Anda di halaman 1dari 17

Makalah Ilmu Dakwah

Sejarah Perkembangan Ilmu Dakwah

Dosen Pengampu : Ahmad Muzaffer, SE,Sy,ME

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Alif Al-Fath (12140312246)

Okta Dedi Kurniawan (12140314653)


Sephia Lana Anita (12140323831)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah
dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan
serta informasi yang semoga bermanfaat. Dalam pembuatan makalah ini
tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan
terima kasih kepada bapak Ahmad Muzaffer, SE,Sy,ME selaku dosen
pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan


semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik,
saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata
kuliah Ilmu Dakwah yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassakamualaikum Wr. Wb
Pekanbaru, Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
A. Sejarah Ilmu Dakwah ...................................................................................... 3
1. Dakwah di Masa Awal Islam ......................................................................... 4
2. Dakwah di Masa Modern ............................................................................... 5
B. Urgensi Ilmu Dakwah ...................................................................................... 6
C. Sejarah Pemikiran Ilmu Dakwah ................................................................... 8
D. Perkembangan Ilmu Dakwah di Indonesia ........................................................ 9
BAB III ....................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 14

iii
BAB I

A. Latar Belakang

Aktivitas dakwah sebenarnya telah ada sejak adanya upaya


menyampaikan dan mengajak manusia ke jalan Allah, namun kajian
akademik keilmuannya masih tertinggal dibandingkan dengan panjangnya
sejarah dakwah yang ada. Sebagai sebuah realita, dakwah merupakan
bagian yang senantiasa ada sebagai aktivitas keagamaan umat Islam.
Sementara sebagai kajian keilmuan pastinya hal ini memerlukan
spesifikasi yang berbeda dan persyaratan tertentu.

Dewasa ini terdapat beberapa fenomena yang kemudian menempatkan


kesadaran umat bahwa dakwah sebagai suatu aktivitas keagamaan
memang memiliki kekutan yang besar dalam membentuk kecendrungan
masyarakat. Hal ini sekaligus menumbuhkan secara jelas dan tegas
sehingga ilmu ini dapat memberikan inspirasi yang baik bagi
kecendrungan masyarakat.
Maraknya dakwah, ternyata belum mampu menahan masuknya
beberapa ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai
ajaran agama secara hedonistik, matrealistik, dan sekuleristik. Hal inilah
yang kemudian menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami dan
menghayati pesan simbolis keagamaan. Sehingga ritualitas perilaku
kesalehan dalam beragama masyarakat tidak menerangkan tentang
perilaku keagamaan yang sesungguhnya di mana nilai-nilai keagamaan
menjadi pertimbangan dalam berfikir maupun bertindak oleh individu
maupun sosial.

Ilmu dakwah mengalami proses perkembangan yang positif sehinnga


semakin hari semakin estabilished sehingga semakin waktu mendapat
sambutan dan pengakuan dari masyarakat mengenai eksistensinya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Sejarah dari Ilmu Dakwah


2. Urgensi Ilmu Dakwah
3. Sejarah Pemikiran Dakwah
4. Perkembangan Ilmu Dakwah di Indonesia
C. Tujuan

1. Mengetahui Sejarah Ilmu Dakwah


2. Mengetahui Urgensi Ilmu Dakwah
3. Mengetahui Sejarah Pemikiran Dakwah
4. Bisa mengetahui perkembangvan Ilmu Dakwah di Indonesia

2
BAB II

A. Sejarah Ilmu Dakwah


Sejarah dakwah berasal dari dua kata, yaitu “sejarah" dan “dakwah”.
Sejarah berasal dari bahasa arab syajarah yang perarti pohon. Salah satu
alasan terpilihnya kata yang bermakna pohon ini, barangkali karena sejarah
mengandung konotasi genealogi, yaitu pohon keluarga yang menunjuk
kepadda asal usul sesuatu marga.

Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh yang berarti


penanggalan atau kejadian berdasarkan urutan tanggal atau waktu. Orang
Inggris menyebutnya history yang berasal dari bahasa Yunani istoria. istoria
berarti ilmu untuk semua macam ilmu pengetahuan tentang gejala alam, baik
yang disusun secara kronologis maupun yang tidak. Kemudian dalam proses
perkembangan ilmu pengetahuan, kata istoria hanya khusus digunakan untuk
ilmu pengetahuan yang disusun secara kronologis, terutama yang menyangkut
hal ihwal manusia. Sedangkan untuk pengetahuan yang disusun secara tidak
kronologis di gunakan kata scientia yang berasal dari bahasa latin.1

Berbagai pemikiran dan analisis akan pentingnya dakwah dalam


kehidupan yang juga memerlukan suatu disiplin ilmu yang menjadi pijakan
dalam pelaksanaannya pada akhirnya melahirkan suatu disiplin ilmu yakni
Ilmu Dakwah. Lahirnya ilmu dakwah meski masih sebagai suatu didiplin ilmu
yang masih baru, namun sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan dakwah
demi tercapainya tujuan dakwah atau terlaksananya dakwah yang lebih efektif
dan efisien. Sebagai disiplin Ilmu yang baru, maka dipahami bersama bahwa
ilmu dakwah tersebut tidak lahir dengan sendirinya melainkan lahir dari para

1
(Dr. H. M. Hidayat Nurwahid, 2007)., pengantar Sejarah Dakwah,2007, Jakarta, Kencana hlm. 1

3
pemikirpemikir yang punya kepedulian akan aktifitas dakwah sebagai gerak
kemajuan umat.2
1. Dakwah di Masa Awal Islam
Rasulullah SAW mulai menyebarkan Islam di Makkah pada suku
qurais melalui tiga tahap. Pertama, dakwah secara diam-diam. Pada tahap
ini Rasulullah SAW baru mengajak kerabat dan para sahabat terdekat
untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan berpaling menuju
jalan Allah SWT. Kedua, berdakwah secara semi-terbuka melalui praktik
menyerukan Islam dalam lingkup yang lebih luas. Tahap ketiga adalah
dakwah secara terbuka dan terang-terangan, yakni Rasulullah SAW mulai
meningkatkan dan memperluas jangkauan dakwahnya. Sehingga tidak lagi
terbatas kepada penduduk Makkah, juga kepada orang yang datang ke
Makkah terutama pada musim haji. Rasulullah SAW berdakwah dengan
tidak hanya menyerukan pahala, tetapi juga dosa yang akan diterima para
penyembah berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang
telah menyekutukan Allah SWT.

Ditinjau dari aspek strategi dakwah, maka konsep dakwah yang


ditawarkan Rasulullah SAW adalah model dakwah nabi Mungkar. Model
dakwah ini berusaha merombak subuah sistem yang telah ada di dalam
masyarakat dengan memberikan satu alternative dan jalan keluar yang
lebih baik dan realistis. Artinya upaya dakwah nabi Mungkar adalah usaha
pengembangan masyarakat yang lebih menitikberatkan pada upaya ishlah.
Usaha ini dilakukan untuk mengurangi aspek-aspek negative yang ada di
masyarakat dengan memberikan alternative pemecahan yang bersifat
positif bagi pembentukan nilai-nilai hidup masyarakat.

2
Amir Hamzah, Tantangan dan Urgensi Keilmuan Dakwah Kontemporer, MIMBAR ⦿ Volume 2
Nomor 1, 2016 hlm. 141

4
Dakwah periode Madinah telah mengalami perubahan dan
perkembangan dari sebelumnya yang hanya berfokus pada seruan. Di
Madinah, dakwah dilakukan dalam rangka pembinaan umat dan
masyarakat Islam yang baru terbentuk. Rasulullah SAW mulai meletakkan
nilai-nilai dan norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan
hubungan dengan masyarakat sekitar dalam hal peribadatan, sosial
ekonomi, dan politik yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadits.
Usaha Rasulullah SAW di Madinah lebih focus pada optimalisasi
peran masyarakat dalam membangun tatanan sosial menjadi lebih baik
atau membangun sistem sosial yang berdasarkan atas nilai-nilai posotif
yang terdapat dalam kepribadian Rasulullah SAW. Dakwah secara amar
ma’ruf juga ditunjukan untuk merealisasikan kebaikan di masyarakat agar
terwujud kemaslatan dan kesejahteraan, serta lebih memperhatikan peran
masyarakat. Dalam waktu yang singkat, stategi amar ma’ruf berhasil
mempersatukan masyarakat Madinah, nemumbuhkan peradaban baru, dan
menghasilkan banyak mendakwah handal yang nantinya menjadi penyebar
Islam setelah Rasulullah SAW wafat.3
2. Dakwah di Masa Modern
Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak atau menyeru kepada
Sang Pencipta, Allah. Semakin berkembangnya zaman tuntutan
dakwah Islam menjadi semakin penting. Banyaknya pemikiran
maupun gerakan yang berseberangan dengan Islam membuat para
generasi muda Islam seperti kehilangan identitas, sehingga diantara
mereka tidak sedikit terjebak kepada paham-paham radikal. Berkaitan
dengan hal tersebut, para da‟i dituntut untuk lebih kreatif dalam
mendesain dan mengkreasikan bentuk dakwah sehingga tidak terkesan
ketinggalan zaman.

3
M. Rosyid Ridla, Pengantar Ilmu Dakwah, 2017, Yogyakarta, Penerbit Samudra Biru hlm. 67

5
Dakwah Islam yang damai dan bijak terhadap budaya dan
kearifan lokal ternyata menjadi salah satu kunci keberhasilannya. Jika
dulu, sekitar lima ratus tahun yang lalu, Sunan Kalijaga mengajarkan
Islam di Nusantara dengan cara yang unik melalui kesenian wayang
kulit, maka di era sekarang metode dakwah beliau harus dilanjutkan.
Khususnya adalah spirit cerdas membaca budaya dan perkembangan.
Tujuannya satu yakni untuk menciptakan generasi bangsa yang cinta
agama dan negara.Sudah pasti cara yang digunakan dalam berdakwah
berubah dan berkembang seiring dengan perubahan masyarakat. Era
kemajuan teknologi bukanlah hambatan, akan tetapi merupakan
tantangan. Generasi muda harus mampu memaksimalkan kemajuan
teknologi untuk sesuatu yang bermanfaat. Bukan sebaliknya,
menyalahgunakannya untuk memicu keributan atau menimbulkan
keresahan.

Dewasa ini, pemanfaatan teknologi media sosial sangat santer


menyentuh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari
masyarakat perkotaan hingga masyarakat yang ada dipedesaan yang
ada dipelosok nun jauh di sana. Usia remaja hingga menginjak dewasa
hampir dapat dipastikan pernah mengecap berbagai macam media
sosial yang tersedia, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter,Youtube
ataupun WhatsApp. Beragam media ini sangatlah baik jika digunakan
untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti contohnya adalah berdakwah.4
B. Urgensi Ilmu Dakwah
Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada
seluruh umat manusia dengan ber-amar makruf nahi munkar, berjihad,
memberi nasihat dan sebagainya. Agama Islam berfungsi sebagai rahmat dan
nikmat bagi manusia seluruhnya, maka Allah mewahyukan agama ini sebagai
penyempurna agama-agama sebelumnya yang meliputi aspek aspek dasar
4
Aminudin, dakwah Zaman Now, 2018, hlm. 13

6
tentang dunia dan akhirat, yang mana dapat membimbing manusia kepada
kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat.

Hal ini semua bisa tercapai salah satunya dengan adanya dakwah
Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan
oleh setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep amar ma’ruf dan
nahi mungkar; yakni perintah untuk mengajak masyarakat melakukan perilaku
positif-konstruktif sekaligus mengajak mereka untuk meninggalkan dan
menjauhkan diri dari perilaku negatif destruktif. Konsep ini mengandung
dua implikasi makna sekaligus, yakni prinsip perjuangan menegakkan
kebenaran dalam Islam serta upaya mengaktualisasikan kebenaran Islam
tersebut dalam kehidupan sosial guna menyelamatkan mereka dan
lingkungannya dari kerusakan (al-fasad).

Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis)


yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam
bidang kemasyarakatan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa,
berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual
dan sosiokultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam
dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.5

Rasulullah SAW mengembangkan ajaran Islam selama 23 tahun dalam


dua periode yaitu periode Mekah dan periode Madinah; tiga belas tahun di
Mekah dan sepuluh tahun di Madinah, yaitu melalui penyampaian dakwah
atau khutbah Islam, yang mengandung aspek pendidikan yaitu tentang
keimanan, ibadah, moral, sosial dan sebagainya.
Aspek keimanan mengandung pelajaran kehidupan manusia yang
bernilai pendidikan merentang kearah pembentukan kepribadian yang beriman

5
Abdullah, Urgensi Dakwah dan Perencanaannya, Tasamuh: Jurnal Studi Islam Volume 12, Nomor 1,
April 2020 hlm. 120-148

7
kepada Allah dan Rasul-Nya. Aspek ibadah merupakan latihan ruhani agar
senantiasa mendekatkan diri pada Allah melalui pelaksanaan ibadah. Aspek
moral yang menyangkut perbuatan manusia yang hubungannya sangat erat
dengan sifat dan pembawaan yang ada dalam hati seseorang. Aspek sosial
yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara
bersama-sama.

