Anda di halaman 1dari 11

Makalah Thoriqoh

Dosen Pembimbing:

Mohammad Noviani Ardi,S.Fil.I.,MIRKH

Disusun oleh:

Afwan Sholahudin (pemakalah)

Ikhlul Fadhilah (pembuat slide)

Davit Tri Atmaja (presentasi)

Budi Eko Santoso (presentasi)

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI SYARIAH
2020/2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah,segala puji atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya
yang di anugerahkan kepada kita semua ,terutama kepada saya sehingga dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya .

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi kita dalam proses belajar
terutama pada mata kuliah ‘filsafat umum ‘ terkhususnya dalam hubungan dengan ‘Thoriqoh.
Adapun penulisan dalam makalah ini disusun secara sistematis dan berdasarkan metode metode
yang ada,agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para
pembaca .

Dalam penulisan makalah ini ,saya menyadari sepenuhnya adanya kekurangan .Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun saya harapan dari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dari kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang,5 Desember 2020

DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………………………………………………………………i

Daftar isi……………………………………………………………………………………………………………………………………………….ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………………….3
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………………………………………………….….…3
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………….…………………………………………….…………..3
BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................................................4
2.1 Pengertian thoriqoh……..……………………………………………………………………………………………..…………..4
2.2 Hubungan atau kedudukan Thoriqoh dalam Tasawuf……………………………………………………………….5
2.3 Perkembangan Thoriqoh di Indonesia …………………………………………………………………..…………………7
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………………….…………………..………………….9
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………..………………….…………………9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………….9

BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tarekat merupakan bagian dari ilmu tasawuf. Namun tak semua orang yang mempelajari tasawuf
terlebih lagi belum mengenal tasawuf akan faham sepenuhnya tentang tarekat. Banyak orang yang
memandang tarekat secara sekilas akan menganggapnya sebagai ajaran yang diadakan di luar Islam
(bid’ah), padahal tarekat itu sendiri merupakan pelaksanaan dari peraturan-peraturan syari’at Islam
yang sah. Namun perlu kehati-hatian  juga karena tidak sedikit tarekat-tarekat yang dikembangkan dan
dicampuradukkan dengan ajaran-ajaran yang menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. Oleh sebab
itu, perlu diketahui bahwa ada pengklasifikasian antara tarekat muktabarah (yang dianggap sah) dan
ghairu muktabarah (yang tidak dianggap sah).

            Memang seluk-beluk tarekat tidak bisa dijabarkan dengan mudah karena setiap tarekat-tarekat
tersebut memiliki filsafat dan cara pelaksanaan amal ibadah masing-masing. Oleh karena itu, penulis
berusaha menjelaskan tentang tarekat dalam makalah ini. Meskipun makalah ini tidak bisa memuat hal-
hal yang berkaitan dengan tarekat secara menyeluruh, tapi paling tidak makalah ini cukup mampu untuk
memperkenalkan kita pada terekat tersebut.

B.Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian thoriqoh ?
2.    Bagaimana sejarah dan perkembangan thoriqoh 
BAB 2
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Thariqah

Secara etimologi  kata thoriqah  dimaknai dengan kata jalan yang sinonim dengan kata suluk.
Sedangkan secara terminologi dimaknai dengan jalan kerohanian yang muncul disebabkan pelaksanaan
syariat agama. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa jalan yang tempuh dalam tasawuf melalui
bimbingan, dan latihan kerohanian dengan tertib tertentu, dan merupakan cabang dari jalan yang lebih
besar, yaitu syariat. Termasuk didalamnya kepatuhan didalam menjalankan syariat dan hukum Islam
yang lain.Sedangkan definisi thoriqoh menurut Syeikh Muhammad Amin Al Kurdi, dalam kitab Tanwirul
Qulubnya, tarekat adalah beramal dengan syari’at denagn mengambil atau memilih yang azimah (berat)
daripada yang rukhshoh (ringan), menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal
ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah, menjauhkan diri dari semua larangan syari’at lahir dan batin,
melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya, meninggalkan semua larangan Nya baik yang
haram, makruh atau mubah yang sia-sia, melaksanakansemua ibadah fardhu dan sunnah yang semua
dibawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syeikh/mursyid yang arif yang telah mencapai
maqomnya.

Harun Nasution mengatakan thariqah ialah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan
berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Hamka mengatakan bahwa thariqah adalah perjalanan hidup
yang harus ditempuh di antara mahkluk dan khaliq.Dalam ilmu tashawwuf juga dikatakan bahwa syari’at
itu merupakan peraturan, thariqah itu merupakan pelaksanaan sedangkan haqiqoh merupakan keadaan
dan ma’rifat merupakan tujuan yang terakhir. Tentang bagaimana melaksanakannya untuk mencapai
tujuan, kaum mutashwwifin antara satu dengan yang lain memiliki perbedaan.

