Perbankan Syariah C / 3 :
1. M. Khoerul Fatihin (1908203101)
2. Rika Ambar Juliani(1908203099)
3. Susantih (1908203125)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah “pemikiran Ekonomi Asy-Syathibi” Program Studi
Perbankan Syariah. Tanpa ridho dan kasih saying-Nya serta petunjuk-Nya mustahil makalah ini
dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini semoga bermanfaat bagi mahasiswa program studi perbankan
syariah khususnya untuk lebih memahami mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dan
bagi pembaca pada umumnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu bapak M. Anissul Fata, S.E
M.E yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan kami tentang pemikiran
ekonomi islam. Pada makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisannya dan juga pada materi yang disampaikan. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Terimakasih.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah ekonomi islam tidak muncul dan berkembang begitu saja, melainkan
melalui tahap-tahapan. Sepanjang sejarah ekonomi Islam, para pemikir dan pemimpin
muslimsudah mengembangkan berbagai gagasan ekonomnya sedemikian rupa, sehingga
mengharuskan kita untuk menganggap mereka sebagai pencetus ekonomi islam
sesungguhnya.
Ilmu ekonomi Islam berkembang secara bertahap sebagai suatu bidang ilm
interdisiplin yang menjadi bahan kajian para fuqaha, mufassir, filsuf, sosiolog, dan
politikus. Sejumlah cendikiawan muslim terkemuka, seperti Abu Yusuf, al-Syaibani, Abu
Ubaid, Al-Ghazali, Asy-Syathbi, dan sebagainya. Dalam makalah ini akan menjelaskan
riwayat al]sy-Syathibi dan pemikiran-pemikiran ekonominya beserta karya-karyanya.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana biografi Asy-Syathibi ?
b. Apa saja pemikiran-pemikiran ekonomi dari Asy-Syathibi ?
c. Apa saja karya-karya dari Asy-Syathibi ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui biografi Asy-Syathibi
b. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran ekonomi Asy-Syathibi
c. Untuk mengetahui karya-karya Asy-Syathibi
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Asy-Syathibi
Nama lengkap Asy-Syathibi adalah Abu Ishak Ibrahim bin Musa bin Muhammad
Allakhmi Al-Ghamathi dan lebih deikenal dengan sebutan Syathibi. Keluarga Imam
Syathibi merupakan keturunan Arab-Yaman dari Banu Lakhm yang berasal dari
Betlehem, Asy-Syam. Sedangkan nama Syathibi (Xative Jativa). Ia dilahirkan di Granada
pada tahun 790 H atau 1388 M. nama Syathibi adalah nisbat kepada tempat kelahiran
ayahnya di Sativa (Syathibah=Arab), sebuah daerah di sebelah timur Andalusia. Meski
dinsbahkan kepada nama negeri itu, diduga keras bahwa dia tidak lahir disana karena
kota Jativa telah berada di tangan keuatan Kristen, dan segenap umat Islam telah keluar
dari sana sejak tahun 645H/1247M.1
Pada tahun 1247, keluarga Imam Syathibi mengungsi ke Granada setelah Sativa,
tempat asalnya jatuh ke tangan Spanyol Uraqun setelah keduanya berperang kurang lebih
9 tahun sejak tahun 1239M. sampai saat ini, tanggal kelahiran asy-Syathib juga belum
diketahui dengan pasti. Pada umumnya, orang yang berbicara mengenai hal ini hanya
mnyebut tahun wafatnya, yaitu tahun 790H/1388M.
Pendidikan pertama yang didapat oleh Syathibi adalah pelajaran Bahasa Arab.
Guru pertamanya dalam pelajaran bahasa arab dan Nahwu adalah Abu Abdullah
Muhammad Al-Biri yang terkenal sebagai Master Nahwu (Syaikh Al-Nuhat) di
Andalusia hingga ia meninggal pada tahun 754 H. kemudian Syathibi melanjutkan belajar
Bahasa Arab dan Nahwu kepada Abdu Qasim al-Syarif al-Sibti diberi julukan sebagai
1
Lihat Al-Mausu’ah Al-arabiyah Al-Muyassarah, (Mesir : Dar Al-Qalam, 1965), h. 1068
2
‘rais al-Ulum al-Lisaniayh atau raja Lnguistik. Syathibi belajar kepadanya hingga al-Sibti
meninggal pada tahun 760 H.2
Abu Abdullah al-Maqarri merupakan seorang qadhi atau hakim ternama di Fez.
