DISUSUN OLEH:
Sri rahmayani (
UINSU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat s
okerta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini dengan judul “Riba
dan Bunga Bank”. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini. Penulis menyadari atas
kekurangan kemampuannya dalam pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi suatu
kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar
makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif. Besar harapan
penulis, makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis dan bagi pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA
PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
ii BAB I:
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Simpulan ......................................................................................................................
15
B. Saran ............................................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
16
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masalah bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki
simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabahkepada bank (nasabah yang memperoleh
tinggi rendahnya permintaan dan penawaran akan uang tergantung pada tingkat tingkat
bunga. Dalam mekanisme ini bunga akan memiliki perilaku seperti harga sebagaimana pada
pasar barang. Pada masa sekarang, masyarakat dihadapkan pada masalah bank, yang dalam
prakteknya memberlakukan sistem bunga pada siapa saja yang terlibat transaksi di dalamnya.
hal yang kontroversial dalam dunia Islam sejak lama. Kontroversi tersebut berkaitan dengan
sebagian kaum muslimin yangmenyimpulkan bahwa kontrak pinjaman adalah perbuatan yang
tidak bermoral, tidak saha dan haramBank banyak menimbulkan kontroversi tentang status
hukumnya bila dikaitkan dengan bunga dan riba khususnya umat islam sering menghadapi
dilema tersebut, apakah bunga bank itu haram, halal, atau subhat. Dalamal- Quran dan
alHadits sendiri hanya menyebutkan kata-kata riba, bukan berarti riba itu sama dengan bunga.
Oleh karena itu penulis akan menjelaskan antara riba dan bunga bank dalam pandangan
ekonomi islam.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini yakni
sebagai berikut:
1. Apakah perbedaaan riba dan bunga bank ?
2. Apasajakah macam-macam riba ?
3. Bagaimana dasar hukum larangan riba ?
4. Apakah hikmah diharamkan riba bagi kehidupan manusia ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari meyelesaikan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui perbedaan Riba dan Bunga Bank
2. Untuk mengetahui hukum larangan riba
3. Untuk mengetahui macam-macam riba
4. Untuk menyelesaikan hikmah diharamkan riba
2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Riba
Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (Az Ziyadah), berkembang (an
nuuwuw), meningkat (al irtifa‟) dan membesar (al „uluw). Menurut istilah riba berarti
pengambilan tambahan dari pokok harta secara bathil. Secara bathil maksudnya adalah
pengambilan tambahan dari modal pokok itu tanpa disertai imbalan pengganti atau
kompensasi yang dapat dibenarkan oleh hukum syariah.15 Para ulama berbeda pendapat
dalam mendefinisikan riba. Perbedaan ini lebih di pengaruhi pada penafsiran atas pengalaman
Menurut terminologi, riba artinya kelebihan pembayaran tanpa ganti rugi atau
imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yangmelakukan transaksi, baik
tambahan itu berasal dari dirinya sendiri, maupun berasal dari luar berupa imbalan. Ada
Perbankan Syariah: “Riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksudriba dalam
ayat al-qur‟an yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu „iwadi (pengganti)
Menurut syariah riba berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi
bisnis riil.” Ibnu Katsir Rahimallahu, berkata segaimana yang dikutip Dr. Muhammad Arifin
Baderi: bergerak dengan menumbuhkan tetumbuhan dan tanah sebelumnya mati (gersang)
menjadi hidup, lalu batangnya menjulang tinggi dari permukaan tanah. Dengan hujan Allah
3
Jadi, kesimpulan dari pendapat para ahli mengenai riba adalah tambahan yang tidak
dibenarkan atas modal yang dilakukan untuk mengambil keuntungan secara bathil tanpa suatu
Bank adalah suatu lembaga bisnis, sedangkan bunga adalah suatu mekanisme bank
dalam pengelolaan peredaran dana masyarakat. Anggota masyarakat yang memiliki dana,
dapat atau bahkan dihimbau untuk menitipkan dana mereka yang tidak digunkan pada bank
untuk jangka waktu tertentu. Kemudian bank meminjamkan dana itu kepada anggota
masyarakat lain yang membutuhkan dana untuk usaha dalam jangka waktu tertentu pula.
Anggota masyarakat yang meminjam dana dari bank pada umumnya untuk dipergunakan
sebagai modal usaha, bukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, dan dia akan mendapat
keuntungan dari usahanya yang dimodali oleh bank tersebut.Para ahli berbeda pendapat
dalam merumuskan apakah bunga termasuk riba atau apakah sama dengan riba. Jika memang
bunga adalah riba, maka hukumnya haram. Sebaliknya, jika bunga bukan riba, maka
dengan riba bukanlah bunga, melainkan usuary, bunga yang berlipat ganda atau jumlahnya
terlalu besar. Sedangkan riba mengacu kepada bunga uang yang terlalu tinggi pada pinjaman
konsumtif. Pada umumnya dalam ilmu ekonomi, bunga itu timbul dari sejumlah uang
pokoknya, yang lazim disebut dengan istilah “kapital” atau “modal” berupa uang. Bunga itu
juga dapat disebut dengan istilah “rente” atau “interest”. Menurut Goedhart bunga atau rente
itu adalah perbedaan nilai, tergantung pada perbedaan waktu yang berdasarkan atas
perhitungan ekonomi.
