Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ SEJARAH MUNCULNYA QAWAID FIQHIYYAH : FAKTOR


INTERNAL DAN EKSTERNAL ”

Dosen Pengampu : Dr. H. Mahfud, M.M


Disusun Oleh : Kelompok 3
1. Mulia Ramadani 201130136
2. Siti Lailatul Qodriah 201130145
3. Raudotul Qibtiyah 201130166

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA


HASANUDIN
FAKULTAS SYARIAH
HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Sejarah
Munculnya Qawaid Fiqhiyyah” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Dosen Dr. H. Mahfud, M. M. pada
mata kuliah Qawaid Fiqhiyyah di kampus Universitas Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin Banten. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi penyusun dan bagi para
pembaca khususnya dalam bidang Fiqih Qawaid.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen Dr.


H. Mahfud,M. M. Selaku dosen pada mata kuliah Qawaid Fiqhiyyah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis.

Serang, Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB 1.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

D. Sejarah Qawaid Fiqhiyah.............................................................................................5

B. Faktor-Faktor Terbentuknya Kaidah Fiqh................................................................8

PENUTUP...............................................................................................................................11

E. Kesimpulan..................................................................................................................11

F. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Qawaid fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih) merupakan salah satu kebutuhan bagi kita
semua,khususnya kita mahasiswa fakultas syariah. Dengan menguasai kaidah-kaidah fiqh
kita akan mengetahui benang merah dalam menguasai ilmu fiqih, karena kaidah fiqih itu
menjadi titik temu dari masalah-masalah fiqh dan lebih arif dalam menerapkan fiqh dalam
waktu dan tempat yang berbeda untuk kasus, adat kebiasaan, dan keadaan yang berlainan.
Selain itu kita juga akan lebih moderat dalam menyikapi masalah-masalah sosial,
ekonomi, politik, budaya dan lebih mudah untuk mencari solusi terhadap problem-
problem yang terus muncul dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini tidak lain karena
kaidah fiqh sebagai hasil dari cara berfikir induktif, dengan meneliti materi-materi fiqh
yang banyak sekali jumlahnya yang tersebar dalam banyaknya buku fiqh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya penulis merumuskan beberapa masalah
sebagai acuan untuk mengkaji mkalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah Qawaid fiqhiyah ?


2. Apa Saja Faktor Kemunculan Qawaid Fiqhiyah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Sejarah Qawaid Fiqhiyah


2. Untuk Mengetahui Faktor Kemunculan Qawaid Fiqhiyah

4
BAB II

PEMBAHASAN

D. Sejarah Qawaid Fiqhiyah


1. Fase Pertumbuhan Dan Pembentukan
Masa pertumbuhan dan pembentukan berlangsung selama tiga abad lebih. Dari
zaman kerasulan hingga zaman ke-3 hijriah. Periode ini dari segi fase sejarah hukum
islam, dapat dibagi menjadi tiga zaman.
a. Zaman Rasulullah SAW
Beberapa sabda Nabi Muhammad SAW yang dianggap sebagai kaidah fiqh yaitu:
1. ‫ ( الخرج با الضمان‬hak menerima hasil karena harus menanggung kerugian)
2. ‫ا ر‬II‫ا جب‬II‫ر حه‬II‫ا ء ج‬II‫( العجم‬kerusakan yang dibuat oleh kehendak binatang sendiri
tidak dikenakan ganti rugi), dll.

Ibnu Taimiyah (w. 728 H), setelah menyampaikan hadist riwayat Ahli
Sunan menyatakan dengan hadist jawami' al-kalam Nabi Muhammad SAW
menjelaskan bahwa segala sesuatu yang menghilangkan dan merusakkan akal
adalah haram. Nabi tidak membeda-bedakan jenisnya, apakah benda tersebut
berjenis makanan atau minuman. Ini adalah ketetapan Nabi Muhammad SAW
bahwa hukum meminum atau memakan yang memabukkan adalah haram.

b. Zaman Sahabat
Sahabat berjasa dalam ilmu kaidah fiqh,karena telah ikut serta dalam dalam
membentuk kaidah fiqih. Para sahabat dapat membentuk kaidah fiqih karena dua
keutamaan, yaitu ; karena mereka adalah murid Rasulullah SAW dan mereka tahu
situasi yang menjadi turunnya wahyu dan terkadang juga wahyu turun berkenaan
dengan mereka.
'Atsar (pernyataan) sahabat yang dapat di kategorikan jawami' al-kalim dan
qawaid fiqhiyah diantaranya adalah sebagai berikut:

Pernyataan Umar Bin Khattab ra (w. 23 H)yang diriwayatkan oleh al-bukhari


(w. 256 H) dalam kitabnya shahih Al- Bukhari: ‫وق‬II‫اطع الحق‬II‫روط مق‬II‫د الش‬II‫عن‬
(penerimaan hak berdasarkan kepada syarat-syarat). Pernyataan ali Bin Abi Thalib
ra (w. 40 H) yang diriwayatkan oleh Abd Al- Razaq : ‫من قاسم الزبح فالضمان عليه‬

5
(orang yang membagi keuntungan tidak harus menanggung kerugian). Atsar Ali
bin abi Thalib menjadi kaidah yang subur dalam bidang persoalan harta benda,
seperti mudharabah dan syirkah.

c. Zaman Tabi'in dan Tabi' tabi'in Selama 250 Tahun.


Diantara ulama yang mengembangkan fiqh pada generasi tabi'in :
1) Abu Yusuf Ya'kub ibn Ibrahim (113-182)
Karyanya yang terkenal kitab Al-Kharaj, kaidah-kaidah yang disusun adalah :
"Harta setiap orang yang meninggal yang tidak memiliki ahli waris
diserahkan kepada Bait al-mal".
Kaidah tersebut berkenaan dengan pembagian harta pusaka Baitul Mal sebagai
salah satu lembaga ekonomi umat islam yang dapat menerima harta
peninggalan (tirkah atau maurust), apabila yang meninggal dunia tidak
memiliki ahli waris.
d. Imam As-Syafi'i
Pada fase kedua abad kedua hijriah (150-204), salah satukaidah yang
dibentuknya, yaitu "sesuatu yang dibolehkan dalam keadaan terpaksa adalah
tidak diperbolehkan ketika tidak terpaksa" . Pernyataan Imam Syafi'i dalam
kitabnya al-Umm ; ‫غرمنه‬II‫اهو اص‬II‫قط م‬II‫اس س‬II‫قط عن الن‬II‫( االعظم اذاس‬apabila yang besar
gugur, yang kecilpun gugur).
Ulama berikutnya yaitu Imam Ahmad bin Hambal, Diantara kaidah ynag
dibangun oleh beliau dan tertulis dalam kitab al-masail yaitu :
‫كل ماجازفيه البيع تجوزفيه الهبةوالصدقةوالرهن‬
"Setiap yang dibolehkan untuk dijual, maka dibolehkan untuk dihibahkan dan
digadaikan".
Ulama berikutnya ialah Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani, ia
mengemukakan apabila seseorang mempunyai wudhu, kemudian timbul keraguan
dalam hatinya, apakah ia sudah hadast (batal) atau belum, dan keraguan ini lebih
besar dalam pikirannya; maka lebih baik ia mengulangi wudhunya. Apabila ia
tidak mengulangi wudhunya dan shalat beserta keraguannya itu, menurut kami
boleh, karena ia masih mempunyai wudhu sehingga ia yakin bahwa ia telah hadast
(batal). Apabila seorang muslim atau muslimah terpercaya, merdeka ataupun
tidak, member tahu bahwa iatelah hadast (batal), tidur telentang, atau pinsan;
maka ia tidak boleh melaksanakan shalat (sebelum ia mengulangu wudhunya).

6
2. Fase Perkembangan dan Kodifikasi
Awal mula qawaid fiqhiyah menjadi disiplin ilmu tersendiri dan dibukukan
terjadi pada abad ke-4 H dan terus berlanjut pada masa setelahnya. Hal ini terjadi
ketika kecenderungan taqlid mulai tampak dan semangat ijtihad telah melemah karena
saat itu fiqh mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dan ulama pada saat itu merasa
puas dengan perkembangan yang telah dicapai oleh fiqh pada saat itu. Pembukuan
fiqh dengan mencantumkan dalil beserta perbedaan-perbedaan pendapat yang terjadi
antar mazhab sepertinya telah memuaskan mereka, sehingga tidak ada pilihan lain
bagi generasi lain setelahnyakecuali merujuk pada pendapat-pendapat mazhab itu
dalam memutuskan dan menjawab persoalan-persoalan baru.
Ketika hukum furu' dan fatwa para ulama semakin berkembang seiring dengan
semakin banyaknya persoalan, para ulama mempunyai inisiatif untuk membuat
kaidah-kaidah dan dhabit yang dapat memelihara hukum furu' dan fatwa para ulama
tersebut. Hal inilah yang dilakukan oleh Abu Hasan al-Karkhi dalam risalahnya (ushul
al-Karkhi). Dan Abu Zaid al-Dabbusi dalam kitabnya (ta'sis al-Nadhar dengan
memakai istilah ushul. Apabila ushul tersebut mencakup berbagai masalah fiqh, maka
disebut kaidah, sedangkan jika hanya mencakup satu masalah fiqh, disebut dhabit.
Menurut Dr. an-Nadwi bahwa golongan Hanafiyah merupakan yang pertama kali
mempelajari kaidah fiqhiyah. Beberapa informasi yang menyatakan hal tersebut
termaktub dalam beberapa literatur diantaranya, Alaby (761 H), As-Suyuthi (911 H)
dan Ibnu Najm (970 H) dalam al-Qawaid menyatakan bahwa imam ad-Dibas pada
abad ke-4 H telah mengumpulkan beberapa kaidah-kaidah mazhab hanafi sebanyak 17
kaidah.
Imam al-Karkhi (340 H) menyusun sebuah catatan yang berisi 37 kaidah,
kemudian dari golongan hanafiyah muncul Imam al-Khusyni dengan karyanya ushul
al-fataya . Dan setelah itu muncul Abi Laits al-samarqandi dengan karyanya ta'sis al-
nadhri yang identik dengan karya Abi Zaid ad-Dibasi dengan sedikit perbedaan.
Pada abad ke-7 qawaid fiqhiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Diantara ulama yang menulis qawaid pada abad ini adalah ; al-'Allamah Muhammad
bin Ibrahim al-Jurjani al-Sahlaki. Ia menulis kitab dengan judul "al-qawaid fi Furu'i
al-Syafi'iyah". Kemudian al-Imam Izzudin Abd al-Salam menulis kita "Qawaid al-
Ahkam fi Mashalih al-Anam" yang sempat menjadi kitab terkenal. Dari kalangan
mazhab Maliki Muhammad nin Abdullah bin Rasyid al-Bakri al-Qafshi menulis "al-
7
Madzhab fi Qawaid al-Mazhab" dan masih banyak lagi. Karya-karya ini menunjukan
bahwa qawaid fiqhiyah mengalami perkembangan yang pesat pada abad ke-7 H.
Qawaid fiqhiyah pada abad ini Nampak tertutup namun sedikitndemi sedikit mulai
meluas.
Pada abad ke-8 H, ilmu qawaid fiqhiyah mengalami masa keemasan, dengan
banyak bermunculannya kitab-kitab qawaid fiqhiyah. Perkembangan ini terbatas
hanya pada penyempurnaan hasil karya para ulama sebelumnya, khususnya
dikalangan ulama syafi'iyah. Hal ini dapat dilihat misalnya pada kitab Ilmu Mulaqqin
dan Taqiyuddin al-Hishni. Dalam hal ini ulama syafi'iyyah termasuk yang paling
kreatif.
Pada abad X H, pengkodifikasian qawaid fiqhiyah semakin berkembang. Imam
al-Suyuthi telah berusaha mengumpulkan kaidah fiqhiyah yang paling penting dari
karya al-'Alai, al-Subki dan al-Zarkasyi. Ia mengumpulkan kaidah-kaidah tersebut
dalam kitabnya al-Asybah wa al-Nadhair. Kitab-kitab karya ketiga tokoh ulama
tersebut masih mencakup qawaid ushuliyah dan qawaid fiqhiyah, kecuali kitab karya
al-Zarkasyi. Pada abad XI dan XII H, ilmu qawaid fiqhiyahterus berkembang. Dengan
demikian fase kedua dari ilmu qawaid fiqhiyah adalah fase perkembangan dan
pembukuan. Fase ini ditandai denganmunculnya al-karkhi dan al-Dabbusi. Para ulama
yang hidup dalam rentang waktu ini (abad IV-XII) hampir dapat menyempurnakan
ilmu qawaid fiqhiyah.

B. Faktor-Faktor Terbentuknya Kaidah Fiqh

Faktor-faktor pendorong timbulnnyaqawaidalfiqhiyah dapat diambil dari  pernyataan


Muhammad alZarqo dalam kitabnya syarhalQawaidalFiqhiyyah ‘ seandainya tidak ada
QawaidalFiqhiyyah, tentu hukum-hukum fiqih akan menjadi hukum furu’ yang
berserakan dan kadang-kadang lahiriyahnya tampak saling bertentangan; tanpa ada ushul
‘kaidah’ yang dapat mengokohkannnya dalam pikiran, menampakkan ‘illat-‘illatnya,
menentukan arah-arah pembentukannnya, dan membentangkan jalan pengqiyasan dan
penjenisan padanya.
Dapat ditarik juga  dari pernyataan imam Al Qarafi  dalam kitabnya al-Furuq ‘siapa
yang berhujjah dengan hanya menghafal juz’iyyah saja, maka hujjahnya itu tidak akan
ada batasnya, serta akan menghabiskan umurnya tanpa dapat mencapai cita-cita.
Sebaliknya, siapa yang memperdalam fiqih melalui kaidah-kaidah fikih  tidak harus 
menghafal berbagai macam cabang fikih, karena telah tercakup oleh kulliyyah.

8
Menurut al-Suyuthi dalam kitabnya al-AshbahwaalNadza’ir, judul asal kitab yang
dikarang berkaitan dengan kaidah Fiqh, yang mana kitab tersebut diambil sehubungan
QAWA’ID FIQHIYYAH 6 dengan surat khalifah Umar al-Khattab kepada Abu Musa
alAsy’ari yang antaranya ialah yang mana maksudnya  : fahamilah benar-benar masalah
yang engkau hadapi yang mana hukum-hukumnya engkau tidak temui di dalam al-Quran
dan Sunnah Rasulullah SAW. Ketahuilah persamaan dan sebanding serta menujulah ke
arah yang lebih disukai oleh Allah SWT dan lebih hampir kepada yang benar.
1. Faktor Mujtahid dan Ulama
Golongan ini berperan menggunakan akal fikiran berdasarkan ilmu daripada
sumber perundangan, selaras dengan konsep syariat yang sesuai dilaksanakan
tanpa mengira masa dan tempat. Justru itulah para mujtahid berusaha dengan
berijtihad untuk memahami nash-nash dan mempraktikkan kaidah-kaidah yang
umum terhadap masalah furu’ yang baru dan senantiasa muncul. Sebagai contoh,
melalui konsep al-Qiyas, Istihsan, ‘Uruf serta berbagai sumber lain lagi. 
  Oleh karena itu, apabila terdapat hukum furu’ yang sama ‘illah atau sebabnya,
ia digabungkan dalam kaidah umum yaitu al-Qawaidal-Kulliyyahal-‘Ammah.
Kaidah ini merupakan kaidah umum serta menyeluruh yang meliputi semua hukum
furu’ dan segala bagiannya. Walaupun dalam rangka ijtihad terdapat dalil-dalil
yang bersifat dzanni yang diperselisihkan dalam kalangan para mujtahid dan
ulama, namun mereka semua bersatu dan bersepakat berusaha ke arah yang terbaik
demi mencari keridhaan Allah SWT.
Dalam konteks lain, mujtahid dan para ulama mengkaji dan mendalami semua
ruang serta sumber perundangan Islam yang luas dan berijtihad dengan ilmu yang
mereka miliki untuk memahami nash-nash dalam mengkaji prinsip-prinsip syariat
yang sesuai dengan keadaan masa dan tempat. Justru itu, mereka mempraktikkkan
kaidah yang berbentuk umum terhadap masalah khusus atau furu’ yang baru serta
senantiasa wujud dalam masyarakat.15 Pada dasarnya karena permasalahan fiqh
serta furu’ atau perinciannya terlalu banyak dan luas, maka perlu adanya penetapan
prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah tertentu agar menjadi mudah untuk
menggolongkannya. Sebagian ulama memasukkannya ke dalam lima kaidah asas.
 
2. Faktor Kemunculan
Kaidah fiqhiyyah ini muncul sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama dan
fakta sejarah ialah karena terdapat nash-nash yang dapat ditafsirkan dengan

9
beraneka macam. Antara lain; ada nash yang berbentuk umum yang merangkumi
pelbagai masalah, dan ada nash yang mutlaq yang mana melahirkan pendapat-
pendapat untuk mengikatnya atau untuk memuqayyadkannya.
 Selain itu, kaidah fiqhiyyah ini juga muncul akibat terdapat kaidah-kaidah
umum yang berasaskan adat kebiasaan yang muncul dalam perkembangan hidup
manusia dari satu generasi ke satu generasi lain untuk disesuaikan dengan masalah-
masalah hukum furu’. Untuk itu diperlukan sumber-sumber akal fikiran dan
perbuatan yang terus menerus sebagai adat atau ‘urf untuk mengeluarkan hukum
yang fleksibel. Di samping itu juga untuk menangani persoalan yang saat ini
sedang terjadi maupun yang akan terjadi di tengah-tengah masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

E. Kesimpulan

Masa pertumbuhan dan pembentukan berlangsung selama tiga abad lebih. Dari zaman
kerasulan hingga zaman ke-3 hijriah. Periode ini dari segi fase sejarah hukum islam,
dapat dibagi menjadi tiga zaman.
a. Zaman Rasulullah SAW
b. Zaman Sahabat
c. Zaman Tabi'in dan Tabi' tabi'in Selama 250 Tahun.
d. Imam As-Syafi'i
Awal mula qawaidfiqhiyah menjadi disiplin ilmu tersendiri dan dibukukan terjadi
pada abad ke-4 H dan terus berlanjut pada masa setelahnya. Pada abad ke-7
qawaidfiqhiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Diantara ulama yang
menulis qawaid pada abad ini adalah ; al-'Allamah Muhammad bin Ibrahim al-Jurjanial-
Sahlaki. Ia menulis kitab dengan judul "al-qawaidfiFuru'ial-Syafi'iyah". Pada abad ke-8
H, ilmu qawaidfiqhiyah mengalami masa keemasan, dengan banyak bermunculannya
kitab-kitab qawaidfiqhiyah. Perkembangan ini terbatas hanya pada penyempurnaan hasil
karya para ulama sebelumnya, khususnya dikalangan ulama syafi'iyah.Faktor-faktor
pendorong timbulnnyaqawaidalfiqhiyah dapat diambil dari  pernyataan Muhammad
alZarqo dalam kitabnya syarhalQawaidalFiqhiyyah ‘ seandainya tidak ada
QawaidalFiqhiyyah, tentu hukum-hukum fiqih akan menjadi hukum furu’ yang
berserakan dan kadang-kadang lahiriyahnya tampak saling bertentangan; tanpa ada ushul
‘kaidah’ yang dapat mengokohkannnya dalam pikiran, menampakkan ‘illat-‘illatnya,
menentukan arah-arah pembentukannnya, dan membentangkan jalan pengqiyasan dan
penjenisan padanya.           

F. Saran
Demikian makalah kami dapat kami selesaikan. Kami berharap agar makalah yang
kami susun ini menjadi bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan menambah
wawasan mengenai Qawaid Fiqhiyyah, khususnya permasalahan Sejarah Munculnya
Qawaid Fiqhiyyah ini.
Namun, dalam penyusunan ini, kami sadar terdapat banyak kekurangan, Karena kami
pun masih dalam tahap belajar, dan menyusun. Maka dari itu kami membutuhkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca dan pembimbing.

11
DAFTAR PUSTAKA

Martha Eri Safira, M.H. 2017. Hukum Perdata. Ponorogo : CV. Nata Karya
Ahmad Muslim, https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jm/article/view/26,hal
18
 Rohim Mif, 2019, BUKU AJAR QAWA’ID FIQHIYYAH (Inspirasi Dan Dasar Penetapan
Hukum), jombang, LPPM UNHASY TEBUIRENG JOMBANG. 

12

Anda mungkin juga menyukai