Kemudian Maqarri diutus menjad Diplomat oleh Sultan Abu Inan dan dikirim ke
Granada a ditangkap dan dipulangkan ke Fez. Kepulangannya diantar oleh Abu al-Qasim
al-sabti dan Abu al-Barakat bin al-Hajj al-Balfiqi qadhi di Granada. Mereka megantar
Maqarri sampai ke Fez guna memastikan keselamatannya. Maqarri adalah penulis buku
Nahwa dan ia mendapat derajat muhaqqi atau seseorang yang sangat ahli dalam madzhab
Maliki di bidang Fiqh.selain itu, Maqarri menulis buku tasawuf dan ushul fiqh. Muqarri
adalah ulama yang membawa Syathbi kedalam dunia Sufi.4
3
a. Konsep Maqhasid al-Syari’ah
Alquran tidak memuat berbagai aturan yang terperinci tentang ibadah dan
muamalah. Ia hanya mengandung dasar dasar atau prinsip prinsip bagi berbagai
masalah hukum dalam Islam. Bertitik tolak dari dasar atau prinsip ini, Nabi
Muhammad saw menjelaskan melalui berbagai hadisnya, maka kedua sumber inilah
(Al-quran dan Hadis Nabi) yang kemudian di jadikan pijakan ulama dalam
mengembangkan hukum Islam, terutama di bidang muamalah.
4
perlindungan maqashid alsyari‟ah yang ada pada gilirannya bertujuan melindungi
kemaslahatan manusia.
a) Dharuriyat
b) Hajjiyat
Jenis maqashid ini dimaksudkan untuk memudahkan kehidupan,
menghilangkan kesulitan dan menjadikan pemeliharaan yang lebih baik terhadap
lima unsur pokok kehidupan manusia. Contoh jenis maqhasid ini antara lain
5
mencakup kebolehan untuk melaksanakan akad mudharabah, musaqah,
muzara‟ah dan bai salam, serta berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang bertujuan
untuk memudahkan kehidupan atau menghilangkan kesulitan manusia di dunia.
c) Tahsiniyat
Tujuannya adalah agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk
menyempurnakan pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan manusia. Ia tidak
dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai kesulitan, tetapi
hanya bertindak sebagai pelengkap, penerang dan penghias kehidupan manusia.
Contoh jenis maqashid ini antara lain mencakup kehalusan dalam berbicara dan
bertindak serta pengembangan kualitas produksi dan hasil pekerjaan.
6
Pengklasifikasian yang dilakukan Al-Syatibi tersebut menunjukkan betapa
pentingnya pemiliharaan lima unsur pokok itu dalam kehidupan manusia. Di
samping itu, pengklasifikasian tersebut juga mengacu pada pengembangan dan
dinamika pemahaman hukum yang diciptakan oleh Allah swt dalam rangka
mewujudkan kemaslahatan manusia. (Asafri Jaya Bakri, 1996: 73) Berkenaan
dengan hal tersebut, Mustafa Anas Zarqa menjelaskan bahwa tidak berwujudnya
aspek dharuriyat dapat merusak kehidupan manusia dunia dan akhirat secara
keseluruhan. Pengabaian terhadap aspek hajiyat tidak sampai merusak keberadaan
lima unsur pokok, tetapi hanya membawa kesulitan bagi manusia sebagai
mukhallaf dalam merealisasikannya.
7
Pemungutan pajak harus dilihat dari sudut pandang maslahah (kepentingan
umum). Dengan mengutip para pendahulunya, seperti AlGhazali dan Ibn Al-
Fara‟, ia menyatakan bahwa pemiliharaan kepentingan umum secara esensial
adalah tanggung jawab masyarakat, dalam kondisi ketidakmampuan
melaksanakan tanggung jawab ini masyarakat bisa mengalihkannya kepada baitul
mal serta menyumbangkan sebagian kekayaan mereka sendiri untuk tujuan
tersebut, oleh karena itu, pemerintah dapat mengenakan pajak-pajak baru terhadap
rakyat-rakyatnya sekalipun pajak tersebut belum pernah dikenal dalam sejarah
Islam.
Karya-karya Imam Syathibi semuanya mengacu kepada dua bidang ilmu yang
menurut istilah Hammadi al-Ubaidy, ulum al- wasilah dan ulum al-maqasid. Ulum al-
wasilah adalah ilmu-ilmu bahasa Arab yang merupakan wasilah untuk memahami Ilmu
Maqasid. Karya-karya tersebut di antaranya yaitu:
a. Kitab al-Muwafaqat
Kitab ini adalah kitab paling monumental sekaligus paling dikenal di antara
karya-karya Imam Syathibi lainnya. Kitab ini terdiri dari 4 juz dan awalnya kitab ini
berjudul al-Ta’rif bi Asrar al-Taklif kemudian setelah Imam Syathibi bermimpi,
dirubah menjadi al-Muwafaqat.
b. Kitab al-I’tisham
Buku ini terdiri dari dua juz dan ditulis setelah Kitab al-Muwafaqat. Buku ini
mengupas secara panjang lebar tentang bid’ah dan seluk beluknya. Ditulis oleh Imam
Syathibi dalam suatu perjalanan khusus dan beliau meninggal terlebih dahulu
sebelum merampungkan tulisannya ini.
c. Kitab al-Majalis
Kitab ini merupakan syarah dari Kitab al-Buyu’ yang terdapat dalam Shahih
al-Bukhari.
d. Syarah al-Khulashah
Buku ini adalah buku Ilmu Nahwu yang merupakan syarah dari Alfiyyah Ibn
Malik.
