistem kekerabatan, dan stratifikasi berdasarkan
keanggotaan dalam kelompok tertentu.40
Pertama, stratifikasi berdasarkan perbedaan usia (age
stratification). Pada stratifikasi ini sebagian anak muda memiliki ambisi dan
semangat yang kuat akan pekerjaan dan cita-cita mereka. Anak muda
cenderung selalu berusaha dalam mewujudkan keinginannya tersebut.
Keinginan mereka akan cita-cita selalu diwujudkan dalam bentuk usaha dan
kerja keras yang tiada henti. Semangat membara terus hadir dalam diri
mereka. 41
Kedua, stratifikasi berdasarkan senioritas, kata senior biasanya
identik dengan usia dan pengalaman seseorang akan suatu hal, baik itu
mengenai pekerjaan, ilmu pengetahuan, jabatan dan pangkat yang melekat
pada diri orang tersebut. Menghormati senior dan mengutamakan senior
seringkali menjadi sebuah tren dalam menghormati orang yang lebih tua,
meskipun orang yang sudah tua tersebut kurang memiliki pengalaman yang
cukup akan suatu pekerjaan atau ilmu pengetahuan (knowledge) untuk
dijadikan sebuah ketua. Tapi apa jadinya kalau orang yang lebih tua dan

38
Ibid., hal. 27.
39
Maunah, Sosiologi…, hal. 57.
40
Ibid.
41
Ibid.
17

dianggap senior itu kurang memiliki kecakapan (ability) akan pengalaman


dan kemampuan dalam bidang tersebut. Itulah stratifikasi yang kebanyakan
berjalan di lingkungan masyarakat kita.42
Ketiga, stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (sex stratification),
perbedaan jenis kelamin menjadi salah satu hal yang membuat adanya
perbedaan status sosial di masyarakat. Perbedaan jenis kelamin ini
dipengaruhi oleh adanya tradisi mengenai harkat dan martabat antara laki-
laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Adanya
perbedaan ini memang merupakan suatu hal yang sangat mendasar.
Misalnya upah buruh laki-laki lebih tinggi daripada upah buruh perempuan,
meskipun sama-sama memiliki jam kerja dengan durasi waktu yang sama.
Hal seperti ini kebanyakan masih berlaku diwilayah pedesaan bagi mereka
yang berpotensi sebagai buruh tani. 43
Keempat, stratifikasi berdasarkan sistem kekerabatan, sistem
kekerabatan dalam keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, serta cucu.
Adanya kekerabatan tersebut membuat mereka memiliki posisi dan
kedudukan yang berbeda baik itu mengenal hakikat dan kewajiban mereka.
Adanya hak dan kewajiban berbeda dalam sistem kekerabatan tidak
membuat rasa hormat dengan yang lebih tua itu pudar atau bahkan hilang.
Rasa hormat dan sikap saling menghargai terus diupayakan dalam sistem
kekerabatan. 44
Kelima, stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam kelompok suku,
agama dan warna kulit. Perbedaan stratifikasi juga terjadi pada kelompok
suku, agama, dan warna kulit. Seringkali kelompok suku, agama, dan warna
kulit tertentu menempati lapisan atau strata sosial yang lebih tinggi.
Misalkan orang kulit putih memiliki strata sosial yang lebih tinggi daripada
kulit hitam. 45

2) Berdasarkan Status yang Diperoleh Melalui Serangkaian Usaha

42
Ibid., hal. 57-58.
43
Ibid., hal. 59.
44
Ibid.
45
Ibid.
18

Berdasarkan status yang diperoleh melalui serangkaian usaha, maka


stratifikasi dibedakan menjadi tiga. Tiga stratifikasi tersebut yaitu
stratifiikasi sosial dalam pendidikan, stratifikasi sosial dalam bidang
pekerjaan, dan stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi. 46
Pertama, stratifikasi sosial dalam pendidikan. Pendidikan memang
merupakan suatu hal penting yang harus dimiliki seseorang. Semakin tinggi
jenjan pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula kelas sosial
yang mereka tempati di masyarakat, orang-orang yang mampu
menyelesaikan pendidikan formal sampai pada jenjang yang lebih tinggi
misalkan pada tingkatan master (S2) atau doctor (S3). Adanya jenjang yang
tinggi pada tingkatan ,aster pada jenjang S2 atau doctor pada jenjang S3
umumnya membuat orang memperoleh hak dan kewajiban yang lebih
beragam. Adanya status yang beragam tersebut membuat atau mengarah
juga pada keberagaman pada tingkat status sosial di lingkungan masyarakat.
Perbedaan tingkat pendidikan tentu akan membuat perbedaan dari
segi hak dan kewajiban baik anatara individu dengan ondividu, individu
dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.47
Kedua, stratifikasi sosial dalam bidang pekerjaan. Semakin baik
pekerjaan seseorang, maka akan semakin tinggi pula status sosial yang
mereka dapatkan. Kedudukan dan pangkal memang memiliki peran
tersendiri dalam proses stratifikasi sosial khususnya dalam bidang
pekerjaan. Pekerjaan memang memiliki arti dan kedudukan tersendiri.
Semakin baik pekerjaan sesorang, tentu ia akan semakin dimuliakan,
dihormati, dan tentunya akan semakin dihargai oleh banyak orang di
sekelilingnya. 48
Ketiga, stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi. Startifikasi ini
sangat menonjol dan hampir dibutuhkan oleh kelompok masyarakat. Apa
jadinya kalau manusia hidup tanap adanya ekonomi atau pekerjaan yang
menghasilkan sebuah materi atau uang. Adanya pekerjaan dapat digunakan
untuk kelangsungan hidup manuisa ke depan. Perbedaan kelas sosial pada

