Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan anugrah dan kenikamtan yang tiada
terhingga kepada para hambaNya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan keharibaan
baginda Rasulullah SAW yang telah membawa agama terbaik di sisi Allah, juga semoga
tercurahkan kepada para Istri-istri beliau (ummahatul mukminin), para sahabat dan seluruh
keluarga beliau.

Makalah yang tersaji di hadapan ini dibuat guna menyelesaikan tugas individu tentang
penjelasan pendekatan filosofis dalam Studi Islam sebagai sarana memperdalam pemahaman
serta mengetahui khazanah yang ada pada agama Islam.

Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah menjadi acuan utama dalam
pokok bahasan pernikahan. Dan masih sangat banyak hal yang perlu ditambahkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselasainya makalah ini,
terring doa jazakumullah ahsanal jaza. Semoga Allah selalu meunjukkan jalan diridohiNya.

Brebes, 01 November 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3

A. Latar Belakang......................................................................... 3

B. Rumusan Permasalahan ........................................................... 3

C. Tujuan ...................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............. .................................................................... 4

A. Pengertian Filsafat ................................................................... 4

B. Perkembangan Filsafat Islam ................................................... 5

C. Hubungan Filsafat dengan Agama .......................................... 6

D. Metodologi Filsafat dalam studi Islam .................................... 8

E. Kesimpulan .............................................................................. 9

BAB III PENUTUP ………………… ............................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA …….……………………….………………………. ... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Sejarah penalaran filosofis dalam hukum Islam sesungguhnya telah ditunjukkan


oleh nabi ketika mengizinkan Muaz bin Jabal untuk menggunakan penalarannya di
negeri Yaman jika ia tidak menemukan dasarnya dalam Alquran dan hadis. Bahkan
dalam beberapa kasus, nabi sendiri melakukan proses penalaran jika belum turun ayat,
seperti dalam kasus penempatan pasukan pada perang Badr yang dipertanyakan oleh
Hubbab bin Munzir lalu nabi menjawab bahwa strategi perang tersebut adalah bukan
berdasarkan petunjuk wahyu melainkan hasil penalarannya sendiri.

Sahabat nabi seperti Khalifah Umar bin al-Khattab dalam beberapa kasus hukum
banyak melakukan penalaran filosofis seperti penghapusan hukum potong tangan
terhadap pencuri, zakat bagi muallaf, zakat kuda dan mengenai talak tiga. Corak
penalaran filosofis ini didasari oleh suatu ilat yang menghendaki adanya perubahan
hukum yang disesuaikan dengan situasi masyarakat yang terjadi saat itu.

Penalaran filosofis ini tidak hanya berkembang di kalangan sahabat tetapi juga di
kalangan tabi’in dan masa sesudahnya, yang dalam sejarah hukum Islam dikenal
sebagai kelompok ahlur ra’y dan kelompok ahlul hadis. Pada masa ini, para pemikir
hukum Islam memfokuskan penalaran mereka terhadap maslahah yang pada awal
penggunaan istilah maslahah diorientasikan pada makna kebaikan dan kemanfaatan.1

B. Rumusan masalah
Makalah ini berisi tentang :
1. Pengertian filsafat.
2. Perkembangan Filsafat.
3. Hubungan filsafat dengan agama.
4. Metodologi filsafat dalam studi Islam.
C. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :

1
Achmad Musyahid Idrus, “Tradisi penalaran filosofis”. Al-Daulah. Vol. 3 No. 1. Juni 2014.

3
1. Menjelaskan pengertian filsafat.
2. Menjelaskan hubunagn filsafat dengan agama.
3. Menjelaskan metodologi filsfafat dalam studi Islam.

