MASYARAKAT
Disusun Oleh :
Kelompok 9
PGMI-1D
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain, sehingga bisa dikatakan manusia tidak bisa hidup sendiri.
Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-harinya manusia akan berkumpul dan
melakukan interaksi dengan sesamanya. Dari kumpulan manusia tersebut
terbentuklah suatu kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lain. Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia memiliki
berbagai keanekaragaman suku, budaya, rasa, agama, dan lain-lainnya yang
memiliki ciri khas khusus dari setiap daerahnya. Karena Indonesia memiliki
berbagai keanekaragaman tersebut bisa dikatakan Indonesia adalah negara
yang majemuk.
Secara umum, pengelompokan masyarakat Indonesia terbagi menjadi
dua bentuk. Pertama, pengelompokan secara horizontal berupa diferensiasi
dan kedua, pengelompokan secara vertikal berupa stratifikasi sosial.
Diferensiasi yang terjadi di masyarakat baik itu jenis kelamin, bahasa, suku,
bangsa, agama, bahasa, kebudayaan, politik, ekonomi, ras, keturunan (nasab),
dan pendidikan dapat menjadi suatu kebanggaan dan dapat dimanfaatkan
dalam pembangunan di berbagai bidang, terutama dalam rangka
mempertahankan keutuhan masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Namun,
diferensiasi kadang-kadang juga dapat menimbulkan keprihatinan. Hal itu
diakibatkan oleh sulitnya menyatukan keanekaragaman kepentingan, sifat, dan
keinginan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Dalam kenyatannya,
setiap masyarakat yang memiliki latar belakang masyarakat majemuk dimana
pun di dunia pasti menghadapi dua hal pokok, yaitu integrasi dan konflik.
Adanya diferensiasi yang terjadi pada masyarakat Indonesia juga berefek apa
adanya. 1
Seperti yang diketahui setiap individu memiliki status dan kedudukan
yang berbeda di masyarakat. Karena adanya status dan kedudukan, hal tersebut
1
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), hal. 47.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah:
(1) bagaimana pengertian masyarakat?
2
Vina Dwi Laning, Sosiologi untuk Kelas XI SMA/MA, (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal. 20.
3
Ibid.
3
A. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu masyarakat yang
artinya ikut serta atau berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah
society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan
rasa kebersamaan.1
Ahli dari Indonesia, yaitu Selo Soemardjan (1974) mengartikan
memberikan pengertian masyarakat sebagai orang-orang yang hidup Bersama
dan menghasilkan kebudayaan.2
Masyarakat menurut Max Weber adalah suatu struktur atau aksi yang
pada pokoknya ditemukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada
warganya. Ahli Sosiologi dan bapak sosiologi modern, Emile Durkheim,
mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-
individu yang merupakan anggota-angotanya. Bapak Komunisme, Karl Marx,
memberikan definisi masyarakat sebagai suatu struktur yang menderita
ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis. 3
Apabila masyarakat diartikan sebagai komunitas, maka Wilkinson
mendefinisikan masyarakat sebagai kelompok manusia yang hidup bersama
dalam ekologi setempat dengan batasan wilayah yang bias. 4
Menurut Thomas Hobbes, masyarakat (komunitas) adalah proses
alamiah dimana orang-orang yang hidup bersama untuk memaksimalkan
kepentingan mereka. Hobbes mengemukakan bahwa kepentingan diri pribadi
dapat didapati dalam kelompok.5
Adapun Soerjono Soekanto (1986: 27) mengemukakan bahwa ciri-ciri
kehidupan masyarakat adalah
1
Yusnedi Achmad, Sosiologi Politik, (Sleman: Deepublish, 2019), hal. 7.
2
Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan, Pemberdayaan Masyarakat, (Sleman:
Deepublish, 2019), hal.3.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Ibid.
4
5
6
Bambang Tejokusumo, “Dinamika Masyarakat sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial”, Geoedukasi, Volume 3. Nomor 1, Maret 2014, hal.. 39.
7
Uswatun Hasanah dan Nadiroh, “Pengaruh Diferensiasi Peran dan Tingkat Pendidikan
terhadap Keinginan Ibu Mengatasi Masalah Lingkungan Keluarga”, Jurnal Pendidikan Lingkungan
dan Pembangunan Berkelanjutan, Volume 18. Nomor 2, September 2017, hal. 7-8.
8
Maunah, Sosiologi…, hal. 48.
6
9
Ibid.
10
Ibid., hal. 49.
11
Ibid., hal. 49-50.
