STAIN BENGKALIS
Semester/Kelas : 1 satu
NIM : 183220608
NIM : 183220608
Jawabannya :
Dari kemunculan ulumul Quran hingga masa sekarang ini tentu keluasan ruang
lingkup pembahasan ulumul Quran tidaklah sama. Pada saat dimana al-Quran
baru turun dan masyarakat baru mengetahui al-Quran, maka pembahasan ulumul
Quran pun hanya berkutat pada kata-kata yang sulit dipahami oleh masyarakat
Arab.
Lambat laun ulumul Quran pun memiliki ruang lingkup pembahasan yang lebih
luas dan semakin tajam dalam membahas al-Quran. Hingga ulumul Quran
dibukukan dan menjadi konsep yang jelas sehingga ulumul Quran menjadi ilmu
yang berdiri sendiri.
Ruang lingkup ‘Ulum Al-Qur’an ini berkembang dan semakin kompleks sesuai
dengan kebutuhan yang perlu segera diselesaikan dalam pembahasan yang
berkaitan dengan Al-Qur’an. Akan tetapi dalam perkembangannya, ‘Ulum Al-
Qur’an selalu berpegang kepada sumber-sumber dasar hukum Islam sebagai
berikut:
1) Al-Qur’an al-Karim
Beliau yang bertugas menjelaskan Al-Qur’an. Karena itu wajar jika para
sahabat bertanya kepada beliau ketika mendapakan kesulitan dalam
memahami sesuatu ayat. Di antara kandungan ayat Al-Qur’an terdapat ayat
yang tidak dapat diketahui takwil kecuali penjelasan Rasulullah Saw,
misalnya rincian tentang perintah shalat.
Para sahabat merupakan orang paling dekat dan tahu dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw. Riwayat dari para sahabat yang berasal dari
Rasulullah Saw cukup menjadi acuan dalam pengembangan ilmu-ilmu Al-
Qur’an.
Aspek yang menjadi cabang ‘Ulum Al-Qur’an sangat banyak dan selalu
berkembang seperti dalam kitab al-Burhân fî ‘Ulûm Al-Qur’an karangan Badr al-
Din al-Zarkasyi menyebut ada 74 ilmu.
Bisa dibilang ketika telah menjadi ilmu yang mandiri, kajian dan ruang lingkup
pembahasan Ulumul Qur’an sangatlah luas. Banyak ulama berbeda pendapat
dalam mengklasifikasikan cakupan pembahasan dalam ilmu-ilmu al-Quran,
namun sebenarnya semua pendapat itu memang terkadang berbeda karena
perbedaan penyebutan atau pengklasifikasian ilmu saja.
Imam Suyuti juga mengutip pendapat dari seorang alim terkenal berkebangsaan
Spanyol, yaitu Abu Bakar Ibnu al-Araby yang mengatakan bahwa Ulumul Qur’an
terdiri dari 77450 ilmu. Pendapat ini sebenarnya didasarkan pada jumlah kata
yang terdapat dalam al-Qur’an dimana keseluruhannhya dikalikan empat.
Dikarenakan setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna zahir, batin,
terbatas, dan tidak terbatas.
Ungkapan di atas memang sama seperti dalam firman Allah Swt. dalam Al-
Qur’an Surat al-Kahfi ayat 109 berikut:
Lebih jauh lagi bahwa pengukuran luang lingkup pembahasan ulumul Quran ini
masih dilihat dari mufradatnya saja. Belum ditambah dengan pembahasan pada
kalimat yang tersusun sehingga jumlah pembahasan ulumul Quran pun seakan tak
terhitung.
Kita ikuti lagi pendapat mufassir Indonesia yaitu bapak Quraish Shihab, dimana
pendapat beliau tentang cakupan ruang lingkup pembahasan ulumul Quran bisa
dibilang lebih ramping. Quraish Shihab dengan mengklasifikan materi
pembahasan Ulumul Qur’an dengan membaginya kedalam empat komponen:
Dari klasifikasi cakupan ini, sepertinya Quraish shihab memetakan ulumul Quran
menjadi ulumul Tafsir.
Model klasifikasi lain dalam ruang lingkup ulumul Quran bisa kita lihat dari
pendapat Imam Jalal al-Din al-Bulqiny dimana beliau membagi kajian ilmu al-
Qur’an menjadi enam kelompok besar berupa:
Tak berhenti disitu, dalam satu pembahasan poin di atas juga dibagi menjadi
beberapa cabang pembahasan ulumul Quran sehingga cakupannya lebih luas.
1) Aspek Nuzul.
2) Aspek Sanad.
3) Ada’ al-Qira’ah.
