Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI

AYAT-AYAT TENTANG DISTRIBUSI

Disusun

Oleh:

Sultan Fajiran

Dosen Pengampu :

Nilawati, MA

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TEUNGKU CHIK PANTE KULU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ورحمةهللا وبركا ته‬

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan penyusunan makalah pada masa yang akan datang.

Banda Aceh, 28 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Makna Distribusi Menurut Islam.......................................................................3


B. Prinsip Distribusi dan Surah Al-Hisyr Ayat 7...................................................4
C. Q.S At-Taubah ayat 9........................................................................................5
D. Kandungan Mendalam Mengenai Surat At-Taubah ayat 9...............................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................7
B. Kritik dan Saran.................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Distribusi merupakan bagian yang penting dalam membentuk kesejahteraan.
Dampakdari distribusi pendapatan bukan saja pada aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial
dan politik.Oleh karena itu Islam memberi perhatian lebih terhadap distribusi pendapatan
dalam masyarakat.Maka Islam memperhatikan berbagai sisi dari perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhannya,misalnya dalam jual beli, utang piutang, dan sebagainya.
Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat tergantung bukan pada sektor produksi saja
tetapi juga pada pembagiannya yang sesuai (distribusi). Kekayaan dapat diproduksi di suatu
negaradalam jumlah yang besar tetapi jika pendistribusiannya tidak didasarkan atas prinsip-
prinsip nyayang benar dan adil, maka negara tersebut tidak akan dapat mencapai
kemakmuran.
Islam mengambil jalan tengah yang mampu membantu dalam menegakkan suatu
sistemyang wajar dan adil. Islam tidak memberikan kebebasan mutlak maupun hak yang
tidak terbatasdalam pemilikan kekayaan pribadi bagi individu dalam lapangan produksi, dan
tidak pulamengikat individu pada sebuah sistem pemerataan ekonomi yang di bawah sistem
ini ia tidakdapat memperoleh dan memiliki kekayaan secara bebas. Prinsip yang menjadi
pedoman darisistem ini adalah bahwa harus ada lebih banyak produksi dan distribusi
kekayaan agar sirkulasikekayaan meningkat yang mungkin dapat membawa pada pembagian
yang adil di antaraberbagai kelompok komunitas, serta tidak memusatkannya pada sebagian
kecil orang saja.
Distribusi kekayaan menjadi pusat perhatian ekonomi Islam untuk mewujudkan
kesejahteraan bersama. Beberapa istrumen keuangan yang digunakan diantaranya
zakat, sedekah, infak dan wakaf. Selain itu, dulu sumber harta negara juga didapatkan dari
peperangan yang diakui sebagai harta rampasan perang (anfal, ghanimah dan fa‟i).
karenanya, harta rampasan perang ini pun tidak lepas dari perhatian untuk siapa saja
pembagian distribusinya. Kebijakan distribusi harta ini tidak lain adalah untuk mewujudkan
pemerataan pendapatan publik.1

B. Rumusan Masalah
1
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam: Buku Referensi Program Studi Ekonomi
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1, h. 92.

1
1. Apa pengertian distribusi dalam Islam?
2. Apa sajakah ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang distribusi?
3. Bagaimana tafsir Al-Qur’an tentang distribusi tersebut?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian dari ayat-ayat distribusi
2. Agar memahami ayat apa sajakah yang membahas tentang distribusi?
3. Agar mengetahui bagaimana tafsir Al-Qur’an tentang ayat-ayat distribusi

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Makna Distribusi Menurut Islam