7
dan disukai oleh kelompok masyarkat lainnya, begitu juga model pakaian, gaya
bangunan, bahasa, bahkan pola pergaulan sehari-hari sehingga dipelajari dan
diterapkan dalam kehidupan sendiri. 12
Keempat, primordialisme. Istilah primordial berasal dari kata Kristus
(pertama) dan ordiri (tenunan atau ikatan). Jadi primordial artinya ikatan-
ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal-hal yang dibawa
sejak kelahirannya seperti suku bangsa, ras, daerah kelahiran, klan, agama, dan
lain sebagainya. Menurur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
primordialisme diartikan sebagai perasaan kesukaan yang berlebihan. 13
Kelima, politik aliran. Politik aliran merupakan konsekuensi lain dari
bentuk-bentuk struktur sosial. Konsep sektarian pertama kali dikemukakan
oleh Clifford Geert dalam kebijakan antropologinya di Mojokuto Pare Jawa
Timur. Ada 3 golongan dalam masyarakat Jawa yaitu golongan abangan,
golongan santri, dan golongan priyayi. 14
12
Ibid., hal. 50.
13
Ibid.
14
Ibid., hal. 51.
15
M. Chairul Basrun Umanailo, Buku Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar, (t.tp: tp, 2014),
hal. 4-5.
8
16
Maunah, Sosiologi…, hal. 53-54.
9
(d) sub ras Indik. Sub ras ini berada di wilayah Pakistan, India, Bangladesh,
dan Srilanka.
(4) Ras Negroid merupakan ras kulit hitam. Ras ini terbagi menjadi
(a) sub ras Negro Afrika. Sub ras Negro Afrika yang terdapat di wilayah
Amerika Barat;
(b) sub ras Negrito. Sub ras ini terdapat di wilayah Afrika Tengah, orang
Semang di semenanjung Malaya dan Filipina;
(c) sub ras Melanesia. Sub ras ini terdapat sebagian besar wilayah Papua
dan Pasifik.
(5) Ras Bushman. Ras ini berada di kawasan Gunung Kalahari dan Afrika
Selatan.
(6) Ras Veddoid. Ras ini berada di wilayah pedalaman Srilanka dan Sulawesi
Selatan.
(7) Ras Polynesia. Ras ini tersebar di Kepulauan Mikronesia dan Polynesia.
(8) Ras Ainu. Ras ini berada di wilayah Jepang. Ras ini merupakan penduduk
asli Jepang.
Pada pembagian ras diatas, terlihat jelas, bahwa penduduk Indonesia
terdiri atas beberapa ras yang berbeda. Di kawasan Indonesia Barat hingga
perbatasan pulau Sulawesi terdapat ras Melayu Mongoloid yang terdiri atas sub
ras Melayu Tua (Proto Melayu) dan sub ras Melayu Muda (Deutro Melayu).
Di wilayah Sulawesi Selatan didiami oleh sub ras yang terdapat di wilayah
pedalaman Srilanka. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian Tenggara dan
Timur terdapat ras Negroid.
Etnik adalah suatu komunitas yang menampilkan persamaan bahasa
adat istiadat, berbagai kebiasaan, wilayah, bahkan sejarah sekalipun. Etnik
ditandai dengan persamaan warisan kebudayaan (culture) dan ikatan batin
(wafeeling) di antara para anggota-anggotanya. Menurut Koentjaraningrat
etnik mempunyai kesamaan makna dengan pengertian suku bangsa dalam
masyarakat.17
Kedua, faktor agama dan keyakinan. Agama berasal dari titah Tuhan
yang diturunkan kepada makhluknya yakni manusia mulai masa permulaan
17
Ibid., hal. 54.
10
18
Ibid., hal. 55-56.
19
Ibid., hal. 56.
11
seorang yang profesional tidak cukup hanya berbekal latihan saja, akan tetapi
harus memiliki keterampilan yang mencukupi dan memadahi. 20
Kelima, faktor klan. Klan adalah suatu kelompok kekerabatan yang
terdiri atas semua keturunan dari seorang nenek moyang yang diperhitungkan
melalui garis keturunan sejenis, yaitu keturunan warga laki-laki atau
perempuan. Apabila garis keturunan ditarik dari laki-laki tersebut sebagai
21
patrilineal. Sedangkan apabila perempuan disebut sebagai matrilineal.
Keenam, faktor suku bangsa. Suku bangt merupakan deferensiasi sosial
yang lebih luas dari pada klan. Suku bangsa adalah golongan sosial yang
digolongkan dari golongan sosial lainnya. Menurut Koentjaraningrat, Suku
bangsa adalah kelompok masyarakat dengan corak kebudayaan yang khas.
Tapi secara lengkap dikemukakan bahwa Suku bangsa adalah golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri akan kesatuan kebudayaan.22
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid., hal. 56-57.
23
Maunah, Sosiologi…, hal. 52.
12
24
Ibid., hal. 53.