6) Pembahasan makna
Yaitu ilmu al-Qur’an yang berhubungan dengan lafadz, yaitu fasl, wasl,
i’jaz, itnab, musawah, dan qasr.
Dari banyaknya klasifikasi tenatang pembahasan ulumul Quran di atas, kita juga
bisa melihat ringkasan secara garis besar objek pembahasannya yang
disimpulkan oleh Hatta Syamsuddin, Lc, dalam Modul ‘Ulum Al-Qur’an sebagai
berikut:
Ruang lingkup ‘Ulum Al-Qur’an ini bila ditinjau dari segi pokok bahasannya
secara garis besar terdapat dua kelompok besar yaitu:
1) Ilmu Riwayah, yaitu ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata,
seperti yang membahas tentang macam-macam Qira’at, tempat turun ayat-
ayat Al-Qur’an, waktu-waktu turunnya, dan sebab-sebabnya.
2) Ilmu Dirayah, yaitu ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu
yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam seperti
memahami lafaz yang gharib serta mengetahui ayat-ayat yang berhubungan
dengan hukum.
Hasby lebih memerinci tentang ruang lingkup ‘Ulum Al-Qur’an yang secara garis
besar terdiri dari persoalan sebagai berikut:
Dengan melihat ruang lingkup kajian ‘Ulum Al-Qur’an baik dari yang sederhana
sampai yang terperinci maka akan terlahir berbagai cabang disiplin ‘Ulum Al-
Qur’an, dan pada suatu waktu tidak menutup kemungkinan akan timbul
perkembangan baru disiplin ‘Ulum Al-Qur’an yang pada generasi sebelumnya
belum ditemukan.
Berikut ini juga merupakan cabang ‘Ulum Al-Qur’an menurut Hasby Ash-
Shiddiqie yang dikutip oleh Rosihon Anwar sebagai berikut:
4) Ilmu Qirâat, yaitu ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira’at (bacaan yang
diterima dari Rasulullah SAW).
5) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara membaca Al-Qur’an,
tempat mulai dan pemberhentiannya.
7) Ilmu I`râb al-Qur’ân yaitu ilmu yang menerangkan baris Al-Qur’an dan
kedudukan lafal dalam ta’bir ( susunan kalimat).
12) Ilmu I’jaz al-Qur’ân, yaitu ilmu menerangkan kekuatan susunan tutur Al-
Qur’an, sehingga dipandang sebagai mukjizat.
13) Ilmu Tanâsub ayat Al-Qur’an, yaitu ilmu yang menerangkan persesuaian
suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
14) Ilmu AQ.S. âm al-Qur’ân, yaitu ilmu yang menerangkan arti dan maksud-
maksud sumpah yang terdapat dalam Al-Qur’an.
15) Ilmu Amsâl al-Qur’ân, yaitu ilmu yang menerangkan perumpamaan yang
ada dalam Al-Qur’an.
16) Ilmu Jidâl al-Qur’ân, yaitu ilmu untuk mengetahui rupa-rupa debat yang
dihadapkan Al-Qur’an kepada kaum musyrikin dan lainnya.
17) Ilmu Adab al-Tilâwah al-Qur’ân, yaitu ilmu yang mempelajari segala
bentuk aturan yang harus dipakai dan dilaksanakan di dalam membaca Al-
Qur’an, serta segala kesusilaan, kesopanan, dan ketentuan yang harus
dijaga ketika membaca Al-Qur’an.
Meskipun semua cabang dan ruang lingkup dalam pembahasan ulumul Quran itu
penting, namun para ulama ada yang berpendapat mengenai pembahasan ulumul
Quran yang paling penting.
sesungguhnya kami yang menurunkan al-quran dan kami pula yang menjaganya.
dengan apa ? denagn para penghafal quran yang banyak di muka bumi ini. dan
bacaan mereka sama dengan generasi-generasi sebelumnya. baik dari harokat
bahkan hurufnya tidak ada yang berubah sampai sekarang
berikut dalil yang mendukung atas faktor yang menjamin kemurnian Al-Qur’an
1) Masa Turunnya
3) Penerima Al-Qur-an
Al-Qur-an terdiri dari 6666 ayat yang dihimpun dalam 114 surat, mulai
dari surat al-fatihah sampai surat an-Nas, kemurnian dan keaslian ayat-ayat
tersebut dapat dilihat antara lain dari proses penulisannya. Wahyu pertama
yang diterima Nabi ialah ayat 1 s/d 5 surat al-Alaq, ketika beliau berada di
Gua Hiro, sedangkan wahyu terakhir adalah ayat ke 3 surat al-Maidah,
pada waktu beliau wukuf di arofah melakukan HAji Wada` 9 Zulhijah,
tahun ke 10 Hijrah, bertepatan dengan 7 Maret 632 M. Salah satu faktor
yang dapat menjamin keaslian dan kemurnian al-Qur-an ialah teks al-Qur-
an itu ditulis sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Rosululloh.
Penulisannya dilakukan dihadapan beliau sendiri. Untuk keperluan
penulisan tersebut Rosululloh mengerahkan sejumlah penulis seperti
Khulafaur Rosyidin yang empat, Amir bin Fuhairoh, Ubay bin Ka`ab,
Tsabit bin Qois bin Samas, Zaid bin Tsabit, Mu`awiyyah bin Abi Sufyan,
termasuk saudara Abu Sufyan: Yazid bin Syu`bah, Zubair bin Awwam,
Kholid bin Walid, `Alla bin Al-Hadhromy, Amr bin `Ash, Abdullah bin
Al-Hadromy, Muhammad bin Maslamah, dan Abdullah bin Abdullah bin
Ubay bin salul.
Jumlah sahabat yang telah menuliskan al-Qur’an cukup banyak dan tidak
kurang dari 43 orang. Yang terkenal, antara lain Abu Bakar, Umar ibn al-
Khaththab, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Abu Sufyan dan dua
orang putranya, yaitu Mu’awiyah dan Yazid, Zaid ibn Tsabit, Sa’id ibn
al-‘Ash dan dua orang putranya, yaitu Abban dan Khalid, Zubair ibn al-
Awwam, Thalhah ibn ‘Ubaidillah, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Amir ibn
Fuhairah, Abdullah ibn Rawahah, Abdullah ibn Sa’id ibn Sarah, Ubai ibn
Ka’ab, Tsabit ibn Qais, Hanzhalah ibn al-Rabi’, Syurahbil ibn Hasanah,
‘Ala ibn al-Hadlrami, Khalid ibn al-Walid, ‘Amr ibn ‘Ash, Mughirah ibn
Syu’bah, Mu’aiqib ibn Abi Fathimah, Huzaifah al-Yamani, dan Huwaithib
ibn Abd al-‘Uzza al-Amiri.
Akhirnya, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua ayat al-
Qur’an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw telah ditulis
oleh para penulis wahyu sebagaimana yang telah didiktekan beliau kepada
mereka, tanpa mengalami perubahan sedikit pun.
3) Penyusunan Semua Ayat Dan Surat Al-Qur’an Seperti Sekarang
Ketiga hadis terakhir tersebut telah memberikan isyarat kepada kita bahwa
ayat-ayat al-Qur’an telah tersusun secara berurutan. Sebab, jika tidak
dipahami demikian, bagaimana mungkin seorang sahabat dapat
mengetahui urutan ayat-ayat al-Qur’an di dalam suatu surat sebagaimana
yang telah disebutkan dalam ketiga riwayat tersebut kalau tidak ada
susunan ayat al-Qur’an pada setiap surat yang telah baku dan diikuti oleh
semua orang.
Selain itu, telah pula terbukti bahwa Rasulullah saw telah membaca
beberapa surat al-Qur’an, seperti al-Baqarah, Ali-Imran, dan an-Nisa yang
ayat-ayatnya masing-masing sudah tersusun secara konsisten, baik dalam
shalat maupun khutbah Jum’at dengan didengar oleh para sahabat.
Demikian pula, Rasulullah saw telah membaca surat al-A’raf pada shalat
maghrib, membaca surat Alif Lam Mim Tanzil al-Kitab la raiba fih al-
Sajdah dan surat Hal ata ‘ala al-Insan al-Dahr pada shalat Subuh Jum’at
dan membaca surat al-Jum’ah dan surat al-Munafiqun pada shalat Jum’at
serta membaca surat Qaf dalam khutbah beliau.
Di samping itu lagi, bagaimana mungkin para sahabat dapat secara terus-
menerus membaca dan menghafal al-Qur’an yang berisi berbagai macam
tuntutan dan banyak ayat itu, – baik pada waktu shalat maupun pada waktu
di luar shalat, baik pada waktu belajar maupun waktu mengajarkan al-
Qur’an kepada orang lain – jika tidak ada susunan dan urutan ayat yang
sudah baku dan tetap pada setiap surat? Jika kepada setiap orang diberikan
kebebasan membaca al-Qur’an menurut susunannya sendiri, akan terdapat
berbagai versi susunan ayat pada setiap surat. Kalau sudah demikian
jadinya, akan muncul kesulitan di kalangan sahabat untuk mengontrolnya
dan mengoreksi terjadinya kesalahan baca, padahal Rasulullah saw sendiri
telah berpesan, “Apabila salah seorang di antara kalian telah membuat
kesalahan atau tertinggal suatu ayat dalam shalatnya, yang mendengarnya
harus meluruskannya dan memberitahukan ayat yang tertinggal itu.