Distribusi merupakan kegiatan yang fungsinya sangat bermanfaat bagi sektor
ekonomi. Pengertian distribusi menurut definisi para ahli mengatakan bahwa pengertian
distribusi adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa yang dibuat dari produsen ke konsumen
agar tersebar luas. Kegiatan distribusi berfungsi mendekatkan produsen dengan konsumen
sehingga barang atau jasa dari seluruh Indonesia atau luar Indonesia bisa didapatkan barang
dan jasa tersebut.2
Secara umum Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral dalam pemeliharaan
keadilansosial dalam bidang ekonomi, sebagai dasar pengambilan keputusan dalam bidang
distribusi, sebagaimana telah diketahui bahwasanya Nabi Muhamad SAW terlahir dari
keluarga pedagangdan beristrikan seorang pedangan (siti khatijah) dan beliau berdagang
sampai negeri syiria, saatbeliau belum menikah dengan khatijah beliau merupakan salah satu
bawahan siti khatijah yangpaling dikagumi oleh siti khatijah pada masa itu karena teknik
pemasaran beliau. Pada saat ituNabi Muhamad SAW telah mengajarkan dasar-dasar nilai
pendistribusian yang benar yaitudengan kejujuran dan ketekunan.Adapun landasan-landasan
dalam hal distribusi dalam islam antara lain sebagai berikut:
1. Tauhid
Yaitu konsep ketuhanan yang maha esa, yang tidak ada yang wajib di sembah
kecuali Allahdan tidak ada pula yang menyekutukannya, konsep ini menjadi dasar
segala sesuatu karena darikonsep inilah manusia menjalankan fungsinya sebagai
hamba yang melakukan apa yangdiperintahkannya dan menjauhi larangannya. Hal ini
ditegaskan dalam firman Allah SWT (QSAl-Zumar): ayat 38 yang artinya:
“dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka: “siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?”” niscaya mereka akan menjawab, “Allah”.
Katakanlah :”maka terangkan padaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika
Allah hendak mendatangkankemadharatankepadaku, apakah berhala-berhala itu
akan menghilangkan kemadharatan itu,atau jika Allah akan memberikan rahmat
kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatnya?”, katakanlah: “cukuplah
Allah bagiku.”
2. Adil

2
http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-distribusi-fungsi-fungsi-kegiatan.html?m=1,
24/10/2015.

3
Menurut bahasa adalah “wadh’u syaiin ‘ala mahaliha” yaitu meletakan sesuatu
pada tempatnya, konsep keadilan haruslah diterapkan dalam mekanisme pasar untuk
menghindarikecurangan yang dapat mengakibatkan kedzaliman bagi satu pihak.
Fiman Allah dalam surat al-Muthafifin ayat 1-3 yang artinya: “kecelakaan besarlah
bagi orang-orang curang, yang apabilamenerima takaran dari orang lain mereka
meminta dipenuhi, apabila mereka menakar untuk orang lain mereka kurangi”
3. Kejujuran dalam bertransaksi
Syariat islam sangat konsen terhadap anjuran dalam berpegang teguh
terhadap nilai-nilaikejujuran dalam bertransaksi. Firman Allah dalam surah al-
Ahzab ayat 70 dan 71:Maksudnya: "Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang tepat – benar (dalam
segala perkara). Supaya Ia memberi taufik denganmenjayakan amal-amal kamu,
dan mengampunkan dosa-dosa kamu.

B. Prinsip Distribusi dan Surah Al-Hisyr ayat : 7


Prinsip utama dari sistem ini adalah peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar
sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, yang mengarah pada pembagian kekayaan yang
merata diberbagai kalangan masyarakat yang berbeda dan tidak hanya berfokus pada
beberapa golongan tertentu.3
Al-Qur‘an telah menjelaskan prinsip Islam dalam surat Al-Hasyr ayat 7:

‫َم ا َأَفاء ُهَّللا َع َلٰى َر ُسوِلِه ِم ْن َأْهِل اْلُقَر ٰى َفِلَّلِه َو ِللَّرُسوِل َو ِلِذ ي اْلُقْر َبٰى َو اْلَيَتاَم ٰى َو اْلَم َس اِكيِن َو اْبِن الَّس ِبيِل‬
ۚ ‫َو الَّساِئِليَن َو الَّناِص ِريَن َو الَّس ِبيِل ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َو اْلُم ْؤ ِمِنيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِتۖ َو َك اَن َٰذ ِلَك َفْض َل ِهَّللا ُيْؤ ِتيِه َم ن َيَش اُء‬
‫َو ُهَّللا ُذ و اْلَفْض ِل اْلَعِظ يِم‬
Artinya:
"Tiada kewajiban atas orang-orang kota itu yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, dan tidak (pula kewajiban bagi mereka) terhadap orang-orang yang mempunyai
hubungan kerabat (dengan Rasulullah) dan (orang-orang) yang datang kepada rasul itu
agar diberikan suatu harta rampasan (perang), sedang tidak (pula kewajiban bagi mereka)
terhadap orang-orang yang (sejak dahulu) telah ada di kota itu, kecuali untuk keperluan-
keperluan tertentu, yaitu (hanya) bagi orang-orang miskin di antara mereka dan (yang
sedang dalam perjalanan) dan tidak bersegera kembali (ke tempat asal) nya."

3
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam: Jilid II, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), h.
93.

4
Pada ayat tersebut diterangkan bahwa harta fa‟i berasal dari orang kafir, seperti pada kasus
harta Bani Quraizhah, Bani Nadhir, penduduk Fadak dan Khaibar, kemudian diserahkan
kepada Allah dan Rasulullah SAW, digunakan untuk kepentingan publik, tidak dibagi-
bagikan kepada kaum muslimin. Diterangkan pembagian harta fa‟i untuk Allah, untuk
Rasulullah SAW, kerabat-kerabat Rasulullah SAW dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib,
anak-anak yatim yang fakir, orang-orang miskin yang memerlukan pertolongan dan orang-
orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan di jalan Allah. Setelah Rasulullah SAW
wafat, maka bagian Rasulullah SAW sebesar empat perlima dan seperlima dari seperlima
digunakan untuk keperluan orang-orang yang melanjutkan tugas beliau,
seperti pejuang dimedan perang, para da‘i dan baitul mal.4
Al-Qur‘an telah menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan
pembagian kekayaan dalam masyarakat secara obyektif. Al- Qur‘an juga melarang adanya
bunga dalam bentuk apapun, disamping itu memperkenalkan hukum waris yang memberikan
batasan kekuasaan bagi pemilik harta untuk suatu maksud dan membagi kekayaannya
diantara kerabat dekat apabila meninggal. Tujuan dari hukum-hukum ini adalah untuk
mencegah pemusatan kekayaan kepada golongan-golongan tertentu. Selanjutnya langkah-
langkah positif yang diambil untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yaitu dengan
melalui kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan pemberian bantuan kepada orang-orang
miskin dan yang menderita akibat pajak negara.5

C. Q.S At-Taubah ayat 9


‫ٱْش َتَر ْو ۟ا ِبَٔـاَٰي ِت ٱِهَّلل َثَم ًنا َقِلياًل َفَص ُّد و۟ا َعن َس ِبيِلِهٓۦۚ ِإَّنُهْم َس ٓاَء َم ا َك اُنو۟ا َيْع َم ُلوَن‬
Artinya :
Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka
kerjakan itu.

D. Kandungan Mendalam Mengenai Surat At-Taubah Ayat 9

4
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam: Buku Referensi Program Studi Ekonomi
Islam. op.cit. h.94
5
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam: Jilid II, op.cit., h. 94

5
Ada kumpulan kandungan mendalam dari ayat ini. Didapati kumpulan penafsiran dari
kalangan pakar tafsir mengenai kandungan surat At-Taubah ayat 9, di antaranya sebagaimana
berikut:

1. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia


Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan kekayaan dunia yang tidak bernilai,
lalu mereka menghalang-halangi dari kebenaran dan mencegah orang-orang yang
berkeinginan masuk islam dan memeluknya. maka alangkah buruk perbuatan mereka
dan itulah seburuk-buruk perbuatan.
2. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ
Islam Madinah
mereka menukar ayat-ayat Allah yang agung dan hikmah-hikmahnya yang
berharga dengan sedikit kesenangan dunia berupa kemewahan hidup dan harta yang
melimpah; sehingga mereka menghalangi diri mereka dari Islam dan penegakan
perjanjian akibat jual beli rendahan yang mereka lakukan ini, mereka juga
menghalangi orang lain. Sungguh buruk perbuatan yang mereka lakukan dengan
menjual keimanan dengan kekafiran, dan petunjuk dengan kesesatan.
3. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.
Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Mereka menukar dan mengganti kesediaan mereka untuk mengikuti ayat-ayat
Allah, termasuk menepati janji dengan harga yang sangat murah. Yaitu harta benda
yang mereka gunakan untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan hati mereka.
Mereka menghalang-halangi diri mereka sendiri dari kebenaran dan berpaling
darinya. Dan mereka juga menghalang-halangi orang lain dari kebenaran. Sungguh
buruk perbuatan yang telah mereka lakukan.6

BAB III
PENUTUP
6
https://tafsirweb.com/3025-surat-at-taubah-ayat-9.html

6
A. Kesimpulan
Dalam rangka memahami distribusi pendapatan dalam perspektif Islam, penelitian ini
menyajikan analisis mendalam terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang relevan, khususnya Surah
Al-Hashr ayat 7 dan Surah At-Tawbah ayat 60. Dari analisis ini, kesimpulan dapat ditarik
bahwa distribusi pendapatan dalam Islam berkaitan erat dengan prinsip-prinsip tauhid,
keadilan, dan kejujuran. Tauhid menegaskan eksklusivitas penyembahan kepada Allah, yang
membentuk dasar moralitas dan etika dalam transaksi ekonomi. Keadilan, seperti tercermin
dalam Surah Al-Hashr ayat 7, menggarisbawahi pentingnya adanya distribusi yang merata
dan seimbang dalam masyarakat, mencerminkan ketundukan seluruh alam semesta kepada
Sang Pencipta. Sementara itu, Surah At-Tawbah ayat 60 menunjukkan pentingnya ketulusan
iman dan kejujuran dalam bertransaksi serta peringatan terhadap bahaya kemunafikan. Oleh
karena itu, untuk memastikan distribusi pendapatan yang adil dan berkelanjutan, penting bagi
masyarakat Muslim untuk menghayati dan mengamalkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam kebijakan ekonomi yang diterapkan.
Berdasarkan analisis ayat-ayat Al-Qur'an, penelitian ini menyimpulkan bahwa distribusi
pendapatan dalam Islam berkaitan erat dengan prinsip-prinsip tauhid, keadilan, dan kejujuran.
Prinsip tauhid menegaskan eksklusivitas penyembahan kepada Allah, membentuk dasar
moralitas dalam transaksi ekonomi. Surah Al-Hashr ayat 7 menekankan perlunya distribusi
yang merata dalam masyarakat, mencerminkan ketundukan alam semesta kepada Sang
Pencipta. Sementara itu, Surah At-Tawbah ayat 60 memperingatkan tentang bahaya
kemunafikan dan menekankan pentingnya ketulusan iman dan kejujuran dalam bertransaksi.
Oleh karena itu, untuk memastikan distribusi pendapatan yang adil dalam konteks ekonomi
Islam, penting bagi masyarakat Muslim untuk mengamalkan dan memahami prinsip-prinsip
ini dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kebijakan ekonomi yang diterapkan.

B. Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah melakukan peningkatan dalam
pemahaman prinsip-prinsip ekonomi Islam, menggalakkan edukasi ekonomi Islam,
mendorong praktik zakat dan sedekah, serta melanjutkan penelitian lebih lanjut untuk
memperkuat dasar kebijakan distribusi pendapatan yang berfokus pada keadilan dan
keberlanjutan dalam konteks ekonomi Islam.
DAFTAR PUSTAKA

7
Ash Shadr, Muhammad Baqir, Buku Induk Ekonomi Islam: Iqtishaduna, Cet. 1, Jakarta,
Zahra, 2008.
Hamka, Tafsir Al Azhar Juz III, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1982.
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam: Jilid II, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an
Volume 2, Jakarta, Lentera Hati, 2011.

Anda mungkin juga menyukai