Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Studi Al-Qur’an Anggi Darma, S.Pd.l., M.Pd.

MAKALAH

“AL MUHKAM DAN MUTASYABI”

Oleh :

Risky Noviana : 12140324331

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UINIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat keda umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada bapak Anggi Darma, S.Pd.l., M.Pd.selaku dosen
pengampu, serta pihak-pihak lain yang turut membantu.
Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan saya dan semaksimal mungkin.
Namun, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masi banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata
kuliah Studi Al-Qur’an yang saya harapkan sebagai bahan koreksi untuk saya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekanbaru, November, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
3. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3


A. Pengertian AL Muhkam Dan AL Mustayabi ........................................................... 3
B. Fawatih Al Suwar .................................................................................................... 4
C. Hikmah adanya ayat Al Muhkam Dan Al Mutasyabi................................................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10


1. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
2. Saran .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Muhkam adalah isim maf‟ul dari fi‟il ahkama-yuhkimu yang menurut bahasa diartikan
dengan menahan dari goncangan.1 Kata alhukm berarti memutuskan antara dua hal atau perkara.
“wa ihkam alsyai” artinya menguatkan, dan muhkam berarti yang dikokohkan2 . Ihkam al-kalam
berati menguatkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari berita yang salah.
sedangkan Mutasyabih berasal dari fi‟il tasyabaha-yatasyabahu yang menurut bahasa berarti apa-
apa yang saling menyerupai satu sama lain.Untuk alQur`an, penyerupaan itu dalam
kesempurnaan, kebagusan, kebaikan dan dalam memberikan banyak hikmah di dalamnya.
Mutasyabihat (tunggal, mutasyabihat) berasal dari kata syubbiha yang artinya meragukan, dalam
verbal noun berbentuk jamak artinya adalah tidak tentu atau hal yang meragukan.

. fawatih adalah jama‟ dari kata fatih atau fawatih yang berarti awalan/pembuka. Sedangkan
suwar adalah jama‟ dari kata surah yang berarti sekumpulan ayat-ayat Al-Qur‟an yang diberi
nama tertentu. Jadi, fawatih as-suwar berarti beberapa pembuka dari surah-surah Al-Qur‟an /
beberapa macam awalan dari surah-surah Al-Qur‟an. Sebab, seluruh surah Al-Qur‟an yang
berjumlah 114 buah itu dibuka dengan 10 pembukaan, dan tidak ada satu surah pun yang keluar
dari 10 pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia/hikmah sendiri-
sendiri. Diantara pembukaan itu ada yang berbentuk almuqatha‟ah, kata, maupun kalimat.

hikmah adanya ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi yaitu Muhkam ,Jika seluruh ayat Al-
Qur‟an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, makaakan sirnalah ujian keimanan dan amal karena
pengertian ayat yang jelas.sedangkan Mutasyabi Apabila seluruh ayat Al-Qur‟an mutasyabihat,
niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagimanusia orang yang
benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur‟anseluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari
sisi Allah pastihak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.

1
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1) Jelaskan Pengertian Al Muhkam Dan Al Mutasyabi?


2) Apa yang dimaksud dengan Fawatih Al Suwar?
3) Jelaskan hikmah adanya ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi?

3. Tujuan Masalah

Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penulisan ini adalah :

1) Untuk mengetahui Pengertian Al Muhkam Dan Al Mutasyabi.


2) Memahami Fawatih Al Suwar.
3) Untuk Mengetahui hikmah adanya ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi .

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Muhkam Dan Al Mutasyabi

muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya dan cepat di pahami. Sedangkan
Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global yang memerlukan ta‟wil dan yang sukar
dipahami.

Muhkam adalah isim maf‟ul dari fi‟il ahkama-yuhkimu yang menurut bahasa diartikan
dengan menahan dari goncangan.1 Kata alhukm berarti memutuskan antara dua hal atau perkara.
“wa ihkam alsyai” artinya menguatkan, dan muhkam berarti yang dikokohkan2 . Ihkam al-kalam
berati menguatkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari berita yang salah.

Menurut Ibnu Abbas, Muhkam adalah ayat yang penakwilannya hanya mengandung satu
makna. Sedangkan Mutasyabihat adalah ayat yang mengandung pengertian bermacam-macam.
Menurut Imam as Suyuthi muhkam adalah suatu yang jelas artinya, sedangkan mutasyabih
adalah sebaliknya. Sedangkan menurut Manna‟ Al Qaththan, Muhkam adalah ayat yang
maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain. Sedangkan
Mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain.