4
BAB II

HAKIKAT FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat.
Poedjawijatna (Pembimbing ke Alam Fislafat, 1974: 11) mendefinisikan
filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Hasbullah Bakri
(Sistematik Filsafat, 1971: 11) mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang
menyelediki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
telah mencapai pengetahuan itu.2
Bertnard Russel mengatakan bahwa filsafat adalah the attempt to answer
ultimate question critically (Joe Park, Selected Reading in the Philosphy of Education.
1960: 3). D.C. Mulder (Pembimbing ke dalam Ilmu Filsafat, 1966: 10) mendefiniskan
filsafat sebagai pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
William James (Ensiklopedia of Philosophy, 1967: 219) menyimpulkan bahwa filsafat
adalah a collective name of question with have not been answered to the satisfaction of
all that have asked them. Namun, dengan mengatakan bahwa filsafat ialah hasil
pemikiran yang hanya logis, kita telah menyebutkan intisari filsafat.3
Filsafat menurut Sadr al-Din Shirazi, adalah upaya melakukan interpretasi
rasional terhadap alam semesta sebagai sebuah kesatuan sistematis, dan tujuaannya
adlah sebisa mungkin meniru Tuhan. 4

B. Perkembangan filsafat Islam.


Dalam perkembangan filsafat yang ada di makalah ini lebih saya spesifikasikan
pada perkembangan filsafat Islam bukan filsafat lain. Pemikiran filsafat yang
berkembang pascapenerjemahan atas buku-buku Yunani. Pertama kali, dikenalkan
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu: mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), 67.
3
Ibid., 68.
4
Ali Mahdi Khan, Dasar-dasar Filsafat Islam: Pengantar ke Gerbang Pemikiran, (Bandung: Nuansa Cendekia,
2017), 9.

5
oleh Al-Kindi (806-875 M). Dalam buku Filsafat pertama (al Falsafah al-Ula), yang
dipersembahkan pada khalifah Al-Mu’tashim (833-842 M), Al-Kindi menulis tetang
objek kajian dan kedudukan filsafat.5 Dari sini Al-Kindi telah memperkenalkan
persoalan baru dalam pemikian Islam dan mewariskan persoalan filsafat yang terus
hidup sampai sekarang. Sepeninggal Al-Kindi lahir Al-Razi (865-925 M), tokoh yang
dikenal sebagai orang kestrem dalam teologi dan juag dikenal sebagai rasionalis murni
yang hanya mempercayai akal. 6
Kemudian pemikiran filsafat berkembang yang begitu pesat berkat dukungan
penuh dari para khalifah Bani Abbas (750-1258 M) khususnya pada masa khalifah Al-
makmun (811-833 M) kemudian mengalami hambatan pada masa khalifah Al-
Mutawakil (847-861 M). Walaupun mengalamai hambatan yang hanya berada di
sekitar kekuasaan, kajian filsafat khususnya di Aleppo dan Damaskus tetap giat
dilakukan sehingga melahirkan seorang filsuf besar yang bernama Al-Farabi (870-950
M), disusul Ibn Sina (980-1037 M), Al-Imam Al-Ghazali (1058-1111 M), Suhrawadi
al-Maqtul (1153-1191 M), Ibn Rusyd (1126-1198) dan terus berkembang hingga abad
ke 14 sampai 16 M, sehingga menghasilkan para filsuf seperti Ibn Mahmud Al-Muli
(w.1385), Ibn Turkah (w. 1436), Jalal Al-Din Ibn AsadAl-Dawani (1425-1503 M) M.
Baqir Astarabadi yang dikenal dengan nama Mir Damad (w. 1631 M), Shadr Al-Din
Al-Syirazi yang dikenal dengan Mulla Sadra (1571-164) sampai pada abad 19 sampai
abad ke 20 seperti Hasan Hanafi (1935), Nurcholish Majid (1939-2005 M) dan lain
sebagainya.

C. Hubungan filsafat dengan agama.


Upaya pengembangan keilmuan dalam Islam, menuru George Atiyeh (1923-
2008 M), sejak awalnya telah menempuh dua jalan yang berbeda. Dalam upaya ini
tidak jarang terjadi ketegangan atau bahkan benturan satu dengan yang lain. Pertama,
jalan ortodok (salaf) yang dianut kebanyakan kaum muslim. Jalan ini menuju kepada
pembangunan dan pengembangan ilmu-ilmu bayani, seperti fisiologi, sejarah, dan
yurisprudensi (fiqih). Kedua, jalan yang kurang ortodok menggunakan metode