sumber kontroversi di seluruh dunia Islam sejak lama. Sumber kontroversi ini adalah ayatayat
4
al-Qur‟an yang melarang riba sebuah praktik Arab kuno, yakni apabila seseorang berhutang,
maka hutangnya akan berlipat jika ia menunggak lagi. Selama berabad-abad, banyak kaum
menetapkan keuntungan tertentu bagi si pemberi pinjaman adalah perbuatan yang tidak
bermoral, tidak sah atau haram, terlepas dari tujuan, jumlah pinjaman, maupun lembaga yang
terlibat. Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga kepada deposan (yang memiliki simpanan) dan
kreditur (nasabah yang memperoleh pinjaman) yang harus dibayar kepada bank.
manfaatnya sama sekali, tetapi Islam mengharamkannya karena akibatakibat buruk yang
diakibatkan oleh minuman-minuman keras itu jauh lebih besar dari pada manfaatnya. Kita
mengakui bahwa dalam pelaksanaan sistem bunga dalam bank itu tidak selalu baik, dan dapat
mencelakakan nasabah yang meminjam uang dari bank, tetapi jumlah yang merasa tertolong
oleh sistem bunga yang diperlakukan oleh bank-bank konvensional itu jauh lebih banyak dari
pada mereka yang dirugikan. Maka analogi dengan hukum minum-minuman keras, sistem
Dalam literatur ulama fiqih klasik tidak dijumpai pembahasan yang mengkaitkan
antara riba dan bunga perbankan, sebab lembaga perbankan seperti yang berkembang
sekarang ini tidak dijumpai dalam zaman mereka. Bahasan bunga bank apakah termasuk riba
5
B. Macam-macam Riba
Secara garis besar, riba diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu riba yang terjadi
akibat hutang-piutang dan riba yang terjadi akibat jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi
menjadi riba qardh dan riba jahiliyah. Adapun kelompok yang kedua, riba jual-beli menjadi
riba fadhl dan riba nasi’ah. Sementara jumhur ulama, membagi riba dalam dua bagian, yaitu
Riba qardh adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap yang berhutang (muqtaridh). Dalam arti lain, bahwa beban bunga (tambahan)
dibebankan kepada yang berhutang, yang di dalamnya ada unsur eksploitasi. Riba qardh atau
bunga atas pinjaman, membebankan atas pinjaman karena berlalunya waktu (pinjaman
berbunga) dan hal ini sering kali disebut sebagai riba nasi’ah (bunga karena menunggu).
2) Riba Jahiliyah
Riba jahiliyah yaitu hutang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak
mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. Riba jahiliyah dilarang karena
kaidah “kullu qardin jarra manfa’ah fahuwa riba” (setiap pinjaman yang mengambil manfaat
adalah riba). Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyah tergolong riba nasiah,
namun dari segi kesamaan obyek yang dipertukarkan tergolong riba fadhl. Dari Qatadah,
bahwa riba jahiliyah adalah bila seseorang berhutang, karena tidak sanggup membayar pada
masa yang disepakati, ia dikenakan tambahan atas hutang pokok untuk pelunasan berikutnya.
Selain itu, riba ini kadang berpangkal pada pemanfaatan ketidaktahuan sebagian masyarakat
terhadap jenis-jenis barang tertentu dan kadang pada pemanfaatan kebutuhan mereka
6
3) Riba Fadhl
Riba fadhl (tunai) disebut juga riba buyu’ yaitu riba yang timbul akibat pertukaran
barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama jenisnya ( ب م ثل م ثال,(sama kualitasnya (
واءOOواء سOO( ب سdan sama waktu penyerahanya ( د ي داOO ب ي.(Jenis riba ini diharamkan karena
Dengan demikian pelarangan riba fadhl karena beliau takut kalau mereka berbuat riba
nasi’ah. Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan riba fadhl dengan “Penambahan pada salah satu
dari benda yang dipertukarkan dalam jual-beli benda ribawi yang sejenis, bukan karena faktor
penundaan pembayaran.
Bentuk riba yang berkaitan dengan jual-beli, yakni kelebihan yang diperoleh dalam
tukar-menukar barang sejenis, misalnya emas dengan emas, perak dengan perak, gandum
ketidakjelasan bagi kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan.
Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak
4) Riba Nasi’ah
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi’ah terjadi karena
adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang
diserahkan kemudian. Riba nasi’ah juga disebut dengan riba buyu‟, yaitu riba yang timbul
akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria untung rugi muncul bersama
resiko dan hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bi dhaman). Ibn Abbas, Usamah ibn
Jaid ibn Arqam, Jubair ibn Jabir, dan lain-lain berpendapat bahwa riba yang diharamkan
hanyalah riba nasi’ah Ulama lainnya menentang pendapat tersebut dan memberikan dalildalil
7
yang menetapkan riba fadhl, sedangkan tabi’in sepakat tentang haramnya kedua riba tersebut.