25
Elly M. Setiadi, Pengantar Ringkas Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial (Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2020), hal. 186.
26
Ibid.
13
27
Ibid.
28
Maunah, Sosiologi…, hal. 52.
29
Evy Clara dan Ajeng Agrita Dwikasih Wardani, Sosiologi Keluarga, (Jakarta Timur:
UNJ Press, 2020), hal. 117.
30
Maunah, Sosiologi…, hal. 52
14
hal ini tidak berlaku lagi. Salah satu penyebabnya adanya budak adalah
perang. 31
Kedua, kasta, hal ini berhubungan dengan kepercayaan bangsa India
dimana masyarakat percaya terhadap reinkarnasi bahwa manusia dilahirkan
kembali, dan setiap orang wajib menjalani hidupnya sesuai dengan kastanya
maka dalam kehidupan mendatang akan dilahirkan kembali dalam didalam
kasta yamg lebih rendah. Setiap orang dalam sistm kasta ini mendapatan
tingkatan kastanya berdasarkan kasta keluarga mereka. Namun yang masih
belum jelas adalah dasar dari mana keluarga mereka mendapatkan kedudukan
dalam kasta tersebut.32
Ketiga, estates hal ini erat hubungannya dengan sistem Feodal dimana
kedudukan seseorang Dinilai dari beberapa banyak yang dia miliki tanah.
Tanah ini merupakan hadiah atau penghargaan untuk para raja bangsawan atas
dukungan terhadap raja. 33
Keempat, kelas ialah pembagian masyarakat atas dasar kemampuan
ekonomi yang tercermin dalam gaya kehidupan. 34
E. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Antonio Yermakova, dan Ratnikov Valentine menyebutkan bahwa
bentuk-bentuk stratifikasi sosial terbentuk dari: Pertama, kriteria ekonomis.
Kriteria ekonomis yaitu kriteria berdasarkan hak milik penduduk. Kriteria
ekonomis ini terdiri dari tiga kelas: ekonomi tinggi, ekonomi menengah, dan
ekonomi rendah. Kedua, kriteria status/jabatan. Pada kriteria jabatan ini
terdapat berbagai lapisan yaitu: golongan status sosial golongan tinggi dan
golongan status sosial menengah. Serta golongan status sosial rendah, dan
golongan bukan pegawai dan pejabat.35
Sanapiah Faisal menyebutkan bahwa bentuk-bentuk stratifikasi sosial
terbentuk dari: Pertama, kriteria politis. Dalam kriteria politis yang utama
31
Ibid.
32
Ibid.
33
Ibid., hal. 53.
34
Ibid.
35
Zainal Effendi Burlian, Ilmu alamiah, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial Dasar,
(Malang: Intelegensia Media, 2020), hal. 184.
15
adalah golongan yang menganut aliran politik yaitu anggota partai politik dan
gerakan masa, yang lain adalah golongan non partai. Dari golongan partai
politik ini terdapat strata sosial: 1) golongan pemegang kekuasaan politik
tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota nrgara. 2) golongan
pemegang kekuasaan poloitik tingkat daerah (Tk. 1/propinsi). Kedua, golongan
pimpinan partai tingkat cabang. Dimensi stratifikas sosial modern terbagi
mnjadi tiga golongan yaitu: 1) golongan tinggi, 2) golongan menengah, dan 3)
golongan rendah.36
Abdul Aziz menyebutkan bahwa bentuk-bentuk startifikasi sosial
terbentuk dari: Pertama, kriteria kehormatan. Kehormatan terlepas dari ukuran
kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani karena kelebihanya,
dihormati, dan mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai
pada masyarakat-masyarakat tradisional, pada golongan tua atau orang yang
pernah berjasa kepada masyarakat. Kedua, kriteria ilmu pengetahuan atau
pendidikan. Kriteria atas dasar pendidikan terdapat strata sosial yaitu: 1)
golongan yang berpendidikan tinggi, 2) golongan yang berpendidikan
menengah, 3) golongan yang berpendidikan rendah. Ketiga, kriteria agama.
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang
berdasarkan keagamaan yaitu: 1) golongan orang Islam dan bukan Islam.
Golongan ini terdiri dari golongan Islam yang mendalam dan yang masih
dangkal (abangan) dan golongan bukan Islam. 2) golongan orang yang
beragama dan orang yang tidak beragama (atheis). Sementara golongan bukan
Islam dibedakan lagi menjadi: 1) golongan penganut Budha, 2) golongan
penganut Hindu Bali, 3) golongan penganut Katholik, dan golongan penganut
Protestan.37
Stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat dilihat dalam struktur sosial,
sebagaimana yang dikemukakan darmansyah sebagai berikut: Pertama, strata
itu terbentuk berdasarkan latar belakang kemajuan kebudayaan yang
diaktualisasikan dalam bentuk kualitas individu dan kelompok. Kedua, setelah
strata terbentuk kemudian lahirlah kelompok-kelompok yang dipandang
36
Ibid.
37
Binti Maunah, “Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan”, Ta’allum, Volume 03. Nomor 01, Juni 2015, hal. 26-27.
16
inferior dan superior. Ketiga, adanya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki
oleh kaum superior.38
Penggolongan stratifikasi memang berdasarkan pada status sosial
seseorang. Status sosial yang ada pada stratifikasi dapat diperoleh dalam
berbagai macam usaha didalamnya. Berikut ini diuraikan mengenai macam-
macam stratifikasi sosial. 39
38
Ibid., hal. 27.
39
Maunah, Sosiologi…, hal. 57.
40
Ibid.
41
Ibid.
17
42
Ibid., hal. 57-58.
43
Ibid., hal. 59.
44
Ibid.
45
Ibid.
18
46
Ibid.
47
Ibid., hal. 59-60.
48
Ibid., hal. 60.
19
49
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama dan
melakukan interaksi sosial satu sama lain. Setiap masyarakat pasti memiliki
karakteristik atau ciri khas yang berbeda-beda, apalagi seperti di negara
Indonesia ini yang disebut dengan negara majemuk karena
keanekaragamannya. Dari perbedaan yang ada tersebut maka muncullah
penggolongan masyarakat, baik itu secara horizontal maupun vertikal. Secara
vertikal yaitu diferensiasi sosial, sedangkan secara horizontal yaitu stratifikasi
sosial.
Diferensiasi sosial dengan berbagai faktor-faktor pembentuk
diferensiasi dan stratifikasi sosial dengan segala bentuknya memunculkan
status sosial yang ada di masyarakat. Sehingga diferensiasi dan stratifikasi
sosial sangat berpengaruh pada kehidupan individu sesuai dengan status serta
kedudukannya di masyarakat.
B. Saran
Penyusun menyarankan beberapa hal terkait adanya diferensiasi dan
stratifikasi sosial di masyarakat yang sudah dibahas di atas, antara lain
(1) bagi praktisi pendidikan, sebaiknya dengan adanya stratifikasi dan
diferensiasi sosial ini tidak memandang peserta didik berdasarkan status
atau kedudukannya di masyarakat dan memberikan layanan pendidikan
yang adil antara peserta didik satu dengan yang lainnya;
(2) bagi tenaga pendidik, baik guru maupun dosen, sebaiknya dengan adanya
makalah ini bisa bersikap adil kepada semua peserta didiknya tanpa melihat
status atau kedudukannya, serta mengajarkan kepada anak didiknya untuk
mempererat rasa solidaritas dalam masyarakat dan menyikapi diferensiasi
dan stratifikasi sosial dengan bijaksana;
20
21
(3) bagi calon pendidik, seharusnya dengan adanya makalah ini dapat menjadi
wawasan dan menambah pengetahuan tentang keadaan sosial masyarakat
terutama tentang diferensiasi dan stratifikasi sosial di masyarakat
(4) bagi peserta didik, terutama mahasiswa/i fakultas tarbiyah ilmu dan
keguruan, makalah ini seyogyanya mampu memberikan pemahaman
pengetahuan tentang diferensiasi dan stratifikasi sosial di masyarakat;
(5) bagi masyarakat, hendaknya bisa menyikapi adanya stratifikasi sosial dan
diferensiasi sosial dengan bijaksana sehingga tidak terjadi kesenjangan
sosial yang terlalu mencolok di masyarakat.
22
DAFTAR RUJUKAN
Burlian, Zainal Effendi. 2020. Ilmu alamiah, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial
Dasar,. Malang: Intelegensia Media.
Clara, Evy & Wardani, Ajeng Agrita Dwikasih. 2020. Sosiologi Keluarga. Jakarta
Timur: UNJ Press.
Hasanah, Uswatun & Nadiroh. 2017. “Pengaruh Diferensiasi Peran dan Tingkat
Pendidikan terhadap Keinginan Ibu Mengatasi Masalah Lingkungan
Keluarga”. Jurnal Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan, 18(02), 7-8.
Laning, Vina Dwi. 2009. Sosiologi untuk Kelas XI SMA/MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
--------. 2015. “Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan”. Ta’alum: Jurnal Pendidikan Islam, 03(01), 26-27.
--------. 2015. “Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan”. Ta’alum: Jurnal Pendidikan Islam, 03(01), 27.
Setiadi, Elly M.. 2020. Pengantar Ringkas Sosiologi : Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial (Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya).
Jakarta: Kencana.
Umanailo, M. Chairul Basrun. 2014. Buku Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar. t.tp: tp.