5
Khudori Soleh, Filsafat Islam dari klasik hingga kontemporer, (Jogjakarat: Ar-Ruz Media, 2014), 43.
6
Ibid., 44

6
burhani. Jalan ini menuju pada pengembangan ilmu-ilmu rasional dan eksak, seperti
filsafat, matematika, astronomi, astrologi, fisiki, dan geografi, yang disebut sebagai
“ilmu orang zaman dahulu”. 7
Hasan Hanafi –dalam fokus kajian hermeneutiknya- menawarkan upaya
mengaitkan antara analisis-analisis ilmiah yang bertendensi dan rigorous. Kepentingan
hermeneutika Hasan Hanafi adalah untuk membuka kemungkinan yang lebih luas
dalam menundukkan teks yang hanya dijadikan sebagai dalil bagi kepentingan
subjektifitas penafsir. Artinya, Hasan Hanafi membangun sebuah metode yang bersifat
rasional, objektif, dan universal dalam rangka memahami redaksi teks-teks kitab suci.
Dengan memahami redaksi kitab suci dengan menggunakan metode-metode yang
bersifat rasional, objektif, dan universal seperti itu, merupaka langkah metode
hermeneutic yang nantinya diklaim oleh Hasan Hanafi sebagai langkah memahami
pesan Tuhan yang aksiomantik (tepat). Artinya, langkah metode memahami sebuah
pesan Tuhan bisa diartikan dan diyakini menjadi tepat sasaran jika dalam
memahaminya (redaksi kitab suci) menggunakan langkah-langkah yang bersifat
rasional, objektif, dan universal.8
Arkoun mencoba melontarkan pemikirannya yang bercorak kritik
epistemologis dan membebankan beberapa tugas kepada kaum intelektual Muslim
(termasuk dirinya sendiri). Upaya yang dilakukannya adalah melakukan klarifikasi
historis terhadap kesejarahan umat Islam dan membaca Al-Quran kembali secara benar
dan baru, yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun kembali seluruh syariah
sebagai system simiologis yang merelevankan wacana Al-Quran dengan sejarah
manusia, di samping sebagai tatanan sosial yang ideal, dengan tujuan untuk
mempermudah dalam memahami Islam dengan berlandaskan pada pendekatan
antropologi.9
Secara garis besar, padangan Habermas mengenai agama berkembang dalam
tiga fase. Pada tahap awal, Habermas memandang agama sebagai elemen Lebenswelt10
yang harus dilewati atau dilampaui. Di tahap kedua, Habermas mulai memandang

7
Khudori Soleh, Filsafat Islam dari klasik hingga kontemporer, (Jogjakarat: Ar-Ruz Media, 2014), 39.
8
207
9
Ibid., 220.
10

7
agama sebagai bagian dari good life yang perlu diperhitungkan oleh liberasme politik.
Dan akhirnya di usia senja Habermas memandang agama sebagai system pandang
dunia total berhadapan sekularitas. 11
Selain itu juga adanya keterkaitan antara iman dengan filsafat yang
mempertanggung jawabkan adanya Tuhan secara rasional. Sehingga hubungan antara
filsafat dengan agama merupakan sebuah keniscayaan dalam rangka membumikan
agama untuk kemaslahatan manusia.
D. Metodologi filsafat dalam studi Islam.
Untuk mengetahui sejauh mana filsafat mempunyai pengaruh dalam studi
agama Islam, diperlukan sebuah metodologi dalam memahami sumber dasar Islam
yang bisa menguraikan aspek-aspek yang ada pada sumber dasar Islam.
1. Epistemologi Bayani (penalaran berasarkan teks)
Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks
(nash), secara langsung atau tidak langsung (istdlal). Secara langsung artinya
memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikannya tanpa
perlu pemikiran; secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai
pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran. Meski demikian, hal ini
tidak berarti akal atau rasio bisa bebas menentukan makna dan maksudnya, tetapi
tetap harus bersandar pada teks. Dalam bayani, rasio dianggap tidak mampu
memberikan pengetahuan kecuali disandarkan pada teks. Dalam perspektif
keagamaan, sasaran bidik metode bayani adalah aspek eksoterik (syariat).12