Dengan memperhatikan berbagai pendapat diatas, kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan thariqah adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalam nya berisi amalan
ibadah dan lainnya yang bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang
mendalam.

B.Hubungan atau keduukan Thoriqoh dalam Tasawuf


Berikut ini  ajaran tharikhat yang berkembang di dunia antara lain yaitu:
a. Thariqah  Naqsabandiyah dan Khalidiyah
Thariqah  ini mempunyai ciri antara lain:
·         Berpegang teguh kepada Akidah Ahlussunnah
·         Meninggallkan rukhsah
·         Memilih hukum-hukum yang azimah
·         Senantiasa dalam muqarabah
·         Tetap barhadapan denagn tuhan
·         Menghasilkan malakah hudhur (menghadirkan Tuhan dalam hati)
·         Menyenfiori di tengan keramaian serta menghiasi diri dengan hal-hal yang berfaedah
·         Mengambil faedah dari ilmu-ilmu agama
·         Berpakaian dengan pakaian mukmin biasa
·         Selalu mengatur nafas dengan menyebut asama Allah
·         Zikir tanpa suara
·         Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW

Beberapa hal yang dikerjakan para pengiku thariqah  ini adalah:


1        Ketika akan berzikir, mereka terlebih dahulu menghadirkan wajah sang guru (rabithah). Mereka
mempunyai cara zikir tertentu yang khas.
2        Mengasingkan diri dengan bermal dan berzikir selama 40 hari, 20 hari, dan 10 hari. Hal ini
disebut berkhalwat atau bersuluk. Sewaktu bersuluk, seseorang dilarang memakan daging.
a.  Thariqah  Tsamaniyah
Ciri thariqah ini zikirnya dengan suara keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan lafadz
lailaha illa Allah. Juga terkenal dengan nama ratib saman yang hanya mempergunakan perkataan ‘hu’,
uang artinya Dia Allah. Syaikh Saman ini jugta mengajarkan agar memperbanyak shalat dan zikir, kasih
pada fakir miskin, jangan mencintai dunia, menukar akal basyariyah dengan akal robaniyah, beriman
hanya kepada Allah dengan tulus ikhlas.
b.  Tahriqat Syadizilyah
1.      Pokok-pokok ajarannya antara lain:
2.      Bertakwa kepada allah di tempat yang sunyi dan ramai
3.      Mengikuti sunnah dalam segala perkataan dan perbuatan
4.      Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan waktu   membelakangi
5.      Kembali kepad allah di waktu senang dan duka
Thariqah berakar dari pengalaman seorang sufi-ahli tasawuf- dalam mengajarkan ilmunya kepada
orang lain, pengajaran mana kemudian dikembangkan pengikutnya. Oleh karena itu, dalam
perkembangannya kemudian, thariqah terkait erat dengan nama guru tasawuf itu. Dalam pengertian ini,
maka penanaman satu thariqah diambil dari nama pemimpin kelompok belajar itu. Berdasarkan
pemaknaan thariqah tadi, terlihat bahwa lembaga thariqah salah satu betuk kelanjutan usaha para sufi
terdahulu dalam menyebarluaskan tasawuf sesuai pemehamannya. Dalam ilmu tasawuf, kata thariqah
diartikan sebagai “cara sufi” mendekatkan diri kepada Allah yang disebut thuruq as suffiyah. Sedangkan
dalam thariqah, kata ini dimaknai sebagai trade mark seorang sufi.
Guru dalam thariqah yang sudah melembaga itu selanjutnya disebut Mursyid atau Syeikh dan
wakilnya disebut Khalifah. Adapun pengikutnya disebut Murid. Sedangkan tempatnya disebut rithbah atau
zawiyah atau taqiyah.[7] Dan thariqah itu merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri
kepada allah, maka orang yang menjalankan thariqah itu harus menjalankan syari’at dan si murid harus 
memenuhi unsur-unsur berikut:
a.       Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.
b.   Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti jejak guru
c.       Tidak mencari-cai keinginan dalam beamal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki.
d.       Berbuat dan mengisi waktu seefisien mungkin dengan segala wirid dan doa guna pemantapan
e.       Mengekang hawa nasfsu agar terhindar dar kesalahan yang dapat menodai amal.
Ciri-ciri thariqah tersebut merupakan cirri pada umumnnya dianut setiap kelompok, sedangkan dalam
bentuk amal dan wiridnya berbeda-beda. Sebagai contoh dapat dikemukakan masalah dzikrullah, dzikir
mengingat Allah. Ada thoriqoh yang memiliki dzikir-dzikir tertentu dengan caranya sendiri-sendiri.
Missalnya ada yang berdzikir dengan bersuara atau yang disebut dzikir lisan. Ada dzikir yang diucapkan
dalam hati yang dinamakan dzikrul qolbi dan ada juga dzikrullah yang diucapkan secara rahasia yang
dinamakan dzikir sir.
Pada umumnya dzikir lisan itu berupa lafadz “laailaaha ilallah”, dzikir qolbi berbunyi “Allah” dan
dzikir sir berbunyi ”hu” yang artinya dia yaitu Allah. Ada dzikir yang diucapkan secara bersama-
sama, ratib, baik diiringi dengan tabuhan, duf, maupun diiringi dengan nyanyian, tari-tarian, menurut
irama dzikir, dengan tarikan nafas, langgam suara atau gerak badan tertentu.
Dari macam-macam pelaksanaanya baik dari tata cara berdzikir, bentuk wirid atau tata cara lainnya,
ada pula yang melalui tiga tingkatan yang sudah sangat terkenal yaitu takhalli, tahalli dan tajalli.
a.       Takhalli artinya membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, kekotoran hati dari maksiat lahir dan
batin.
b.      Tahalli  artinya mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, menyinari hati dengan taat lahir dan taat
batin.  
c.       Tajallli artinya merasakan persaan ketuhanan hingga mencapai kenyataan tuhan. Inilah maqom
tertinggi dalam thoriqot yakni mencapai tajalli.
C. Perkembangan Thariqoh Di Indonesia

Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga, thariqah ini merupakan kelanjutan dari pengikut-pengikut
sufi yang terdahulu. Perubahan tasawuf kedalam thariqah sebagai lembaga dapat dilihat dari
perseorangannya, yang kemudian menjadi thariqah yang lengkap dengan symbol-simbol dan unsurnya
sebagaimana disebutakan diatas.
Dari sekian banyak aliran thariqah tersebut terdapat sekurang-kurangnya enam aliran thariqah yang
berkembang di Indonesia, yaitu thariqah Qadariyah, Rifaiyah, Nasqsyabanidiyah, Sammaniyah,
Khalawatiyah, dan Khalidiyah.

1. Thariqah Qadariyah
Thariqah Qadariyah didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166) dan ia sering pula disebut
al-Jilli. Thariqah ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok, sampai pulau Jawa. Pengaruh thariqah ini
cukup banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib pada acara-acara
tertentu. Naskah asli manaqib ditulis dalam bahasa Arab. Berisi riwayat hidup dan penaglaman sufi abdul
Qadir Jaelani sebanyak 40 episode. Manaqib ini dibaca denagn tujuan agar mendapatkan berkah dengan
sebab keramatnya.
2.  Thariqah Rifa’iyah
Thariqah Rifa’iyah didirikan oleh syaik Rifa’i. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin abbas.
Meninggal di Umm Abidah pada tanggal 22 Jumadil Awal tahun 578 H. Bertepatan dengan tanggal 23
September tahun 1106M. Dan ada pula yang mengatakan bahwa ia meninggal pada bulan Rajab
tahun512 H. Bertepatan dengan bulan November tahun 1118 M. Di Qaryah Hasan. Thariqah ini banyak
tersebar di daerah Aceh, Jawa, Sumatera Baret, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya.
3. Thariqah Naqsyabandi
Adapun thariqah Naqsyabandi didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin al-Uwaisi al-Bukhari (727-791
H). Ia biasa di sebut Naqsyabandi diambil dari kata nasqyaban yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam
memberikan lukisan tentang yang gaib-gaib.
Thariqah ini banyak tersebar di Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Ke daerah Sumatera Barat,
tepatnya daerah minangkabau, thariqah ini dibawa oleh Syaikh Ismail al-Khalidi al-Kurdi, sehingga
dikenal dengan sebutan Thariqah Nasqsyabandiah al-Khalidiyah. Amalan thariqah ini tidak banyak
dijelaskan ciri-cirinya.

4.    Thariqah Tsamaniyah
Thariqah Samaniyah didirikan oleh Yaikh Saman yang meninggal dalam tahun 1720 di Madinah.
Thariqah ini banyak tersebar luas di Aceh, dan di Palembang dan daerah lainnya di Sumatera. Di Jakarta
thariqah ini juga sangat besar pengaruhnya, terutama di daerah pinggiran kota, di daerah Palembang
orang banyak yang membaca riwayat Syaikh Saman sebagai tawassul untuk mendapatkan berkah.

