Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STUDI AL-QUR’AN

AL MUHKAM DAN AL MUTASYABI

Dosen Pengampu: Anggi Dharma, S.Pd.I,M.Pd.

Disusun Oleh:
Salsa Nabila 12140324233

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAS SYARIF KASIM RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas rahmat Allah Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Al Muhkam dan Al
Mutasyabi”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah yang
diampu oleh Bapak Anggi Dharma, S.Pd.I,M.Pd
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan serta dukungan dalam penulisan makalah ini. Saya mengharapkan adanya
kritik dan saran dari para pembaca. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi saya khususnya.

Pekanbaru, 24 Desember 2021

Salsa Nabila

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................. 1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Al Muhkam dan Al Mutasyabi ................................................................ 2
B. Fawatih as Suwar ....................................................................................................... 3
C. Hikmah adanya Ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi ............................................... 3
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 6
B. Saran .......................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-hukum
yang terkandung dalam al-Qur’andiperlukan pemahaman dalam kebahasaan. Para ulama’ yang
ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-
Qur’an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yangmenjadi pegangan umat
Islam guna memahami kandungan al-Qur’an dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabihadalah Ilmu muhkam wal
Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama tentang adanya
hubungan ayat atau surat yanglain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an
ada ayatatau surat yang tidak berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yangmempelajari ayat
atau surat Al-Qur’an cukup penting kedududkannya.Sementara itu muhkam dan mutasyabih
adalah Sebuah kajian yang seringmenimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-
Qur’an, karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai hakikat muhkam dan
mutasyabih.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Al Muhkam Al Mutasyabi?
2. Apa yang dimaksud fawatih as suwar?
3. Bagaimana hikmah adanya ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi Al Muhkam Al Mutasyabi
2. Untuk mengetahui Fawatih as suwar
3. Untuk mengetahui hikmah dari adanya ayat Al Muhkam Al Mutasyabi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al Muhkam dan Al Mutasyabi
Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berati kekukuhan, kesempurnaan,keseksamaan, dan
pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berartiayat-ayat yang jelas maknanya, dan
tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang
secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran
antara dua hal.
Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya,
dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, maknanya yang tersembunyi dan memerlukan
keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya.
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik
melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya
hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-
huruf muqatha’ah.
Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus diimani dan
diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak harus
diamalkan.
Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan, lafadz
muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi saja.
Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dalam beberapa
arah/segi, karena masih samar.
Menurut Ibnu Abbas, Muhkam adalah ayat yang penakwilannya hanyamengandung satu
makna. Sedangkan Mutasyabihat adalah ayat yang mengandung pengertian bermacam-macam..
Menurut Imam as Suyuthi muhkam adalah suatu yang jelas artinya, sedangkan mutasyabih
adalah sebaliknya.
Sedangkan menurut Manna’ Al-Qaththan, Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat
diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain.Sedangkan Mutasyabih tidak
seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain.Dengan demikian
muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya dan cepat di pahami. Sedangkan

2
Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global yang memerlukan ta’wil dan yang sukar
dipahami.

B. Fawatih as Suwar
Secara etimologis, fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya
di awal surat-surat dalam Al-Qur‟an . Seluruh surat Al-Qur‟an dibuka dengan sepuluh macam
pembukaan dan tidak satu surat pun keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Setiap macam
pembukaan itu mengandung rahasia tersendiri, sehingga sangat penting untuk dikaji. Diantara
pembukaan itu diawali oleh huruf-huruf yang terpisah (al-ahruf al-muqatha’ah). Orang sering
mengidentikan fawatih al- suwar dengan huruf muqatha‟ah, padahal sebenarnya keduanya
berbeda. Bahkan huruf Muqatha‟ah hanya merupakan bagian dari fawatih al-suwar. Di antara
ulama yang mengidentikan keduanya adalah Manna‟ Khalil Qaththan dalam kitabnya Mabahits
fi’Ulum al-Qur’an.
Pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh para ulama menunjukkan bahwa pembuka
surat yang berbentuk huruflah yang sering menimbulkan kontroversi diantara mereka. Sehingga
tak heran apabila huruf-huruf tersebut sering dikategorikan kedalam ayat-ayat mutasyabihat,
yang tak seorangpun mengetahui artinya kecuali Allah SWT atau bahkan disebut sebagai salah
satu bentuk rahasia Tuhan yang terdapat didalam Al- Qur‟an.

C. Hikmah adanya Ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi


Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat berbagai mukzijat dan
keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan oleh umat di dunia ini. Alloh tidak akan
mungkin memberikan sesuatu kepada kita tanpa ada sebabnya. Dibawah ini ada beberapa
hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan mutasyabih, diantaranya adalah :
1. Muhkam
a. Jika seluruh ayat Al-Qur‟an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian
keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
b. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
c. Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan menghayatinya.

3
d. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-Qur'an
sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
e. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isinya.
f. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.
g. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti
dan faedahnya bagi mereka.
h. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi
mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan
ajaran-ajarannya.
i. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan
Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan
jelas pula untuk diamalkan.
j. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya,
karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya,
tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.

2. Mutsyabi
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur‟an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya
sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin
bahwa Al-Qur‟an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti
hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-Quran
sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur‟an dengan khusyu‟ sambil
merenung dan berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap
maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya
diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan
berbagai ilmu seperti ilmu bahasa, gramatika, ma‟ani, ushul fiqh dan sebagainya

4
e. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini
keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan
untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu
tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan
keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat
mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena
kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat
mutasyabih itu.
f. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana
Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan
pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak
mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka
berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan
mengharapkan ilmu ladunni.
g. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan
persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang
Maha Mengetahui segala sesuatu.
h. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya,
agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa,
melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
i. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.

5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi dan tidak
menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya
belum jelas.
Ulama‟ berbeda pendapat dalam hal memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu antara bisa
tidaknya manusia memahami atau memaknai ayat-ayat mutasyabihat. Terdapat hikmah adanya
ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat yang secara garis besar masuk pada tataran pemahaman
dan penggunaan logika akal.
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian. Imam Ar-
Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur‟an menyatakan bahwa sebab adanya
kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut: Kesamaran dari aspek lafal saja,
kesamaran dari aspek maknanya, kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat Al-Qur‟an
terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian
ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur‟an mutasyabihat, niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia.

B. SARAN
Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan
dalam pembahasan makalah saya ini, terutamanya saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan juga saya harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam
perbaikan pembuatan makalah saya ini.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/28026-apa-yang-dimaksud-dengan-muhkam-dan-mutasyabih-dalam-al-
quran.html
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2009.
Syadali, Ahmad, dan Rof‟i Ahmad , Ulumul Quran I, Bandung: Pustaka Setia,1997.
Shalih,Shubhi, Mabahits fi’Ulum Al-Quran, Beirut: Dar Al-Qalam li Al- Malayyin, 1988.
Anwar, Abu, Ulumul Qur’an, Cet.1, Pekanbaru: AMZAH, 2002. Anwar, Rosihon, Ulumul Al-
Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Anda mungkin juga menyukai