2. Epistemologi Irfani (penalaran berdasarkan intuisi)


Epistemologi Irfani adalah salah satu model penalaran yang dikenal dalam
tradisi keilmuan Islam, di samping bayani dan burhani. Epistemologi ini
dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat sufi.
Istilah irfan sendiri berasal dari kata bahasa Arab arofa semakna dengan
makrifat yang berarti pengetahuan, tetapi berbeda dengan ilmu (‘ilm). Irfan atau
makrifat berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung dari Tuhan

11
Gusti A. B. Menoh, Agama dalam ruang public: hubungan antara Agama dan Negara dalam masyarakat
postsekuler menurut Jurgen Habermas, (Sleman: PT. Kanisius, 2015), 95.
12
Khudori Soleh, Filsafat Islam dari klasik hingga kontemporer, (Jogjakarat: Ar-Ruz Media, 2014), 237.

8
(kasfy) lewat oleh ruhani (riyadhah) yang dilakukan atas dasar hub (cinta) atau
iradah (kemauan yang kuat). Menurut Muthahhari (1920-1979 M), irfan terdiri
atas 2 aspek: praktis dan teoritis. Aspek praktis adalah bagian yang mendiskusikan
hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Tuhan. Sedangkan
aspek teoritis irfan mendiskusikan tentang kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan seseorang yang mirip dengan ilmu etika.13

3. Epistemology Burhani (penalaran berdasarkan prinsip logical)


Berbeda dengan epistemologi bayani yang mendasarkan diri pada teks dan
irfani yang mendasarkan diri pada intuisi atau pengalaman spiritual, burhani
menyandarkan diri pada kekuatan rasio atau akal, yang dilakukan lewat dalil-dalil
logika. Prinsip-prinsip logis inilah yang menjadi acuan sehingga dalil-dalil agama
sekalipun hanya dapat diterima sepanjang sesuai dengan prinsip ini.14

E. Kesimpulan.
Adanya pendekatan filosofis dalam studi Islam pada dasarnya upaya
membumikan agama Islam agar bisa difahami secara mendasar (radikal) sebagaimana
arti filsafat itu sendiri juga agar bisa mengemban visi dan misi pembaruan Islam yang
memang pendekatan ini dijadikan sebagai sarana ijtihad dalam mereaktualisasikan
hukum-hukum yang tidak tercantum dalam Al-Quran dan Al-Hadits.
Keselarasan antara agama dan filsafat sangat diharapkan, untuk memberikan
kesan baik bagi agama Islam agar tetap menjadi agama yang memberikan solusi bagi
kehidupan manusia dan juga memang menjadi keharusan sejarah yang ada pada agam
Islam. Bahkan pada masa kejayaan Islam peran filsofis sangat dominan dalam
perkembangan hukum yang ada.

13
Ibid., hlm. 253-254
14
Khudori Soleh, Filsafat Islam dari klasik hingga kontemporer, (Jogjakarat: Ar-Ruz Media, 2014), 275.

9
BAB III
PENUTUP

Sebagai penutup dari makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada pak dosen, para
teman-teman yang mau membaca serta mengkritisi makalah ini agar kedepan pada presentasi-
prsentasi makalah kami semakin baik dan tepat sasaran. Terakhir kami mohon maaf barangkli
dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekeliruan baik dari isi ataupun sisi penulisan.

Kami sangat mengharapkan koreksi dari teman-teman dalam rangka memberikan


kontribusi untuk perbaikan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum

Penulis.

10
DAFTAR PUSTAKA

A.B. Menoh, Gusti. 2015. Agama dalam ruang public: hubungan antara Agama dan Negara dalam
masyarakat postsekuler menurut Jurgen Habermas. Sleman: PT. Kanisius.

Mahdi Khan, AlI. 2017. Dasar-dasar Filsafat Islam: Pengantar ke Gerbang Pemikiran. Bandung:
Nuansa Cendekia.

Musyahid Idrus, Achmad. 2014. Tradisi penalaran filosofis. Al-Daulah. Vol. 3 No. 1. Juni.

Tafsir, Ahmad. 2007. Filsafat Ilmu: mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soleh, Khudori. 2014. Filsafat Islam dari klasik hingga kontemporer. Jogjakarat: Ar-Ruz Media.

11

Anda mungkin juga menyukai