5. Thariqah Khalwatiyah
Thariqah khalwatiyah didirikan oleh Zahiruddin (w. 1397 M) di Khurasan dan merupakan cabang dari
thariqah Suharawadi yang didirikan oleh Abdul Qadir Shurawardi yang meninggal tahun 1168 M.
Thariqah Khalawatiyah ini mula-mula tersiar di Banten oleh Syaikh Yusuf Al-Khalawati al-Makasari pada
masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Thariqah ini banyak pengikutnya di Indonesia, dimungkinkan karena suluk dari thariqah ini sangat
sederhana dalam pelaksanaannya. Untuk membawa jiwa dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih
tinggi melalui tujuh tingkat, yaitu peningkatan dari nafsu amarah, lawwamah, mulhamah, muthmainnah,
radhiyah, mardiyah dan nafsu kamilah.
6.      Thariqah Khalidiyah
Thariqah Khalidiyah adalah salah satu cabang dari thariqah Nasqyabandiyah di Turki, yang berdiri pada
abad XIX. Pokok-pokok thariqah Khalidiyah dinbangun oleh Syaikh Sulaiman Zuhdi al-Khalidi. Thariqah in
berisi tentang abad dan Zikir, tawassul dalam thariqah, adab suluk, tentang saik dan mawamnya , tentang
ribath dan beberapa fatwa pendek dari Syaikh Sulaiman al-Zuhdi al-Khalidi mengenai beberapa
persoalan yang diterima dari bermacam-macam daerah.
Thariqah ini banyak berkembang di Indonesia dan mempunyai Syaikh Khalifah dan Mursyid yang
diketahui dari beberapa surat yang berasal dari Banjarmasin dan daerah-daerah lain yang dimuat dalam
kitab kecil yang berisi fatwa Sulaiman az-Zuhdi Al-Khalidi.Perkembangan thariqah di Indonesia
BAB3

PENUTUP

KESIMPULAN

Thariqah adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh oleh para ahli tasawuf atau kaum mutashawwifin
untuk mencapai tujuan, dapat lebih dekat dengan Allah SWT.
Dalam tharikat samasekali tidak ada tujuan negatif yang terselip di dalamnya sehingga dapat
menggelincirkan umat islam jatuh kedalam kesesatan. Sebagaimana yang sering dituduhkan oleh
beberapa orang yang belum mengetahui tentang ilmu tharikat. Mereka dengan tergesa-gesa
mengeluarkan prasangka buruk terhadap para ulama-ulama ahli tharikat. Mereka mengatakan bahwa
para ulama tersebut sebagai orang yang mengajarkan ajaran atau amalan menyerupai ibadah yang tidak
pernah dijumpai tuntunannya, baik dari Allah maupun dari Rasul-Nya.
Apa yang dituduhkan mereka itu justru terbalik dengan kenyataan yang ada. Para ulama ahli tharikat
yang telah mengajarkan amalan-amalan baik tersebut samasekali tidak bertentangan dengan ajaran
Allah dan Rasul-Nya. Mereka para ulama, guru, dan syekh sama mengajarkan amalan tharikat
senentiasa bersumber dari ajaran al-Quran dan al-Hadist yang diterima secara ittishal sampai kepada
nabi sendiri. Bahkan apa yang hendah dicapai oleh ajaran tharikat telah jelas sekali yakni mengerjakan
syari’at dengan jalan yang teratur sesuai dengan keadaan yang semestinya agar memperoleh tujuan
hakikat hidup yang sebenar-benarnya.
Jadi dengan berkembangnya thariqah di seluruh dunia ini khususnya di Indonesia maka kita sebagai
umat islam tidaklah sepantasnya berperasangka buruk pada ahli tharikat karena sebenarnya tujuan
utama mereka adalah untuk mendekatkan diri kepada sang ilahi, walaupun dengan cara yang berbeda-
beda dan kita patut untuk menghargai cara-cara mereka, tapi tetap pada jalur atau aturan al-Quran dan
hadist.

DAFTAR PUSTAKA

 Solihin,M.Ag dan Anwar S.Ag, Rosyid M.Ag.2005.Akhlaq Tasawuf. Nuansa Press:Bandung


 Sigerar, Prof.H.A.Rivay.2002.Tasawuf di Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme.PT. Raja Garfindo
Persada:Jakarta
 Nata M.A, Prof.Dr.H.Abuddin.1996.Akhlaq Tasawuf. PT. Raja Garfindo Persada:Jakarta
 Moh.Saifullah Al Aziz Senali.2000.Tasawuf dan Jalan Hidup Para Wali.Putra Pelajar Press:Gresik

Anda mungkin juga menyukai