GURU PEMBIMBING :
AMIRUL, S.Pd.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
MIFTAHUL JANNAH
ZAKIYATUN NAJIHAH
ST. CICIK NUR JANNAH
SELVI ROHMATUL MAJID
KHARIS
M. SYAIFUDIN ROHMAN
MA MANBA’UL ULUM
Jl. Pesantren No. 110 RT 10 RW 02 Ds. Klepek Kec. Sukosewu Kab.
Bojonegoro Provinsi Jawa Timur
2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik,yang bertemakan tentang ”PERBEDAAN SOSIAL DALAM
MASYARAKAT” .
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
guru kami yaitu yang terhormat Bapak Amirul S.Pd.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah mengatakan,
“ tak ada gading yang tak retak “,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah saya selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin.
i
Daftar isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Jenis kelamin merupakan kategori sosial yang diperoleh manusia sejak lahir.
Diferensiasi sosial tidak menunjuk adanya tingkatan, misalnya laki-laki lebih tinggi
haknya dibandingkan perempuan, melainkan sekedar menampilkan adanya perbedaan.
Dalam kehidupan sosial kenyataan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan
akhirnya mengarah pada pembedaan fungsi dan hak serta kewajiban. Para ahli
sosiologi berkeyakinan bahwa secara biologis pria tidak lebih tinggi daripada wanita
dalam merebut kesempatan yang berhubungan dengan ekonomi, hak istimewa dan
prestasi.
b. Diferensiasi umur
Berdasarkan faktor usia, orang dapat dikelompokkan menjadi :
1. Masa bayi (usia 0-2 tahun)
2. Masa kanak-kanak (usia 2-6 tahun)
3. Masa anak-anak (usia 6-12 tahun)
4. Masa remaja (usia 12-18 tahun)
5. Masa pemuda atau pemudi (usia 18-25 tahun)
6. Masa dewasa (usia 25-60 tahun)
7. Masa tua (usia 60- 70 tahun)
8. Masa jompo / usia lanjut (usia > 70 tahun)
Usia tersebut diatas mempengaruhi gaya hidup dan tenaga serta pola berpikir
dan semangat hidup gyang diikuti serta pemberian hak dan kewajiban masing-masing
berbeda.
c. Diferensiasi ras
Menurut Prof.Koentjaraningrat, ras adalah suatu golongan manusia yang
menunjukkan berbagai ciri tubuh yang tertentu dengan frekuensi yang besar.
Sedangkan menurut pandangan Dunn dan Dobshansky dalam bukunya yang berjudul
Heredity Race and Society menyatakan ras adalah populasi yang dapat dibedakan
berdasarkan persamaan gen atau kategori individu yang secara turun temurun memilki
ciri-ciri fisik dan biologis tertentu.
Dalam menggolongkan aneka ras manusia di dunia, para ahli
menggolongkannya berdasarkan ciri-ciri morfologi (ciri fenotipe), yang terdiri dari dua
golongan, yaitu ciri kualitatif, seperti warna kulit, bentuk rambut, warna rambut,
bentuk mata, bentuk hidung, bentuk dagu, dan bentuk bibir. Sedangkan ciri kuantitatif,
antara lain berat badan, ukuran badan, index cephalicus, tinggi badan, dan ukuran
bentuk kepala.
Menurut A.L. Kroeber, ras di dunia di klasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1. Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin).
2. Mongoloid, yaitu penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, meliputi:
a. Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur).
3
b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Penduduk
Asli Taiwan).
c. American Mongoloid (penduduk asli Amerika).
3. Kaukasoid, yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia, antara lain:
a. Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik).
b. Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur).
c. Mediterania (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran).
d. Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Langka).
4. Negroid, yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia, antara lain:
a. African Negroid (Benua Afrika).
b. Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama Semang,
Filipina).
c. Malanesian (Irian, Melanesia).
5. Ras-ras Khusus, adalah ras yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam empat ras
pokok.
a. Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan).
b. Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan).
c. Polynesian (kepulauan Micronesia, dan Polinesia).
d. Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang).
Keanekaragaman ras di Indonesia, yaitu:
1. Mongoloid Melayu Muda (Deotero Malayan Mongoloid) di Indonesia bagian barat.
2. Mongoloid Melayu Tua (Proto Malayan Mongoloid) di Toraja, Batak, dan Mentawai.
3. Austroloid, yaitu orang- orang di Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara dan Timor
Timur.
4. Melanesia Negroid di Irian Jaya.
5. Asiatic Mongoloid, yaitu orang- orang Cina.
2. Diferensiasi berdasarkan kondisi sosio-kultural.
Yang termasuk jenis ini yaitu :
a. Diferensiasi agama.
Seorang ahli sosiologi yang bernama Emile Durkheim mendefinisikan agama
sebagai suatu sistem tepadu mengenai kepercayaan dan praktek- praktek yang
berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua pengikutnya ke dalam
suatu komunitas moral yang disebut umat. Keberadaan agama dalam masyarakat
merupakan perkembangan kultur budaya masyarakat setempat. Perkembangan budaya
manusia dari primitif masuk ke alam tradisonal hingga mencapai zaman modern seperti
saat ini.
Agama sebagai aspek budaya yang muncul dari kehidupan bersama suatu
masyarakat akhirnya menjadi pedoman semua aspek kehidupan. Masyarakat yang
4
beragama sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan yang mengatur bagaimana
manusia berhubungan dengan Tuhan dan dengan sesamanya. Pemeluk agama di
Indonesia dibedakan menjadi enam jenis agama yang diakui pemerintah yaitu agama
Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu, Budha,dan Kongfucu.
b. Diferensiasi suku bangsa.
Menurut Prof. Koentjaraningrat, suku bangsa atau ethnic group merupakan
suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan
bahasa. Negara kesatuan RI merupakan Negara kepulauan, yang didiami berbagai suku
bangsa dengan kebudayanya masing-masing, diantaranya :
1. Di Pulau Jawa: Suku Badui, Sunda, Betawi, Jawa, Tengger.
2. Di Pulau Sumatra: Suku Aceh, Batak, Mentawai, Minangkabau, Melayu, Kubu.
3. Di Pulau Kalimantan: Suku Dayak, Banjar.
4. Di Pulau Sulawesi: Suku Bugis, Toraja, Enggano.
5. Di Bali: Suku Bali, Bali Oga.
6. Di Irian: Suku Asmat, Dani.
Diantara suku-suku bangsa di Indonesia yang sangat banyak jumlahnya itu
memiliki dasar kesamaan, yaitu :
1) Kehidupan sosialnya yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
2) Sistem hak milik atas tanah.
3) Hukum adat.
4) Kekerabatan, adat perkawinan, serta persekutuan masyarakat.
c. Diferensiasi clan.
Clan adalah satuan sosial yang para anggota-anggotanya mempunyai
kesamaan darah atau ketrunan, terutama pada masyarakat yang menganut satu garis
keturunan (unilateral) baik yang melalui garis ayah (patrilinial) atau garis ibu
(matrilineal). Koentjaraningrat, membedakan clan menjadi dua macam, yaitu clan kecil
dan clan besar.
Clan kecil adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri atas segabungan
keluaraga luas yang merasakan diri berasal dari satu nenek moyang, dan antara satu
dengan yang lain terikat melalui garis keturunan yang sama, laki-laki atau wanita.
Dengan demikain ada dua klan kecil yaitu klan kecil patrilineal dan klan kecil
matrilineal. Warga dari sebuah klan kecil berkisar antara 50-70 orang atau lebih.
Dalam masyarakat nagari atau desa di Minangkabau hingga kini masih ada
kelompok kerabat yang disebut paruik yang merupakan gabungan dari beberapa
keluarga luas atau kaum, yng terikat oleh prinsip-prinsip matrilineal. Sedangkan klan
besar adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari satu nenek moyang yang
5
diperhitungkan melalui garis keturunan yang sejenis, matrilineal atau patrilineal.
Contoh maraga yang ada dibatak.
d. Diferensiasi profesi.
Sedangkan pebedaan profesi dapat dilihat adanya macam-macam profesi
yang ada dalam masyarakat, antara lain profesi sebagai guru, karyawan, dokter dan
lain-lain yang kesemuanya diakui keberadaanya. Profesi merupakan bidang pekerjaan
yang dimiliki seseorang sesuai keahlianya. Profesi erat hubunganya dengan kehidupan
sosial terutama menyangkut mata pencaharian seseorang.