Mutasyabih berasal dari fi‟il tasyabaha-yatasyabahu yang menurut bahasa berarti apa-apa
yang saling menyerupai satu sama lain. 5Untuk alQur`an, penyerupaan itu dalam kesempurnaan,
kebagusan, kebaikan dan dalam memberikan banyak hikmah di dalamnya. Mutasyabihat
(tunggal, mutasyabihat) berasal dari kata syubbiha yang artinya meragukan, dalam verbal noun
berbentuk jamak artinya adalah tidak tentu atau hal yang meragukan.

Dalam pengertian praktis adalah ayat-ayat al-Qur‟an yang artinya tidak jelas atau belum
sepenuhnya disetujui, sehingga terbuka bagi adanya dua atau lebih penafsiran, Mutasyabuh
menurut bahasa terambil dari tasyabuh yaitu yang satu diserupakan dengan yang satu lagi.
Syubhah yang berarti keadaan dimana salah satu dari dua hal tidak dapat dibedakan karena
adanya kesamaan antara keduanya. Sebagaimana para ulama berbeda pendapat dalam
mengartikan muhkam menurut istilah, mereka juga berbeda pendapat dalam mengartikan

3
mutasyabih menurut istilah, yaitu: Ayatayat yang tidak diketahui makna yang sebenarnya oleh
siapapun kecuali Allah saja. Ayat yang memiliki banyak tafsiran. Ayat yang tidak bisa dipahami
menurut zhahir lafal sehingga membutuhkan keterangan lain. Dapat dikatakan bahwa ayat
mutasyabih menurut istilah adalah ayat yang masih diperselisihkan tentang penafsirannya dan
penafsiran ayat yang sesungguhnya hanya Allah Yang Tahu.

B. Fawatih Al Suwar

istilah fawatih as-suwar secara harfiah berarti “pembuka surah-surah”. Tokoh yang banyak
mengkaji mengenai fawatih as-suwar adalah Ibnu Abi Al-Ishba‟ dengan karyanya Al-Khawathir
As-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Para mufassir setelahnya, ketika membahas ilmu fawatih as-
suwar, banyak merujuk kepada buku tersebut. Setiap macam pembukaan itu mengandung rahasia
tersendiri, sehingga sangat penting untuk dikaji. Diantara pembukaan itu diawali oleh huruf-
huruf yang terpisah (al-ahruf al-muqatha’ah). Orang sering mengidentikan fawatih alsuwar
dengan huruf muqatha‟ah, padahal sebenarnya keduanya berbeda. Bahkan huruf Muqatha‟ah
hanya merupakan bagian dari fawatih al-suwar. Di antara ulama yang mengidentikan keduanya
adalah Manna‟ Khalil Qaththan dalam kitabnya Mabahits fi’Ulum al-Qur’an.

Menurut bahasa, fawatih adalah jama‟ dari kata fatih atau fawatih yang berarti
awalan/pembuka. Sedangkan suwar adalah jama‟ dari kata surah yang berarti sekumpulan ayat-
ayat Al-Qur‟an yang diberi nama tertentu. Jadi, fawatih as-suwar berarti beberapa pembuka dari
surah-surah Al-Qur‟an / beberapa macam awalan dari surah-surah Al-Qur‟an. Sebab, seluruh
surah Al-Qur‟an yang berjumlah 114 buah itu dibuka dengan 10 pembukaan, dan tidak ada satu
surah pun yang keluar dari 10 pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai
rahasia/hikmah sendiri-sendiri. Diantara pembukaan itu ada yang berbentuk almuqatha‟ah, kata,
maupun kalimat.

Menurut Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Iayarati, fawatihush suwar dibedakan
menjadi 10 macam, yaitu:

1). Pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT (Al-Istiftaahu Bits Tsanaa‟i)

a. Menetapkan sifat-sifat terpuji (Al-Itsbaabu Sifaatil Maddhi) dengan menggunakan:

4
- Hamdalah

- Tabaraaka

b. Mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat negatif (Tanziihu „An Shifatin Nuqshaan) dengan
menggunakan:

- Lafadz tasbih

2). Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-purus (Istiftaahu Bil Huruufi


AlMuqaththa‟ati).

Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 209 surah dengan memakai 14 huruf dengan
tanpa diulang, yakni: hamzah, ha‟, ro‟, sin, shod, tho‟, „ain, qaf, kaf, lam, mim, nun, ha‟, ya‟.
Pembukaan dengan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-Qur‟an disusun
dalam 14 rangkaian, terdiri dari 5 kelompok, yaitu:

a. Terdiri atas satu huruf, terdapat pada 3 tempat; Shad (surah Shad), Qaf (surah Qaf), dan Nun
(surah Al-Qalam).

b. Terdiri atas dua huruf, terdapat pada sembilan tempat; ‫ )حم‬Q.S. Al Mu‟min, Q.S. As Sajdah,
Q.S. Az Zuhruf, Q.S. Ad Duhkan, Q.S. Al Jatsiyah, dan Q.S. Al Ahqaf); ‫ )طه‬Q.S. Thaha); ‫)طش‬
Q.S. An Naml); dan ‫ )يش‬Q.S. Yaasin).

c. Terdiri atas tiga huruf, terdapat pada tiga belas tempat; ‫ )الم‬Q.S. Al Baqoroh, Q.S. Ali Imron,
Q.S. Ar Rum, Q.S. Lukman, dan Q.S. Sajdah); ‫ )الر‬Q.S. Yunus, Q.S. Hud, Q.S. Ibrahim, Q.S.
Yusuf, dan Q.S. Al Hijr); dan ‫ )طسم‬Q.S. Al Qoshosh dan Q.S. As Syu‟ara).

d. Terdiri atas empat huruf, terdapat pada dua tempat; yakni ‫ )المر‬Q.S. Ar Ra‟du) dan ‫ )المص‬Q.S.
Al A‟raf).

e. Terdapat atas lima huruf, terdapat pada dua tempat; ‫ )كهيعص‬Q.S. Maryam) dan ‫)حم عسق‬Q.S. As
Syu‟ra).

3. Pembukaan dengan Nida‟/panggilan (Al-Istiftaahu Bin Nidaa‟).

a. Nida untuk Nabi ‫ النبي أيها يا‬,yang terdapat dalam Q.S. Al Ahzab, At Tahrim dan At Thalaq.
‫ المزمل ياأيها‬dalam Q.S. al Muzammil dan ‫ المدثر ياأيها‬dalam Q.S. Al Mudatsir.

5
b. Nida untuk kaum mukminin dengan lafadz ‫ امنوا الذين ياأيها‬terdapat dalam Q.S. Al Maidah, Q.S.
Al Mumtahanah dan Al Hujurat.

c. Nida untuk umat manusia ‫ الناس ياأيها‬terdapat dalam Q.S. An Nisa dan Q.S. Al Hajj.

4. Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah (Al-Istiftaahu Bil Jumalil Khabariyyati).

Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :

a. Jumlah Ismiyyah.

b. Jumlah Fi‟liyyah.

5. Pembukaan dengan sumpah/qasam (Al-Istiftaahu Bil Qasami).

a. Sumpah dengan benda-benda angkasa.

b. Sumpah dengan benda-benda bawah.

c. Sumpah dengan waktu.

6. Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu Bis-Syarthi).

Syarat-syarat yang dipakai Allah sebagai pembukaan surah-surah Al-Qur‟an ada 2 macam.

a. Syarat yang masuk pada jumlah ismiyah.

b. Syarat yang masuk pada jumlah fi‟liyah.

7. Pembukaan dengan fi‟il amar (Al-Istiftaahu Bil Amri).

Ada 6 fi‟il amar yang dipakai untuk membuka surah-surah al-Qur‟an, yang terdiri dari 2 lafal.
a. Fi‟il Amar

b. Fi‟il amar ,

8. Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu Bil Istifhaami).

a. Pertanyaan positif (Al-Istifhaamu Al-Muhiibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan yang dengan


kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya.

b. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan yang dalam kalimat negatif. 9. Pembukaan dengan do‟a
(Al-Istiftaahu Bid Du‟aai).

6
a. Do‟a atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Du‟aaul Ismiyyu).

b. Do‟a atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Du‟aaul Fi‟liyu). 10. Pembukaan dengan
alasan (Al-Istiftaahu Bit-Ta‟lili).