Keempat aspek tersebut merupakan modal dalam dunia pendidikan


moral terutama dewasa ini dengan arus informasi dan globalisasi dimana
dapat mempengaruhi akhlak generasi muda. Dengan demikian dakwah atau
khutbah Rasulullah SAW dapat dijadikan tolak ukur untuk membentuk
kepribadian pendidik dan peserta didik menjadi generasi yang beriman,
bertakwa dan bermoral kepada Allah SWT.6
C. Sejarah Pemikiran Ilmu Dakwah
Perkembangan pemikiran dalam dakwah (yang bersifat falsafi),
sebagaimana diungkap oleh Syukriadi Sambas, dapat dikategorikan menjadi
beberapa periode, yakni: periode nubuwat, khulafa’ al-Rasyidin, tabi'in,
tabi'al-tabi'in, tabi'al-tabi'al-tabi’in, dan modern (Ahmad Anas, 2006: 16).
1. Periode pertama, nubuwat, materi dakwah menyangkut tauhidullah, fungsi
ganda manusia sebagai khalifatullah dan 'abidullah, perjalanan hidup
manusia, al-mabda' (asal kehadiran manusia), al-wasath (keadaan manusia
di alam kesadaran duniawi), dan al ma'ad (tempat kembali
mempertanggungjawabkan tugas kefitriannya). Selama periode nubuwat,
persoalan hermeneutika menjadi menu bagi proses dakwah sebagai cikal
bakal filsafat Yunani di kemudian hari. Model hermeneutika dan nalar
filosofis inilah yang sedikit banyak juga terwariskan dalam risalah Islam

6
Ali Kuswadi, Urgensi Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Pendidikan Islam, Istinbath/No.15/Th.
XIV/Juni/2015/51-66 hlm. 51-52

8
oleh Nabi Muhammad Saw. Metode hermeunetika biasanya digunakan
oleh seorang peneliti yang ingin memahami agama melalui interpretasi.7
2. Periode kedua, Khulafa’ al-Rasyidin Kesenambungan aktivitas dakwah
mulai merambah ke persoalan teoritik keilmuan pada masa ini. Pada masa
ini, sifat Islam masih menekankan pada praktik amaliah dari ajaran
keagamaan. Hasil kerja dakwah yang paling manumental adalah kadifikasi
al-Quran.
3. Periode ketiga, masa tabi’in dengan al-dakwah Ulama said bin Musayyab,
Hasan al-Bashri, Umar bin abdul al-aziz, dan Abu Hanifah. Ke empat
tokoh ini menekan proses ihtisab dengan memulai perbaikan pada diri
sendiri, keluarga, kemudian perbaikan umat, pengembangan dakwah
dengan surat, membina perasaan takut kepada Allah, berpegang teguh
pada agama, dan memperhatikan umat non muslim (toleransi).
4. Periode keempat, masa tabi’in al-tabi’in Pada masa tokoh-tokoh Malik bin
Anas, Syafi’i dan Iman Ahmad. Periode inilah yang disebut periode salaf,
yang kemudian menjadi periode transisi.
5. Periode kelima, masa tabi’ al tabi’ al tabi’in Era dimulainya era khalaf,
sekitar 300 tahun setelah periode Nubuwat berakhir. Pada masa inilah
sudah terjadi munculnya aneka corak pemikiran di berbagai bidang kajian
keislaman sebagai hasil dari akumulasi interaksi antara budaya dalam
perjalan aktivitas dakwah sebagai aktualisasi dari pemikiran filosofis
dakwah.
6. Periode keenam, Era Modern Periode ini ditandai dengan semangat
pemikiran untuk mengembalikan balance of power terhadap hegemoni
barat. Pada masa ini pulalah dakwah sebagai ilmu mandiri mulai
menngeliat, dan muncul kepermukaan.8
D. Perkembangan Ilmu Dakwah di Indonesia

7
Aminudin, Dakwah dan Historis, Vol. 6, No. 2, November 2013 hlm. 160
8
Irza Putra, Pengembangan Ilmu Dakwah dan Perkembangan Ilmu Dakwah, 25 Desember 2014,
https://irza-putra.blogspot.com/2014/12/pendahuluan-perkembangan-dakwah-islam.html diakses
pada 9 Oktober 2020.