Imam Malik mengatakan bahwa ada kesepakatan bulat di antara ahli fiqih menyangkut semua
mengembalikannya (atau berjanji untuk mengembalikan) sebelum jangka waktu yang telah
apabila peminjam memperpanjang masa hutangnya melebihi jangka waktu yang telah
disepakati, maka peminjam berjanji akan menambahkan jumlah hutangnya melebihi hutang
yang diterimanya, yang besarnya sesuai dengan yang ditetapkan pemberi pinjaman. Menurut
Imam Malik, hak itu merupakan bunga dan tidak ada keraguan terhadapnya masalah tersebut.
penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang
ribawi lainnya.
Ajaran Islam memuat secara jelas tentang bunga atau riba. Seseorang yang memakan
riba sangat dikutuk dan diingatkan akan diancam dengan siksa neraka. Disebutkan
bahwa riba merupakan perbuatan orang-orang yang tidak beriman, dan sebagai ujian
8
Artinya : 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Islam menutup pintu bagi siapa yang berusaha akan mengembangkan usahanya
dengan jalan riba. Maka diharamkanlah sedikit maupun banyak, dan mencela orang-orang
Yahudi yang menjalankan riba padahal mereka telah dilarangnya. Larangan riba yang
terdapat dalam Al-Quran tidak diturunkan secara sekaligus, akan tetapi diturunkan dalam
empat tahap:
9
Artinya: 39. dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
2. Tahap kedua, dalam ayat ini mulai dijelaskan bahwa riba diharamkan dalam
10
11
Artinya: 160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan
Artinya: 161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
Artinya: 130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
12
Artinya: 278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
13
Artinya: 279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat
(dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan
b) Agama Yahudi
“Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku orang yang miskin
diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih utang terhadap dia, janganlah
engkau bebankan bunga uang terhadapnya.(Kitab Exodus (keluaran) pasal 22 ayat 25).” c)
Agama Kristen
secara jelas. Namun, sebagiankaum Kristiani menganggap larangan riba terdapat dalam kitab
Lukas:
“Jangan engkau memberinya uang dengan riba dan jangan engkau meminjaminya
14
a. Riba adalah suatu perbuatan mengambil harta orang lain tanpa mengganti. Sebab
orang yang meminjamkan uang 1 Dirham dengan 2 Dirham misalnya, maka dia
dapat tambahan satu Dirham tanpa imbalan ganti. Sedangkan harta orang lain itu
merupakan standar hidup dan mempunyai kehormatan yang sangat besar, seperti
(HR. Tirmidzi). Oleh karena itu, mengambil harta orang lain tanpa ganti sudah
pasti haramnya.
b. Riba dapat menghalangi manusia dari kesibukan bekerja. Sebab kalau si pemilik
uang yakin, bahwa dengan melalui riba dia akan memperoleh tambahan uang, baik
penghidupan, sehingga dia tidak mau menanggung beratnya usaha, dagang dan
terputusnya bahan keperluan masyarakat. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri lagi,
c. Riba akan menyebabkan terputusnya sikap yang baik (ma’ruf) antara sesama
manusia dalam bidang pinjam-meminjam. Sebab kalau riba itu diharamkan, maka
seseorang akan merasa senang meminjamkan uang satu Dirham dan dengan
tambahan satu Dirham juga. Tetapi apabila riba itu dihalalkan, maka seseorang
15
d. Pada umumnya pemberi piutang adalah orang yang kaya, sedang peminjam adalah
orang yang tidak mampu. Maka pendapat yang membolehkan riba, berarti
memberikan jalan kepada orang kaya untuk mengambil harta orang miskin yang
melahirkan satu kelas di masyarakat yang hidup mewah tanpa bekerja, dan
akumulasi kekayaan di tangan kelas itu tanpa ikut berusaha, ibarat benalu yang
tumbuh atas kerugian pihak lain. Ketiga, riba adalah penyebab penjajahan.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Riba adalah pinjaman dengan kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada ganti atau
imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang pihak dari kedua belah pihak yang membuat
modal.Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau persentase modal yang
bersangkutan dengan itu dan dinamakan suku bunga modal.Dalam pandangan fiqhmu’
amalah dan ekonomi islam sendiri di katakana bahwa antara riba dan bunga bank adalah
17
B. SARAN
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan sehingga saya membutuhkan kritik serta
saran dari dosen pengampu agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
Ajahari, “Pemikiran Fazlur Rahman dan Muhammad Arkoun.”Jurnal Studi Agama dan
Ikhwan, Wahyu. “Riba dan Bunga Bank Perspektif Moh Hatta”. UIN Sunan Kalijaga: Skripsi
Refika, Weli. “Pemikiran Muhammad Syafi‟I Antonio tentang Riba dalam Perspektif
Ekonomi Islam (Studi Tentang Riba dalam buku Bank Syariah dari Teori ke
Praktik)”. UIN Sultan Syarif Kasim: Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum. 2010.
18