Keberadanya diakui dan dilindungi demi tercapainya dalam masyarakat.
Profesi seseorang yang menduduki jabatan tinggi akan mudah memperoleh pemenuhan
kebutuhan hidupnya dalam hal makanan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Perbedaan antara profesi terhormat dengan profesi biasa selalu muncul dalam
masyarakat. Pekerjaan yang diaanggap terhormat adalah pekerjaan yang mempunyai
manfaat sosial.
7
d. Kepemilikan harta.
2. Dengan sengaja disusun.
Yaitu pelapisan sosial yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan tertentu.
Pelapisan ini biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang dalam
suatu organisasi formal (resmi), misalnya birokrasi pemerintahan, universitas, sekolah,
partai politik, perusahaan, dan sebagainya.
8
Yaitu status yang dimiliki seseorang secara hierarkhis dalam struktur formal suatu
organisasi. Misalnya status sebagai kepala sekolah, sebagai ketua kelas, dan lain- lain.
Status- status tersebut merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang tidak
dipengaruhi oleh siapa yang menduduki atau yang menyandang status tersebut.
b. Status yang bersifat subjektif.
Yaitu status yang merupakan hasil dari penilaian orang lain terhadap diri seseorang
dengan siapa dia berhubungan. Karena bersifat subyektif, maka penilaian dari beberapa
individu dapat berlainan, tergantung siapa yang memberi penilaian dan siapa yang
dinilai.
Misalnya, pak Seno adalah seorang guru. Ketika beliau berhubungan dengan
kepala sekolah, status pak Seno lebih rendah. Ketika beliau berhubungan dengan
siswanya, status beliau lebih tinggi.
Menurut Talcott Parson, ada lima kriteria yang menentukan tinggi rendahnya
status seseorang, yaitu:
a. Kelahiran.
Status seseorang dapat tinggi atau rendah karena dia lahir dalam keluarga tertentu.
Misalnya kebangsawanan.
b. Kualitas pribadi.
Seseorang memperoleh penilaian yang baik dari orang lain karena ia bijaksana,
pandai, alim, atau usianya tua. Mereka akan memperoleh status yang lebih tinggi
dalam masyarakat.
c. Prestasi.
Seseorang yang sukses dalam usaha atau karirnya, maka statusnya akan naik atau
lebih tinggi.
d. Pemilikan.
Seseorang yang memiliki kekayaan atau uang atau harta benda akan memiliki
status yang lebih tinggi.
e. Otoritas/ kekuasaan.
Seseorang memiliki status yang lebih timggi karena ia memiliki otoritas yang
tinggi.
Berdasarkan cara memperolehnya, status dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Ascribed Status, yaitu status yang diperoleh secara otomatis melalui kelahiran.
Misalnya kebangsawanan, jenis kelamin, umuiri- cirri terter, ras.
2. Achieved Status, yaitu status yang diperoleh seseorang dengan usaha dan
perjuangannya sendiri. Status ini diperoleh tidak atas dasar kelahira, tetapi terbuka bagi
siapa saja tergantung dari kemampuan masing- masing individu dalam mengejar atau
mencapai tujuan atau cita- citanya. Misalnya guru, dokter, dan sebagainya.
9
3. Assigned Status, yaitu status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa
kepada masyarakat, sehingga masyarakat memberikan penghargaan kepadanya.
Misalnya pejuang atau pahlawan.
Status tertentu yang dimiliki seseorang atau yang melekat pada diri seseorang
dapat dilihat pada kehidupan sehari- harinya melalui ciri- ciri tertentu yang dinamakan
simbol status. Misalnya gelar kesarjanaan, cara berpakaian, cara bergaul, cara mengisi
waktu senggang, dan lain- lain. Karena seorang individu tidak hanya memiliki satu
status, maka dalam masyarakat sering muncul konflik status.
Konflik status adalah pertentangan yang timbul dalam diri seseorang, karena
dia menyandang lebih dari satu status dalam waktu yang bersamaan. Konflik status
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Konflik yang bersifat individual, yaitu konflik yang dirasakan oleh individu dalam
batinnya sendiri. Misalnya pak Taufik selaku guru menghukum seorang siswa yang
kebetulan anaknya sendiri karena melanggar tata tertib sekolah.