C. Hikmah adanya ayat Al muhkam dan Al Mutasyabi

1. Muhkam

a. Jika seluruh ayat Al-Qur‟an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, makaakan sirnalah ujian
keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.

b. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasaArabnya lemah. Sebab arti
dan maknanya sudah cukup terang dan jelas .

c .Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan menghayatinya. d..Mendorong umat


untuk giat memahami, menghayati danmengamalkan isi al-Qur'an sebab ayatnya mudah
dimengerti dandipahami .

e.Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajariisinya. f. Mempercepat


usaha tahfidzul Qur'an.

g. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasaArabnya lemah. Dengan
adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelasarti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya
bagi mereka.

h. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Jugamemudahkan bagi mereka
dalam menghayati makna maksudnyaagar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.

i. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, danmengamalkan isi kandungan Al-
Quran, karena lafal ayat-ayatnyatelah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula
untuk diamalkan

j. menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari ajarannya, karena lafal
ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya. Tidak harus menunggu
penafsiran atau penejlasan dari lafal ayat atau surah yang lain. Dalam ruang lingkup dakwah,
kegagalan komunikasi seperti itu harus diwaspadai karena dapat berakibat fatal di kemudian
hari. Al-Qur’an sebagai kalamullah sebenarnya telah mencontohkan metode-metode

7
berdakwah yang sesuai agar dapat diterima oleh objek sasarannya. Hal itu dapat kita lihat dari
hikmah dikelompokkannya surah Al-Qur’an menjadi surah Makkiyah dan Madaniyah.

2. Mutasyabih

a..Apabila seluruh ayat Al-Qur‟an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai
penjelas dan petunjuk bagimanusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-
Qur‟anseluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pastihak dan tidak
mungkin bercampur dengan kebatilan.

b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagaikandungan AlQuran sehingga kita
akan terhindar dari taklid,membaca Al-Qur‟an dengan khusyu‟ sambil merenung dan berpikir

c .Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap


maksudnya sehingga menambah pahala bagiorang yang mengkajinya.

d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan


cara penafsiran antara satu dengan yanglainnya. Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti
ilmu bahasa,gramatika, ma‟ani, ushul fiqh dan sebagainya

e .Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicobauntuk meyakini keberadaan


ayat-ayat mutasyabih sebagaimanaAllah memberi cobaan pada badan untuk beribadah.
Seandainyaakal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji,tentunya
seseorang yang berpengetahuan tinggi akanmenyombongkan keilmuannya sehingga enggan
tunduk kepadanaluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi
penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akanketidakmampuan akalnya untuk
mengungkap ayatayat mutasyabih

f. Teguran bagi orang yang m,engutak atik ayat ayat mutasyabih, sebagaimana Allah
menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai crcaan terhadap ornang-orang yang
mengutakn atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya allah memberikan pujian bago orang yang
mendalai ilmunya.

g. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia,sebesar apapun persiapan dan usaha


manusia masih ada kekurangan dan kelemahannya hal tersebut menunjukan betapa besar

8
kekuasaan ALLAH SWT dan kekuasaan ilmunya yang maha mengetahui segala sesuatu h.
Memperlihatkan kemukjizatan al-quran, ketinggian mutunsastra dan balaghnya agar manusia
menyadari sesungguhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu
ciptaan ALLAH SWT

i. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan bermacammacam.

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dengan demikian muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya dan cepat di
pahami. Sedangkan Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global yang memerlukan ta‟wil
dan yang sukar dipahami.

2. Saran

Saran dari penulis agar memahami apa itu Al muhkan dan apa itu Al Mutasyabi

‫ا‬

10
DAFTAR PUSTAKA

Manna‟ Al-Qathan, Mabahis fi „Ulum al-Qur‟an, Cetakan ke-12, (Kairo: Maktabah


Wahbah, 2002)

Muhammad Syah Jaimil,1995. “Bagaimana memahami Al-quran “ .Jakarta: Pustaka


Al-Kautsar

. Anwar, R. (2013). Ulumul Qur'an. Bandung: Pustaka Setia.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2013). Ilmu-Ilmu Al Qur'an. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Djalal, A. (2012). Ulumul Qur'an. Surabaya: Dunia Ilmu.

Hermawan, A. (2011). Ulumul Qur'an. Bandung: Rosda.

Yusuf, K. M. (2012). Studi Al Qur'an. Jakarta: Amzah.

http;//ebdaaprilia.wordprees.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran
muhkammutasyabih/diakses pada tanggal 17 oktober 2019 pukul 11.45 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai