Anda di halaman 1dari 13

Makalah

KATA PENGANTAR
  Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh

 Segala puji bagi Allah karena rahmat serta anugerah dari-Nya kami diberikan kemudahan
dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah kami ini dengan judul “Pemikiran Ekonomi
Yahya bin Umar”. Shalawat dan salam tidak lupa selalu kami haturkan kepada junjungan
Nabi kita, Nabi Muhammad Saw.yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah Swt. dan
membawa kebenaran untuk kita semua yakni Syariah agama Islam yang merupakan satu-
satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.Makalah ini berisi tentang pemikiran-
pemikiran ekonomi pada masa Umar bin Yahya dan studi kasus pada masa sekarang
ini mengenai mekanisme pasar yang disampaikan oleh Umar bin Yahya.Kami menyadari
bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar selanjutnya dapat kami perbaiki
kembali.Akhir kata, kami berharap semoga para pembaca merasakan manfaat dan dapat
memahami bagaimana pemikiran ekonomi Islam dari salah satu tokoh ternama dalam masa-
masa kejayaan Islam serta terinspirasi untuk melakukan sebuah perubahan di dalam
masyarakat setelah membaca makalah yang kami buat ini. Aamin
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Yahya bin Umar


B. Karya karya Yahya bin Umar
C. Pemikiran ekonomi Yahya bin Umar
D. Wawasan modern teori Yahya bin Umar
1. Ikhtikar (monopoly,s rend seeking)
2. Siyasah al-ighriq(dumping policy)
3. Tas’ir (Regulasi harga)
4. Kebebasan ekonomi
E. Empilasi pemikiran Yahya bin Umar

BAB III PENUTUP

A. Simpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejatinya kehidupan dalam bermasyarakat ini tidak bisa terlepas dari aktivitas ekonomi ini
memiliki kedudukan yang
penting, baik dalam ekonomi konvensional, sosialisme maupun dalam Islam. Dankegiatan
ekonomi ini secara umum telah diatur dalam mekanisme pasar.Menurut Adiwarman A.
Karim, pasar adalah tempat yang mempertemukan antara permintaan (pembeli)Mekanisme
pasar (market mechanism) menurut Nur Rianto dan EuisAmalia adalah suatu kecenderungan
di dalam pasar bebas sehingga terjadi perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang
(equilibrium) yakni sampai jumlah permintaan dan penawaran sama. Sejarah pemikiran
ekonomi dalam Islam merupakan salah satu hal yangtak kalah pentingnya dengan teori-teori
ekonomi yang bermunculan saat ini.Karena tanpa adanya sejarah pemikiran ini, kita tidak
pernah tahu bagaimana perjuangan orang
orang terdahulu mengkritisi, mengkaji dan menerapkan pemikirannya terhadap fenomena apa 
saja yang sedang terjadi padazamannya

B. Rumusan Masalah

Berdasar kepada latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas,kami membatasi
pembuatan makalah ini pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1.Siapa itu Yahya bin Umar?
2.Apa saja karya dari Yahya bin Umar?
3.Bagaimana pemikiran ekonomi menurut Yahya bin Umar?
4.Bagaimana wawasan modern teori ekonomi menurut Yahya bin Umar?
5.Bagaimana relevansi pemikiran Yahya bin Umar dengan kondisikekinian

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan permasalahan yang menjadi target dalammakalah ini, maka tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. kita semua mengetahui siapa itu Yahya bin Umar,


2. Agar kita mengetahui apa saja karya dari Yahya bin Umar,
3. Agar kita mengetahui bagaimana pemikiran ekonomi menurut Yahya binUmar,
4. Agar kita mengetahui bagaimana wawasan modern teori ekonomimenurut Yahya
bin Umar, dan
5. Agar kita mengetahui bagaimana implikasi dari pemikiran Yahya binUmar,.
6. kita mengetahui apakah pemikiran Yahya bin Umar ini cocokditerapkan di
Indonesia atau tidak.

D. Manfaat Penulisan

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemikiran
ekonomi pada masa Yahya bin Umar.Selain manfaat, diharapkan hasil penulisan makalah ini
juga dapat memberikan manfaat secara praktis, yaitu dapat bermanfaat bagimasyarakat
umum, mahasiswa, dan lembaga keuangan
BAB II

PEMBAHASANA.

A.Biografi Yahya bin Umar

Yahya bin Umar merupakan salah seorang fuqoha Atau ahli fiqih dari Mazhab
Maliki. Beliau bernama lengkap Abu Bakar Yahya bin Umar bin Yusuf al-Kannani al-
Andalusi lahir pada tahun 213 H dan dibesarkan diKordova, Spanyol. Yahya bin Umar
adalah seorang cendekiawan muslim yang gemar berkelana atau mengembara ke berbagai
negeri untuk menuntut ilmu. Pada mulanya, ia singgah di Mesir dan berguru kepada para
pemuka sahabat Abdullah bin Wahab al-Maliki dan ibn al-Qasim, seperti ibu al-Kirwan
Ramh dan Abu al-Zhahir bin al-Sarh. Setelah itu, ia pindah ke Hijaz dan berguru, di
antaranya kepada Ahli Ilmu Faraid Dan Hisab Yakni Abu Zakaria Yahya bin Sulaiman al-
Farisi.Perkembangan selanjutnya, Yahya bin Umar Menjadi pengajar di Jami’ Al-Qairuwan,
Afrika. Pada masa hidupnya, pernah terjadi konflik yang menajam antara Fuqaha Malikiyah
dengan Fuqaha Hanafiyah hal ini dipicu oleh persaingan memperebutkan pengaruh dalam
pemerintahan. Beliau terpaksa pergi dari Qairuwan dan tinggal di Sausah. Ketika Itu, Ibnu
‘Abdun Yang menjabat sebagai Qadi Di negeri itu Berusaha menyingkirkan para ulama
penentangnya, baik dengan cara memenjarakan maupun membunuh.Setelah Ibnu ‘Abdun
turun dari jabatannya, Ibrahim bin Ahmad al-Aglabi menawarkan jabatan Qadi Kepada
Yahya bin Umar. Namun, ia menolaknya .Dan memilih tetap tinggal di Sausah serta
mengajar di Jami’ Al-Sabt hingga akhir hayatnya. Beliau wafat pada tahun 289 H (901 M).

B.Karya Yahya bin Umar

Yahya bin Umar ini, selain aktif dalam mengajar, beliau juga menghasilkan banyak
karya tulis, hingga mencapai 40 juz. Diantaranya,kitab yang paling terkenal yakni Al-
Muntakhabah fi Ikhtishar al-Mustakhrijah fi al-Fiqh al-Maliki Dan kitab Al-Ahkam al-Suq.

Kitab Al-Ahkam al-Suq Ini membahas tentang persoalan-persoalanekonomi. Salah satu hal
yang mempengaruhi beliau untuk menulis kitabini adalah situasi kota Qairuwan yang terletak
di Afrika Utara. Tempatdimana Imam Yahya bin Umar menghabiskan bagian terpenting
masa hidupnya Pada saat itu kota Qairuwan memiliki institusi pasar yang permanen sejak
tahun 155 H dan para penguasanya, mulai dari masa Yazid Al-MUhbili hingga sebelum
masa Ja’far Al-Mansur, ia keberadaan institusi pasar. Dengan demikian, pada masa Yahya
bin Umar, kota Qairuwan ini telah memiliki dua keistimewaan,yaitu Keberadaan institusi
pasar mendapatkan perhatian khusus dan pengaturan yang memadai dari para penguasa, dan
Dalam lembaga peradilan ini, terdapat seorang hakim yang khusus untuk menangani berbagai
permasalahan pasar Kitab Al-Ahkam al-Suq Ini dilatar belakangi oleh dua persoalan
mendasar, yaitu hukum Syara’ Tentang perbedaan dan kesatuantimbangan serta takaran
perdagangan dalam satu wilayah; dan hukum Syara’ Tentang harga gandum yang tidak
terkendali, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan kesulitan bagi para konsumen .

C.Pemikiran Ekonomi Yahya bin Umar

Menurut Yahya bin Umar, aktivitas ekonomi ini merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari ketakwaan seorang muslim kepada Allah Swt. Hal ini memiliki arti bahwa
ketakwaan merupakan asas penting dalam perekonomian Islam, sekaligus faktor utama yang
menjadi pembeda Islam dengan ekonomi konvensional. Oleh karena itu, di samping al-
Quran, setiap muslim harus berpegang teguh pada as-Sunnah dan mengikuti seluruh perintah
Nabi Muhammad Saw. Dalam melakukan setiap aktivitas ekonominya. Karena dalam Islam,
bukan hanya hal yang di atur oleh Allah, tetapi segala aktivitas manusia, sudah ada aturannya
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. dan tertulis dalam al-Quran dan as-Sunnah
lebih lanjut, ia menyatakan bahwa keberkahan akan selalu menyertai orang-orang yang
bertakwa, sesuai dengan firman Allah Swt. dalam QS. al-A’raf ayat 96 yang berberbunyi

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah  Kami


akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapimereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Seperti yang telah disinggung fokus perhatian Yahya bin Umar tertuju pada hukum-
hukum pasar yang tercerminkan dalam pembahasan tentang tas’ir  (penetapan harga).
merupakan tema inti dalam kitab Ahkam al-Suq. Ia ingin menyatakan bahwa eksistensi harga
merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah transaksi dan jika diabaikan dapat
menimbulkan kerusakan dalam kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan hal ini, Yahya bin
Umar berpendapat bahwa al-tas’ir  (penetapan harga) tidak boleh dilakukan. Ia berhujjah
dengan berbagai hadis Nabi Muhammad Saw., antara lain hadis di bawah ini

Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Telah melonjak harga (di pasar) pada masa Rasulullah
Saw. Mereka (para sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah,Tetapkanlah harga bagi kami”.
Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai (harga), yang memberi
rezeki, yang memudahkan, dan yang menerapkan harga. Aku sungguh berharap bertemu
dengan Allah dan tidak seorang pun (boleh) memintaku untuk melakukan suatu kezaliman
Dalam persoalan jiwa dan harta”.(Riwayat Abu Dawud)

Jika mencermati konteks hadis tersebut, tampak jelas bahwa Yahya bin Umar ini
melarang kebijakan penetapan harga (Tas’Ir ) pada kenaikan harga yang terjadi adalah
semata-mata hasil interaksi penawaran dan permintaan yang alami. Sebab dengan penetapan
harga pada kejadian ini akan memicu sebuah ke tidak adilan.

hukum asal intervensi pemerintah adalah haram. Intervensi baru dapat dilakukan jika dan
hanya jika kesejahteraan masyarakat umum terancam. Hal ini sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepada pemerintah dalam mewujudkan keadilan sosial di setiap aspek kehidupan
masyarakat, termasuk ekonomi. Di samping itu, pendapatnya yang melarang praktik Tas’ir.
(penetapan harga) tersebut sekaligus menunjukkan bahwa sesungguhnya Yahya bin Umar
mendukung kebebasan ekonomi, termasuk kebebasan kepemilikan.

Tentang Ihtikar, Yahya bin Umar menyatakan bahwa timbulnya kemudaratan terhadap
masyarakat merupakan syarat pelarangan penimbunan barang. Apabila hal tersebut terjadi,
barang dagangan hasil timbunan tersebut harus dijual dan keuntungan dari hasil penjualan ini
disedekahkan sebagai pendidikan terhadap para pelaku Ihtikar.Adapun para pelaku Ihtikar Itu
sendiri hanya berhak mendapatkan modal pokok mereka. Selanjutnya, pemerintah
memperingati para pelaku Ihtikar, agar tidak mengulangi perbuatannya. Apabila mereka tidak
memedulikan peringatan tersebut, pemerintah berhak menghukum mereka dengan memukul,
mengelilingi kota, dan memenjarakannya.

D.Wawasan Modern Teori Yahya bin Umar

a. Ihtikar ( Monopoly’s Rent -Seeking )


Ihtikar ialah suatu perbuatan mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara
menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi .Ihtikar Juga merupakan istilah
bahasa Arab yang menjelaskan tentang perbuatan menimbun barang-barang dari pasar
dengan artian yang lebih luas, istilah tersebut mencakup manipulasi harga.

Para ulama sepakat bahwa illat Pengharaman Ihtikar Ialah karena dapat menimbulkan
kemadharatan bagi manusia. Ihtikar tidak hanya akan merusak mekanisme pasar, tetapi juga
akan berimbas kepada kemashlahatan masyarakat, yaitu akan menghambat keuntungan orang
lain serta proses distribusi harta kekayaan di antara manusia.

b.Siyasah al-Ighraq ( Dumping Policy )

Dumping Ialah sistem penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan
harga yang rendah sekali (dengan tujuan agar harga pembelian di dalam negeri tidak
diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasaran luar negeri dan dapat menguasai
harga kembali).

Pengertian menurut KBBI ini bahwa dumping adalah penjualan dengan harga yang
berbeda antara ke pasar luar negeri dengan pasar dalam negeri, yang mana cakupan nya jika
dalam Dumping Itu lebih luas, yaitu Negari.

Dalam praktiknya, dumping dikenal dengan sebuah kebijakan perdagangan yang lebih
menguntungkan oleh sebuah perusahaan, jika ditemukan dua hal, yaitu, Pertama,Industri
tersebut bersifat pasar persaingan tidak sempurna, sehingga perusahaan dapat bertindak
sebagai Price maker, Bukan sebagai Price taker; kedua, Pasar harus tersegmentasi, sehingga
penduduk di dalam negeri tidak dapat membeli barang-barang yang di ekspor dengan
mudah.Dumping merupakan sebuah kebijakan perdagangan yang kontroversial dan secara
luas dikenal sebagai sebuah praktik yang tidak Fair Karena menimbulkan persaingan yang
tidak sehat dan merusak mekanisme pasar. Perilaku ini secara tegas dilarang oleh agama
karena dapat menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat.

Dumping terjadi bila para produsen (biasanya para pelaku monopoli)dari suatu negeri
menjual hasil mereka ke negara lain di bawah harga yang dikenakan pada para konsumen
negara asal. Tujuan dumping tersebut antara lain adalah.

1. Untuk menghabiskan persediaan yang berlebihan karena keliru menilai


permintaan.
2. Mengembangkan hubungan perdagangan baru dengan menetapkan harga yang
rendah.
3. Mengenyahkan pesaing pasar asing, produsen asing, atau pribumi.
4. Memungut keuntungan sebesar-besarnya dalam perekonomian.

c. Tas’ir (Regulasi harga )

Kata Tas’ir Berasal dari kata Sa’ara- Yas’aru- Sa’ran Yang artinya menyalakan. Secara
etimologi kata At-Tas’ir Berarti penetapan harga dikatakan Sa’arat asy-syay a tasîran,
artinya menetapkan harga sesuatu pengertian syariah, terdapat beberapa pengertian. Menurut
Imam Ibnu Irfah (ulama Malikiyah) :

“Tas’ir adalah penetapan harga tertentu untuk barang dagangan yang Dilakukan penguasa
kepada penjual makanan di pasar dengan sejumlah dirham Tertentu”.

Sedangkan menurut Imam Syaukani :

“Tas’ir adalah perintah penguasa atau para wakilnya atau siapa saja Yang mengatur urusan
kaum muslimin kepada pelaku pasar agar mereka tidak menjual barang dagangan mereka
kecuali dengan harga tertentu dan dilarang ada tambahan atau pengurangan dari harga itu
karena alasan maslahat”.

Jika kita lihat dari kedua definisi dari para tokoh di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
Tas’ir Merupakan larangan kepada para penguasa atau pemerintah untuk membuat harga di
pasar, karena seharusnya harga yang ada di pasar dibiarkan saja terjadi sesuai permintaan dan
penawaran, di dalamnya terjadi interaksi tawar-menawar yang akan menimbulkan adanya
harga.

d. Kebebasan Ekonomi

Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan bebas
(perfect competition).Tapi bukan berarti kebebasan itu berlaku mutlak, namun kebebasan
yang dibungkus oleh frame Syari’ah.Islam mengedepankan transaksi jual-beli yang terjadi
secara sukarela(‘an taradhin minkum/mutual goodwill) Sesuai petunjuk al-Qur’an, dalam
surat An-Nisa (4) : 29, yang artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimmu sesungguhanya Allah adalah Maha
Penyayang Kepadamu.”

Jika kita melihat ayat di atas, telah jelas Allah mengatakan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka, berarti harus adanya keikhlasan di antara keduanya (penjual dan pembeli),
yang mana di saat interaksi mencari suka sama suka itu terjadi, akan adanya transaksi tawar
menawar harga hingga menghasilkan harga yang keduanya saling ridho.

E. Implikasi Pemikiran Yahya bin Umar

tika pasar dalam Islam, yang tidak semata diarahkan bagi para pelaku bisnis baik pedagang
dan pembeli saja namun pada pembenahan sistem secara menyeluruh. Lebih jelasnya etika
pasar dalam Islam ini menghendaki pembenahan sistem dan kerja sama sinergis antara semua
unsur baik pelaku bisnis, masyarakat dan pemerintah .Dalam konsep ekonomi Islam harga
ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran. Keseimbangan ini tidak terjadi
bila antara penjual dan pembeli tidak bersikap saling merelakan. Kerelaan ini ditentukan oleh
penjual dan pembeli dalam mempertahankan kepentingan atas barang tersebut. Jadi, harga
ditentukan oleh kemampuan penjual untuk menyediakan barang yang ditawarkan pembeli,
dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan barang tersebut dari penjual.Islam pada
dasarnya memberikan kebebasan dan penghargaan yang besar terhadap perdagangan. Sesuai
dengan firman Allah Swt. Dalam surat Al-Baqarah ayat 275

“Dan Allah swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

BAB III

KESIMPULAN

Yahya bin Umar merupakan salah seorang fuqoha Atau ahli fiqih dari Mazhab Maliki.
Beliau bernama lengkap Abu Bakar Yahya bin Umar bin Yusuf al-Kannani al-Andalusi lahir
pada tahun 213 H dan dibesarkan di Kordova, Spanyol. Yahya bin Umar adalah seorang
cendekiawan muslim yang gemar berkelana atau mengembara ke berbagai negeri untuk
menuntut ilmu.Yahya bin Umar ini, selain aktif dalam mengajar, beliau juga menghasilkan
banyak karya tulis, hingga mencapai 40 juz. Diantaranya,kitab yang paling terkenal yakni Al-
Muntakhabah fi Ikhtishar al-Mustakhrijah fi al-Fiqh al-Maliki Dan kitab Al-Ahkam al-Suq.

Yahya bin Umar juga banyak menguasai wawasan tentang teori modern,di antaranya
adalah

a.Ihtikar ( Monopoly’s Rent -Seeking )

b.Siyasah al-Ighraq ( Dumping Policy )

c.Tas’ir (Regulasi harga )

d.kebebasan ekonomi

Anda mungkin juga menyukai