9
Perkembangan dakwah di Indonesia hingga saat ini telah diwarnai
oleh berbagai macam kondisi sosial dan budaya. Terjadinya percampuran
budaya (akulturasi budaya) dan transkulturasi (tarik menarik antarbudaya) tak
bisa dihindarkan apalagi dengan hadirnya kemajuan tekonologi dan informasi.
Perkembangan teknologi komunikasi ikut membangun sebuah pola dakwah
yang bisa digunakan pada era sekarang ini.9
Sampai dengan abad ke-14 M, belum ada pengilsaman penduduk
pribumi nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 penduduk
pribumi memeluk islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa
masuk Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut
disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang
ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam, seperti kerajaan
Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.10
Dakwah sudah berjalan cukup lama di Indonesia malah ada yang
menyebutkan Islam sudah masuk ke Indonesia sejak tahun pertama hijrah.
Seperti pendapat buya Hamka, bahwa Islam masuk ke Indonesia lansung dari
Arab, bukan melalui India dan bukan abad ke 11 melainkan pada Abad
pertama Hijrah atau abad ke tujuh Masehi. Sejak itulah mengalir, tulisan-
tulisan tentang dakwah yang datang dari sejumlah intelektual muslim seperti
Abdullah Syahir, M. A. Lubis dan Ismuha. Tulisan-tulisan itu mendorong pula
kegiatan berfikir dikalangan cendekiawan Muslim lain untuk kemudian
mereka mendirikan lembaga Pendidikan Tinggi Dakwah Islam (PTDI). Dari
lembaga ini lahir, pengertian baru bahwa dakwah adalah kegiatan “membawa
masyarakat dari satu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik”. Aktivisme
akademik itu diikuti dengan penyusunan kurikulum pendidikan dakwah yang
memasukkan unsur-unsur sosiologi dan pendidikan masyarakat serta
menyiarkan lewat siaran radio PTDI diberbagai tempat.

9
Pardianto, Dakwah Multikultural (Studi Alternatif Dakwah di Era Globalisasi) MEDIASI, Vol. 9, No. 2,
Januari-Desember 2015, hlm. 85-100 hlm. 85
10
., Pengantar Sejarah Dakwah, 2018, Jakarta, Kencana hlm. 171

10
Amrullah Ahmad membagi aktivisme akademik tersebut dalam tiga
tahap. Tahap pemikiran dakwah sebagai fenomena Tauhid sosial dan sejarah;
tahap pemikiran dakwah sebagai bagian dari kajian akademik di Perguruan
Tinggi dan tahap ketiga berupa pemikiran dakwah serta pengkajian secara
sistemik keilmuan dalam pendidikan tinggi dakwah.
1. Tahap pemikiran dakwah sebagai fenomena tauhid sosial dan sejarah
kajian dakwah secara ilmiah sudah ada namun masih sangat terbatas.
Ia mencatat, al-Gazali sebagai pemikir pertama yang melakukan hal itu
seperti ditunjukkan oleh sejumlah kitab karangannya. Di Barat, kajian
dakwah secara akademik dilakukan misalnya oleh Thomas W. Arnold.
Penulis Timur Tengah tercatat antara lain Syeikh Ali Makhfudz, Abdul
Karim Zaidan dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia, pada tahap ini diisi
oleh umat Islam dengan kegiatan dakwah praktek karena oreantasi yang
lebih tinggi di kalangan umat Islam di Indonesia waktu itu adalah
kesadaran amaliyah dibandingkan kesadaran teoritik.
2. Tahap pemikiran dakwah sebagai bagian dari kajian akademik di
Perguruan Tinggi
Kajian dakwah di Indonesia ditandai dengan hasil berupa pengakuan
formal oleh pemerintah atas status akademik wacana dakwah. Di
Indonesia, jurusan Dakwah ada sejak 1950 sebagai bagian dari kajian
keislaman yang dilakukan melalui lembaga PTAIN (Pendidikan Tinggi
Agama Islam Negeri). Ketika Pendidikan Tinggi Agama Islam itu berubah
menjadi IAIN pada tahun 1960, wacana dakwah menjadi salah satu bidang
kajian pada Fakultas Usuluddin. Bidang kajian dakwah menjadi nama
untuk sebuah Fakultas mulai ada sejak 1968, yaitu di IAIN Ar Raniri
Banda Aceh, yang pengakuan formalnya diperoleh berdasarkan Surat
Keputusan Mentri Agama nomor 153/1968.
3. Pemikiran dakwah serta pengkajian secara sistemik keilmuan dalam
pendidikan tinggi dakwah.

11
Tahap ketiga adalah tahapan pengkajian dakwah yang menghasilkan
ledakan buku-buku dakwah yang banyak di antaranya telah disertai
dengan usaha sistematisasi keilmuan dakwah dengan pendekatan sistem
dan teori pengetahuan.11

11
Hanawirda, Sejarah Ilmu Dakwah, AL-Munir 2 Vol III No.5 April 2012 hlm. 163-167

12
BAB III

A. Kesimpulan
Dakwah adalah menyampaikan, menjelaskan, dan mengajak manusia
untuk kembali pada jati dirinya melalui pesan-pesan suci serta berupaya
menghindarkan atau mencegah dari berbagai hal yang terkait dengan
pengingkaran dari esensi ketuhanan dan kemanusiaan. Dakwah tak terbatas
oleh ruang dan waktu, tetapi dapat menyentuh dan menggupas seluruh lini
kehidupan, demi kemaslahatan hidup umat manusia (amar ma’ruf nahiy
munkar). Oleh karena itu, penyampaian dakwah membutuhkan metode
pendekatan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi objektif yang
dihadapi.

Dakwah tersebut merupakan tugas bagi setiap muslim. Pendidikan


bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Antara dakwah dengan
pendidikan pada hakikatnya adalah sama, karena dakwah adalah bagian dari
pnidikan dan dakwah adalah salah satu metodenya. Adapun aspek pendidikan
dalam dakwah Rasulullah, adalah pendidikan iman, ibadah, moral, dan sosila.
Pendidikan iman terkait dengan percaya kepada alam ghaib, (Allah, malaikat,
jin, dan lainnya), pendidikan ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, infak, dan
yang lainnya, semua ini bertujuan agar rohani sesseorang tidak lupa untuk
mendekatkan diri kepada Allah, aspek pendidikan moral, berkaitan dengan
akhlak kepada Allah dan manusia, akhlak adalah buah dari iman. Aspek
pendidikan sosial terkait dengan bagaimana seseorang mempunyai rasa
kepedulian kepada sesamanya, sosial tolong menolong.12

12
Ali Kuswadi, URGENSI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DAN PENDIDIKAN ISLAM,
Istinbath/No.15/Th. XIV/Juni/2015/51-66, hlm. 65

13
Daftar Pustaka

Abdullah. (2020). Urgensi dan Perencaannya. Tasamuh: Jurnal Studi Islam Volume
12, Nomor 1, April 2020, 120-148, 121-122.

Aminudin. (2018). Dakwah Zaman Now. 13.

Dr. H. M. Hidayat Nurwahid, M. (2007). Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta.

Dr. H.M. Hidayat Nurwahid, M. (2018). Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta:


Kencana.

Hamzah, A. (2016). Tantangan dan Urgensi Keilmuan Dakwah Kontemporer.


MIMBAR ⦿ Volume 2 Nomor 1, 2016 , 141.

Hasnawirda. (2012). Sejarah Ilmu Dakwah. AL-Munir 2 Vol III No.5 April 2012, 163-
167.

Kuswadi, A. (2015). urgensi Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Pendidikan Islam.
Istinbath/No.15/Th. XIV/Juni/2015/51-66, 51-52.

Pardianto. (2015). Dakwah Multikultural (Studi Alternatif di Era Globalisasi.


MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 85-100, 85.

Putra, I. (2014, Desember 25). PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH DAN SEJARAH


PERKEMBANGAN ILMU DAKWAH. Retrieved Oktober 9, 2020, from
Pendidikan Islam: https://irza-putra.blogspot.com

Ridla, M. R. (2017). Pengantar Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru.

14

Anda mungkin juga menyukai