Lafadz ‘Nuzul’ secara etimologi (bahasa) berarti ”menetap di satu tempat” atau
“turun dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya ialah “nazala” yang artinya “dia telah
turun” atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara terminology
(istilah) yaitu Peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as secara berangsur-angsur.
Sejarah terjadinya peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17
Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa
itu dikisahkan dalam sebuah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat: 185, yang
artinya: “Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi
sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk serta
menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah” (QS. Al-Baqarah: 185).
1) Tahap Pertama
2) Tahapan Kedua
3) Tahapan Ketiga
Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh dialek bahasa Arab. Akan tetapi yang selain dari
lughot quraisy. Setelah Islam berdiri teguh, bahasa Quraisylah yang mendominasi
bangsa Arab dan menjadi bahasa resmi bangsa arab. Sehingga di waktu khalifah
Utsman menyuruh menyalin shuhuf al-Qur’an ke dalam mushaf, beliaupun
menyuruh menyalin dan menulisnya dengan memakai bahasa Quraisy saja. Beliau
bertindak demikian, melainkan karena bahasa Quraisy itu telah mempengaruhi segala
dialek-dialek kabilah-kabilah Arab, juga karena untuk menghilangkan perselisihan-
perselisihan yang akan terjadi lantaran menyebut dan membaca itu.
Al-Qur’an merupakan sumber tujuan paling utama dalam ajaran Islam. Allah swt
menurunkannya kepada nabi muhammad saw. Agar disampaikan kepada umat
manusia. Hakikat diturunkannya al-qur’an yaitu menjadi acuan moral secara
universal bagi umat manusia untuk memecahkan masalah sosial yang timbul
ditengah-tengah masyarakat. Maka dari itu, al-qur’an secara kategoris dan tematik,
dihadirkan untuk menjwab berbagai masalah aktual yang dihadapi masyarakat sesuai
dengan konteks dan dinamika sejarahnya. Karena itu, masuk akal jika para mufasir
setutu bahwa prosesi penurunan al-qur’an kemuka bumi dilakukan oleh Allah swt.
Secara berangsur-angsur (gradual), tidak sekaligus, disesuaikan berdasarkan
kapasitas intelektual serta konteks masalah yang dihadapi manusia. Graduasi
penurunan Al-qur’an menjukkan tingkat kearifan serta kebesaran Allah swt.,
sekaligus membuktikan bahwa pewahyuan total pada satu waktu ialah sesuatu yang
dikatakan mustahil, karena bertentangan dengan fitrah manusia sebagai makhluk
yang dho’if (lemah).
1) Tafsir
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan takwil adalah suatu usaha untuk
memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan memahami
arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.
3) Terjemah
Arti terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sangat penting mempelajri Ulumul Qur’an, sebab Al Alquran merupakan ajaran utama
bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manfaat membaca Al Qur’an
biar dalam perjalanannya selalu menerima ridho, ketenangan, keselamatan dengan
mengetahui manfaat sedekah dalam Islam
Al Qur’an ialah Kitab suci yang menjadi dasar untuk pegangan insan dalam
menjalani hidup. Berasal eksklusif dari Allah SWT melalui mediator
Rasullullah dimana merupakan pesan suci yang disampaikan, mempelajarinya
akan bisa mempertahankan kesucian dan keaslian makna ayat yang
terkandung didalamnya biar tidak dirusak oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Misalnya kita membaca sebuah novel dan hapal betul apa
yang terdapat didalamnya cerita, plot, tokoh, tempat, dan kisah akhirnya,
kalau suatu waktu novel tersebut diubah isinya oleh orang lain dan sanggup
merusak isinya tentu kita akan mengetahui secara pasti, apakah yang
dihilangkan atau ditambahkan ini hanya sebagai citra kecil saja bukan
sebanding kalau dengan mempelajari AL Qur’an tentu membutuhkan
pemahaman mendalam ibaratkan kita tidak akan tau apakah isi Al Qur’an
dirubah kalau bahkan kita idak tau isi yang terkandung didalamnya.
Seseorang yang telah menghafal isi Al Qur’an tentu akan juga mendalami
secara lebih lanjut mengenai makna idalamnya, hal ini akan mencegah
terjadinya kesalahan dalam menafsirkan Al Qur’an.
Berbagai manfaat mempelajari ulumul Qur’an sangat penting, butuh waktu yang usang
serta pendalaman yang besar dengan berkuasa akan ilmu tersebut. hanya orang yang
telah andal dalam ilmu tersebut yang bisa menafsirkan ayat yang tersurat dalam Al
Qur’an biar menghindari salah tafsir dan berakibat pada hilangnya kesucian makna
dalam kandungan ayat Al Qur’an.