2. Konflik yang bersifat antar individu, yaitu konflik yang terjadi antara seseorang
dengan orang lain yang mempunyai status berbeda karena ada perbedaan kepentingan
terhadap sesuatu hal yang sama. Misalnya seorang ayah yang memarahi anaknya yang
berbuat salah, tetapi ibunya membela dan melindungi si anak.
3. Konflik yang bersifat antar kelompok, yaitu konflik antar kelompok karena peraturan
yang diberikan kelompok tertentu menimbulkan kerugian pada kelompok lain.
Misalnya DPU membuat keputusan untuk membuat jalan, tetapi harus menggusur
sebuah SD, sehingga banyak diprotes oleh masyarakat.
Aspek dinamis dari status sosial adalah peranan social. Hal ini berarti bahwa
setiap status yang melekat pada dirinya terdapat kewajiban- kewajiban atau tingkah
laku yang harus dijalankan oleh individu yang memegang status tersebut. Jadi, peranan
sosial adalah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang sesuai dengan status yang
disandangnya.
Contohnya kepala sekolah mempunyai peranan untuk menjaga ketertiban
sekolah supaya kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Setiap terjadi konflik
status akan diikuti timbulnya konflik peranan. Konflik peranan adalah suatu keadaan
daam diri seseorang dimana individu tersebut tidak dapat melaksanakan peranannya
sesuai dengan status yang disandangnya, karena ketidakmampuannya menyesuaikan
diri dengan status yang disandangnya tersebut.
Misalnya guru yang memberikan sanksi atas pelanggaran siswa di kelas
sebenarnya tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sesuai dengan isi hatinya.
Guru tersebut menjalankan tugas itu dengan perasaan tertekan.
10
3. Pelapisan Sosial Berdasarkan Kriteria Politik.
Yaitu pembedaan anggota masyarakat berdasarkan tingkat kekuasaan yang
dimiliki. Jadi, orang yang berkuasa atau mempunyai kekuasaan akan menempati
lapisan yang lebih tinggi dalam masyarakat. Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain menurut kehendak atau kemauan pemegang kekuasaan.
Kekuasaan atau power berhubungan erat dengan wewenang atau otoritas.
Sedangkan wewenang atau otoritas adalah kekuasaan pada diri seseorang yang
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Jadi, wewenang
merupakan kekuasaan yang legal (legalized power). Orang yang mempunyai
kekuasaan belum tentu mempunyai wewenang.
Tetapi, seseorang yang mempunyai wewenang sudah pasti mempunyai
kekuasaan dan mendapat dukungan dari masyarakat. Misalnya, seorang perampok
mempunyai kekuasaan karena mampu untuk mempengaruhi orang lain agar menuruti
kehendaknya, namun perampok tidak memiliki wewenang. Unsur- unsur kekuasaan
ada 4, yaitu:
1. Rasa takut.
Perasaan takut pada seseorang atau penguasa akan menimbulkan kepatuhan
yang terpaksa terhadap kemauan dan tindakan dari orang lain yang ditakuti.
2. Rasa cinta.
Perasaan cinta akan menghasilkan suatu kepatuhan yang ikhlas dan perbuatan
yang positif.
3. Kepercayaan.
Kepercayaan kepada seseorang akan membuahkan kepatuhan terhadap orang
yang dipercaya.
4. Pemujaan.
Orang yang memiliki banyak kelebihan dari pada orang lain akan
menempatkannya dalam sistem pemujaan, sehingga orang yang dipuja akan dapat
mempengaruhi pihak lain agar bertindak sesuai dengan keinginannya.
Menurut Robert Mac Iver, ada 3 pola umum piramida kekuasaan, yaitu:
1) Tipe Kasta.
Ciri- cirinya:
Pemisahan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku.
Seseorang tidak dapat berpindah lapisan, baik dari lapisan atas ke lapisan bawah
maupun sebaliknya.
Hampir tidak ditemui mobilitas sosial vertikal.
Kedudukan sosial seseorang cenderung berdasarkan keturunan atau kelahiran.
Terjadi pada masyarakat berkasta.
2) Tipe Oligarkhis.
11
Ciri- cirinya:
Pemisahan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas.
Dasar pembedaan kelas ditentukan oleh budaya masyarakat tersebut terutama dalam
hal kesenpatan yang diberikan kepada masyarakat untuk memperoleh kekuasaan
tertentu.
Memberi kesempatan kepada individu untuk naik lapisan, meskipun kedudukan
seseorang masih didasarkan pada kelahiran (ascribed status).
Perbedaan antar lapisan tidak begitu mencolok.
Terjadi pada masyarakat feodal yang sedang berkembang.
3) Tipe Demokratis.
Pemisahan kekuasaan dengan garis- garis pemisah diantara lapisan yang bersifat
bergerak (mobil).
Mobilitas sosial vertikal tinggi.
Kedudukan sosial seseorang ditentukan oleh kemampuan dan keberuntungan.
Terjadi pada masyarakat demokratis.
12
dapat mengupayakan terwujudnya integrasi yaitu berupa pengendalian konflik. Pada
pokoknya, proses integrasi harus diupayakan melalui pendekatan terhadap dua
dimensi, yaitu:
a. Dimensi horizontal
Dalam dimensi horizontal, masalah yang dihadapi terutama adalah masalah
perbedaan kebudayaan diantara kelompok- kelompok masyarakat. Perbedaan
kebudayaan ini diantaranya meliputi perbedaan sistem ide (system of meaning),
perbedaan sistem tingkah laku, (system of behavior), dan perbedaan system produksi
benda- benda budaya (material culture). Perbedaan- perbedaan tersebut dapat
melahirkan perbedaan cara pandang, sikap, dan perbuatan diantara kelompok-
kelompok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan adanya hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem nilai- nilai umum yang
dianut dan disepakati bersama, seperti ikrar sumpah pemuda 28 Oktober 1928 berupa
pengakuan dan kesadaran bahwa mereka bertumpah darah satu, berkebangsaan yang
satu, dan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia. Konsensus nasional seperti sumpah
pemuda tersebut merupakan prasyarat bagi tumbuh kembangnya suatu integrasi
nasional yang tangguh.
b. Dimensi vertikal
Integrasi yang dicapai dalam dimensi vertikal biasanya dilakukan dengan
menghilangkan atau mengurangi sumber- sumber potensi konflik yang ada dalam
masyarakat. Untuk itu, konflik- konflik kepentingan yang timbul dari adanya perebutan
sumber- sumber daya ekonomi dan politik diantara berbagai kelompok atau golongan
masyarakat dapat dikurangi dengan distribusi penguasaan sumber-sumber daya
ekonomi dan politik tersebut secara relatif merata. Hal ini juga berarti bahwa integrasi
akan mudah dicapai apabila diantara kelompok yang ada dalam masyarakat terdapat
kepentingan politik dan ekonomi yang sama sehingga dapat diupayakan kerjasama dan
diharapkan akan tercipta integrasi nasional.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
14
pelapisan sosial ada tiga, yaitu pelapisan sosial tertutup, pelapisan sosial terbuka, dan
pelapisan sosial campuran.
Bentuk- bentuk stratifikasi sosial ada tiga, yaitu:
1. Pelapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.
Ada tiga kelas sosial di masyarakat, yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas
bawah.
2. Pelapisan sosial berdasarkan kriteria sosial.
3. Pelapisan sosial berdasarkan kriteria polotik.
Berdasarkan perkembangannya, pelapisan sosial dalam masyarakat Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Sistem Pelapisan Sosial pada Masyarakat Pertanian.
b. Sistem Pelapisan Sosial pada Masyarakat Feodal.
c. Sistem Pelapisan Sosial pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda.
d. Sistem Pelapisan Sosial pada Masa Penjajahan Jepang.
e. Sistem Pelapisan Sosial Masyarakat Industri.
3.2 SARAN
Sebaiknya warga masyarakat selalu sadar agar saling menghargai antar sesama.
Dengan adanya hal tersebut, dalam interaksi manusia di lingkungannya tidak ada
pemisah atau pembeda baik yang memiliki hak istimewa dalam masyarakat maupun
dalam kelompoknya secara vertikal atau secara bertingkat. Dengan demikian, di dalam
masyarakat tidak terjadi tingkatan antara kelas rendah, kelas menengah, dan kelas
tinggi. Kesadaran antara warga masyarakat terjalin hubungan yang baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2045372-pengaruh-diferensiasi-dan
16