8
Buku tentang Ilmu Sharf dan Fiqh Lughah.
f. Ushul an-Nahw
Buku ini membahas tentang Qawaid Lughah dalam Ilmu Sharf dan Ilm Nahwu.
g. Al-Ifadaat wa al-Insyadaat
Buku ini khusus dibuat sebagai gambaran perjalanan hidup Imam Syathibi
sekaligus menyebutkan guru-guru dan murid-muridnya.
h. Fatawa al-Syathibi
Di antara sekian banyak karya Imam Syathibi ini, yang dicetak hanya tiga buah
yaitu Kitab al-Muwafaqat, Kitab al-I’tisham dan al-Ifaadat wa al-Insyadaat.
BAB III
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
Al-Syatibi yang bernama lengkap Abu Ishaq bin Musa bin Muhammad Al-
Lakhmi Al-Gharnati Al-Syatibi merupakan salah seorang muslim yang belum banyak
diketahui latar belakang kehidupanya. Yang jelas, ia berasal dari suku Arab Lakhmi.
Nama Al-Syatibi dinisbatkan ke daerah asal keluarganya, Syatibah (Xatiba atau Jativa),
yang terletak di kawasan Spanyol bagian timur, beliau wafat pada tanggal 8 Sya’ban 790
H/1388 M.
Al-Syatibi mengemukakan konsep maqashid al-syari’ah. Konsep ini bertujuan
melindungi kemaslahatan manusia.
Kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila lima unsur pokok kehidupan dapat
diwujudkan dan dipelihara,yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Maqasid al-syari’ah dibagi menjadi tiga tingkatan,yaitu dharuriat, hajiyat dan tahsiniyat.
Tingkat hajiyat merupakan penyempurna tingkat dharuriyat, tingkat tahsiniyat merupakan
penyempurna lagi bagi tingkat dharuriyat, sedangkan dharuriyat menjadi pokok hajiyat
dan tahsiniyat. lebih jauh, ia menyatakan bahwa segala aktivitas atau sesuatu yang
bersifat tahsiniyat harus dikesampingkan jika bertentangan dengan maqashid yang lebih
tinggi (dharuriyat dan hajiyat).
Beberapa Pandangan Al-Syatibi di bidang Ekonomi antara lain, yaitu
1. Objek Kepemilikan
2. Pajak
Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung kemaslahatan bagi umat manusia
disebut sebagai kebutuhan (needs). Pemenuhan kebutuhan dalam pengertian tersebut
adalah tujuan aktivitas ekonomi, dan pencarian terhadap tujuan ini adalah kewajiban
agama. Dengan kata lain, manusia berkewajiban untuk memecahkan berbagai
permasalahan ekonominya.
Problematika ekonomi manusia dalam perspektif Islam adalah pemenuhan kebutuhan
(fulfillment needs) dengan sumber daya alam yang tersedia. Bila ditelaah dari sudut
pandang ilmu manajemen kontemporer, konsep Maqashid al-Syariah mempunyai
relevansi yang begitu erat dengan konsep Motivasi. Motivasi itu sendiri didefinisikan
sebagai seluruh kondisi usaha keras yang timbul dari dalam diri manusia yang
digambarkan dengan keinginan, hasrat, dorongan dan sebagainya. Bila dikaitkan dengan
konsepmaqashid alsyari’ah, jelas bahwa dalam pandangan Islam, motivasi manusia
dalam melakukan aktivitas ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhannya dalam arti
memperoleh kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat.
B. Saran
10
Setiap muslim hendaknya mengutamakan memenuhi kebutuhan dhururiyat-nya,
karena tidak terpenuhinya aspek dhururiyat dapat merusak kehidupan manusia dunia dan
akhirat secara keseluruhan.
Segala aktivitas atau sesuatu yang bersifat tahsiriyat harus dikesampingkan jika
bertenangan dengan maqasid yang lebih tinggi (dhururiyat dan hajiyat-nya).
Untuk pemerintah, pemungutan pajak harus dilihat dari sudut pandang masalah
(kepentingan umum).
DAFTAR PUSTAKA
Repository.radenintan.ac.id
11
Al-Falah: Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 2, 2018 STAIN Curup
Abdul Wahab Khalla, „Ilm Usul Fiqh, (Kairo: Dar al-Kuwaitiyah,1968), hlm.32.
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani
Press,2001), Cet.ke-1, hlm. 67.
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqhasid Syari‟ah Menurut al-Syatibi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1996), Cet. Ke-1 hlm.73
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Asy-Syathibi
https://syariah.iainpurwokerto.ac.id/imam-asy-syathibi-bapak-maqasid-asy-syariah/
12