46
Ibid.
47
Ibid., hal. 59-60.
48
Ibid., hal. 60.
19

stratifikasi bidang ekonomi ini didasarkan pada penghasilan dan kekayaan


materi.
Kekayaan materi menjadi ukuran dari kesejahteraan sesorang.
Orang yang sejahtera identik dengan orang kaya. Kriteria orang kaya juga
memiliki perbedaan yang begitu jelas baik antara wilayah perkotaan dengan
wilayah di pedesaan. Begitu pula dengan kriteria orang ang mapan secara
ekonomi di negara maju dengan negara yang sedang berkembang
(development country) tentu akan sangat berbeda sekali dan memang
sesungguhnya memang berbeda.49

49
Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama dan
melakukan interaksi sosial satu sama lain. Setiap masyarakat pasti memiliki
karakteristik atau ciri khas yang berbeda-beda, apalagi seperti di negara
Indonesia ini yang disebut dengan negara majemuk karena
keanekaragamannya. Dari perbedaan yang ada tersebut maka muncullah
penggolongan masyarakat, baik itu secara horizontal maupun vertikal. Secara
vertikal yaitu diferensiasi sosial, sedangkan secara horizontal yaitu stratifikasi
sosial.
Diferensiasi sosial dengan berbagai faktor-faktor pembentuk
diferensiasi dan stratifikasi sosial dengan segala bentuknya memunculkan
status sosial yang ada di masyarakat. Sehingga diferensiasi dan stratifikasi
sosial sangat berpengaruh pada kehidupan individu sesuai dengan status serta
kedudukannya di masyarakat.

B. Saran
Penyusun menyarankan beberapa hal terkait adanya diferensiasi dan
stratifikasi sosial di masyarakat yang sudah dibahas di atas, antara lain
(1) bagi praktisi pendidikan, sebaiknya dengan adanya stratifikasi dan
diferensiasi sosial ini tidak memandang peserta didik berdasarkan status
atau kedudukannya di masyarakat dan memberikan layanan pendidikan
yang adil antara peserta didik satu dengan yang lainnya;
(2) bagi tenaga pendidik, baik guru maupun dosen, sebaiknya dengan adanya
makalah ini bisa bersikap adil kepada semua peserta didiknya tanpa melihat
status atau kedudukannya, serta mengajarkan kepada anak didiknya untuk
mempererat rasa solidaritas dalam masyarakat dan menyikapi diferensiasi
dan stratifikasi sosial dengan bijaksana;

20
21

(3) bagi calon pendidik, seharusnya dengan adanya makalah ini dapat menjadi
wawasan dan menambah pengetahuan tentang keadaan sosial masyarakat
terutama tentang diferensiasi dan stratifikasi sosial di masyarakat
(4) bagi peserta didik, terutama mahasiswa/i fakultas tarbiyah ilmu dan
keguruan, makalah ini seyogyanya mampu memberikan pemahaman
pengetahuan tentang diferensiasi dan stratifikasi sosial di masyarakat;
(5) bagi masyarakat, hendaknya bisa menyikapi adanya stratifikasi sosial dan
diferensiasi sosial dengan bijaksana sehingga tidak terjadi kesenjangan
sosial yang terlalu mencolok di masyarakat.
22

DAFTAR RUJUKAN

Achmad, Yusnedi. 2019. Sosiologi Politik. Sleman: Deepublish.

Burlian, Zainal Effendi. 2020. Ilmu alamiah, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial
Dasar,. Malang: Intelegensia Media.

Clara, Evy & Wardani, Ajeng Agrita Dwikasih. 2020. Sosiologi Keluarga. Jakarta
Timur: UNJ Press.

Hasanah, Uswatun & Nadiroh. 2017. “Pengaruh Diferensiasi Peran dan Tingkat
Pendidikan terhadap Keinginan Ibu Mengatasi Masalah Lingkungan
Keluarga”. Jurnal Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan, 18(02), 7-8.

Laning, Vina Dwi. 2009. Sosiologi untuk Kelas XI SMA/MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Maryani, Dedeh, & Nainggolan, Ruth Roselin E., 2019. Pemberdayaan


Masyarakat. Sleman: Deepublish.

Maunah, Binti. 2016. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Media Akademi.

--------. 2015. “Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan”. Ta’alum: Jurnal Pendidikan Islam, 03(01), 26-27.

--------. 2015. “Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan”. Ta’alum: Jurnal Pendidikan Islam, 03(01), 27.

Setiadi, Elly M.. 2020. Pengantar Ringkas Sosiologi : Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial (Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya).
Jakarta: Kencana.

Tejokusumo, Bambang. 2014. “Dinamika Masyarakat sebagai Sumber Belajar Ilmu


Pengetahuan Sosial”. Geoedukasi, (03)01, 39.

Umanailo, M. Chairul Basrun. 2014. Buku Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar. t.tp: tp.

Anda mungkin juga menyukai